Anda di halaman 1dari 16

TUGAS FALSAFAH KEPERAWATAN

“ KATHERINE KOLCABA”

Disusun Oleh:
1. FILA DIANA NURHAYATI ( ST172026 )
2. FITRINANINGSIH ( ST172027 )
3. GURITNA NINGTYAS ( ST172028 )
4. HARTONO ( ST172029 )
5. HARYANTO ( ST172030 )

TAHUN AJARAN
2018 / 2019
A. KREDENSIAL TEORI “KENYAMANAN”KOLCABA
Katharine Kolcaba lahir dan mulai mengikuti pendidikan di Cleveland, Ohio pada
tahun 1965. Awal karir Kolcaba dimulai dari setelah dia menyelesaikan gelar
diplomanya dan menjadi seorang perawat part–time practitioner selama beberapa tahun
di beberapa bidang keperawatan, misalnya medikal bedah, perawatan jangka panjang,
dan home care sebelum akhirnya melanjutkan studinya di bidang keperawatan. Pada
tahun 1987, Kolcaba berhasil meraih gelar RN dan melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi MSN dari Case Western University (CWRU) Frances Payne Bolton School of
Nursing dengan spesialisasi gerontik. Dari pengembangan pendidikan tersebut akhirnya
Kolcaba mulai mengembangkan karirnya sebagai kepala ruangan di unit demensia,
pengalaman klinik tersebut yang akhirnya mendasari bliau untuk kemudian
mengemukakan teori mengenai kenyamanan pasien.
Kolcaba memulai studi teorinya dari praktik klinik yang dilakukannya sambil
menempuh studi magisternya hingga memulai studi doktoralnya. Konsep kenyamanan
timbul sebagai gagasan saat Kolcaba sedang mempresentasikan kerangka kerja untuk
sebuah asuhan keperawatan demensia (Kolcaba, 1992b) kemudian ditanyai oleh salah
satu peserta tentang konsep kenyamanan. Langkah awal yang dilakukan Kolcaba dalam
menganalisis konsepnya adalah dengan melakukan telaah studi literatur dan analisa
konsep dari berbagai disiplin ilmu, yaitu keperawatan, medis, psikologi, psikiatri,
ergonomik dan bahasa inggris digunakan oleh Shakespeare dan dalam Oxford English
Dictionary (OED). Dari literatur tersebut dicontohkan bahwa perawat memberikan
tindakan yang memiliki muatan positif yang menyebabkan kenyamanan pasien dan
merupakan salah satu standar dalam peningkatan status dan kondisi sebelumnya. Dari
bahasa dasar kenyamanan, Kolcaba menjelaskan bahwa kenyamanan adalah sesuatu
yang menguatkan, dan dari ergonomis, berkaitan langsung dengan penampilan dalam
bekerja.
Dari kamus Oxford, Kolcaba mulai mempelajari arti sebenarnya dari
Kenyamanan (Comfort) yaitu “to strengthen greatly” yang berarti untuk memperkuat,
dari definisi ini memberikan sebuah rasional bagi seorang perawat saat ia memberikan
kenyamanan pada pasien, ketika pasien mampu melakukan kegiatannya dengan baik dan
ketika perawat mendapatkan sebuah kepuasan karenanya. Berbagai studi mengenai
kenyamanan di ranah keperawatan sangat banyak. Kolcaba memaparkan tentang teori
