Anda di halaman 1dari 31

KATHARINE

KOLCABA : Theory of
Comfort

A. Biografi Katharine Kolcaba

Katharine Kolcaba terlahir sebagai Arnold Katharine pada 28


Desember 1944, di Cleveland, Ohio. Beliau adalah pendiri program
perawat lokal paroki dan sebagai anggota Asosiasi Perawat Amerika.
Saat ini, sebagai associate professor di University of Akron College of
Nursing.

Dengan riwayat pendidikan keperawatan dari St. Luke's Hospital


School of Nursing pada tahun 1965,ia menerima diploma di bidang
keperawatan dalam praktik paruh waktu selama bertahun – tahun dalam
keperawatan medical bedah, perawatan jangka panjang, dan home care
sebelum kembali melanjutakn pendidikan. Pada tahun 1987, ia lulus RN
pada kelas MSN di Case Western Reserrve Univerrsity (CWRU) Frances
Payne Bolton Schoolof nursingI, dengan spesialisasi di gerontology.
Sementara sekolah Kolcaba bekerja juga sebagai kepal ruangan di Unit
Demensia.

Sebagai kepala unit demensia, berdasar pengalaman beliau


melakukan pengembangan teori keperawatan untuk mengembangkan
teori kenyamanan dan praktik : sebuah visi untuk perawatan dan riset
kesehatan holistik.

Riwayat Penghargaan dan Pengakuan


 1991-1992 : Pre-Doctoral Fellowship in Interdisciplinary Health,
Case Western Reserve University Internal Grant
 1997 : Honour a Researcher Award
 1997 : Invited Research Consultant, comfort studies & theory,
MNRS
 Januari 1997 : Marie Haug Student Award for excellence in aging
studies dari Case Western Reserve University
 2003 : Mary Hanna Memorial Journalism Award for American
Society of Perianesthesia Nurses, artikel yang berjudul Comfort
Care for Perianesthesia Nursing by Kolcaba and Wilson
 Maret 2003 : Advancement of Science Award from Midwest Nursing
Research Society, End of Life and Palliative Care Nursing
 Mei 2003 : Excellence in the Utilization of Nursing Research,
penghargaan dari Sigma Theta Tau, delta Omega Chapter
 2006 : Researcher of the Year dengan Dr. Therese Dowd,
penghargaan dari Sigma Theta Tau, delta Omega Chapter
B. Konsep Utama Teori

Dari tahun 1990 – 1929, kenyamanan adalah tujuan utama


keperawatn dan medis karena melalui kenyaman, pemulihan dapat
tercapai (Mcllvee & Morse, 1995 dalam Alligood 2014). Perawat
berkewajiban untuk mempengaruhi kenyamanan pasien. AIkens (1908)
mengusulkan bahwa cukup kecil atau tidak ada untuk mengabaikan
tentang kenyamanan pasien. Kenyaman pasien adalah timbangan
pertaman dan terakhir perawat. Seorang perawat yang bagus dapat
membuat pasien nyaman, dan menyediakan kenyamanan adalah factor
utama kemampuan dan karakter perawat (Aiken,1908). Harmer (1926)
menyatakan bahwa asuhan keperawatan memberikan suasana
kenyamanan dan perawatan pribadi pasien termasuk kebahagiaan,
kenyamana n dan kemudahan, fisik dan mental, disamping istirahat dan
tidur, gizi,kebersihan dan eliminasi. Goodnow (1935) mengabadaikan
sebuah bab dalam bukunya teknik keperawatan, kenyamanan pasien.
Goodnov menulis, “ Seorang perawat adalah seorang hakim yang selalu
dengan kempuannya dapat membuat pasiennya merasa nyaman.

Kenyamaman itu baik fisik dan mental dan tanggung jawab seorang
perawaat tidakklah berakhir pada perawatan fisik”. DAlam buku teks
tahun 1904, 1914 dan 1919, kenyamanan emosional disebut juga
kenyamanan mental dan kebanyakan dicapai dengan menyediakan
kenyaman fisik dan modifikasi lingkungan passion (Mcllveen dan Morse,
1995). Dalam contoh ini, kenyamannan adalah positif dan dicapai dengan
bantuan daari perawat dan dalam beberapa kasus menunjukan
peningkatan keadaan atau kondisi sebelumnya. Intuisi kenyamanan
dikaitkan dengan memelihara aktivitas.
Kolcaba (1991) menggunakan ide dari 3 teori awal keperawatan
untuk dapat mendefinisikan tipe-tipe kenyamanan dalam suatu konsep
analisis:

1. Relief (kelegaan)

Fase relief dalam teori Kolcaba disintesa dari teori Orlando (1961)
dimana pada fase ini perawat dapat mengidentifikasi apa yang
dibutuhkan oleh seorang pasien kepada dirinya. Perawat
meringankan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.

2. Ease (ketentraman)

Fase ease disintesa dari teori Henderson (1966) yang


mendeskripsikan 13 fungsi dasar manusia yang harus diseimbangkan
dalam masa perawatan.

3. Transcendence

Fase Transcendence disintesa dari Paterson dan Zderad (1975) yang


menyediakan pemahaman bahwa pasien mampu mengatasi
kesulitan mereka dengan bantuan dari perawat.

Struktur taksonomi juga dibuat oleh Kolcaba dalam menggambarkan


pengalaman pasien dalam mencapai kenyamanan dengan bantuan
empat konteks dalam kenyamanan yang didapat oleh Kolcaba melalui
studi literatur keperawatan. Konteks yang mendukung kenyamanan
tersebut antara lain: physical, psychospiritual, sociocultural, dan
environmental. Keempat konteks tersebut kemudian digabungkan
dengan tiga tipe kenyamanan menjadi suatu struktur taksonomi yang
akan menggambarkan upaya pencapaian kenyamanan (Comfort) yang
akan dilakukan oleh perawat kepada pasien. Tujuan dari taksonomi ini
adalah untuk menjadi kerangka acuan dalam menyediakan konten
kenyamanan pada seorang pasien oleh seorang perawat. Taksonomi ini
juga dapat digunakan untuk membuat desain instrumen lainnya di masa
yang akan datang seperti pengembangan quisioner untuk end-of-
life(Kolcaba, Steiner, & Mitzel, 2004).

