“ KATHERINE KOLCABA”
Disusun Oleh:
1. FILA DIANA NURHAYATI ( ST172026 )
2. FITRINANINGSIH ( ST172027 )
3. GURITNA NINGTYAS ( ST172028 )
4. HARTONO ( ST172029 )
5. HARYANTO ( ST172030 )
TAHUN AJARAN
2018 / 2019
A. KREDENSIAL TEORI “KENYAMANAN”KOLCABA
Katharine Kolcaba lahir dan mulai mengikuti pendidikan di Cleveland, Ohio pada
tahun 1965. Awal karir Kolcaba dimulai dari setelah dia menyelesaikan gelar
diplomanya dan menjadi seorang perawat part–time practitioner selama beberapa tahun
di beberapa bidang keperawatan, misalnya medikal bedah, perawatan jangka panjang,
dan home care sebelum akhirnya melanjutkan studinya di bidang keperawatan. Pada
tahun 1987, Kolcaba berhasil meraih gelar RN dan melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi MSN dari Case Western University (CWRU) Frances Payne Bolton School of
Nursing dengan spesialisasi gerontik. Dari pengembangan pendidikan tersebut akhirnya
Kolcaba mulai mengembangkan karirnya sebagai kepala ruangan di unit demensia,
pengalaman klinik tersebut yang akhirnya mendasari bliau untuk kemudian
mengemukakan teori mengenai kenyamanan pasien.
Kolcaba memulai studi teorinya dari praktik klinik yang dilakukannya sambil
menempuh studi magisternya hingga memulai studi doktoralnya. Konsep kenyamanan
timbul sebagai gagasan saat Kolcaba sedang mempresentasikan kerangka kerja untuk
sebuah asuhan keperawatan demensia (Kolcaba, 1992b) kemudian ditanyai oleh salah
satu peserta tentang konsep kenyamanan. Langkah awal yang dilakukan Kolcaba dalam
menganalisis konsepnya adalah dengan melakukan telaah studi literatur dan analisa
konsep dari berbagai disiplin ilmu, yaitu keperawatan, medis, psikologi, psikiatri,
ergonomik dan bahasa inggris digunakan oleh Shakespeare dan dalam Oxford English
Dictionary (OED). Dari literatur tersebut dicontohkan bahwa perawat memberikan
tindakan yang memiliki muatan positif yang menyebabkan kenyamanan pasien dan
merupakan salah satu standar dalam peningkatan status dan kondisi sebelumnya. Dari
bahasa dasar kenyamanan, Kolcaba menjelaskan bahwa kenyamanan adalah sesuatu
yang menguatkan, dan dari ergonomis, berkaitan langsung dengan penampilan dalam
bekerja.
Dari kamus Oxford, Kolcaba mulai mempelajari arti sebenarnya dari
Kenyamanan (Comfort) yaitu “to strengthen greatly” yang berarti untuk memperkuat,
dari definisi ini memberikan sebuah rasional bagi seorang perawat saat ia memberikan
kenyamanan pada pasien, ketika pasien mampu melakukan kegiatannya dengan baik dan
ketika perawat mendapatkan sebuah kepuasan karenanya. Berbagai studi mengenai
kenyamanan di ranah keperawatan sangat banyak. Kolcaba memaparkan tentang teori
kenyamanan dengan menelusuri catatan sejarah penggunaan kenyamanan dalam
keperawatan. Sebagai contoh, Kolcaba menggunakan teori Nightingale (1859) yang
menekankan “Kenyamanan seharusnya tidak boleh lepas dari observasi atau tujuan
utama, hal ini bukan menjadi suatu hal yang tidak berguna melainkan menyelamatkan
kehidupan dan untuk meningkatkan status kesehatan dan kenyamanan” (hal. 70).
Pada tahun 1900-1929, kenyamanan menjadi pusat dari pencapaian keperawatan
dan pengobatan dan merupakan tujuan keperawatan dan kedokteran, karena dengan
adanya rasa nyaman pada pasien, maka penyembuhan dapat dicapai oleh pasien
(McIlveen & Morse, 1995). Perawat memiliki keharusan untuk mengaplikasikan hal
untuk memberikan kenyamanan pada seorang pasien. Aikens (1908) menjabarkan
bahwasanya adanya ketidakpedulian mengenai kenyamanan pasien. Seorang perawat
memiliki tujuan untuk mencapai kenyamanan pasien, dan memiliki visi mengenai
kenyamanan pasien adalah salah satu hal yang penting yang semestinya perlu dimiliki
seorang perawat.
