Anda di halaman 1dari 27

BENIGH PROSTATIC HYPERPLASIA

(BPH)

Kelompok 2
Haeruman
Eva Herawati
Suryati Suhaemi
Martuti Dwi Handayani
Yeni Hartati

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2022
ANATOMI
• Bentuk : konus (kerucut) terbalik
• Berat : 20 gram, dengan jarak
basis ke apex kurang lebih 3 cm,
lebar yang paling jauh 4 cm
dengan tebal 2,5 cm.
• Anterior digantung oleh
ligamentum pubo-prostatika yang
melekatkan
• Posterior prostat terdapat
vesikula seminalis, vas deferen,
fasia denonvilliers dan rectum
VASKULARISASI

Prostat diperdarahi oleh


1. Arteri vesika inferior
2.Arteri pudendalis interna
3.Arteri hemoroidalis medialis
KLASIFIKASI

Lowsley (5 lobus) Mc.neal

• Anterior • Anterior
• Posterior • Zona perifer
• Lateral kanan • Zona sentral
• Lateral kiri • Zona tansisional
BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA
(BPH)
• Benign Prostatic Hyperplasia Dialami
(BPH) adalah pertumbuhan a. 50% = 60 tahun
berlebihan dari sel-sel
(hiperplasia) kelanjar b. 80% = 80 tahun.
periuretral prostat yang
tidak ganas yang akan
mendesak jaringan prostat
ETIOLOGI
Beberapa hipotesis :
1. Teori DHT (dihidrotestosteron)
2. Teori Reawakening.
Belum Diketahui Secara Pasti 3.Teori stem cell hypotesis.
4.Teori growth factors
5.Teori hormonal
PATOFISIOLOGI
Hiperplasia prostat
Gejala LUTS Hidroureter

Penyempitan lumen Anatomik : hipertrofi,


uretra posterior trabekulasi, selula,
sakula, divertikel{fase Hidronefrosis
kompensasi)

Vesika urinaria
Tekanan intra berkontraksi lebih
vesika menigkat kuat Gagal ginjal
MANIFESTASI KLINIS

Gejala obstruktif Gejala iritatif

Harus menunggu pada permulaan Bertambahnya frekuensi


miksi (Hesistency) miksi (Frequency)
Pancaran miksi yang lemah (Poor
stream) Nokturia
Miksi terputus (Intermittency) Miksi sulit ditahan
Menetes pada akhir miksi (Urgency)
(Terminal dribbling) Disuria (Nyeri pada waktu
Rasa belum puas sehabis miksi miksi)
(Sensation of incomplete bladder
emptying)
I-PSS (International Prostatic Symptom Score).

Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada


saluran kemih sebelah bawah, WHO menganjurkan
klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi
yang disebut Skor Internasional Gejala Prostat atau I-
PSS (International Prostatic Symptom Score).
Pertanyaan Jawaban dan skor

Tidak Dari skor I-PSS itu dapat


Keluhan pada bulan terakhir <20% <50% 50% >50% Hampir selalu
sekali dikelompokkan gejala LUTS
a. Adakah anda merasa buli-buli
dalam 3 derajat, yaitu:
0 1 2 3 4 5 - Ringan : skor 0-7
tidak kosong setelah berkemih
- Sedang : skor 8-19
b. Berapa kali anda berkemih lagi
0 1 2 3 4 5
- Berat : skor 20-35
dalam waktu 2 menit