kenyamanan dengan menelusuri catatan sejarah penggunaan kenyamanan dalam
keperawatan. Sebagai contoh, Kolcaba menggunakan teori Nightingale (1859) yang
menekankan “Kenyamanan seharusnya tidak boleh lepas dari observasi atau tujuan
utama, hal ini bukan menjadi suatu hal yang tidak berguna melainkan menyelamatkan
kehidupan dan untuk meningkatkan status kesehatan dan kenyamanan” (hal. 70).
Pada tahun 1900-1929, kenyamanan menjadi pusat dari pencapaian keperawatan
dan pengobatan dan merupakan tujuan keperawatan dan kedokteran, karena dengan
adanya rasa nyaman pada pasien, maka penyembuhan dapat dicapai oleh pasien
(McIlveen & Morse, 1995). Perawat memiliki keharusan untuk mengaplikasikan hal
untuk memberikan kenyamanan pada seorang pasien. Aikens (1908) menjabarkan
bahwasanya adanya ketidakpedulian mengenai kenyamanan pasien. Seorang perawat
memiliki tujuan untuk mencapai kenyamanan pasien, dan memiliki visi mengenai
kenyamanan pasien adalah salah satu hal yang penting yang semestinya perlu dimiliki
seorang perawat.
Kolcaba (1991) menggunakan ide dari 3 teori awal keperawatan untuk dapat
mendefinisikan tipe-tipe kenyamanan dalam suatu konsep analisis:
1. Relief (kelegaan)
Fase relief dalam teori Kolcaba disintesa dari teori Orlando (1961) dimana pada
fase ini perawat dapat mengidentifikasi apa yang dibutuhkan oleh seorang pasien
kepada dirinya. Perawat meringankan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.
2. Ease (ketentraman)
Fase ease disintesa dari teori Henderson (1966) yang mendeskripsikan 13 fungsi
dasar manusia yang harus diseimbangkan dalam masa perawatan.
3. Transcendence
Fase Transcendence disintesa dari Paterson dan Zderad (1975) yang menyediakan
pemahaman bahwa pasien mampu mengatasi kesulitan mereka dengan bantuan dari
perawat.
Struktur taksonomi juga dibuat oleh Kolcaba dalam menggambarkan pengalaman
pasien dalam mencapai kenyamanan dengan bantuan empat konteks dalam kenyamanan
yang didapat oleh Kolcaba melalui studi literatur keperawatan. Konteks yang
mendukung kenyamanan tersebut antara lain: physical, psychospiritual, sociocultural,
dan environmental. Keempat konteks tersebut kemudian digabungkan dengan tiga tipe
kenyamanan menjadi suatu struktur taksonomi yang akan menggambarkan upaya
pencapaian kenyamanan (Comfort) yang akan dilakukan oleh perawat kepada pasien.
Tujuan dari taksonomi ini adalah untuk menjadi kerangka acuan dalam menyediakan
konten kenyamanan pada seorang pasien oleh seorang perawat. Taksonomi ini juga dapat
digunakan untuk membuat desain instrumen lainnya di masa yang akan datang seperti
pengembangan quisioner untuk end-of-life (Kolcaba, Steiner, & Mitzel, 2004).

