Anda di halaman 1dari 24

BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA

Pembimbing :
dr. Dana Satria Kusnadi, Sp B.

Indra Fransis Liong


112017039
Anatomi
 Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior
buli-buli, didepan rektum dan membungkus uretra posterior.
Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5cm dan
beratnya kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas jaringan
fibromuskular dan glandular yang terbagi dalam beberapa daerah atau
zona, yaitu zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona
preprostatik sfingter, dan zona anterior (McNeal 1970).
Anatomi genitalia pria
DEFINISI
 Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral
yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan
menjadi simpai bedah. (Wim de Jong, , 1998).
 Pada kondisi normal ukuran diameter kelenjar prostat 2,5 - 3 cm
sedangkan pada kondisi hyperplasia dapat mencapai 5 - 6 cm atau
lebih besar lagi.
Klasifikasi
Rectal grading
 Dengan rectal toucher :
 Stage 0 : prostat teraba < 1 cm, berat < 10 gram
 Stage 1 : prostat teraba 1- 2 cm, berat 20-25 gram
 Stage 2 : prostat teraba 2-3 cm, berat 25-60 gram
 Stage 3 : prostat teraba 3-4 cm, berat 60-100 gram
 Stage 4 : prostat teraba >4 cm, berat > 100 gram.
Clinical grading:
 Pada pagi hari atau setelah diberi minum yang banyak, pasien disuruh BAK sampai
hais. Dengan kateter diukur sisa urin dalam buli-buli.
 Normal : sisa urin tidak ada
 Grade 1: sisa urin 0-50 cc
 Grade 2: sisa urin 50-150 cc
 Grade 3 : sisa urin > 150 cc
 Grade 4 : retentio urin total
 Grade 1-2 : indikasi konservatif
 Grade 3-4 : indikasi operatif
Insidensi
 . Pada pria berusia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%,
dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari angka
tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik.
Etiologi
 Teori Dihidrotestosteron
 Ketidakseimbangan antara esterogen-testosteron
 Teori sel stem
Patofisiologi
• Teori Dihidrotestosteron

Dalam sel prostat :


NADPH NADP
Testosteron -----------> Dihidrotestosteron
5α – reduktase

Berikatan dengan RA (reseptor androgen)



Kompleks DHT – RA (inti sel)

Sintesis protein Growth Factor

Pertumbuhan sel prostat ↑
 Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron

• Usia tua : estrogen ↑

• Fungsi estrogen :
– Proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara :
• ↑ sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen
• ↑ jumlah reseptor androgen
• ↓ jumlah apoptosis sel prostat -> umur lebih panjang
Manifestasi klinis
2 gejala yang ditimbulkan :
 1. Obstruktif
a. Hesistancy
b. Straining
c. Weak stream
d. Emplying incomplete
e. Retensi urine
 2. Iritatif
a. Frekuensi
b. Urgency
c. Nokturia
d. Incontinentia Urge
e. Disuria
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan rectal toucher akan dijumpai pembesaran prostat
teraba simetris dengan konsistensi kenyal, sulkus medialis yang pada
keadaan normal teraba di garis tengah, mengalami obliterasi karena
pembesaran kelenjar.

(Jonhson,1988; Burkit,1990).
IPSS (International Prostatic Symptom
Score)
 Skoring untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS yang
dianjurkan oleh WHO, diisi secara subjektif dan dihitung sendiri
oleh pasien
 Sistem skoring IPSS terdiri atas:
 7 pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan LUTS
 1 pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien.
 Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3
derajat, yaitu:
 Ringan : skor 0-7
 Sedang : skor 8-19
 Berat : skor 20-35
Kadang-
Kurang dari Kurang
Dalam 1 bulan terakhir Tidak kadang Lebih dari Hampir
pernah
sekali dalam dari
(sekitar setengah
Skor
lima kali setengah selalu
50 %)

1. Seberapa sering Anda merasa masih ada


0 1 2 3 4 5
sisa selesai kencing ?

2. Seberapa sering Anda harus


kembali kencing dalam waktu kurang dari 0
1 2 3 4 5
2 jam setelah selesai kencing ?

3. Seberapa sering Anda mendapatkan 0 1 2 3 4 5


bahwa Anda kencing terputus-putus

4. Seberapa sering pancaran kencing


0 1 2 3 4 5
Anda lemah ?