C. Type of Comfort
1) Tipe kenyamanan(Aligood, 2017):
a) Kelegaan/Relief
Suatu pernyataan pasien yang menyatakan memiliki suatu
kebutuhan yang spesifik telah terpenuhi
b) Kententraman/Ease
Suatu pernyataan pasien tentang ketenangan dan kepuasan
c) Transendensi/Transcendence
Suatu pernyataan terhadap satu kondisi pasien diatas satu
masalah / nyeri.Sebuah pernyataan dari pasien telah melampaui
kesakitan/permasalahannya.
2) Konteks dimana kenyamanan muncul(Aligood, 2017):
a) Physical /Fisik
Berhubungan dengan sensasi dalam tubuh.Apa yang dirasakan
secara fisik atau jasmaniah
b) Psychospiritual
Berhubungan dengan psikologi pasien atau kesadaran diri sendiri,
seperti rasa percaya diri, harga diri, konsep diri, seksualitas, dan
arti dari suatu kehidupan
c) Environtmental
Berhubungan dengan sumber daya eksternal, suatu kondisi, dan
suatu pengaruh lingkungan yang menyebabkan perubahan
kenyamanan
d) Social
Berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan hubungan
sosial.
Pada tabel diatas menjelaskan tentang struktur taksonomi dari teori
kenyamanan Kolcaba, yang terdiri dari tiga tipe kenyamanan, yaitu relief,
ease, dan transcendence; dan meliputi empat konteks kenyamanan,
antara lain fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial. Adapun cara
menggunakan tabel ini adalah(Aligood, 2017):
1. Pada kolom relief dituliskan pernyataan tentang kondisi pasien yang
membutuhkan tindakan perawatan spesifik dan segera terkait dengan
kenyamanan pasien, meliputi empat konteks kenyamanan (fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial).
2. Pada kolom ease dituliskan pernyataan yang menjelaskan tentang
bagaimana kondisi ketentraman dan kepuasan hati pasien yang
berkaitan dengan kenyamanan, meliputi empat konteks kenyamanan
(fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial).
3. Pada kolom transcendence dituliskan pernyataan tentang bagaimana
kondisi pasien dalam mengatasi masalah yang terkait dengan
kenyamanan, meliputi empat konteks kenyamanan (fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial).

D. Konsep Teori “ Kenyamanan” Kolcaba


Dalam teori Kolcaba, alat ukur pencapaian kenyamanan melingkupi
penerima, pasien, siswa, tahanan, pekerja, dewasa lanjut, komunitas
dan institusi:
1) Kebutuhan Perawatan Kesehatan
Kebutuhan perawatan kesehatan didefinisikan sebagai
kebutuhan untuk memperoleh kenyamanan dan dapat bangkit dari
situasi stres yang tidak dapat dicapai melalui sistem dukungan yang
bersifat umum atau tradisional. Kebutuhan disini meliputi kebutuhan
fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan yang diperoleh melalui
monitoring, laporan verbal, laporan non verbal, kebutuhan yang
berhubungan dengan parameter patofisiologi, kebutuhan pendidikan
dan dukungan, serta kebutuhan konseling dan intervensi finansial
(Kolcaba, 2003).
2) Intervensi Rasa Nyaman
Intervensi untuk rasa nyaman adalah tindakan keperawatan dan
ditunjukkan untuk mencapai kebutuhan rasa nyaman pasien,
kebutuhan tersebut terkait dengan fisiologis, sosial, budaya, ekonomi,
psikologis, spiritual, lingkungan, dan juga intervensi fisik(Kolcaba,
2001).
3) Varibel yang mengintervensi
Didefinisikan sebagai interaksi kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi persepsi resipien tentang kenyamanan secara total
dan penuh. Variabel ini terdiri atas pengalaman masa lalu, umur,
afektif, status emosional, latar belakang budaya, sistem pendukung,
prognosis penyakit, keuangan, dan pengalaman resipien secara
keseluruhan (Kolcaba, 1994). Variabel-variabel intervensi ini akan
memberikan dampak terhadap pencapaian target dalam
melaksanakan intervensi perawatan pada pasien.
4) Kenyamanan
Didefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh resipien
berdasarkan pengukuran kenyamanan, atau sebuah kondisi yang
dirasakan oleh klien terhadap intervensi kenyamanan yang diperoleh
dari tenaga medis. Menurut Kolcaba (1994). Ada tiga tipe
kenyamanan (kelegaan, ketentraman dan transcendence) serta
empat konteks pengalaman (fisik, psikospiritual, sosial dan
lingkungan).
Berdasarkan hasil studi , bahwa kenyamanan holistic secara
natural yaitu(Kolcaba & Steiner, 2000):
a. Kenyamanan adalah kondisi spesifik.
b. Kenyaman adalah suatu hal yang sensitive berubah dari waktu
kewaktu.
c. Intervensi keperawatan secara holistic yang diaplikasikan secara
konsisten mampu efektif untuk meningkatkan kenyamanan dari
waktu kewaktu.
d. Kenyamanan sepenuhnya adalah hal yang lebih besar dari
bagian-bagianya.
5) Perilaku Pencari Kesehatan (Health-seeking Behaviors/HSBs)
Suatu keadaan yang menggambarkan secara luas menjabarkan
tujuan hasil yang ingin dicapai dari sebuah kondisi
sehat.Dihubungkan dengan pencari kesehatan serta ditetapkan oleh
resipien pada saat konsultasi dengan perawat. Perilaku pencari
kesehatan dapat dikategorikan secara internal, eksternal, atau
meninggal dengan penuh kedamaian (Aligood, 2017).
6) Institusi yang Terintegrasi
Kolcaba menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan integritas
institusi adalah sebuah institusi yang memiliki integritas
kelembagaan, misalnya kelompok, komunitas, sekolah, rumah sakit,
tempat ibadah, panti asuhan, yang memiliki kualitas atau tempat yang
lengkap, jumlah, suara, jujur, kasih, tulus, dan sungguh-sungguh.
Saat sebuah institusi menunjukkan hal tersebut maka akan dapat
menciptakan dasar praktik dan kebijakan yang sesuai (Kolcaba,
2001).
7) Praktik Keperawatan Terbaik
Penggunaan intervensi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti
klinis yang terukur secara empiris untuk mendapatkan hasil capaian
terbaik pada pasien dan keluarga pasien dalam kualitas pelayanan
keperawatan untuk pasien dan keluarga(Aligood, 2017).
8) Kebijakan Terbaik
Kebijakan institusional atau regional akan mengawali sebuah
prosedur/protokol pelaksanaan pelayanan keperawatan dan kondisi
medis untuk dengan mudah mengakses dan mendeterminasi bahwa
pelayanan kesehatan diketahui sebagai suatu kebijakan yang
terbaik(Aligood, 2017).

