KOLCABA : Theory of
Comfort
Kenyamaman itu baik fisik dan mental dan tanggung jawab seorang
perawaat tidakklah berakhir pada perawatan fisik”. DAlam buku teks
tahun 1904, 1914 dan 1919, kenyamanan emosional disebut juga
kenyamanan mental dan kebanyakan dicapai dengan menyediakan
kenyaman fisik dan modifikasi lingkungan passion (Mcllveen dan Morse,
1995). Dalam contoh ini, kenyamannan adalah positif dan dicapai dengan
bantuan daari perawat dan dalam beberapa kasus menunjukan
peningkatan keadaan atau kondisi sebelumnya. Intuisi kenyamanan
dikaitkan dengan memelihara aktivitas.
Kolcaba (1991) menggunakan ide dari 3 teori awal keperawatan
untuk dapat mendefinisikan tipe-tipe kenyamanan dalam suatu konsep
analisis:
1. Relief (kelegaan)
Fase relief dalam teori Kolcaba disintesa dari teori Orlando (1961)
dimana pada fase ini perawat dapat mengidentifikasi apa yang
dibutuhkan oleh seorang pasien kepada dirinya. Perawat
meringankan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.
2. Ease (ketentraman)
3. Transcendence
C. Type of Comfort
1) Tipe kenyamanan(Aligood, 2017):
a) Kelegaan/Relief
Suatu pernyataan pasien yang menyatakan memiliki suatu
kebutuhan yang spesifik telah terpenuhi
b) Kententraman/Ease
Suatu pernyataan pasien tentang ketenangan dan kepuasan
c) Transendensi/Transcendence
Suatu pernyataan terhadap satu kondisi pasien diatas satu
masalah / nyeri.Sebuah pernyataan dari pasien telah melampaui
kesakitan/permasalahannya.
2) Konteks dimana kenyamanan muncul(Aligood, 2017):
a) Physical /Fisik
Berhubungan dengan sensasi dalam tubuh.Apa yang dirasakan
secara fisik atau jasmaniah
b) Psychospiritual
Berhubungan dengan psikologi pasien atau kesadaran diri sendiri,
seperti rasa percaya diri, harga diri, konsep diri, seksualitas, dan
arti dari suatu kehidupan
c) Environtmental
Berhubungan dengan sumber daya eksternal, suatu kondisi, dan
suatu pengaruh lingkungan yang menyebabkan perubahan
kenyamanan
d) Social
Berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan hubungan
sosial.
Pada tabel diatas menjelaskan tentang struktur taksonomi dari teori
kenyamanan Kolcaba, yang terdiri dari tiga tipe kenyamanan, yaitu relief,
ease, dan transcendence; dan meliputi empat konteks kenyamanan,
antara lain fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial. Adapun cara
menggunakan tabel ini adalah(Aligood, 2017):
1. Pada kolom relief dituliskan pernyataan tentang kondisi pasien yang
membutuhkan tindakan perawatan spesifik dan segera terkait dengan
kenyamanan pasien, meliputi empat konteks kenyamanan (fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial).
2. Pada kolom ease dituliskan pernyataan yang menjelaskan tentang
bagaimana kondisi ketentraman dan kepuasan hati pasien yang
berkaitan dengan kenyamanan, meliputi empat konteks kenyamanan
(fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial).
3. Pada kolom transcendence dituliskan pernyataan tentang bagaimana
kondisi pasien dalam mengatasi masalah yang terkait dengan
kenyamanan, meliputi empat konteks kenyamanan (fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial).
d. Kesehatan
Kesehatan adalah status fungsi optimal seorang pasien,
keluarga, pemberi asuhan kesehatan, atau komunitas dalam
konteks individu atau kelompok(Aligood, 2017).
