KATHARINE KOLCABA
ALVA MUSTAMU MARET 25, 2014
0
Kolcaba mulai membuat bagan teorinya dengan melakukan analisa konsep dari berbagai
disiplin ilmu, yaitu keperawatan, medis, psikologi, psikiatri, ergonomik dan bahasa inggris.
Dalam berbagai artikelnya, Kolcaba memaparkan tentang teori kenyamanan dengan menelusuri
catatan sejarah penggunaan kenyamanan dalam keperawatan. Sebagai contoh, Kolcaba
menggunakan teori Nightingale (1859) yang menekankan “Tidak akan pernah melihat apa yang
diobservasi dan untuk apa. Bukan untuk menabrak bermacam-macam informasi atau fakta yang
tidak benar, tetapi untuk kepentingan menyelamatkan hidup dan meningkatkan kesehatan dan
kenyamanan” (Tomey dan Alligood, 2006: 727).
2. Pengukuran Kenyamanan
3. Varibel-variabel Intervensi
4. Kenyamanan
Didefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh resipien berdasarkan pengukuran kenyamanan.
Ada tiga tipe kenyamanan (dorongan, ketentraman dan transcendence) serta empat konteks
pengalaman (fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan). Tipe-tipe kenyamaman didefiniskan
sebagai berikut (Kolcaba, 2001 dalam Tomey dan Alligood, 2006: 728):
a. Dorongan (relief): kondisi resipien yang membutuhkan penanganan yang spesifik dan segera.
b. Psikospiritual : berkaitan dengan kesadaran diri, internal diri, termasuk penghargaan, konsep
diri, seksual dan makna hidup; berhubungan dengan perintah yang terbesar atau kepercayaan.
Suatu keadaan yang menggambarkan secara luas hasil yang dihubungan dengan pencari
kesehatan serta ditetapkan oleh resipien pada saat konsultasi dengan perawat. Perilaku pencari
kesehatan dapat internal, eksternal, atau meninggal dengan penuh kedamaian.
Kolcaba (2001) dalam Tomey dan Alligood (2006: 729) menjelaskan yang dimaksud dengan
integritas institusi adalah kelompok, komunitas, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, panti
asuhan, yang memiliki kualitas atau tempat yang lengkap, jumlah, suara, jujur, kasih, tulus, dan
sungguh-sungguh. Hubungan antara kenyamanan dan integritas institusi adalah berulang.
Kolcaba (2001) dalam Tomey dan Alligood (2006: 729) menjelaskan tentang konsep
metaparadigma sebagai berikut:
1. Keperawatan
c. ”Comfort Food” untuk jiwa, meliputi intervensi yang tidak dibutuhkan pasien saat ini
tetapi sangat berguna bagi pasien. Intervensi kenyamanan ini membuat pasien merasa
lebih kuat dalam kondisi yang sulit diukur secara personal. Target intervensi ini
adalah transcendence meliputi hubungan yang mengesankan antara perawat dan
pasien, keluarga, atau kelompok. Sugesti kenyamanan ini dapat diberikan dalam bentuk
pijatan, lingkungan yang adaptif yang menciptakan kedamaian dan ketenangan, guided
imagery, terapi musik, mengenang masa lalu, dan sentuhan terapeutik.
2. Pasien
Pasien adalah penerima perawatan, dapat perorangan, keluarga, lembaga, atau komunitas yang
membutuhkan pelayanan kesehatan.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah semua aspek luar (fisik, politis, kelembagaan, dan lain-lain) dari pasien,
keluarga, lembaga yang dapat dimanipulasi oleh perawat atau seseorang yang dicintai untuk
meningkatkan kenyamanan.
4. Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimum yang diperlihatkan oleh pasien baik individu, keluarga,
kelompok, atau komunitas.
Kolcaba (1994) dalam Peterson dan Bredow (2004: 259) mengemukakan beberapa asumsi
tentang kenyamanan antara lain:
2. Kenyamanan adalah suatu hasil holistik yang diharapkan yang berhubungan dengan disiplin
keperawatan.