Kerangka Konsep Kerja Teori Kenyaman Kolcaba

Dari kerangka kerja konsep teori kenyamanan di atas dapat dipahami


bahwasanya kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan dipadu dengan
intervensi keperawatan dan variabel-variabel intervensi (pengalaman
sebelumnya, sikap, usia, status emosi, sosiokultural, prognosis penyakit
dll) akan menyebabkan peningkatan respon kenyamanan yang dirasakan
oleh klien. Namun tidak hanya itu, namun respon kenyamanan juga
mengalami sebuah hubungan timbal balik dengan variabel lain misalnya
perilaku mencari kesehatan (internal, eksternal, kedamaian akhir hayat)
dan integritas institusi (praktik dan kebijakan terbaik) yang nantinya akan
menentukan banyak sekali komponen di dalamnya dalam peningkatan
respon nyaman pada pasien.

E. Asumsi Utama dalam Paradigma Keperawatan


1) Asumsi Utama
Berikut adalah asumsi utama yang digunakan dalam
memandang paradigma keperawatan, antara lain:
a. Keperawatan
Keperawatan adalah salah satu pengkajian kebutuhan
kenyaman yang intensif, intervensi yang diberikan untuk
memenuhi kebutuhan kenyamanan, dan evaluasi tingkat
kenyamana setelah implemnetasi diberikan kemudian
dibandingkan dengan tujuan hasil yang diinginkan.Pengkajian
dan evaluasi dapat berupa intuisi atau subjektif atau keduanya.
Pengkajian diperoleh melalui skala tingkatan verbal (klinis) atau
kuesioner mengenai tingkat kenyamanan yang menggunakan
instrumen dari studi Kolcaba(Kolcaba, 2003).
b. Pasien
Penerima asuhan mungkin dapat berupa individu, keluarga,
institusi atau komunitas yangmembutuhkan asuhan
keperawatan. Perawat dapat berperan sebagai penerima
intervensi terkiat kenyamanan di lingkungan tempat bekerja
ketika adanya inisiatif untuk meningkatkan kondisi kerja
dibawah tekanan, seperti untuk meningkatkan magnet
status(Kolcaba, 2006).
c. Lingkungan
Lingkungan adalah segala aspek pasien, keluarga, atau institusi
yang dapat dimanipulasi oleh perawat, orang dicintai atau
institusi untuk meningkatkan kenyamanan(Aligood, 2017).

d. Kesehatan
Kesehatan adalah status fungsi optimal seorang pasien,
keluarga, pemberi asuhan kesehatan, atau komunitas dalam
konteks individu atau kelompok(Aligood, 2017).

F. Asumsi-Asumsi
a. Setiap individu menunjukkan respon holistik terhadap stimulus
kompleks yang diterima(Kolcaba, 1994).
b. Kenyamanan adalah hasil holisitk yang ingin dicapai oleh setiap
individu dan erat kaitannya dengan disiplin keperawatan(Kolcaba,
1994).
c. Kenyamanan adalah kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan dan
harus dipenuhi oleh setiap individu. Hal ini merupakan usaha
aktif(Kolcaba, 1994).
d. Pencapaian kenyamanan seorang individu memberikan kekuatan
bagi pasien dalam membentuk sikap kesadaran terkiat kesehatan
dirinya(Kolcaba, 1994).
e. Pasien yang menunjukkan kesadaran terkait kesehatan dirinya tinggi
cendrung memiliki kepuasaan tersedniri dengan asuhan yang
dipeoleh(Kolcaba, 2001).
f. Integritas institusi didasarkan oleh orientasi sistem nilai penerima
asuhan. Sama pentingnya orientasi terhadap promosi kesehatan
(Kolcaba, 2001).

