PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Tumor primer otak terjadi sekitar 8 per 100.000 populasi umum. Puncak
insidens terjadi pada dekade pertama dan dekade kelima atau keenam. Pada
anak-anak, tumor otak merupakan kelompok tumor kedua yang sering
ditemukan (setelah leukemia), dan keenam pada orang dewasa. Secara klinis
terpaparkan sebagai tanda yang terlokalisasi akibat rusaknya jaringan atau
akibat efek nonspesifik dari naiknya tekanan intrakranial. Klasifikasi berdasarkan
asal sel dan derajad deferensiasi.
Pada anak-anak, 70% terletak pada fosa posterior; sebagian besar
merupakan tumor intrinsik, pada orang dewasa, 70% terletak supratentorial;
tumor intrinsik dan ekstrinsik keduanya sering terjadi.
Tumor metastasik lebih sering terjadi dengan bertambahnya umur,
sebagian besar berupa karsinoma, yang mungkin membentuk deposit padat
pada SSP atau tersebar melalui CSS, survival tergantung pada umur penderita
dan letak, ukuran serta histologi n eoplasma.
Tumor otak primer menunjukan kira-kira 20% dari semua penyebab
kematian karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker
pasien mengalami metastase keotak dari tempat-tempat lain.Pada makalah ini
akan dibahas tentang tumor otak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan
danmenanganipenyakit tumor otakpada pasien.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Sebagai tugas mata kuliah Persyarafan
2. Sebagi sumber informasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sum-sum tulang belakang. Otak
adalah organ penting yang mengendalikan pikiran, memori, emosi, sentuhan,
keterampilan motorik, visi, respirasi, suhu, rasa lapar, dan setiap proses yang
mengatur tubuh kita.
Otak dapat dibagi kedalam otak besar (cerebrum), batang
otak(brainstem), dan otak kecil (cerebellum).
a. Otak Besar (cerebrum)
Cerebrum (supratentorial atau otak depan) terdiri dari belahan otak kanan
dan kiri. Fungsi dari cerebrum ini meliputi : inisiasi gerakan, koordinasi
gerakan, temperatur, sentuhan, penglihatan, pendengaran, penilaian,
penalaran, pemecahan masalah, emosi, dan pembelajaran.
b. Batang Otak (brainstem)
Batang otak (garis tengah atau bagian tengah otak) termasuk otak tengah,
pons, dan medulla. Fungsi daerah ini meliputi : pergerakan mata dan mulut,
penyampaian pesan sensorik (panas, nyeri, keras dll), rasa lapar, respirasi,
kesadaran, fungsi jantung, suhu tubuh, gerakan otak tak sadar, bersin,
batuk, muntah, dan menelan.
3. Etiologi
1. FaktorPredisposisi
1) Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma dan astrocytoma dapat dijumpai pada
anggota-anggota keluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-
Weber (penyakit autosomal dominan,yang ditandai dengan hamartoma
otak) yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru,
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2) Sisa-sisa sel embrional
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam
tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal
dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan disekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi kraniofaringioma, terutama
intrakranial dan kordoma.
2. FaktorPresipitasi
1) Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan/degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma
terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
2) Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.
3) Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methycholanthrone (penyebab tumor ganas) terdapat pada
makanan, utamanya pada daging panggang yang dapat menyebabkan
pengerasan pembuluh darah, penyakit jantung dan juga tekanan darah
tinggi. Nitroso-ethylurea juga merupakan substansi karsinogen. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
4) Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma
(neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis
neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
4. Patofisiologi
Tumor otak terjadi karena adanya poliferasi atau pertumbuhan sel yang
abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS).
Sel tersebut mempunyai deoxiribonukleat acid (DNA) abnormal. DNA yang
abnormal tidak dapat mengontrol pembelahan sel sehingga terjadi
pertumbuhan sel yang berlebihan. Sel ini akan terus berkembang mendesak
jaringan otak yang sehat di sekitarnya, sehingga mengakibatkan terjadinya
gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan
intrakranial). Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena
tumor akan mendesak ruangan yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang
kaku dan perubahan sirkulasi CSS, karena penekanan pada otak sehingga
menyebabkan penekanan maskularisasi arteri dan vena timbul hipoksia,
ischemia, hipoksemia, nekrosis, dan pecahnya pembuluh vena serta arteri di
otak maka timbullah peningkatan tekanan intrakranial otak yang dapat
menyebabkan :
a. Pergeseran kandungan intrakranial menstimulasi hipotalamus untuk
merangsang nosiseptor, timbulla respon rasa nyeri.
b. Pergeseran sistem batang otak menstimulasi medulla oblongata
menyebabkan mual dan muntah.
c. Penekanan kiasma optikum sehingga menimbulkan papiledema.
d. Herniasi unkus sehingga girus medialis lobus temporalis bergeser ke
inferior menekan mesenchapalon, sehingga menyebabkan hilangnya
kesadaran dari pasien.