Gambar 2.1 Type of Comfort


Tipe kenyamanan:
Relief : suatu pernyataan pasien yang menyatakan memiliki suatu kebutuhan yang
spesifik telah terpenuhi
Ease : suatu pernyataan pasien tentang ketenangan dan kepuasan
Transcendence: suatu pernyataan terhadap satu kondisi pasien diatas satu masalah /
nyeri. Sebuah pernyataan dari pasien telah melampaui kesakitan/permasalahannya.

Konteks dimana kenyamanan muncul:


Physical : berhubungan dengan sensasi dalam tubuh. Apa yang dirasakan
secara fisik
Psychospiritual : berhubungan dengan psikologi pasien seperti rasa percaya diri,
konsep, seksualitas, dan arti dari suatu kehidupan
Environtmental : berhubungan dengan sumber daya eksternal, suatu kondisi, dan
suatu pengaruh lingkungan yang menyebabkan perubahan kenyamanan
Social : berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan hubungan
sosial.

Pada tabel diatas menjelaskan tentang struktur taksonomi dari teori kenyamanan
Kolcaba, yang terdiri dari tiga tipe kenyamanan, yaitu relief, ease, dan transcendence;
dan meliputi empat konteks kenyamanan, antara lain fisik, psikospiritual, lingkungan
dan sosial. Adapun cara menggunakan tabel ini adalah:
1. Pada kolom relief dituliskan pernyataan tentang kondisi pasien yang membutuhkan
tindakan perawatan spesifik dan segera terkait dengan kenyamanan pasien,
meliputi empat konteks kenyamanan (fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial).
2. Pada kolom ease dituliskan pernyataan yang menjelaskan tentang bagaimana
kondisi ketentraman dan kepuasan hati pasien yang berkaitan dengan kenyamanan,
meliputi empat konteks kenyamanan (fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial).
3. Pada kolom transcendence dituliskan pernyataan tentang bagaimana kondisi pasien
dalam mengatasi masalah yang terkait dengan kenyamanan, meliputi empat
konteks
B. KONSEP TEORI “ KENYAMANAN” KOLCABA
Dalam teori Kolcaba, alat ukur pencapaian kenyamanan melingkupi penerima,
pasien, siswa, tahanan, pekerja, dewasa lanjut, komunitas dan institusi:
1. Kebutuhan Perawatan Kesehatan
Kebutuhan perawatan kesehatan didefinisikan sebagai kebutuhan untuk
memperoleh kenyamanan dan dapat bangkit dari situasi stres yang tidak dapat dicapai
melalui sistem dukungan yang bersifat umum atau tradisional. Kebutuhan disini
meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan yang diperoleh
melalui monitoring, laporan verbal, laporan non verbal, kebutuhan yang berhubungan
dengan parameter patofisiologi, kebutuhan pendidikan dan dukungan, serta kebutuhan
konseling dan intervensi finansial (Kolcaba, 2003).
2. Intervensi Rasa Nyaman
Intervensi untuk rasa nyaman adalah tindakan keperawatan dan ditunjukkan
untuk mencapai kebutuhan rasa nyaman pasien, kebutuhan tersebut terkait dengan
fisiologis, sosial, budaya, ekonomi, psikologis, spiritual, lingkungan, dan juga
intervensi fisik (Kolcaba, 2001)
3. Varibel yang mengintervensi
Didefinisikan sebagai interaksi kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi persepsi resipien tentang kenyamanan secara total dan penuh.
Variabel ini terdiri atas pengalaman masa lalu, umur, afektif, status emosional, latar
belakang budaya, sistem pendukung, prognosis penyakit, keuangan, dan pengalaman
resipien secara keseluruhan (Kolcaba, 1994). Variabel-variabel intervensi ini akan
memberikan dampak terhadap pencapaian target dalam melaksanakan intervensi
perawatan pada pasien.
4. Kenyamanan
Didefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh resipien berdasarkan
pengukuran kenyamanan, atau sebuah kondisi yang dirasakan oleh klien terhadap
intervensi kenyamanan yang diperoleh dari tenaga medis. Menurut Kolcaba (1994)
Ada tiga tipe kenyamanan (kelegaan, ketentraman dan transcendence) serta empat
konteks pengalaman (fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan).
5. Perilaku Pencari Kesehatan (Health-seeking Behaviors/HSBs)
Suatu keadaan yang menggambarkan secara luas menjabarkan tujuan hasil
yang ingin dicapai dari sebuah kondisi sehat. Dihubungkan dengan pencari kesehatan
serta ditetapkan oleh resipien pada saat konsultasi dengan perawat. Perilaku pencari
kesehatan dapat dikategorikan secara internal, eksternal, atau meninggal dengan
penuh kedamaian.
6. Institusi yang Terintegrasi
Kolcaba menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan integritas institusi adalah
sebuah institusi yang memiliki integritas kelembagaan, misalnya kelompok,
komunitas, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, panti asuhan, yang memiliki kualitas
atau tempat yang lengkap, jumlah, suara, jujur, kasih, tulus, dan sungguh-sungguh.
Saat sebuah institusi menunjukkan hal tersebut maka akan dapat menciptakan dasar
praktik dan kebijakan yang sesuai (Kolcaba, 2001)
7. Praktik Keperawatan Terbaik
Penggunaan intervensi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti klinis yang
terukur secara empiris untuk mendapatkan hasil capaian terbaik pada pasien dan
keluarga pasien dalam kualitas pelayanan keperawatan untuk pasien dan keluarga
8. Kebijakan Terbaik
Kebijakan institusional atau regional akan mengawali sebuah
prosedur/protokol pelaksanaan pelayanan keperawatan dan kondisi medis untuk
dengan mudah mengakses dan mendeterminasi bahwa pelayanan kesehatan diketahui
sebagai suatu kebijakan yang terbaik.