G. Penegasan Teori
Teori kenyamanan terdiri dari tiga bagian pernyataan proposisi yang
telah diuji secara terpisah atau bersamaan.
1. Bagian 1 menyatakan intervensi kenyamanan, ketika efektif akan
menghasilkan peningkatan kenyamanan bagi penerima (pasien dan
keluarga), dibandingkan dengan dasar pre intervensi. Pemberi
asuhan dapat menjadi penerima jika menyatakan komitmen untuk
kenyamanan lingkungan kerja mereka. Intervensi kenyamanan
ditujukan sebagai pemenuhan kebutuhan dasar manusia, seperti
istirahat, homeostatis, komunikasi terapeutik dan pengobatan yang
holistik. Intervensi kenyamanan biasanya non-teknologi dan
terintegrasi dalam pemberian asuhan(Aligood, 2017).
2. Bagian 2 menyatakan bahwa peningkatan kenyamanan penerima
asuhan dihasilkan dari adanya perilaku kesadaran diri tentang
kesehatannya (Aligood, 2017).
3. Bagian 3 menyatakan bahwa adanya peningkatan kesadaran diri
penerima tentang kesehatannya menignkat akibat kemajuan dalam
kualitas perawatan, kebijakan institusi dan asuhan berdasar bukti
praktik klinis dan kebijakan (Aligood, 2017).
Kolcaba menyakini bahwa perawat dapat melaksanakan asuhan
yang bersifat memberikan kenyamana bagi pasien. Kolcaba meyakini
bahwa tindakan ini akan meningkatkan peran perawat untuk lebih kreatif
dalam pemberian asuhan keperawatannya dan kepuasan diri, seperti
pencapaian kepuasan yang diperoleh pasien kelolaannya. Oleh karena
itu, perawat harus memberikan intervensi yang tepat dan
mendokumentasikan hasinya dalam catatan terintegrasi pasien.
Meskipun, setiap intervensi yang diberikan belum tentu dapat
meningkatkan kenyamanan bagi pasien(Aligood, 2017).
Ketika kenyamanan tidak dicapai secara utuh, perawat perlu
mengkaji variabel yang berhubungan dengan kenyamanan, seperti
variabel ada atau tidak permasalahan di rumah, status ekonomi yang
rendah, diagnosis yang berat, atau adanya keterbatasan kognitif yang
membutuhkan intervensi lebih lanjut dan penyebab lain sebagai
evaluasi terkait tidak efektifnya intervensi yang diberikan(Aligood, 2017).
Manajemen kenyamanan atau perawatan seputar kenyamanan
mencakup intervensi, aksi pemberian kenyamanan, hasil tujuan yang
ingin diperoleh, dan pemilihan penerima asuhan untuk menentukan
asuhan yang ingin diperoleh, baik individu, keluarga, dan perawat.Oleh
karena itu, manajemen kenyamanan adalah bersifat proaktif,
dinamis/berenergi, intensif, dan jangka panjang dalam konteks
pemberian asuhan kepada penerima.Untuk meningkatkan peranan
perawat dalam memberikan kenyamanan pasien. Perawat harus
mendokumentasikan perbahan tingkat kenyamanan sebelum dan
sesudah ontervsni diberikan(Aligood, 2017). Dalam konteks klinis,
kolcaba menyarankan untuk bertanya pada pasien mengenai rentang
nilai kenyamanan pasien dari 0 hingga 10 dengan 10 munujukkan
kenyamanan tertinggi. Dokumntasi dapat menjadi data dasar elektronik
disetiap institusi (Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006).

H. Bentuk Logis Teori Kenyamanan


Kolcaba (2003) menggunakan tiga bentuk logika pemikiran dalam
pengembangan Teori Kenyamanan: (1) induksi, (2) deduksi dan (3)
retoduksi (Hardin & Bishop, 2010):
1. Induksi
Induksi terjadi ketika generalisasi dibangun pada beberapa
momen spesifik pada objek yang diobesrvasi. Ketika perawat
melakukan praktik keperawatan dan praktik keperawatan tersebut
diakui sebagai sebuah disiplin ilmu, maka perawat perlu familiar
dengan konsep-konsep, istilah-istilah, dalil-dalil, dan asumsi-asumsi
implisit dan eksplisit yang menjadi dasar praktik mereka.Kolcaba
merupakan kepala perawat pada unit alzeimer dan mengenal
beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan praktik
keperawatan demensia pada masa tersebut, seperti lingkungan yang
memfasilitasi, banyak disabilitas, dan fungsi optimal. Namun
demikian, ketika ia menarik garis hubungan di antara ketiga hal
tersebut, ia mengakui bahwa tiga hal tersebut, ia mengakui bahwa
tiga hal tersebut tidak menjelaskan praktik yang dilakukan secara
menyeluruh. Satu bagian penting dari keperawatan hilang, dan ia
memikirkan apa yang dilakukan perawat untuk mencegah
bertambahnya disabilitas (selanjutnya disebut sebagai intervensi) dan
bagaimana menilai apakah intervensi tersebu efektif. Fungsi optimal
telah dikonsepkan sebagai kemampuan untuk melakukan aktivias
khusus dalam unit tersebut.Aktivitas tersebut membuat peserta
merasa positif terhadap diri mereka sendiri, seakan aktivitas tersebut
merupakan aktivitas yang tepat dilakukan pada waktu yang tepat.
Poin penting induksi pada pemikiran Kolcaba adalah (Kolcaba, 1992):
a) Membagi bertambahnya disabilitas menjadi disabilitas fisik dan
mental.
b) Memasukkan konsep kenyamanan dalam diagram asli, karena
kata tersebut dapat menyampaikan keadaan yang diharapkan
dari pasien ketika mereka tidak terlibat dalam aktivitas-aktivitas
khusus.
c) Perlu dicatat hubungan non rekursif antara kenyamanan dan
berfungsi secara optimal. Pemikiran tersebut menandai langkah
pertama menuju sebuah teori kenyamanan dan memikirkan
kompleksitas konsep tersebut
2. Deduksi
Deduksi terjadi ketika suatu kondisi spesifik didapakan dari
prinsip atau dasar umum. Tahapan deduksi dari pengembangan teori
menghubungkan kenyamanan dengan konsep lain untuk
menghasilkan teori. Karena karya dari 3 pencetus teori keperawatan
terdapat dalam definisi kenyamanan, Kolcaba mencari teori lain yang
menjadi dasar yang diutuhkan untuk menyatukan kelegaan atau
keluasan (relief), ketentraman (ease), dan transendensi (tiga konsep
besar). Apa yang dibutuhkan adalah kerangka konsep yang lebih
abstrak dan umum sesuai dengan teori kenyamanan dan
mengandung sejumlah kontruksi yang sangat abstrak. Tahap deduktif
dari pengembangan teori, Kolcaba memulai dari kontruksi teoritis
yang abstrak dan umum dan menggunkaan proses sosiologis untuk
subtruksi untuk mengidentifikasi konsep yang lebih spesifik untuk
digunakan dalam praktik keperawatan.
3. Retroduksi
Retroduksi berguna untuk memilih fenomena yang dapat
dikembangkan lebih jauh dan diuji. Jenis pemikiran ini diterapkan
pada bidang yang hanya memiliki beberapa teori. Dengan
menggunakan retroduksi, Kolcaba menambahkan konsep ntegritas
institusional ke dalam teori kenyamananpada level middle
range.Penambahan istilah tersebut memperluas teori yang
dibutuhkan untuk mempertimbangkan hubungan antara perilaku
mencari bantuan dan integritas institusional.