5. Seberapa sering kencing Anda tidak


0 1 2 3 4 5
nyaman dan tergesa-gesa ?

6. Seberapa sering Anda harus


0 1 2 3 4 5
mengejan untuk mulai kencing ?

7. Seberapa sering Anda harus bangun


0 1 2 3 4 5
untuk kencing, sejak mulai tidur pada
malam hari hingga bangun di pagi hari
Penilaian QoL Senang Senang Pada Campuran Pada Tidak Buruk
sekali umumnya antara puas umumnya bahagia sekali
puas dan tidak tidak puas

8. Seandainya anda harus menghabiskan sisa 0 1 2 3 4 5 6


hidup anda dengan fungsi berkemih saat ini,
bagaimana perasaan anda?
Pemeriksaan Penunjang
 Ultrasonografi dapat dilakukan secara trans-abdominal atau trans-
rektal (TRUS). Dengan USG trans-rektal dapat diukur besar prostat
untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat
dapat pula dilakukan dengan USG supra pubik.

 Dengan pemeriksaan radiologi seperti foto polos perut dan


pielografi intra vena dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit
ikutan misalnya batu saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikel
kandung kemih.

(Rahardjo,1997; Sjamsuhidajat,1997).
Pemeriksaan Penunjang
 Urinalisis : menilai leukosituria dan hematuria

 PSA (prostate specific antigen) : membedakan suatu keganasan


atau tumor jinak. PSA sangat penting untuk mendeteksi
kemungkinan adanya karsinoma prostat. Nilai normal PSA :
 40 - 49 tahun : 0 - 2,5 ng/mL
 50 - 59 tahun : 0 - 3,5 ng/mL
 60 - 69 tahun : 0 - 4,5 ng/mL
 70 - 79 tahun : 0 - 6,5 ng/mL

 Uroflowmetri : noninvasif, digunakan untuk menilai obstruksi


salura kemih bagian bawah.
Penatalaksanaan
 Observasi (watchfull waiting)
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang
diberikan ialah mengurangi minum.
 Terapi medikamentosa
 Penghambat adrenergik a
Obat-obat yang sering dipakai adalah prazosin, doxasin, terazosin,
afluzosin atau atau yang lebih selektif z 1a (tamsulosin). Dosis
dimulai 1 mg/hari sedangkan dosis tamsulosin adalah 0,2-0,4
mg/hari. Penggunaan a-1-adrenergik karena secara selektif
mengurangi obstruksi buli-buli tanpa merusak kontraktilitas
detrusor.
 Penghambat enzim 5 –a-reduktase
Obat yang dipakai adalah finasteride (Proscar) dengan dosis
1x5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat
pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan
mengecil.
 Terapi bedah
 Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu :
 Retensi urin
 BPH derajat II
 Hematuria
 Tanda penurunan fungsi ginjal
 Infeksi saluran kemih berkurang
 Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel, hidroureter, dan
hidronefrosis.
 Ada batu saluran kemih.
 Indikasi bedah yang dapat dilakukan meliputi Transurethral Resection
of the Prostat (TURP),Transurethral Insision of the Prostate (TUIP), dan.
prostatektomi terbuka.

TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE


Terapi invasif minimal
Termoterapi, pemanasan dengan suhu diatas 45ºC yang
menyebabkan nekrosis koagulasi jaringan prostat. Panas
didapatkan melalui berbagai cara seperti :
 Trasnurethral Microwave Thermotherapy (TUMT).
 High-Intensity Focused Ultrasound (HIFU).
 Transuretrhal Needle Ablation (TUNA).
Komplikasi
 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien BPH yang
dibiarkan tanpa pengobatan:
 Pertama, trabekulasi, yaitu terjadi penebalan serat-serat
detrusor akibat tekanan intra vesika yang selalu tinggi
akibat obstruksi. Kedua, dapat terjadi sakulasi, yaitu
mukosa buli-buli menerobos di antara serat-serat
detrusor. Ketiga, bila sakulasi menjadi besar dapat
menjadi divertikel.
 Komplikasi lain adalah adanya : hidroureter,
hidronefrosis, gagal ginjal, hernia dan haemoroid.

Anda mungkin juga menyukai