Pasien mengalami hemiparesis jika terjadi destruksi saraf motorik perifer,
sel-sel kornu anterior sehingga teradi paralisis LMN (lower motor neuron) dan
UMN (upper motor neuron), otot flaccid/lemah dan reflek tendon menurun
yang menyebabkan perubahan persepsi sensori. Selain itu kerusakan nervous
VII menyebabkan kerusakan pada hemisphere kiri kemudian akan timbul
kelemahan otot wajah lalu pasien akan mengalami aphasia (hilangnya
kemampuan ekspresi bicara) sehingga mengalami kerusakan komunikasi
verbal. Persepsi sensori pengecapan akan mengalami kerusakan /
kemunduran sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam menelan.
Dilatasi sel indolimf pada koklea mengakibatkan atrofi nervous VIII
sehingga pasien mengalami vertigo dan perubahan persepsi sensori. Lesi
traktus spinotalamikus lateralis kemudian berlanjut ke medulla spinalis, sistem
kolumna dorsalis, medulla oblongata lalu menuju lemniskus medialis,
thalamus, korteks parietalis sehingga menyebabkan stereognosis yang
menimbulkan perubahan proses berpikir dan grafestesia yang dapat
menimbulkan resiko cedera
5. Manifestasi Klinik
a. Gejala secara umum
Perubahan mental yang ringan (psikomotor asthenia), yang dapat
dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa : mudah tersinggung,
emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas, mungkin diketemukan ansietas
dan depresi. Gejala ini berjalan progresif.
1) Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30%
gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut
ditemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan
episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada
malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana
terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala
dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai adanya tumor otak.
2) Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya menyertai nyeri kepala.
Lebih sering dijumpai pada tumor otak di fossa posterior, umumnya
muntah bersifat proyektil dan tidak disertai dengan mual.
3) Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada
25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan
2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai
penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila :
a) Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
b) Mengalami post iktal paralisis
c) Mengalami status epilepsi
d) Resisten terhadap obat-obat epilepsi
e) Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak di korteks,
50% pasien dengan astrocytoma, 40% pada pasien meningioma, dan
25% pada glioblastoma.
6. Test Diagnostik
a. CT Scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi
awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda
penyakit otak, atau salah satu tanda spesfik dari sindrom atau gejala-gejala
tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses
lainnya.
b. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu
metastasis yang akan memberikan gambaran nodul (tonjolan padat)
tunggal ataupun multiple pada otak.
c. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga masker tumor.
Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan
massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan
melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk
membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses serebri).
d. Biopsi stereotaksik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
e. Angiografi serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
f. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor
dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu
kejang.
7. PenatalaksanaanMedik
a. Pembedahan
Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan
untuk mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali, pada tipe-tipe tumor
tertentu yang tidak dapat direseksi (diangkat). Banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan suatu pembedahan tumor otak yakni :
diagnosis yang tepat, rinci dan seksama, perencanaan dan persiapan pra
bedah yang lengkap, teknik neuroanastesi yang baik, kecermatan dan
keterampilan dalam pengangkatan tumor, serta perawatan pasca bedah
yang baik. Berbagai cara dan teknik operasi dengan menggunakan
kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser, ultrasound aspirator,
bipolar coagulator, realtime ultrasound yang membantu ahli bedah saraf
mengeluarkan massa tumor otak dengan aman.
b. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan terapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit
disekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervous atau otot
pectoralis, radang tenggorokan.
c. Kemoterapi
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan,
kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi, tambahan dengan metode
yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan
astrocytoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan
berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi
paliatif. Pemberian obat-obat anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan
rambut, mudah terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen (anti estrogen diberikan
secara oral) untuk tumor yang sudah bermetastase.
e. Terapi steroid
Steroid secara drastis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,
namun tidak berefek langsung terhadap tumor. Bisa juga diberikan anti
kejang.
8. Komplikasi
a. Edema serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi
sehingga menambah efek massa yang mendesak (spaceoccupying).