I. Aplikasi Teori Kolcaba


Pada dasarnya aplikasi konsep kenyamanan sudah ada sejak tahun
1980 an, hal ini ditandai dengan adanya konsep kenyamanan secara
holistik (Aligood, 2017). Menurut Hamilton (1989)bahwa kenyamanan
dapat dilihat dari perspektif pasien itu sendiri, dalam hal ini Hamilton
mewawancarai pasien dengan perawatan lama dan memfasilitasi
makna kenyamanan, makna tersebut lebih banyak diartikan terkait
perasaan terbebas dari rasa sakit, tetapi pasien juga mengidentifikasi
posisi yang tepat dan perasaan mandiri, dibutuhkan, didukung dan
berguna. Hamilton menyimpulkan kenyamanan merupakan
multidimensi, memiliki arti yang berbeda menurut setiap individu.
Teori kenyamanan memandang bahwa pengkajian keperawatan
adalah pengkajian yang intens tentang kebutuhan kenyamanan,
perawat harus merancang dalam mengatasi kebutuhan tersebut
kemudian mengevaluasi hasil sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
dengan membandingkan hasilnya (Sitzment &Eichelberger, 2011).
Penerima asuhan mungkin dapat berupa individu, keluarga, institusi
atau komunitas yang membutuhkan asuhan keperawatan.Semua aspek
tersebut dapat dimanipulasi oleh perawat, orang terdekat atau institusi
untuk meningkatkan kenyamanan.Konsep teori kenyamanan adalah
kebutuhan kenyamanan, intervensi kenyamanan, peningkatan
kenyamanan dan integritas instutisional.Seluruh konsep tersebut terkait
dengan pasien dan keluarga. Kolcaba mengidentifikasi jenis
kenyamanan menurut analisis konsepnya yaitu: Relief (kelegaan)
merupakan keadaan seorang pasien yang kebutuhan spesifiknya
terpenuhi, Ease (ketenteraman) merupakan keadaan tenang atau puas
dan Trancendence (transendensial) dimana seseorang berhasil
melampaui masalah atau kesakitannya(Kolcaba, 2003).
Selain tiga kebutuhan rasa nyaman (comfort) tersebut, Kolcaba juga
menjelaskan bahwa teori ini memiliki konteks nyaman, seperti yang
telah dijelaskan dalam struktur toksonomi kenyamanan yaitu; fisik,
lingkungan, sosial dan psikospritual.Konteks fisik berkenaan dengan
sensasi tubuh dan homeostasis.Konteks lingkungan berkaitan dengan
latar belakang eksternal individu.Konteks sosial berkaitan dengan
hubungan interpersonal, sosial, tradisi keluarga dan ritual. Konteks
psikospritual berkenaan dengan kesadaran internal akan diri, harga diri,
seksualiti dan makna hidup (Aligood, 2017).
Teori kenyamanan terdiri dari tiga bagian pernyataan proposisi yang
telah diuji secara terpisah atau bersamaan. Pertama, ketika intervensi
dilakukan secara efektif maka akan menghasilkan kenyamanan pada
pasien dan keluarga. Kedua, kesadaran individu tentang kesehatan
sangat mempengaruhi dalam peningkatan kenyamanan. Ketiga, kualitas
perawatan, kebijakan institusi dan asuhan berdasarkan bukti praktik
klinis akan meningkatkan kualitas kenyamanan pasien (Aligood, 2017).
Didalam studinya, Kolcaba mendemonstrasikan bahwa perubahan
pada kenyamanan dapat diukur dengan menggunakan eksperimental.
Penelitiannya menyebutkan, konsep kesehatan membutuhkan
kenyamanan, hal ini dikaitkan dengan diagnosis awal kanker payudara.
Intervensi holistiknya yaitu Guide imagery yang ditujukan khusus untuk
populasi tersebut dalam mencapai kebutuhan rasa nyamannya dan
diharap memberikan kenyamanan mereka. Hasil penelitian
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan mengenai makna
kenyamanan antara perempuan yang mendapatkan guided imagenery
dengan kelompok yang mendapatkan perawatan biasa (Kolcaba dan
Fox, 1999).
Selain Guide imagery ada beberapa intervensi yang telah diuji oleh
Kolcaba diantaranya: Healing touch yaitu sentuhan yang
menyembuhkan dan dukungangan untuk mengurangi stres pada
mahasiswa (Downd, Kolcaba, Steiner & Fashnifour, 2007).Hand
massage atau pijat dengan tangan untuk pasien dengan perawatan
lama (Kolcaba, Downd, Steiner dan Mitzel, 2004; Kolcaba & Steiner,
2006). Patien- controlled heated gown atau pakaian hangat yang dapat
dikendalikan pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan pada pasien praoperatif (Wagner, Byrne & Kolcaba, 2006).
Teori Kolcaba termasuk ke dalam middle range theori karena memiliki
tingkat abstraksi yang rendah dan mudah untuk diaplikasikan karena
bersifat membumi. Penerapan dapat dilakukan di dalam praktik,
pendidikan maupun di dalam penelitian(Sitzment &Eichelberger, 2011).
Didalam praktiknya, teori Kolcaba banyak dipilih sebagai kerangka kerja
untuk mengarahkan studi dibidang keperawatan komunitas, perawatan
hospice, perioperatif, pasien dimensia dan perawatan paliatif(Aligood,
2017). Didalam panduan praktik klinik manajemen kenyamanan klien,
perawat perawat anestesi telah mengitegrasikan teori kenyamanan
yang meliputi; 1) mengkaji kebutuhan kenyamanan pasien sehubungan
dengan pembedahan yang dilakukan, masalah nyeri kronis dan
komorbiditas. 2) membuat kontrak kenyamanan dengan pasien sebelum
pembedahan yang menyebutkan intervensi kenyamanan yang dapat di