F. Asumsi-Asumsi
a. Setiap individu menunjukkan respon holistik terhadap stimulus
kompleks yang diterima(Kolcaba, 1994).
b. Kenyamanan adalah hasil holisitk yang ingin dicapai oleh setiap
individu dan erat kaitannya dengan disiplin keperawatan(Kolcaba,
1994).
c. Kenyamanan adalah kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan dan
harus dipenuhi oleh setiap individu. Hal ini merupakan usaha
aktif(Kolcaba, 1994).
d. Pencapaian kenyamanan seorang individu memberikan kekuatan
bagi pasien dalam membentuk sikap kesadaran terkiat kesehatan
dirinya(Kolcaba, 1994).
e. Pasien yang menunjukkan kesadaran terkait kesehatan dirinya tinggi
cendrung memiliki kepuasaan tersedniri dengan asuhan yang
dipeoleh(Kolcaba, 2001).
f. Integritas institusi didasarkan oleh orientasi sistem nilai penerima
asuhan. Sama pentingnya orientasi terhadap promosi kesehatan
(Kolcaba, 2001).
G. Penegasan Teori
Teori kenyamanan terdiri dari tiga bagian pernyataan proposisi yang
telah diuji secara terpisah atau bersamaan.
1. Bagian 1 menyatakan intervensi kenyamanan, ketika efektif akan
menghasilkan peningkatan kenyamanan bagi penerima (pasien dan
keluarga), dibandingkan dengan dasar pre intervensi. Pemberi
asuhan dapat menjadi penerima jika menyatakan komitmen untuk
kenyamanan lingkungan kerja mereka. Intervensi kenyamanan
ditujukan sebagai pemenuhan kebutuhan dasar manusia, seperti
istirahat, homeostatis, komunikasi terapeutik dan pengobatan yang
holistik. Intervensi kenyamanan biasanya non-teknologi dan
terintegrasi dalam pemberian asuhan(Aligood, 2017).
2. Bagian 2 menyatakan bahwa peningkatan kenyamanan penerima
asuhan dihasilkan dari adanya perilaku kesadaran diri tentang
kesehatannya (Aligood, 2017).
3. Bagian 3 menyatakan bahwa adanya peningkatan kesadaran diri
penerima tentang kesehatannya menignkat akibat kemajuan dalam
kualitas perawatan, kebijakan institusi dan asuhan berdasar bukti
praktik klinis dan kebijakan (Aligood, 2017).
Kolcaba menyakini bahwa perawat dapat melaksanakan asuhan
yang bersifat memberikan kenyamana bagi pasien. Kolcaba meyakini
bahwa tindakan ini akan meningkatkan peran perawat untuk lebih kreatif
dalam pemberian asuhan keperawatannya dan kepuasan diri, seperti
pencapaian kepuasan yang diperoleh pasien kelolaannya. Oleh karena
itu, perawat harus memberikan intervensi yang tepat dan
mendokumentasikan hasinya dalam catatan terintegrasi pasien.
Meskipun, setiap intervensi yang diberikan belum tentu dapat
meningkatkan kenyamanan bagi pasien(Aligood, 2017).
Ketika kenyamanan tidak dicapai secara utuh, perawat perlu
mengkaji variabel yang berhubungan dengan kenyamanan, seperti
variabel ada atau tidak permasalahan di rumah, status ekonomi yang
rendah, diagnosis yang berat, atau adanya keterbatasan kognitif yang
membutuhkan intervensi lebih lanjut dan penyebab lain sebagai
evaluasi terkait tidak efektifnya intervensi yang diberikan(Aligood, 2017).
Manajemen kenyamanan atau perawatan seputar kenyamanan
mencakup intervensi, aksi pemberian kenyamanan, hasil tujuan yang
ingin diperoleh, dan pemilihan penerima asuhan untuk menentukan
asuhan yang ingin diperoleh, baik individu, keluarga, dan perawat.Oleh
karena itu, manajemen kenyamanan adalah bersifat proaktif,
dinamis/berenergi, intensif, dan jangka panjang dalam konteks
pemberian asuhan kepada penerima.Untuk meningkatkan peranan
perawat dalam memberikan kenyamanan pasien. Perawat harus
mendokumentasikan perbahan tingkat kenyamanan sebelum dan
sesudah ontervsni diberikan(Aligood, 2017). Dalam konteks klinis,
kolcaba menyarankan untuk bertanya pada pasien mengenai rentang
nilai kenyamanan pasien dari 0 hingga 10 dengan 10 munujukkan
kenyamanan tertinggi. Dokumntasi dapat menjadi data dasar elektronik
disetiap institusi (Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006).