Edema serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sititoksik).
b. Hidrosefalus
Peningkatan intrakranial yang disebabkan oleh ekspansi massa dalam
rongga kranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi
pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi otak
Peningkatan intrakranial yang terdiri dari heniasi sentra, unkus, dan singuli.
d. Epilepsi
e. Metastase ke tempat lain
c. Pola eliminasi
DS: perubahan pola berkemih, seperti inkontenensia urin, anuria, distensi
abdomen (distensi kandung kemih berlebihan)
DO: bising usus negatif (ileus paralitik)
d. Pola aktifitas dan latihan
DS: merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi, merasa mudah lelah.
DO: gangguan tonus otot
e. Pola tidur dan istirahat
DS: merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat, sakit kepala dengan
intensitas yang berbeda-beda.
DO: tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
DS : pusing, sakit kepala, kelemahan, penglihatan menurun,
perasaan tidak berdaya dan putus asa.
DO : gangguan tingkah laku, kehilngan kemampuan untuk
mengenali/menghayati masuknya rangsangan visual,
emosi yang labil, kesulitan untuk mengekspresikan diri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d perubahan respon motorik
b. Nyeri kronis b/d cedera neurologis
c. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah
d. Ansietas b/d kematian
3. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakefektifanperfusijaringanserebral b/d perubahanresponmotorik
NOC:
Perfusijaringanserebral,
keadekuatanalirandarahmelewatisusunanpembuluhdarahserebraluntukme
mpertahankanfungsiotakstatusneurologis,kemampuanpadasystemsarafperif
erdansystemsarafpusatuntukmenerima, memproses, danberesponterhadap
stimulus internal daneksternal.
NIC:
1) Kajitingkatkesadarandanorientasipasien
R/ untukmengetahuiapakahtingkatkesadaranpasiensudahmembaik
2) Pantau TTV pasien
R/ untukmengetahuiperubahan TTV padapasien
3) Pantau tekananintrakranial (TIK)
R/ untukmengukurdanmenginterpretasi data pasienuntukmengaturTik
4) Kajiresponmotorikterhadapperintahsederhana
R/ Mengukurkesadaransecarakeseluruhan
danakanmempengaruhiintervensi
5) Pantau intake, output, danukurberatbadansesuaiindikasi
R/ Sebagai indicator dari total cairantubuh yang
terintegrasidenganperfusiJaringan.
6) Pantauperfusiserebral
R/
meningkatkankeadekuatanperfusidanmeminimalkankomplikasiuntukpas
ien yang
mengalamiatauberisikomengalamiketidakadekuatanperfusiserebral.
b. Nyerikronis b/d cedera neurologis kronis
NOC:
setelahmendapatkanperawatan 3x24 jam nyeri yang
dirasakanpasienberkurangataunyeriringan.
NIC:
1) Kaji tingkat nyeri klien dengan PQRST
R/ Dapat mengetahui tingkat kesehatan klien.
2) Berikan posisi yang nyaman
R/ Pengaturan posisi semifowler dapat membantu merelaksasikan otot
otot abdomen.
3) Anjurkan klien teknik distraksi saat nyeri timbul.
R/ Distraksi dapat menurunkan stimulus interna.
4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
R/ Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh klien
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah
NOC:
setelah 3x24 jam asupan nutrisi klien menjadi cukup adekuat.
NIC:
1) Kaji keluhan mual, muntah, dan anoreksia klien.
R/ dapat mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan untuk membantu
intervensi yang diperlukan oleh klien.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai
sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk
kedalam jaringan, KlasifikasiTumor otak dapat diklasifikasikan kedalam
kelompok besar : (1) tumor yang muncul pada pembungkus otak, seperti
meningioma dura; (2) tumor yang berkembang didalam atau diatas saraf kranial,
paling cocok dicontohkan dengan neuroma akustik; (3) tumor yang berasal
dalam jaringan otak, seperti pada jenis glioma dan (4) lesi metastatik yang
berasal dari bagian tubuh lainnya.
B. Saran
1. Perawatdanmahasiswa
Peranan perawat padapasien tumor otak sebenarnya sangat kompleks dan
mahasiswa S1 keperawatan harus bisa mengembangkan pengetahuan akan
hal tersebut, untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan
selanjutnya jika dilapangan kita menemukan pasien tersebut dan menjadikan
Askep kita lebih baik pada pasien.
2. Pasien/Keluarga
Pasienhendakmenghindari stress yang berlebihan, hindarikonsumsirokok,
dandalamkeluargaharusmenerapkanpolahidupsehatdenganmengkonsumsima
kanan yang seimbang, sertaolaragateratur,
DAFTAR PUSTAKA