pahami dan efisien serta jenis analgesik pasca operasi yang diinginkan.
3) memfasilitasi posisi, membuat suhu tubuh yang nyaman, serta faktor
faktor lain yang berhubungan dengan kenyamanan selama prosedur
pembedahan. 4) melanjutkan manajemen dan pengukuran kenyamanan
dalam periode pasca operasi (Aligood, 2017).
Penerapan teori Kolcaba di praktik klinis telah banyak dilakukan
secara empiris seperti guide imagery, healing touch, hand massage dan
patient controlled heated gowns(Aligood, 2017). Di dalam jurnal The
application of Comfort Kolcaba Theory in order to Overcome the
ChildrenLaparotomy post-surgery Pain in BCH Ward RSUPN DR. Cipto
Mangunkusumo (2015) dapat dilihat penerapan teori Kolcaba di praktik
klinis. Pada penelitian ini melihat pendekatan comfort dengan
kenyamanan anak pasca operasi laparatomi, pengkajian dilakukan
berdasarkan toksonomi comfort untuk memudahkan dalam melakukan
intervensi. Diagnosa yang muncul yaitu berhubungan dengan masalah
kenyamanan fisik pasien seperti nyeri akut, resiko infeksi, kecemasan
dan resiko jatuh.Intervensi yang dilakukan perawat pada nyeri akut yaitu
dengan terapi non farmakologi dan pendekatan dengan keluarga.
Dalam hal ini keluarga sangat penting untuk melakukan tindakan
distraksi seperti dengan sentuhan (healing touch), ciuman, memijit anak
(hand massage), menggendong, mendengarkan musik, membacakan
buku cerita dan membuat lingkungan yang nyaman (patient controlled
heated gowns). Lingkungan yang tidak nyaman merupakan salah satu
penyebab anak menjadi stres karena hospitalisasi, oleh sebab itu
perawat dan keluarga harus menciptakan lingkungan yang nyaman.
Hasil penelitian ini memperlihatkan dengan penerapan comfort secara
fisik, lingkungan dan sosial dapat menurunkan rasa nyeri pada anak,
skala nyeri menurun menjadi 0-1 setelah dilakukan intervensi
keperawatan, sementara kecemasan anak yang mempengaruhi nyeri
dapat diatasi dengan dukungan orang tua (Ilmiasih, et al., 2015).
Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh (Kakkunen et al
(2009)yang menyatakan bahwa, dukungan keluarga sangat efektif untuk
menurukan rasa nyeri dan kecemasan pada anak pasca operasi,
disamping pemberian analgesik.
Selain di ruang lingkup pelayanan, teori comfort juga bisa di terapkan
di lingkup pendidikan. Di dalam Aligood (2017)telah dijelaskan bahwa
penerapan teori kenyamanan dalam memberikan keteladanan yang
suportif pada mahasiswa keperawatan dalam proses pembelajaran
telah terbukti mudah dipahami oleh dosen serta merupakan metode
yang sangat efektif untuk diterapkan. Teori kenyamanan ini dimasukkan
ke dalam core concepts in advanced praktice nursing.Teori ini dapat di
terapkan dalam kondisi klinis apapun (Godwin, Sener & Steiner, 2007).
Perkembangan dalam penerapan teori kenyamanan di pendidikan terus
dilakukan dalam upaya percepatan pendidikan keperawatan untuk
mahasiswa tingkat sarjana dari disiiplin ilmu lain. Godwin, Sener &
Steiner (2007)menjadikan teori kenyamanan sebagai filosofi
pembelajaran, struktur taksonomik kenyamanan dan kerangka
membimbing didisain untuk memberikan kenyamanan pada mahasiswa.
Teori ini mengidentifikasi jenis kenyamanan mahasiswa dengan cara
memfasilitasi pertanyaan untuk menyelesaikan masalah mereka, seperti
cara melegakan diri dari tugas kuliah yang berat (relief),
mempertahankan ketenteraman (ease) dengan mempercayai dosen-
dosen mereka dan mencapai transendensi dari stresor dengan
menggunakan tekhnik-tekhnik kenyamanan untuk diri sendiri (Aligood,
2017).
Dibidang penelitian, perawat dapat memperlihatkan efektifitas
perawatan dengan memberikan rasa nyaman (Aligood, 2017). The
Encyclopedia of Nursing Research menyebutkan pentingnya mengukur
kenyamanan sebagai tujuan keperawatan.Perawat dapat memberikan
bukti untuk mempengaruhi keputusan institusi, masyarakat, dan
tingkatan legislatif yang hanya sampai pada studi kenyamanan yang
menunjukkan efektivitas keperawatan yang holistik atau
menyeluruh.Baru-baru ini, pengukuran kenyamanan di rumah sakit
besar dan perawatan rumah datanya telah ditetapkan untuk menambah
literature untuk tujuan riset.
Penggunaan struktur taxonomi dari kenyamanan sebagai panduan
yang dapat digunakan untuk mengembangkan kuesioner kenyamanan
secara umum untuk mengukur kenyamanan secara holistic dalam
sampel rumah sakit dan partisipan komunitas.Untuk dapat melakukan
hal ini item positif dan negatif harus dikembangkan secara berimbang
pada tiap sel dalam kotak yang tersedia. 24 hal positif dan 24 hal negatif
sudah lengkap dengan suatu format skala Likert yang berkisar dari
sangat setuju sampai sangat tidak setuju.Skor yang tinggi menandakan
tingginya kenyamanan. Pada studi akhir instrumentasi dengan 206
orang pada suatu waktu peserta dari semua jenis unit di dua rumah
sakit dan 50 orang dari masyarakat, dengan menggunakan kuesioner
kenyamanan umum menunjukkan hasil suatu Cronbach alfa 0,88
(Aligood, 2017).