C. Asumsi Utama dalam Paradigma Keperawatan


Berikut adalah asumsi utama yang digunakan dalam memandang paradigma
keperawatan, antara lain:
1. Keperawatan
Keperawatan adalah salah satu pengkajian kebutuhan kenyaman yang intensif,
intervensi yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan, dan evaluasi
tingkat kenyamana setelah implemnetasi dberikan kemudian dibandingkan dengan
tujuan hasil yang diinginkan. Pengkajian dan evaluasi dapat berupa intuisi atau
subjektif atau keduanya. Pengkajian diperoleh melalui skala tingkatan verbal (klinis)
atau kuesioner mengenai tingkat kenyamanan yang menggunakan instrumen dari studi
Kolcaba.
2. Pasien
Penerima asuhan mungkin dapat berupa individu, keluarga, institusi atau komunitas
yangmembutuhkan asuhan keperawatan. Perawat dapat berperan sebagai penerima
intervensi terkiat kenyamanan di lingkungan tempat bekerja ketika adanya inisiatif
untuk meningkatkan kondisi kerja dibawah tekanan, seperti untuk meningkatkan
Magnet status.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah segala aspek pasien, keluarga, atau institusi yang dapat
dimanipulasi oleh perawat, orang dicintai atau institusi untuk meningkatkan
kenyamanan
4. Kesehatan
Kesehatan adalah status fungsi optimal seorang pasien, keluarga, pemberi asuhan
kesehatan, atau komunitas dalam konteks individu atau kelompok

D. PENEGASAN TEORI
Teori kenyamanan terdiri dari tiga bagian pernyataan proposisi yang telah diuji secara
terpisah atau bersamaan
 Bagian 1 menyatakan intervensi kenyamanan, ketika efektif akan menghasilkan
peningkatan kenyamanan bagi penerima (pasien dan keluarga), dibandingkan
dengan dasar pre intervensi. Pemberi asuhan dapat menjadi penerima jiks
menyatakan komitmen untuk kenyamanan lingkungan kerja mereka. Intervensi
kenyamanan ditujukan sebagai pemenuhan kebutuhan dasar manusia, seperti
istirahat, homeostatis, komunikasi terapeutik dan pengobatan yang holistik.
Intervensi kenyamanan biasanya non-teknologi dan terintegrasi dalam pemberian
asuhan.
 Bagian 2 menyatakan bahwa peningkatan kenyamanan penerima asuhan dihasilkan
dari adanya perilaku kesadaran diri tentang kesehatannya.
 Bagian 3 menyatakan bahwa adanya peningkatan kesadaran diri penerima tentang
kesehatannya menignkat akibat kemajuan dalam kualitas perawatan, kebijakan
institusi dan asuhan berdasar bukti praktik klinis dan kebijakan.

