Hiperplasia (BPH)
Pembimbing:
dr. Lukman Sp.B
Aqmarina Ajrina
2015730013
Anatomi Prostat
Zona Anterior
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma
fibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
Zona Perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa
kelenjar prostat. Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan
tempat asal karsinoma terbanyak.
Fisiologi Prostat
Hiperplasia Prostat Benigna adalah perubahan histopatologi jinak berupa hyperplasia sel
stroma dan sel epitel kelenjar prostat yang bersifat jinak dan terjadi pada pria yang berusia
diatas 60 tahun yang dapat mengakibatkan terganggunya aliran urin sehingga menimbulkan
gangguan miksi.
Epidemiologi BPH
• Suatu penelitian menyebutkan bahwa prevalensi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) yang bergejala
pada pria berusia 40–49 tahun mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya
usia, sehingga pada usia 50–59 tahun prevalensinya mencapai hampir 5% dan pada usia 60 tahun
mencapai angka sekitar 43%.
• Angka kejadian BPH di Indonesia sebagai gambaran hospital prevalensi di dua Rumah Sakit besar
di Jakarta yaitu RSCM selama 3 tahun (1994–1999) terdapat 1040 kasus
• Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang mengganggu aktivitas sehari-
hari
Etiologi BPH
Teori Ketidakseimbangan
Interaksi stroma
Dihidrotestosteron estrogen dan
epitel
(DHT) testosteron
Berkurangnya
kematian sel Teori stem cell
prostat (Apoptosis)
Patofisiologi BPH
Proses penuaan
• Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif:
Obstruksi Iritasi
Hesitansi Bertambahhnya Frekuensi miksi
Pancaran miksi lemah Nokturi
Miksi terputus Miksi sulit ditahan
Miksi tidak lampias Disuri
Menetes setelah miksi
I-PSS (International Prostatic Symptom Score)
Gejala dalam satu bulan terakhir Tidak <1 dalam Kurang dari Kadang-kadang Lebih dari Hampir selalu
pernah 5 hari setengan setengah
Apakah anda merasa buli-bili tidak 0 1 2 3 4 5
kosong setelah BAK?
Berapa kali anda hendak BAK lagi 0 1 2 3 4 5
setelah 2 jam BAK?
Berapa kali arus kemih berhenti 0 1 2 3 4 5
sewaktu BAK?
Berapa kali anda tidak dapat menahan 0 1 2 3 4 5
kemih?
Berapa kali arus lemah sekali sewaktu 0 1 2 3 4 5
BAK?
Berapa kali anda kesulitan untuk 0 1 2 3 4 5
memulai BAK?
Berapa kali anda bangun untuk BAK 0 1 2 3 4 5
diwaktu malam?
Tidak 1 kali 2 kali 3 kali 4 kali 5 kali atau
pernah lebih
Kualitas hidup akibat keluhan Senang puas Campur Tidak puas Tidak Buruk sekali
berkemih antara puas senang
dan tidak
Ringan : skor 0-7
Seandainya anda harus menghabiskan 1 2 3 4 5 6
Sedang : skor 8-19 sisa hidup dengan fungsi kencing
seperti ini, bagaimana perasaan anda?
Berat : skor 20-35
Diagnosis
• Anamnesis
Tanyakan keluhan utama pasien dan berapa lama keluhan telah dirasakan mengganggu.
Seluruh gejala iritasi dan obstruksi ditanyakan secara lengkap
Tanyakan riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenital
• Pemeriksaan fisik
Buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra simfisis akibat retensi urin. Kadang-kadang didapatkan urine yang
selalu menetes yang merupakan pertanda dari inkontinensia paradoks
• Pemeriksaan colok dubur:
tonus sfingter ani, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum
Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
• Konsistensi
• Adakah asimetri
• Adakah nodul pada prostat
• Apakah batas atas dapat diraba, jika teraba besar prostat diperkirakan <60 gr
• Derajat berat hipertrofi prostat berdasarkan gejala klinis dibagi menjadi 4
derajat.
•Foto polos
Berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu prostat dan kadangkala
menunjukan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda suatu retensi urine
• Sistoskopi
Dalam pemeriksaan ini, disisipkan sebuah tabung kecil melalui pembukaan urethra di dalam
penis. Tabung, disebut sebuah “cystoscope” , berisi lensa dan sistem cahaya yang membantu
melihat bagian dalam uretra dan kandung kemih. Tes ini memungkinkan untuk menentukan
ukuran kelenjar dan mengidentifikasi lokasi dan derajat obstruksi.
• Jumlah sisa urin setelah miksi, dengan cara melakukan kateterisasi/USG setelah miksi (Residual urin)
• Sisa urin ditentukan dengan mengukur urin yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat
pula diketahui dengan melakukan ultrasonografi kandung kemih setelah miksi.
• Sisa urin lebih dari 100cc biasanya dianggap sebagai batas untuk indikasi melakukan intervensi pada
hipertrofi prostat.
• Derajat berat obstruksi dapat pula diukur dengan mengukur pancaran urin pada waktu miksi, yang
disebut uroflowmetri.
• Angka normal pancaran kemih rata-rata 10-12 ml/detik dan pancaran maksimal sampai sekitar 20
ml/detik.
• Pada obstruksi ringan, pancaran menurun antara 6 – 8 ml/detik, sedangkan maksimal pancaran menjadi
15 ml/detik atau kurang.
Keterangan :
• Derajat 1
Belum memerlukan tindakan pembedahan, diberikan pengobatan konservatif, misalnya:
Penghambat adrenoreseptor alfa seperti( alfazosin, prazosin,terazosin dan tamsulosin)
• Derajat 1I
Indikasi untuk pembedahan, tetapi masih dapat dicoba dengan pengobatan konservatif. Dianjurkan
reseksi endoskopik melalui uretra
• Derajat 1II
Reseksi endoskopik, jika prostat sudah cukup besar sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka.
• Derajat 1V
Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah membebaskan dari retensi urin total dengan memasang
kateter atau sistostomi. Lakukan terafi definitive dengan TUR (trans urethtral resection) atau
pembedahan terbuka
• Terapi konservatif
• Penghambat 5 ⍺ reductase
Dutasterid 1x 0,5 mg
Finasterid 1x5mg
Terapi Invasif Minimal
• Inkontinensia paradoks
• Hidroureter
• Hidronefrosis
• Gagal ginjal
• Hernia dan hemeroid
KA SIH B
, TERIMA WR W
N UM
SEKIA UALAIK
SAL AM
WAS