J. Kelebihan dan Kekurangan Teori “Kenyamanan” Kolcaba


1. Kelebihan Teori “Kenyamanan” Kolcaba
Teori comfort banyak diadopsi oleh para praktisi keperawatan
misalnya pada nurse midwifery yang menggunakan teori Kolcaba
sebagai kerangka acuan dalam melakukan studi (Schuiling,
Sampselle, & Kolcaba, 2011), hospice care (Kolcaba, Dowd,
Steiner, et al, 2004), keperawatan perioperative (Wilson & Kolcaba,
2004), Perawatan Long- Term (Kolcaba, Schrim, & Steiner, 2006),
Tingkat stress mahasiswa (Dowd, Kolcaba, Steiner, et al, 2007),
pasien dimensia (Hodgson & Andersen, 2008), dan perawatan
Paliatif (Lavoie, Blondeau, & Picard Morin, 2011). Penggunaan
verbal rating scale sebagai suatu instrumen pengukuran level nyeri
pasien akan memberi kemudahan bagi perawat dalam melakukan
dokumentasi terhadap level kenyamanan pasien (Dowd, Kolcaba,
Steiner, et al, 2007).Dalam bidang pendidikan, teori Kolcaba dapat
diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan tinggi keperawatan. Teori
Kolcaba memberi kemudahan bagi educator dalam memberikan
pemahaman kepada mahasiswa keperawatan dan melaksanakan
metode efektif dalam pembelajaran tentang level kenyamanan pada
seorang pasien (Goodwin, Sener, & Steiner, 2007). Robinson & Kish
(2001)dalam Aligood (2017).juga mengatakan bahwa dengan teori
Kolcaba, maka mahasiswa di berbagai setting klinis dapat
mengaplikasikan intervensi nyeri yang dibuat dalam Comfort Care
Plan yang dibuat oleh Kolcaba.
Dalam bidang penelitian, Kolcaba menciptakan suatu instrumen
penelitian dalam melakukan pengukuran level kenyamanan pada
seorang pasien dan menyatakan pentingnya pengukuran level
kenyamanan pada seorang pasien sebagai suatu tolak ukur capaian
seorang perawat (Kolcaba, 2006). Kolcaba (2001)menggunakan
skala pengukuran level kenyamanan pada rumah sakit besar dan
lingkup home care untuk mengembangkan teori dan literatur dari
kenyamanan.

2. Kekurangan Teori “Kenyamanan” Kolcaba


Teori Kolcaba memiliki beberapa kekurangan diantaranya
adalah beberapa artikel awal Kolcaba seperti konsep analisis
mungkin sedikit tidak jelas (clarity) tetapi masih tetap konsisten
terhadap definisi, asumsi, dan proposisi (Kolcaba & Kolcaba, 1991).
Teori Kolcaba juga dinilai sederhana karena teori comfort masih
rendah dalam pemanfaatan teknologi akan tetapi masih memiliki
peluang untuk dapat digunakan pada teknologi canggih.Teori ini
melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik, psikospiritual,
lingkungan dan sosial kultural. Namun untuk menilai semua aspek
tersebut dibutuhkan komitmen tinggi dan kemampuan perawat yang
trampil dalam hal melakukan asuhan keperawatan berfokus
kenyamanan (pengkajian hingga evaluasi), yang di dalamnya
dibutuhkan teknik problem solving yang tepat.

CONTOH KASUS

Contoh Kasus : “Tn.K datang ke IGD dengan nyeri dada menjalar tembus
punggung (Vital sign: TD: ND: RR: SB:). Setelah itu dilakukan triage secara
cepat. Tn.K diberikan oksigen dengan menggunakan masker sebanyak 3-4
liter untuk membantu pernapasan yang cepat dan dangkal. Dari gambaran
hasil EKG di temukan Acute Coronary Syndrome. Tn. K ditempatkan terpisah
dengan ruangan UGD yang didalamnya hanya terdapat 6 tempat tidur dan
ruangan tertutup rapat (Tn.K mengatakan membutuhkan ketenangan
lingkungan dan untuk berkomunikasi dengan keluarga).Tn. K terlihat gelisah
dan cemas serta istrinya yang tidak bisa menemani dia sewaktu di UGD
(Tn.K berkata, “ruangan di IGD gaduh, membuat dada semakin nyeri, klien
juga mengatakan ingin bertemu istrinya agar lebih tenang).Perawat
memberikan edukasi dan penjelasan untuk menurunkan kecemasanannya
dan nyeri dadanya, dengan respon cepat diberikan infus pump. Kenyamanan
diukur dari hubungan antara gejala nyeri dada, napas dangkal dan cepat,
atau kecemasan yang diatasi dengan treatmen farmakologi dan secara
holistik.Setelah nyeri dan gelisah Tn.K menurun perawat menghubungi istri
Tn. K dan memberitahu tentang keadaan Tn.K. Perawat memanggil istri Tn.K
sesampainya di RS, kemudian perawat menjelaskan kondisi Tn.K kemudian
istri duduk disebelah Tn.K, Setelah itu Tn.Kmengatakan tidak lagi nyeri dada.
Dia bisa menutup mata dan tertidur.Dasar dari intervensi berdasarkan teori
kenyamanan yaitu waktu yang cepat dalam penanganan pasien dengan
dengan caridact chest pain atau lainnya (Krinsky, 2014).

Pembahasan Kasus

Pada kasus di atas Tn. K yang didiagnosa terkena Acute Coronary


Syndrom (ACS) diletakkan di ruangan yang terpisah dengan ruangan utama
UGD yang pada umumnya kondiisinya sangat ramai. Ruangan tersebut
tertutup rapat sehingga suara dari dluar tidak dapat masuk, didalam ruangan
juga hanya terdapat 6 tempat tidur, sehingga pasien dapat dengan nyaman
berisitirahat dan staf tenaga kesehatan bisa dengan bebas memperhatikan
kondisi tiap pasien.

Pada teori comfort teradapat 3 bentuk kenyamanan yaitu relief, ease,


dan transcendence. Dimana relief tentang kondisi pasien yang membutuhkan
tindakan perawatan spesifik dan segera terkait dengan kenyamanan
pasien.Dalam kasus diatas adalah Tn. K mengeluhkan nyeri dada dan sesak
nafas, seingga perawat langsung memberikan masker 02 dan memindahkan
James ke ruangan khusus yang terpisah dengan ruangan utama IGD, segera
melakukan tindakan sesuai dengan protokol pasien dengan ACS.