Kolcaba menyakini bahwa perawat dapat melaksanakan asuhan yang bersifat


memberikan kenyamana bagi pasien. kolcaba meyakini bahw tindakan ini akan
meningkatkan peran perawat untuk lbih kreatif dalam pemberian asuhan keperawatannya
dan kepuasan diri, seperti pencapaian kepuasan yang diperoleh pasien kelolaannya. Oleh
karena itu, prawat harus memberikan intervensi yang tepat dan mendokumentasikan
hasinya dalam catatan terintegrasi pasien. meskipun, setiap intervensi yang diberikan
belum tentu dapat meningkatkan kenyamanan bagi pasien. ketika kenyamanan tidak
dicapai secara utuh, perawat perlu mengkaji variabel yang berhubungan dengan
kenyamanan, seperti variabel ada atau tidak permasalahan di rumah, status ekonomi yang
rendah, diagnosis yang berat, atau adanya keterbatasan kognitif yang membutuhkan
intervensi lebih lanjut dan penyebab lain sebagai evaluasi terkait tidak efektifnya
intervensi yang diberikan.
Manajemen kenyamanan atau perawatan seputar kenyamanan mencakup
intervensi, aksi pemberian kenyamanan, hasil tujuan yang ingin diperoleh, dan pemilihan
penerima asuhan untuk menentukan asuhan yang ingin diperoleh, baik individu,
keluarga, dan perawat. Oleh karena itu, manajemen kenyamanan adalah bersifat proaktif,
dinamis/berenergi, intensif, dan jangka panjang dalam konteks pemberian asuhan kepada
penerima. Untuk meningkatkan peranan perawat dalam memberikan kenyamanan pasien.
perawat harus mendokumentasikan perbahan tingkat kenyamanan sebelum dan sesudah
ontervsni diberikan. Dalam konteks klinis, kolcaba menyarankan untuk bertanya pada
pasien mengenai rentang nilai kenyamanan pasien dari 0 hingga 10 dengan 10
munujukkan kenyamanan tertinggi. Dokumntasi dapat menjadi data dasar elektronik
disetiap institusi.

E. BENTUK LOGIS TEORI KENYAMANAN


Kolcaba (2003) menggunakan tiga bentuk logika pemikiran dalam pengembangan Teori
Kenyamanan : (1) induksi, (2) deduksi dan (3) retoduksi (Hardin & Bishop, 2010).
1. Induksi
Induksi terjadi ketika generalisasi dibangun pada beberapa momen spesifik
pada objek yang diobesrvasi. Ketika perawat melakukan praktik keperawatan dan
praktik keperawatan tersebut diakui sebagai sebuah disiplin ilmu, maka perawat perlu
familiar dengan konsep-konsep, istilah-istilah, dalil-dalil, dan asumsi-asumsi implisit
dan eksplisit yang menjadi dasar praktik mereka.
Kolcaba merupakan kepala perawat pada unit alzeimer dan mengenal beberapa
istilah yang digunakan untuk menjelaskan praktik keperawatan demensia pada masa
tersebut, seperti lingkungan yang memfasilitasi, banyak disabilitas, dan fungsi
optimal. Namun demikian, ketika ia menarik garis hubungan di antara ketiga hal
tersebut, ia mengakui bahwa tiga hal tersebut, ia mengakui bahwa tiga hal tersebut
tidak menjelaskan praktik yang dilakukan secara menyeluruh. Satu bagian penting
dari keperawatan hilang, dan ia memikirkan apa yang dilakukan perawat untuk
mencegah bertambahnya disabilitas (selanjutnya disebut sebagai intervensi) dan
bagaimana menilai apakah intervensi tersebu efektif. Fungsi optimal telah
dikonsepkan sebagai kemampuan untuk melakukan aktivias khusus dalam unit
tersebut. Aktivitas tersebut membuat peserta merasa positif terhadap diri mereka
sendiri, seakan aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang tepat dilakukan pada
waktu yang tepat.
Poin penting induksi pada pemikiran Kolcaba adalah:
a. Membagi bertambahnya disabilitas menjadi disabilitas fisik dan mental
b. Memasukkan konsep kenyamanan dalam diagram asli, karena kata tersebut dapat
menyampaikan keadaan yang diharapkan dari pasien ketika mereka tidak terlibat
dalam aktivitas-aktivitas khusus.
c. Perlu dicatat hubungan non rekursif antara kenyamanan dan berfungsi secara
optimal. Pemikiran tersebut menandai langkah pertama menuju sebuah teori
kenyamanan dan memikirkan kompleksitas konsep tersebut
2. Deduksi
Deduksi terjadi ketika suatu kondisi spesifik didapakan dari prinsip atau dasar
umum. Tahapan deduksi dari pengembangan teori menghubungkan kenyamanan
dengan konsep lain untuk menghasilkan teori. Karena karya dari 3 pencetus teori
keperawatan terdapat dalam definisi kenyamanan, Kolcaba mencari teori lain yang
menjadi dasar yang diutuhkan untuk menyatukan kelegaan atau keluasan (relief),
ketentraman (ease), dan transendensi (tiga konsep besar). Apa yang dibutuhkan adalah
kerangka konsep yang lebih abstrak dan umum sesuai dengan teori kenyamanan dan
mengandung sejumlah kontruksi yang sangat abstrak. Tahap deduktif dari
pengembangan teori, Kolcaba memulai dari kontruksi teoritis yang abstrak dan umum
dan menggunkaan proses sosiologis untuk subtruksi untuk mengidentifikasi konsep
yang lebih spesifik untuk digunakan dalam praktik keperawatan.
3. Retroduksi
Retroduksi berguna untuk memilih fenomena yang dapat dikembangkan lebih
jauh dan diuji. Jenis pemeikiran ini diterapkan pada bidang yang hnya memeiliki
beberapa teori. Dengan menggunakan retroduksi, Kolcaba menambahkan konsep
ntegritas institusional ke dalam teori kenyamananpada level middle range.
Penambahan istilah tersebut memperluas teori yang dibutuhkan untuk
mempertimbangkan hubungan antara oerilaku mencari bantuan dan integritas
institusional.