4. Kenyamanan adalah lebih dari tidak adanya nyeri, cemas, dan ketidaknyamanan fisik lainnya.
Type of Comfort
Relief Ease Transcendence
Context Physic
in
Psychospiritual
Which
Comfort Environmental
Occurs
Social
Selain itu, pengkajian kenyamanan di klinik, perawat dapat juga menggunakan beberapa
instrumen yang telah diuji secara empiris, seperti Radiation Therapy Comfort Questionnaire,
Visual Analog Scales, Urinary Incontinence and Frequency Comfort Questionnaire, Hospice
Comfort Questionnaire, Comfort Behaviors Checklist (Peterson dan Bredow, 2004: 264-268).
D. BENTUK LOGIS
Induksi terjadi setelah terjadi proses generalisasi dari pengamatan terhadap objek yang
spesifik (Bishop & Hardin, 2006). Ketika perawat mendalami tentang praktek keperawatan dan
keperawatan sebagai disiplin, perawat menjadi familiar dengan konsep implisit atau
eksplisit, term, proposisi, dan asumsi yang mendukung praktik keperawatan.
Pada akhir 1980, Kolcaba menjabat sebagai kepala unit Alzheimer. Pada saat itu beliau
menemukan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan praktek pada perawatan demensia
seperti: lingkungan yang mendukung, ketidakmampuan yang berlebih (excess disability), dan
fungsi optimal. Ketika beliau mencoba menggambarkan hubungan antara ketiga istilah tersebut,
beliau menyadari bahwa ketiganya tidak dapat menggambarkan praktik secara menyeluruh.
Menurut beliau, ada bagian yang kurang lengakap dalam keperawatan, yaitu bagaimana
perawat mencegah disabilitas dan penilaian apakah intervensi yang diberikan berhasil. Fungsi
optimal diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan aktivitas, misalnya menata meja,
menyiapkan makanan dan lain-lain. Akan tetapi, istilah ketidakmampuan berlebih tidak mampu
mendefinisikan clarity secara menyeluruh. Oleh karena itu, Kolcaba (1) menggolongkan excess
disability menjadi disabilitas fisik dan mental, (2) mengenalkan konsep comfort (3) menjelaskan
hubungan non-recursive antara comfort dan fungsi optimal. Proses ini menandai langkah awal
dari teori comfort Kolcaba dan pemikiran tentang kompleksitas terhadap teori tersebut
(Kolcaba, 1992).
2. Deduction
Deduksi merupakan proses penyimpulan prinsip atau premis yang bersifat general
menjadi kesimpulan yang lebih spesifik (Bishop & Hardin, 2006). Tahapan deduktif dari
perkembangan teori menghasilkan hubungan comfort dengan konsep lain untuk menghasilkan
sebuah teori. Pendapat dari ketiga theorist disertakan dalam teori comfort, oleh karena itu
Kolcaba mencari bentuk dasar yang dibutuhkan untuk menyatukan ketiga konsep
dasar: relief, ease, dan transcendence. Sesuatu hal yang diinginkan adalah suatu kerangka
konsep general yang mampu menjelaskan comfort menjadi istilah yang lebih mudah dipahami
dan mengurangi tingkat abstraksinya (Tomey & Alligood, 2010).
Teori dari seorang psikolog bernama Henry Murray, dianggap sesuai untuk mendukung
teori comfort Kolcaba. Teori Murray menjelaskan tentang human needs, yang diaplikasikan
pada pasien yang mendapatkan banyak stimulus dalam kondisi pemberian pelayanan kesehatan
yang penuh dengan stressor. Teori Murray menginspirasi pendapat Kolcaba bahwa
meskipun comfort diaplikasikan secara spesifik, akan tetapi ketika comfort diberikan kepada
pasien secara terus-menerus maka kenyamanan pasien secara keseluruhan dapat ditingkatkan
(Tomey & Alligood, 2010).
Dalam tahap deduktif ini, Kolcaba memulai dengan abstrak, teori konstruksi umum, dan
proses sosiologis dari pengurangan untuk mengurangi keabstrakan dari teori comfort dalam
praktek keperawatan.