CONTOH KASUS
Contoh Kasus : “Tn.K datang ke IGD dengan nyeri dada menjalar tembus
punggung (Vital sign: TD: ND: RR: SB:). Setelah itu dilakukan triage secara
cepat. Tn.K diberikan oksigen dengan menggunakan masker sebanyak 3-4
liter untuk membantu pernapasan yang cepat dan dangkal. Dari gambaran
hasil EKG di temukan Acute Coronary Syndrome. Tn. K ditempatkan terpisah
dengan ruangan UGD yang didalamnya hanya terdapat 6 tempat tidur dan
ruangan tertutup rapat (Tn.K mengatakan membutuhkan ketenangan
lingkungan dan untuk berkomunikasi dengan keluarga).Tn. K terlihat gelisah
dan cemas serta istrinya yang tidak bisa menemani dia sewaktu di UGD
(Tn.K berkata, “ruangan di IGD gaduh, membuat dada semakin nyeri, klien
juga mengatakan ingin bertemu istrinya agar lebih tenang).Perawat
memberikan edukasi dan penjelasan untuk menurunkan kecemasanannya
dan nyeri dadanya, dengan respon cepat diberikan infus pump. Kenyamanan
diukur dari hubungan antara gejala nyeri dada, napas dangkal dan cepat,
atau kecemasan yang diatasi dengan treatmen farmakologi dan secara
holistik.Setelah nyeri dan gelisah Tn.K menurun perawat menghubungi istri
Tn. K dan memberitahu tentang keadaan Tn.K. Perawat memanggil istri Tn.K
sesampainya di RS, kemudian perawat menjelaskan kondisi Tn.K kemudian
istri duduk disebelah Tn.K, Setelah itu Tn.Kmengatakan tidak lagi nyeri dada.
Dia bisa menutup mata dan tertidur.Dasar dari intervensi berdasarkan teori
kenyamanan yaitu waktu yang cepat dalam penanganan pasien dengan
dengan caridact chest pain atau lainnya (Krinsky, 2014).
Pembahasan Kasus
Konteks
Relief Ease Transcendence
Nyaman
Fisik Gelisah, cemas Klien berkata, “ruangan di
- Nyeri dan menunjukkan IGD gaduh, membuat dada
menyebar respon penolakan semakin nyeri, klien juga
ke mengatakan ingin bertemu
punggung.
- Nafas cepat
dan istrinya agar lebih tenang”
dangkal
- Cemas Ketidaktahuan
tentang prognosis
- Stress penyakit, regimen
terapeutik, dan Butuh dukungan spiritual
Psikospiritual
perawatan dan emosional dari istri
- Ruang - Lingkungan
perawatan yang nyaman
pasien di
pindah dari - Di ruangan
ruang observasi
Pasien mengatakan
perawatan tersebut hanya
membutuhkan ketenangan
utama. terdapat 6 bed
Lingkungan lingkungan dan untuk
berkomunikasi dengan
- Ruangan - Perawat bisa
keluarga
dikontrol memantau
dan pasien karena
dibersihkan jumlah pasien
secara rutin tidak banyak
Hardin, S., & Bishop, S. (2010). Logical reasoning. In M. R. Alligood & A.M.
Tomey (Eds.), Nursing Theorists And Their Work. (7th ed., pp. 26-35).
Maryland Heights, (MO): Mosby-Elsevier.
Ilmiasih, R., Nurhaeni, N., &Waluyanti, F,T. (2015). The application of Comfort
Kolcaba Theory in order to Overcome the Children Laparotomy post-
surgery Pain in BCH Ward RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo. Jurnal
Keperawatan, 6, 27-33.
Kakkunen, P., Vehvilainen J.K., Pietila A.M., Nysonen S., Korhanen A.,&
Lehikoinen N.M. (2009). Promoting parents’ use of non-
pharmacological methods and assessment of children’s postoperative
pain at home.International Journal of Caring Sciences, 2, 11-21.
Kolcaba, K. (2001). Evolution of the mid range theory of comfort for outcomes
research.Nursing Outlook, 49(86), 86-92.
2018/2019