F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI “KENYAMANAN” KOLCABA


1. Kelebihan Teori “Kenyamanan” Kolcaba
Teori comfort banyak diadopsi oleh para praktisi keperawatan misalnya pada
nurse midwifery yang menggunakan teori Kolcaba sebagai kerangka acuan dalam
melakukan studi (Schuiling, Sampselle, & Kolcaba, 2011), hospice care (Kolcaba,
Dowd, Steiner, et al, 2004), keperawatan perioperative (Wilson & Kolcaba, 2004),
Perawatan Long- Term ( Kolcaba, Schrim, & Steiner, 2006), Tingkat stress
mahasiswa (Dowd, Kolcaba, Steiner, et al, 2007), pasien dimensia (Hodgson &
Andersen, 2008), dan perawatan Paliatif (Lavoie, Blondeau, & Picard Morin, 2011).
Penggunaan verbal rating scale sebagai suatu instrumen pengukuran level nyeri pasien
akan memberi kemudahan bagi perawat dalam melakukan dokumentasi terhadap level
kenyamanan pasien (Dowd, Kolcaba, Steiner, et al, 2007).
Dalam bidang pendidikan, teori Kolcaba dapat diaplikasikan dalam kurikulum
pendidikan tinggi keperawatan. Teori Kolcaba memberi kemudahan bagi educator
dalam memberikan pemahaman kepada mahasiswa keperawatan dan melaksanakan
metode efektif dalam pembelajaran tentang level kenyamanan pada seorang pasien
(Goodwin, Sener, & Steiner, 2007). Robinson & Kish (2001) juga mengatakan bahwa
dengan teori Kolcaba, maka mahasiswa di berbagai setting klinis dapat
mengaplikasikan intervensi nyeri yang dibuat dalam Comfort Care Plan yang dibuat
oleh Kolcaba.
Dalam bidang penelitian, Kolcaba menciptakan suatu instrumen penelitian
dalam melakukan pengukuran level kenyamanan pada seorang pasien dan menyatakan
pentingnya pengukuran level kenyamanan pada seorang pasien sebagai suatu tolak
ukur capaian seorang perawat (Kolcaba, 2006). Kolcaba (2001) menggunakan skala
pengukuran level kenyamanan pada rumah sakit besar dan lingkup home care untuk
mengembangkan teori dan literatur dari kenyamanan.
b. Kekurangan Teori “Kenyamanan” Kolcaba
Teori Kolcaba memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah beberapa
artikel awal Kolcaba seperti konsep analisis mungkin sedikit tidak jelas (clarity) tetapi
masih tetap konsisten terhadap definisi, asumsi, dan proposisi (Kolcaba & Kolcaba,
1991). Teori Kolcaba juga dinilai sederhana karena teori comfort masih rendah dalam
pemanfaatan teknologi akan tetapi masih memiliki peluang untuk dapat digunakan
pada teknologi canggih.
Teori ini melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik, psikospiritual,
lingkungan dan sosial kultural. Namun untuk menilai semua aspek tersebut
dibutuhkan komitmen tinggi dan kemampuan perawat yang trampil dalam hal
melakukan asuhan keperawatan berfokus kenyamanan (pengkajian hingga evaluasi),
yang di dalamnya dibutuhkan teknik problem solving yang tepat