Ease adalah pernyataan yang menjelaskan tentang bagaimana kondisi


ketentraman dan kepuasan hati pasien, disini Tn. K terlihat gelisah dan
cemas serta istrinya yang tidak bisa menemani dia sewaktu di UGD,
sehingga perawat menjelaskan kepada Tn. K tentang tujuan dan proses
pemasangan alat seperti ECG, IV Pump secara singkat dan jelas.

Transcendence adalah pernyataan pasien tentang bagaimana kondisi


pasien dalam mengatasi masalah. Dengan keluan nyeri dada dan sesak
nafas Tn. K sangat membutuhkan lingkungan yang tenang untuk istirahat dan
membutuhkan dukungan keluarga atau orang dekat agar dia tenang, tetapi
istri Tn. K tidak bisa menemani Tn. K. Setelah nyeri dan gelisah Tn. K
menurun perawat menghubungi istri Tn. K dan memberitahu tentang keadaan
Tn. K.

Intervensi “quiet time” memiliki potensi yang siginfikan tidak hanya


mengurangi stimulasi yang berbahaya tetapi juga menciptakan kesempatan
kebutuhan privasi dan interaksi pendukung. Hasil penelitian Gardner et al
(2009) mengatakan bahwa quite time meningkatkan outcome pasien dan
kepuasan pasien dengan pelayanan perawatan akut, keduanya mampu
meningkatkan lingkungan komtemporer perawatan kesehatan yang penting.
Quiet time merupakan intervensi yang berkembang dalam praktek
keperawatan, tetapi masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
membuktikan kegunaannya pada pasien yang lebih spesifik.(Krinsky, 2014).

Manual Prosedur Pengisian Taxonomi Structure

Konteks
Relief Ease Transcendence
Nyaman
Fisik Gelisah, cemas Klien berkata, “ruangan di
- Nyeri dan menunjukkan IGD gaduh, membuat dada
menyebar respon penolakan semakin nyeri, klien juga
ke mengatakan ingin bertemu
punggung.

- Nafas cepat
dan istrinya agar lebih tenang”
dangkal

- Cemas Ketidaktahuan
tentang prognosis
- Stress penyakit, regimen
terapeutik, dan Butuh dukungan spiritual
Psikospiritual
perawatan dan emosional dari istri

- Ruang - Lingkungan
perawatan yang nyaman
pasien di
pindah dari - Di ruangan
ruang observasi
Pasien mengatakan
perawatan tersebut hanya
membutuhkan ketenangan
utama. terdapat 6 bed
Lingkungan lingkungan dan untuk
berkomunikasi dengan
- Ruangan - Perawat bisa
keluarga
dikontrol memantau
dan pasien karena
dibersihkan jumlah pasien
secara rutin tidak banyak

- Istri dan anak-


anak tidak bisa
menemani
Banyak
setiap saat.
keluarga dari - Butuh dukungan keluarga/
--Perawat
pasien lain orang dekat.
Sosiokultural memberikan
sehingga - Butuh informasi dan
informasi
menimbulkan konsultasi
mengenai
kebisingan
prosedure
tindakan kepada
pasien
DAFTAR PUSTAKA

XGodwin, M., Sener.,&Steiner, S.H. (2007). A novel theory for nursing


education: Holistic comfort. Journal of holistic nursing, 4, 278-285.

Goodnow, M. (1935).The technique of nursing. (p.95). Philadelphia:


Saunders.

Kasron,S.kep,Ns., Sahran,S.Kep,Ns.,& Usman B Ohorella, S.Kep,Ns. (2016)


Teori Keperawatan dan Tokahnya. Jakarta:TIM

Hardin, S., & Bishop, S. (2010). Logical reasoning. In M. R. Alligood & A.M.
Tomey (Eds.), Nursing Theorists And Their Work. (7th ed., pp. 26-35).
Maryland Heights, (MO): Mosby-Elsevier.

Hamilton, J. (1989). Comfort and the hospitalized chronocally ill.Journal of


holistic gerontological nursing, 15, 28-33.
Harmer, B. (1926).Methods and principles of teaching the principles and
practices of teaching yhe principles and the practice of nursing. (p.26).
New York: Macmillan.

Henderson, V. (1966).The Nature of Nursing. New York: Macmillan.

Hodgson, N., A, &Andersen, S. (2008).The clinacal efficacy of reflexology in


nursing home resident with dimentia.Journal of alternative and
complementary medicine, 14(3), 269-275.

Ilmiasih, R., Nurhaeni, N., &Waluyanti, F,T. (2015). The application of Comfort
Kolcaba Theory in order to Overcome the Children Laparotomy post-
surgery Pain in BCH Ward RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo. Jurnal
Keperawatan, 6, 27-33.

Kakkunen, P., Vehvilainen J.K., Pietila A.M., Nysonen S., Korhanen A.,&
Lehikoinen N.M. (2009). Promoting parents’ use of non-
pharmacological methods and assessment of children’s postoperative
pain at home.International Journal of Caring Sciences, 2, 11-21.

Kolcaba, K. (1992a). Holistic Comform: Operationalizing the construct as a


nurse-sensitive outcame. Advance in Nursing Science, 15(1), 1-10

Kolcaba, K. (1992b). The concept of comfort in an environmental


framework.Journal of Gerontological Nursing, 18(6), 33-38.

Kolcaba, K. (1994). A theory of holistic comfort for nursing.Journal of Advance


Nursing, 19, 1178-1184

Kolcaba, K. (2001). Holistic care: is it feasible in today’s health care


invironment. New Yark: Springer.

Kolcaba, K. (2001). Evolution of the mid range theory of comfort for outcomes
research.Nursing Outlook, 49(86), 86-92.

Kolcaba, K. (2006). Comfort (including defenition, theory of comfort,


relevance to nursing, review of comfort studies and future direction). In
J. Fitzpatrick (Ed.), The Enclopedia Of Nursing Research. (2nd ed).
New Yark: Springer.
Teori Keperawatan Katharine Kolcab
( Theory of Comfort)
Kelompok 12

Marta Kanisia Ohoiledwarin (C1814201215)

Yumeltin Tomalego (C1814201232)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Stella Maris Makassar

2018/2019

Anda mungkin juga menyukai