Kolcaba (1991) menggunakan ide dari 3 teori awal keperawatan untuk dapat
mendefinisikan tipe-tipe kenyamanan dalam suatu konsep analisis:
1. Relief (kelegaan)
Fase relief dalam teori Kolcaba disintesa dari teori Orlando (1961) dimana pada
fase ini perawat dapat mengidentifikasi apa yang dibutuhkan oleh seorang pasien
kepada dirinya. Perawat meringankan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.
2. Ease (ketentraman)
Fase ease disintesa dari teori Henderson (1966) yang mendeskripsikan 13 fungsi
dasar manusia yang harus diseimbangkan dalam masa perawatan.
3. Transcendence
Fase Transcendence disintesa dari Paterson dan Zderad (1975) yang menyediakan
pemahaman bahwa pasien mampu mengatasi kesulitan mereka dengan bantuan dari
perawat.
Struktur taksonomi juga dibuat oleh Kolcaba dalam menggambarkan pengalaman
pasien dalam mencapai kenyamanan dengan bantuan empat konteks dalam kenyamanan
yang didapat oleh Kolcaba melalui studi literatur keperawatan. Konteks yang
mendukung kenyamanan tersebut antara lain: physical, psychospiritual, sociocultural,
dan environmental. Keempat konteks tersebut kemudian digabungkan dengan tiga tipe
kenyamanan menjadi suatu struktur taksonomi yang akan menggambarkan upaya
pencapaian kenyamanan (Comfort) yang akan dilakukan oleh perawat kepada pasien.
Tujuan dari taksonomi ini adalah untuk menjadi kerangka acuan dalam menyediakan
konten kenyamanan pada seorang pasien oleh seorang perawat. Taksonomi ini juga dapat
digunakan untuk membuat desain instrumen lainnya di masa yang akan datang seperti
pengembangan quisioner untuk end-of-life (Kolcaba, Steiner, & Mitzel, 2004).
Pada tabel diatas menjelaskan tentang struktur taksonomi dari teori kenyamanan
Kolcaba, yang terdiri dari tiga tipe kenyamanan, yaitu relief, ease, dan transcendence;
dan meliputi empat konteks kenyamanan, antara lain fisik, psikospiritual, lingkungan
dan sosial. Adapun cara menggunakan tabel ini adalah:
1. Pada kolom relief dituliskan pernyataan tentang kondisi pasien yang membutuhkan
tindakan perawatan spesifik dan segera terkait dengan kenyamanan pasien,
meliputi empat konteks kenyamanan (fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial).
2. Pada kolom ease dituliskan pernyataan yang menjelaskan tentang bagaimana
kondisi ketentraman dan kepuasan hati pasien yang berkaitan dengan kenyamanan,
meliputi empat konteks kenyamanan (fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial).
3. Pada kolom transcendence dituliskan pernyataan tentang bagaimana kondisi pasien
dalam mengatasi masalah yang terkait dengan kenyamanan, meliputi empat
konteks
B. KONSEP TEORI “ KENYAMANAN” KOLCABA
Dalam teori Kolcaba, alat ukur pencapaian kenyamanan melingkupi penerima,
pasien, siswa, tahanan, pekerja, dewasa lanjut, komunitas dan institusi:
1. Kebutuhan Perawatan Kesehatan
Kebutuhan perawatan kesehatan didefinisikan sebagai kebutuhan untuk
memperoleh kenyamanan dan dapat bangkit dari situasi stres yang tidak dapat dicapai
melalui sistem dukungan yang bersifat umum atau tradisional. Kebutuhan disini
meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan yang diperoleh
melalui monitoring, laporan verbal, laporan non verbal, kebutuhan yang berhubungan
dengan parameter patofisiologi, kebutuhan pendidikan dan dukungan, serta kebutuhan
konseling dan intervensi finansial (Kolcaba, 2003).