3. Retroduction
Retroduction digunakan untuk menyeleksi fenomena yang sesuai untuk dikembangkan lebih
luas untuk kemudian diuji kembali. Tipe ini diaplikasikan dalam area yang hanya memiliki
beberapa teori (Bishop & hardin, 2006). Kolcaba menambahkan konsep integritas institusional
dalam middle range theory. Kolcaba menambahkan line 4 dalam kerangka teori Murray, antara
lain: kekuatan penghambat membutuhkan perawatan kesehatan, kekuatan fasilitasi adalah
intervensi keperawatan, kekuatan interaksi merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi
intervensi keperawatan. Hasil yang diharapkan dari pemberian intervensi keperawatan adalah
diperolehnya kenyamanan pasien yang dapat dilihat dari persepsi yang dikemukakan oleh
pasien.
E. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan terkait resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient dengan tujuan tidak terjadi penurunan berat badan.
Intervensi kenyamanan Tindakan keperawatan
Standard comfort Kaji ulang pola makan klien sebelum sakit dan sesudah sakit
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diit klien
selama sakit dan setelah kembali ke rumah
Timbang berat badan klien setiap hari dengan neraca
timbangan yang sama
Coahing Ajarkan pada keluarga untuk membuat jadwal makan kklien
selama di rumah
Kenalkan kepada keluarga bahan makanan yang baik untuk
pertumbuhan klien
Comfort food for the Dampingi keluarga untuk menyusun menu sesuai dengan
soul anjuran ahli gizi
Ciptakan suasana yang menyenangkan pada saat makan’
Berikan kebebasan pada klien untuk memilih menu makanan
sesuai daftar anjuran.
Diagnosa keperawatan terkait mual berhubungan dengan iritasi intestinum dengan tujuan rasa
mual berkurang, tidak mengganggu aktifitas makan.
Intervensi kenyamanan Tindakan keperawatan
Standard comfort Kaji ulang intensitas mual, faktor yang memperberat mual dan
meringankan mual
Berikan acran injeksi 3x25 mg (IV)
Berikan tricefin 2x1 gr (drip dekstrose 5% 100cc)
Coaching Jelaskan pada anak penyebab munculnya mual
Comfort food for the Ajarkan pada klien teknik imagery guidance
soul Libatkan keluarga dalam latihan imagery guidance
ANALISIS KASUS
A. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman fisik
Pengkajian rasa nyaman terkait dengan pengalaman fisik klien dapat dilakukan dengan
wawancara dan pemeriksaan fisik. Secara umum perawat mengobservasi keadaan klien,
mengamati sikap tubuh klien, perilaku yang menunjukan ketidaknyamanan. Observasi dilakukan
dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan hemodinamik juga dapat memberikan gambaran rasa
tidak nyaman klien. Pengkajian secara menyeluruh dapat dilakukan dengan pemeriksaan head to
toe. Data antropometri melengkapi data pemeriksaan head to toe. Pemeriksaan ini mendukung
masalah ketidaknyamanan fisik klien.
Anak yang dirawat di rumah sakit datang dengan keluhan utama. Keluhan ini dapat terkait
dengan riwayat kesehatan masa lalunya. Gangguan kesehatan anak dapat pula disebabkan karena
penurunan fungsi imunitas sehingga perlu dikaji riwayat imunisasi anak. Pergeseran status
kesehatan anak dapat terjadi karena gangguan fungsi fisiologis sistem maupun organ. Gangguan
ini dapat diperiksa dengan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, foto
rontgen dan pemeriksaan penunjang lainnya. Hasil pemeriksaan penunjang dapat memperkuat
dugaan penyebab rasa tidak nyaman anak secara fisik
B. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman psikospiritual
Pengkajian rasa nyaman terkait psikospiritual mencakup kepercayaan diri, motivasi dan
kepercayaan terhadap Tuhan. Pengkajian psikospiritual pada anak disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak. Pencapaian tahap perkembangan psikoseksual termasuk dalam pengalaman
psikospiritual karena akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri anak. Pada kasus ini remaja
dikaji tahap perkembangan pubertasnya, gambaran diri dan nilai diri. Remaja mengalami masa
peralihan antara masa anak-anak dan dewasa sehingga terjadi perubahan psikoseksual.
Perubahan bentuk fisik sebaiknya dapat diterima dengan baik oleh anak sehingga terbentuk rassa
percaya diri dan gambaran diri yang baik. Remaja yang sakit dan dirawat dirumah sakit dapat
terganggu privasinya karena harus berbagi kamar dengan orang lain. Bila perubahan ini tidak
dapt diterima oleh anak maka dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.
C. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman sosiokultural.
Pengkajian sosiokultural mencakup perkembangan sosial anak baik interpesonal maupun
intrapersonal. Lingkungan sosial yang banyak berinteraksi dengan anak adalah keluarga. Kondisi
hubungan dalam keluarga banyak dikaji dalam aspek ini. Masalah yang muncul antara pemberi
asuhan dengan anak akan menimbulkan rasa tidak nyaman secara sosial. Anak remaja
mengalami perubahan dalam menjalin hubungan. Remaja tidak lagi banyak terikat dengan
hubungan orang tua dan anak tetapi lebih banyak terlubat hubungan dengan kelompoknya yang
mempunyai nilai-nilai tersendiri.
Nilai yang dianut oleh remaja dan kelompoknya tidak selalu sama dengan nilai yang dapat
diterima oleh masyarakat secara umum. Mungkin saja nilai tersebut sejalan atau bertentangan
dengan nilai kultural. Perubahan ini sebaiknya dapat diantisipasi oleh keluarga dan masyarakat.
Sehingga tidak muncul ketegangan peran pemberi asuhan dan ketegangan di lingkungan
masyarakat. Apabila timbul ketegangan-ketegangan maka dapat menimbulkan masalah
ketidaknyamanan sosiokultural.
Remaja yang dirawat di rumah sakit akan terpisah dari kelompoknya untuk sementara waktu.
Perpisahan dengan kelompoknya ini akan menimbulkan rasa isolasi pada diri remaja. Isolasi ini
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman secara sosial pada diri anak. Remaja menjadi lebih sedih
berpisah dengan teman-temannya daripada berpisah dengan keluarganya. Keluarga mengalami
perubahan terkait perawatan anak dirumah sakit. Ibu yang biasanya berperan sebagai ibu rumah
tangga harus meninggalkan rumah untuk menunggu anak yang sakit di rumah sakit. Ayah yang
mencari nafkah terganggu rutinitasnya karena anak dirumah sakit. Perubahan sementasra pada
remaja yang Menjalani perawatan di rumah sakit dapat mengakibatkan adanya ketidaknyamanan
secara sosiokultural.
D. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman lingkungan.
Pengkajian lingkungan pada teori kenyamanan ini mencakup respon adaptasi anak dan
keluarga terhadap lingkungan fisik di rumah sakit. Lingkungan yang berbeda ini dapat menjadi
suatu stressor tersendiri bagi anak dan keluarga . stressor ersebut dapat berupa cahaya lampu
kamar, kebisingan atau suara suara yang tidak bisa didengar seperti suara mesin, suara alat alat
kesehatan, suhu yang mungkin dingin atai terlalu panas/ apabila anak dan keluarga tidak dapat
beradapasi maka akan timbul rasa tidak nyaman terhadap lingkungan ( Peterson dan Bredow.
2004., Kolbaca, 2003 )
E. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan dapat dianalisa dari sruktur taksonomi kenyamanan. Analisa
dilakukan terhadap ketiga tingkat kenyamanan yang dikaitkan dengan pengalaman fisik,
pskikospiritual, sossiokulural dan lingkungan anak dan keluarga. Daa yang meniunjukkan
perubahan homeostatis dan respon fisiologi anak termasuk didalam diagnosis rasa tidak nyaman
fisik pada level relief karena nakan merasa pusing, mual, lemas, dan konjungtiva anemis .
Pengalamna psikospiritual anak mengalami rasa tidak nyaman pada level ease karena anak
merasa sedih berpisah dengan teman – temannya. Rasa nyaman meningkat pada level
transcendence ketika teman – teman klien menengok ke rumah sakit. Klien merasa senang
ditengok oleh teman- temannya. Anak belum dapat berkumpul beraktifitas speri biasa bersama
kelompoknya tetapi nakan sudah merasa sengat sennag dengan ditengok teman- temannya.
Pengalaman sosiokultural nakan mengalami masalah pada level transcendence karena anak
merasa tidak sedih berpisah dengan ayahnya, hal ini menunjukkan bahwa hubungan anakd
dengan ayahnya tidak dekat. Ketidak eratan hubungan ini dapat disebabkan karena orang tua
belum siap menghadapi perubahan anaknya yang beranjak remaja. Kondisi ini beresiko terhadap
ketegangan pemberi asuhan. Anak dan keluraga mengalami rasa nyaman pada levcel trancedence
karena anak dan keluraga ingin segara pulang kerumah. Anak dfan kelurga sudah mulai erbiasa
dengan lingkungan kamar.
F. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan berfokus pada peningkatan rasa nyaman nakn dan keluarga.
Pengkajian keperawatan menggunakan taksonomi. Kenyamanan tidak memerlukan waktu yang
lama untuk merngkaji sehingga perawat mempunyai waktu yang lama untuk mengkaji
sehingga perawat mempunyai waktu luang untuk melakukan intervensi. Intervensi
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis intervensi yaitu intervensi standar, pendampingan atau
pelatihan dan tindakan kenyamanan ekstra perawat. Masing – masing pengalaman kenyamanan
berbeda focus intervensinya. Pengalaman fisik lebih banyak tindakan standardaripada kedua
tindakan lainnya salah satu contoh tindakan standar adalah mempertahankan hemeostatis.
Pengalaman sosiokultural lebih banyak tindakan pendampingan atau pelatihan daripada kedua
tindakan lainnya
G. Implementasi & Evaluasi
Intervensi keperawatan diimplementasikan kemudian dievaluasi. Evaluasi menggunakan
instrument yang berbeda – beda antara klien tergantung dan tingak peekembangan anak.
Kenyamanan klien yang tekah tercapai akan dibandingkan dengan tujuan tindakan keperawatan.
Kemudian perawat akan menyususn kembali rencana keperawaan untuk meningkatkan maupun
mempertahankan kenyamanan yang telah sampai pada level trancedence. Proses inilah yang
disebut dengan intervensi yang intens. Dengan demikian diharapkan kenyamanan klien dan
keluarga akan selalu meningkat
H. Aspek Positof Aplikasi Teori Kenyamanan pada Area Keperawatan Anak
Aspek positif aplikasi teori kenyaman pada area keperaeatan anak terdiri atas (1) teori
kenyaman sederhan sehingga dapat langsung diaplikasikan pada tingkat praktis, (2) instrument
pengkajian telah disusun untuk mengukur level kenyamanan klien sehingga dapat membantu
perawat menyusun intervensi comfort, (3) instrument kenyamanan dapat dipergunakan untuk
mengukur tingkat kenyamanan dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kenyamanan klien
maupun keluarganya sehingga sesuai dengan filosofi keperawatan anak yaitu family canter care (
perawatan berpusat pada keluarga ), dan (4) intervensi kenyamanan bertujuan meningkatkan rasa
nyaman sehingga menjadi pengalaman yang positif bagi anak dan keluarganya, hal ini sesuai
dengan filosofi keperawatan anak atraumatic care
I. Aspek Negatif Aplikasi teori kenyamanan pada Area keperawatan Anak
Aspek negative aplikasi teori kenyamanan pada area keperawatan anak terdiri atas (1)
tingkat perkembangan anak berbeda – beda sehingga tidak semua instrument pengkajian
kenyamanan dapat diterapkan disemua tahap usia anak, (2) diperlukan format pengkajian khusus
karena keempat pengalaman nyaman anak akan berbeda di setiap tahap perkembangan, dan (3)
intervensi keperawatan telah dikelompokkan tetapi diagnosis keperawatan belum dikelompokkan
secara khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Kolbaca, Katharine., DiMarco, Marguerite. 2005. Comfort theory and its application to pediatric
nursing . A Pediatric nursing . 31, 187 – 94.
Kolbaca Katharine. 2003. Comfort theory and practice: a vision for holistic helath care and
research. New York : Springer Publishing Company
Peterson, Sandra. J., Bredow, Timothy S/ 2004. Midle ranger theoriesapplication to nursing
research. Philadelphia : Lippincott Williamas & Wilkins
Sitzman, Katheleen L., Eichelberger, Lisa Wrigh. 2011. Understanding the work of nurse
theorist : a creative beginning. Ed 2nd. Ontario: Jones and Bartlett Publisher
Wong, Donna L., Eaton, Maryln Hockenberry, dkk. 2009.wong buku ajar keperawatan
pediatric vil 1. Jakarta. EGC