G. PHILOSOPHY, GRAND THEORY, PRACTICE THEORY NYERI KRONIK PADA


CARDIAC PATIENT
Kasus : “James datang ke IGD dengan Nyeri dada menjalar tembus punggung . setelah
itu dilakukan triage secara cepat. James diberikan oksigen untuk membantu pernapasan
yang cepat dan dangkal. Dari gambaran hasil EKG di temukan Acute Coronary
Syndrome . Perawat memberikan edukasi dan penjelasan untuk menurunkan
kecemasanannya dan nyeri dadanya , dengan respon cepat diberikan infus pump.
Kenyamanan diukur dari hubungan antara gejala nyeri dada, napas dangkal dan cepat,
atau kecemasan yang diatasi dengan treatmen farmakologi dan secara holistik. Perawat
memanggil istri james kemudian perawat menjelaskan kondisi james keudian istri duduk
disebelah james, Setelah itu james mengatakan tidak lagi nyeri dada. Dia bisa menutup
mata dan tertidur Dasar dari intervensi berdasarkan teori kenyamanan yaitu waktu yang
cepat dalam penanganan pasien dengan dengan caridact chest pain atau lainnya
(Krinsky, 2014).
1. Pembahasan kasus
Teori comfort adalah teori yang dikembangkan oleh Kolcaba bisa
diaplikasikan pada pasien dengan keluhan nyeri dada. Dalam perawatan pasien
dengan penyakit jantung, teori ini diapliaksian lewat intervensi “Quite Time” atau
intervensi waktu cepat dengan meningkatkan lingkungan sekitar pasien agar pasien
merasa nyaman dan aman. Lingkungan yang ramai dan gaduh bisa menyebabkan efek
negatif pada proses pemulihan pasien (Krinsky,2014).
Pada kasus diatas James yang didiagnosa terkena Acute Coronary Syndrom
(ACS) diletakkan di ruangan yang terpisah dengan ruangan utama UGD yang pada
umumnya kondiisinya sangat ramai. Ruangan tersebut tertutup rapat sehingga suara
dari dluar tidak dapat masuk, didalam ruangan juga hanya terdapat 6 tempat tidur,
sehingga pasien dapat dengan nyaman berisitirahat dan staf tenaga kesehatan bisa
dengan bebas memperhatikan kondisi tiap pasien.
Pada teori comfort teradapat 3 bentuk kenyamanan yaitu relief, ease, dan
transcendence. Dimana relief tentang kondisi pasien yang membutuhkan tindakan
perawatan spesifik dan segera terkait dengan kenyamanan pasien. Dalam kasus diatas
adalah james mengelukan nyeri dada dan sesak nafas, seingga perawat langsung
memberikan masker 02 dan memindahkan James ke ruangan khusus yang terpisah
dengan ruangan utama IGD, segera melakukan tindakan sesuai dengan protokol
pasien dengan ACS.
Ease adalah pernyataan yang menjelaskan tentang bagaimana kondisi
ketentraman dan kepuasan hati pasien, disini james terlihat gelisah dan cemas serta
istrinya yang tidak bisa menemani dia sewaktu di UGD, sehingga perawat
menjelaskan Tn. James tentang tujuan dan proses pemasangan alat seperti ECG, IV
Pump secara singkat dan jelas.
Transcendence adalah pernyataan pasien tentang bagaimana kondisi pasien
dalam mengatasi masalah. Dengan keluan nyeri dada dan sesak nafas James sangat
membutuhkan lingkungan yang tenang untuk istirahat dan membutuhkan dukungan
keluarga atau orang dekat agar dia tenang, tetapi istri james tidak bisa menemani
James. Setelah nyeri dan gelisah Jame menurun perawat menghubungi istri James dan
memberitahu tentang keadaan James.
Intervensi “quiet time” memiliki potensi yang siginfikan tidak hanya
mengurangi stimulasi yang berbahaya tetapi juga menciptakan
kesempatan kebutuhan privsi dan interaksi pendukung. Hasil penelitian Gardner et al
(2009) mengatakan bahwa quite time meningkatkan outcome pasien dan kepuasan
pasien dengan pelayanan perawatan akut, keduanya mampu meningkatkan lingkungan
komtemporer perawatan kesehatan yang penting. Quiet time merupakan intervensi
yang berkembang dalam praktek keperawatan, tetapi masih membutuhkan penelitian
lebih lanjut untuk membuktikan kegunaannya pada pasien yang lebih spesifik.
(Krinsky, 2014).
Manual Prosedur Pengisian Taxonomi Structure
Konteks Nyaman Relief Ease Transcendence
Fisik -Nyeri dada Gelisah, cemas dan Klien berkata, “ruangan di
-nyeri menyebar ke menunjukkan IGD gaduh, membuat dda
punggung respon penolakan semakin nyeri, klien juga
– nafas cepat & mengatakan ingin bertemu
dangkal istrinya agar lebih tenang”

Psikospiritual -Cemas Ketidaktahuan Butuh dukungan spiritual


-Stress tentang prognosis dan emosional dari istri
penyakit, regimen
terapeutik, dan
perawatan

Lingkungan -Ruang perawatan -Lingkungan yang Pasien mengatakan


pasien di pindah nyaman membutuhkan ketenangan
dari ruang -di ruangan lingkungan dan untuk
perawatan utama. observasi tersebut berkomunikasi dengan
-Ruangan hanya terdpt 6 bed keluarga
dikontrol dan – perawat bisa
dibersihkan secara memantau dengan
rutin pasien karena
jumlah pasien
tidak banyak
Sosiokultural Banyak keluarga – Istri dan Butuh dukungan keluarga/
dari pasien lain anak-anak tidak orang dekat
sehingga bisa menemani Butuh informasi dan
menimbulkan setiap saat konsultasi
kebisingan – Perawat
memberikan
informasi
mengenai
procedure tindakan
kepada pasien
PENUTUP
A. KEIMPULAN
Teori Kolcaba pada middle range sebenarnya merupakan turunan philosophy
Teory dari Florence Nightingale. Teori Kenyamanan Kolcaba masuk ke dalam middle-
range teori dikarenakan (a) tidak abstrak dan berisi aplikasi secara terinci, (b)
mengembangkan bukti hasil praktik keperawatan, (c) merupakan karakteristik praktik
keperawatan dan atau situasi keperawatan. Teori middle range merupakan level ketiga
dari teori keperawatan. Teori middle range cukup spesifik uuntuk memberikan petunjuk
riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama.
Sebagai petunjuk riset dan prktik, middle range teori lebih banyak digunkan dari pada
grand teori, dan dapat diuji secara empiris pemikirannya. Teori comfort dapat
diaplikasikan terutama pada pasien yang mengalami nyeri dengan peningkatan skala
nyeri yang dipengaruhi kecemasan, contoh cardiac chest pain with anxiety.
DAFTAR PUSTAKA
https://idarahmawatiblog.wordpress.com/2016/11/29/middle-range-theory-kolcaba/

Anda mungkin juga menyukai