2. Intervensi Rasa Nyaman
Intervensi untuk rasa nyaman adalah tindakan keperawatan dan ditunjukkan
untuk mencapai kebutuhan rasa nyaman pasien, kebutuhan tersebut terkait dengan
fisiologis, sosial, budaya, ekonomi, psikologis, spiritual, lingkungan, dan juga
intervensi fisik (Kolcaba, 2001)
3. Varibel yang mengintervensi
Didefinisikan sebagai interaksi kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi persepsi resipien tentang kenyamanan secara total dan penuh.
Variabel ini terdiri atas pengalaman masa lalu, umur, afektif, status emosional, latar
belakang budaya, sistem pendukung, prognosis penyakit, keuangan, dan pengalaman
resipien secara keseluruhan (Kolcaba, 1994). Variabel-variabel intervensi ini akan
memberikan dampak terhadap pencapaian target dalam melaksanakan intervensi
perawatan pada pasien.
4. Kenyamanan
Didefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh resipien berdasarkan
pengukuran kenyamanan, atau sebuah kondisi yang dirasakan oleh klien terhadap
intervensi kenyamanan yang diperoleh dari tenaga medis. Menurut Kolcaba (1994)
Ada tiga tipe kenyamanan (kelegaan, ketentraman dan transcendence) serta empat
konteks pengalaman (fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan).
5. Perilaku Pencari Kesehatan (Health-seeking Behaviors/HSBs)
Suatu keadaan yang menggambarkan secara luas menjabarkan tujuan hasil
yang ingin dicapai dari sebuah kondisi sehat. Dihubungkan dengan pencari kesehatan
serta ditetapkan oleh resipien pada saat konsultasi dengan perawat. Perilaku pencari
kesehatan dapat dikategorikan secara internal, eksternal, atau meninggal dengan
penuh kedamaian.
6. Institusi yang Terintegrasi
Kolcaba menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan integritas institusi adalah
sebuah institusi yang memiliki integritas kelembagaan, misalnya kelompok,
komunitas, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, panti asuhan, yang memiliki kualitas
atau tempat yang lengkap, jumlah, suara, jujur, kasih, tulus, dan sungguh-sungguh.
Saat sebuah institusi menunjukkan hal tersebut maka akan dapat menciptakan dasar
praktik dan kebijakan yang sesuai (Kolcaba, 2001)
7. Praktik Keperawatan Terbaik
Penggunaan intervensi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti klinis yang
terukur secara empiris untuk mendapatkan hasil capaian terbaik pada pasien dan
keluarga pasien dalam kualitas pelayanan keperawatan untuk pasien dan keluarga
8. Kebijakan Terbaik
Kebijakan institusional atau regional akan mengawali sebuah
prosedur/protokol pelaksanaan pelayanan keperawatan dan kondisi medis untuk
dengan mudah mengakses dan mendeterminasi bahwa pelayanan kesehatan diketahui
sebagai suatu kebijakan yang terbaik.
D. PENEGASAN TEORI
Teori kenyamanan terdiri dari tiga bagian pernyataan proposisi yang telah diuji secara
terpisah atau bersamaan
Bagian 1 menyatakan intervensi kenyamanan, ketika efektif akan menghasilkan
peningkatan kenyamanan bagi penerima (pasien dan keluarga), dibandingkan
dengan dasar pre intervensi. Pemberi asuhan dapat menjadi penerima jiks
menyatakan komitmen untuk kenyamanan lingkungan kerja mereka. Intervensi
kenyamanan ditujukan sebagai pemenuhan kebutuhan dasar manusia, seperti
istirahat, homeostatis, komunikasi terapeutik dan pengobatan yang holistik.
Intervensi kenyamanan biasanya non-teknologi dan terintegrasi dalam pemberian
asuhan.
Bagian 2 menyatakan bahwa peningkatan kenyamanan penerima asuhan dihasilkan
dari adanya perilaku kesadaran diri tentang kesehatannya.
Bagian 3 menyatakan bahwa adanya peningkatan kesadaran diri penerima tentang
kesehatannya menignkat akibat kemajuan dalam kualitas perawatan, kebijakan
institusi dan asuhan berdasar bukti praktik klinis dan kebijakan.