c. Berapa kali terjadi arus urin


0 1 2 3 4 5
berhenti sewaktu berkemih

d. Berapa kali anda tidak dapat


0 1 2 3 4 5
menahan untuk berkemih

e. Beraapa kali terjadi arus lemah


0 1 2 3 4 5
sewaktu memulai kencing

f. Berapa keli terjadi bangun tidur

anda kesulitan memulai untuk 0 1 2 3 4 5

berkemih

g. Berapa kali anda bangun untuk


0 1 2 3 4 5
berkemih di malam hari
PEMERIKSAAN FISIK
Digital Rectal Eamination (colok dubur) :
1.Tonus spingter ani
2.Refleksbulbo cavernosus
3.Mukosa rectum
4.Benjolan dalam rectum
5.Prostat
Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
Simetris/ asimetris
Adakah nodul pada prostate
Apakah batas atas dapat diraba
Sulcus medianus prostate
Adakah krepitasi
BPH CA PROSTAT BATU PROSTATK
Konsistensi Kenyal (seperti meraba Keras Krepitasi
ujung hidung)
Lobus kanan kiri Simetris Asimetris -
Nodul - ++
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Urine
 Ureum  Kultur urin
 kreatinin  Test sensitifitas
 elektrolit  Urinalisis
 Blood urea nitrogen  Pemeriksaan mikroskopis
 Prostate Specific Antigen  Sedimen
(PSA)
 Gula darah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Foto polos Foto polos abdomen (BNO)
Batu saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih juga dapat untuk menghetahui
adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat
2.Pielografi Intravena (IVP)
Kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter ataupun hidronefrosis serta penyulit
(trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli – buli). Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu
urin.
3.Sistogram retrograde
Memberikan gambaran indentasi pada pasien yang telah dipasang kateter karena retensi urin.
4.Transrektal Ultrasonografi (TRUS)
Deteksi pembesaran prostat dengan mengukur residu urin
5.MRI atau CT scan
Jarang dilakukan. Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam – macam
potongan
PEMERIKSAAN LAIN
1.Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran miksi
Angka normal laju pancaran urin ialah 12 ml/detik dengan puncak laju pancaran
mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 – 8
ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 – 15 ml/detik.
2. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)
Untuk membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot
detrusor yang melemah.
3. Pemeriksaan Volume Residu Urin
Dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin yang masih tinggal.
PENATALAKSANAAN
Watchful Waiting
Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan
(Skor IPSS 3)
1. Pasien diberi nasihat agar mengurangi minum setelah makan malam
agar mengurangi nokturia.
2.Menghindari obat-obat parasimpatolitik (mis: dekongestan).
3.Mengurangi kopi.
4.Melarang minum minuman alkohol agar tidak terlalu sering buang air
kecil. Penderita dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan untuk
diperiksa: skoring, uroflowmetri
5.Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan.
MEDIKAMENTOSA
1. Penghambat adrenergik a-1
• Menghambat reseptoe a-1 pada prostat penurunan tekanan uretra pars prostatika
• Efek sampig : penurunan tekanan darah
• Prazosin, terazosin dosis 1 mg/hari, Tamsulosin dengan dosis 0.2-0.4 mg/hari
2. Penghambat enzim 5a reduktase
• Efek samping obat ini adalah menurunnya libido dan kadar serum PSA2.
• Contoh obat : finasteride dosis 5 mg/hari.
3. Kombinasi penghambat adrenergik a- 1 dan penghambat enzim 5a Reduktase
4. Fitoterapi
• Obat-obatan tersebut mengandung bahan dari tumbuhan
• Perlu penelitian kembali lebih lanjut
TERAPI BEDAH
Penatalaksanaan
Indikasi managemen operasi adalah penurunan fungsi ginjal dan gejala-
gejala lain yang mengganggu kehidupan sehari-hari
1. Prostatektomi terbuka :
 Prostatektomi suprapubik transvesikalis (Freyer)
 Prostatektomi retropubik (Terence Millin)
 Prostatektomi perinealis (Young)
2. Prostatektomi tertutup :
 Reseksi transuretral.
 Bedah beku
Open simple prostatectomy
• Indikasi : >100 gram, atau bila disertai divertikulum atau batu buli-
buli
Terapi Invasif Minimal
• Transurethral resection of the prostate (TUR-P)
• Menghilangkan adenomatosa prostat yang menimbulkan obstruksi
Transurethral incision of the prostat (TUIP)
• Teknik insisi pada arah jam 5 dan 7
Terapi laser
• Tekniknya antara lain Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP) yang dilakukan dengan perdarahan
minimal
Microwave hyperthermia
• Memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan melalui uretra atau rektum sampai suhu 42-45 oC
sehingga diharapkan terjadi koagulasi.
Trans urethral needle ablation (TUNA)
High intensity focused ultrasound (HIFU)
• Melalui probe yang ditempatkan di rektum yang memancarkan energi ultrasound dengan intensitas tinggi dan
terfokus.
Intraurethral stent
• Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan di fosa prostatika untuk mempertahankan lumen uretra
tetap terbuka. Dilakukan pada pasien dengan harapan hidup terbatas dan tidak dapat dilakukan anestesi atau
pembedahan
Transurethral baloon dilatation
• Dilakukan dengan memasukkan kateter yang dapat mendilatasi fosa prostatika dan leher kandung kemih.
Prosedur ini hanya efektif bila ukuran prostat kurang dari 40 g, sifatnya sementara, dan jarang dilakukan
lagi
PILIHAN TERAPI BPH
Observasi Medikamentosa Operasi Invasif Minimal

Watchfull waiting Penghambat Prostatektomi terbuka TUMT


adrenergic Alpha TUBD
Penghambat reduktase Endourologi Stent uretra dengan
alpha TUIP prostacath
TULP
URP
Fitoterapi TUNA
hormonal
PROGNOSIS

 BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk


karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.
 Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker pembunuh
nomer 2 pada pria setelah kanker paru-paru5. BPH yang telah
diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup
merugikan bagi penderita.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur Guyton, J. E. hall. (2013). “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”. Edisi 9. Jakarta : EGC
A, Sylvia., M, Lorraine, 2015. “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit”. Edisi 6.
Volume 2. Jakarta : EGC 
Mahummad A., 2013., Benigna Prostate Hiperplasia., http://ababar.blogspot
.com/2003/12/benigna-prostate-hyperplasia.html.,
Muttaqin, Arif. (2011). Pengkajian Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba
Medika.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Purnomo, Basuki B. Hiperplasia prostat dalam: Dasar – dasar urologi., Edisi ke – 2. Jakarta:
Sagung Seto. 2011.
Smeltzer & Bare (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Tjahjodjati dkk. (2017). Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak, jakarta :
ikatan ahli urologi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai