Anda di halaman 1dari 17

1. Apa itu ileus dan jenis-jenis ileus?

Ileus adalah kondisi yang terjadi ketika gerakan usus terhenti sehingga menyebabkan makanan
tersumbat di dalam usus. Hal ini paling sering terjadi setelah seseorang menjalani operasi di
area perut. Ketika masuk ke dalam tubuh, makanan akan dicerna di lambung untuk selanjutnya
dialirkan menuju usus halus dan usus besar. Panjang usus halus bisa mencapai 6 meter dan
sepanjang itu pula makanan harus menempuh perjalanan agar sisa pencernaan dapat
dikeluarkan. Pada kondisi normal, otot-otot usus akan berkontraksi agar dapat mendorong
makanan (gerakan peristalsis). Namun ketika ileus terjadi, komponen makanan tidak dapat
keluar dan menyebabkan penyumbatan di usus. Ileus adalah masalah kesehatan yang
berbahaya. Selain menimbulkan ketidaknyamanan pada perut, jika dibiarkan, ileus
dapat menyebabkan perforasi atau robekan pada usus. Di samping itu, bagian usus yang
mengandung banyak kuman dapat keluar ke rongga tubuh dan mengancam jiwa penderitanya.
Oleh karena itu, penanganan ileus perlu dilakukan secepatnya. Pengobatan ileus terdiri dari
pemberian obat-obatan dan tindakan medis.
Ileus ada 2 macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.1
1. Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen saluran
cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan/hambatan mekanik
yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan
atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrosis segmen
usus tersebut.
2. Ileus paralitik adalah keadaan di mana usus gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi
peristaltik untuk menyalurkan isinya akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya
peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik. Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit
primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang
berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi
kontraksi otot polos usus. Gerakan peristaltik merupakan suatu aktivitas otot polos usus
yang terkoordinasi dengan baik diatur oleh neuron inhibitory dan neuron exitatory dari
sistim enteric motor neuron. Kontraksi otot polos usus ini dipengaruhi dan dimodulasi oleh
berbagai faktor seperti sistim saraf simpatik – parasimpatik, neurotransmiter (adrenergik,
kolinergik, serotonergik, dopaminergik, hormon intestinal, keseimbangan elektrolit dan
sebagainya.
2. Apa yang ditanyakan pada IPSS dan pertanyaan terakhir pada IPSS?
 Hal yang ditanyakan pada Internationa Prostate Symptom Score (IPSS)2
1. Seberapa sering anda merasa masih ada sisa selesai berkemih?
2. Seberapa sering anda harus kembali kencing dalam waktu kurang dari 2 jam setelah selesai
kencing?
3. Seberapa sering anda mendapatkan bahwa anda kencing terputus-putus?
4. Seberapa sering anda merasa sulit untuk menahan kencing?
5. Seberapa sering pancaran kencing anda lemah?
6. Seberapa sering anda harus mengejan saat memulai kencing?
7. Seberapa sering anda harus bangun untuk kencing, sejak mulai tidur pada malam hari
hingga bangun di pagi hari?
Dengan skor IPSS yaitu
Grade ringan = 0-7;
Grade sedang = 8-19;
Grade berat = 20-35
 Pertanyaan terakhir yang ditanyakan pada pasien yang mencakup keseluruhan yakni
pertanyaan tentang kualitas hidup yaitu :
1. Seandainya anda harus menghabiskan sisa hidup dengan fungsi kencing yang seperti ini,
bagaimana perasaan anda?
Dengan grade kualitas hidup yakni
0 = Senang sekali;
1 = Senang;
2 = Pada umumnya puas;
3 = Campur antara puas dan tidak;
4 = Pada umumnya tidak puas;
5 = Tidak senang;
6 = Buruk sekali
Internationa Prostate Symptom Score (IPSS)2
3. Bagaimana cara mengecek refleks bulbocavernosus?
Cara mengecek reflek bulbocavernosus dengan cara setelah jari telunjuk tangan kanan masuk
dalam rectum, tangan kiri menekan glans penis. Menilai kontraksi yang dirasakan pada jari
telunjuk kanan.3
Refleks Bulbocavernosus adalah suatu reflex yang ditandai dengan kontraksi dari otot
bulbospongiosus (otot sfingter ani) ketika dorsum penis ditarik atau glans penis dikompresi.
Bulbo Cavernosus Refleks atau BCR adalah salah satu cara untuk mengetahui apakah
seseorang menderita dari syok spinal. Refleks ini merupakan refleks polisinaptik yang
berguna selain untuk mengetahui adanya syok spinal juga memperoleh informasi tentang
adanya cedera sumsum tulang belakang (SCI). Tes ini melibatkan pemantauan kontraksi
sfingter anal sebagai respon terhadap gerakan meremas pada glans penis atau tertariknya
kateter Foley. Refleks ini dimediasi oleh saraf tulang belakang S1-S4. Tidak adanya refleks
tanpa trauma sumsum tulang belakang sakral menunjukkan syok spinal. Biasanya ini adalah
salah satu refleks pertama yang kembali setelah syok spinal. Tidak adanya fungsi motorik dan
fungsi sensorik setelah refleks telah kembali menunjukkan adanya cidera spinal yang lengkap.
Tidak adanya refleks ini dalam kasus di mana syok tulang belakang tidak dicurigai dapat
menunjukkan lesi atau cedera medullaris konus atau akar saraf sakral. Bulbo cavernosus
adalah istilah awal untuk m.bulbospongiosus, sehingga refleks ini seharusnya disebut
"Bulbospongiosus refleks".

Ilustrasi reflex bulbo cavernosus


Jika refleks telah kembali tapi masih ada kurangnya fungsi sensorik dan motorik maka ini
hanya menunjukkan Spinal Cord Injury lengkap. Dalam hal ini tidak mungkin bahwa fungsi
neurologis penting yang pernah akan kembali. Jika syok spinal tidak terlibat belum ada tidak
adanya refleks ini maka bisa mengindikasikan cedera akar saraf sakral. Nama lain untuk
bulbokavernosus refleks Bulbospongiosus refleks. Hal ini juga dapat diuji secara
elektrofsiologik melalui rangsangan listrik pada penis dan rekaman dari kontraksi anus. Tes
ini biasanya dilakukan untuk mengkonfirmasi jika ada motor atau fungsi sensorik dari akar
sakral dan di medullaris konus.

4. Bagaimana grading pembesaran prostat?


 Benign prostat hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya : 2
1) Derajat I, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1-2 cm, sisa urine kurang 50
cc, pancaran lemah, necturia, berat ± 20 gram.
2) Derajat II, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nocturia bertambah berat, panas
badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih
teraba, sisa urine 50-100 cc dan beratnya ± 20–40 gram.
3) Derajat III, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine lebih
100 cc, penonjolan prostat 3–4 cm, dan beratnya 40 gram.
4) Derajat IV, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyakit keginjalan
seperti gagal ginjal, hydroneprosis

 Pembesaran prostat dinilai dengan pemeriksaan colok dubur yakni dengan tiga cara:
1) Rectal Grading
Yaitu dengan rectal toucher diperkirakan berapa cm prostat yeng menonjol ke dalam
lumen rektum yang dilakukan sebaiknya pada saat buli-buli kosong. Grading ini adalah :
Grade 0 : 0 – 1 cm
Grade 1 : 1 – 2 cm
Grade 2 : 2 – 3 cm
Grade 3 : 3 – 4 cm
Grade 4 : 4 cm
2) Clinical Grading
Dalam hal ini urine menjadi patokan. Pengukuran ini dilakukan dengan cara meminta
pasien berkemih sampai selesai saat bangun tidur pagi, kemudian memasukkan kateter ke
dalam kandung kemih untuk mengukur sisa urin.
Normal : Sisa urine 0 cc
Grade 1 : Sisa urin 0 – 50 cc
Grade 2 : Sisa urin 50 – 150 cc
Grade 3 : Sisa urine > 150 cc
Grade 4 : Sama sekali tidak bisa berkemih
3) Intra Uretra Grading
Dengan alat perondoskope yang diukur/ dilihat beberapa jauh penonjolan lobus lateral
kedalam lumen uretra.
Grade 1 : clinical grading sejak berbulan-bulan, bertahun-tahun, mengeluh kalau kencing
tidak lancar, pancaran melemah, nokturia.
Grade 2 : bila miksi terasa panas, sakit, dysuria.
Grade 3 : gejala makin berat
Grade 4 : buli-buli penuh, dysuria overflow incontinence.

5. Sebutkan apa saja fungsi ginjal?


Adapun fungsi ginjal yakni:4
- Fungsi Eliminasi Ginjal
Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme yang tidak
diperlukan lagi oleh tubuh. Produk-produk ini meliputi urea yang merupakan hasil
metabolisme dari asam amino, kreatinin hasil metabolisme dari kreatnin otot, asam urat
hasil metabolisme dari asam nukleat, bilirubin yang merupakan produk akhir dari
pemecahan hemoglobin, dan metabolit dari berbagai hormon. Ginjal juga membuang
banyak toksin dan zat asing lainnya yang diproduksi oleh tubuh pencernaan, seperti
pestisida, dan obat-obatan.
- Fungsi Filtrasi Glomerolus
Glomerular Filtration Rate (GFR) adalah jumlah filtrasi ginjal yang dibentuk oleh ginjal
dalam satu menit, rata-rata 100 sampai 125 ml/menit. GFR dapat berubah jika aliran darah
melalui ginjal berubah. Jika aliran darah meningkat ,GFR akan meningkat dan akan lebih
banyak filtrat dibentuk. Jika aliran darah turun (seperti yang terjadi setelah perdarahan
hebat), GFR akan turun sehingga filtratnya yang dibentuk sedikit dan keluaran urine turun.
- Fungsi Reabsorbsi Tubular
Proses reabsorbsi tubular terjadi setelah proses filtrasi-glomerolus. Pada proses ini
sebagian besar Na+, K+, dan glukosa direabsorbsi secara aktif dari cairan tubular dalam
tubulus proksimal sedangkan air direabsorbsi secara osmotik. Proses reabsorbsi tubular ini
dapat berlangsung secara transpor aktif maupun transpor pasif.
- Fungsi Sekresi Tubular
Proses sekresi tubular terjadi secara trasnpor aktif. Pada proses ini tubulus proksimal
merupakan tempat penting untuk asam-asam, basa-basa organik seperti oksalat, urat, dan
ketekolamin. Sebagian besar zat-zat ini ke dalam tubulus proksimal ditambah filtrasi ke
dalam tubulus proksimal oleh kapiler glomerolus dan hampir tidak ada reabsorbsi pada
bagian manapun dari sistem tubulus ini, semua bergabung turut berperan terhadap ekskresi
yang cepat dalam urin. Selain produk buangan hasil metabolisme, ginjal juga mensekresi
secara langsung sebagian besar obat atau toksin yang potensial berbahaya melalui sel-sel
tubulus ke dalam tubulus, dan dengan cepat membersihkan zat-zat ini dari dalam darah.
- Fungsi Pengaturan Tekanan Darah
Ginjal mempunyai peran penting dalam pengaturan tekanan darah terkait peranannya
dalam keseimbangan Natrium yang merupakan penentu utama tekanan darah. Melalui
peran macula densa, yang merupakan bagian dari juxtaglomerular, penurunan Natrium dan
penurunan tekanan darah akan menstimulasi terbentuknya renin. Renin mengubah
angiotensinogen dalam darah menjadi angiontensin I yang kemudian akan diubah menjadi
Angiontensin II oleh Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Angiontensin II
meningkatkan tekanan darah melalui efek vasokontruksi dan menstmulasi dan
menstimulasi sekresi aldosteron sehingga terjadi retensi natrium dan air.
- Fungsi Dalam Metabolisme Kalsium
Ginjal memegang peran dalam proses keseimbangan kalsium-fosfat, dimana mobilisasi
kalsium dari tulang akan meningkatkan mobilisasi fosfat dalam jumlah yang seimbang.
- Fungsi Ginjal Dalam Eritropoesis
Ginjal merupakan suatu organ yang dapat memproduksi hormon eritropoitin, yang mana
hormon ini diproduksi didalam sumsum tulang dan digunakan untuk mematangkan sel
darah merah. Eritropoitin adalah suatu glikoprotein yang berfungsi untuk membentuk serta
melepaskan sel darah merah dari sumsum tulang (eritropoesis) dengan cara meningkatkan
jumlah sel bakal disumsum tulang. Sel-sel bakal ini berubah menjadi prekursor sel darah
merah dan akhirnya menjadi eritrosit matang.

6. Mengapa pada fungsi ginjal yang menurun menyebabkan Hb menurun?


Hb yang menurun pada penderita dengan fungsi ginjal yang menurun seringkali memiliki
lebih dari satu penyebab. Ketika fungsi ginjal menurun, mereka menghasilkan lebih sedikit
eritropoietin (EPO) yakni hormon yang memberi sinyal pada sumsum tulang untuk membuat
sel darah merah. Dengan lebih sedikit EPO, tubuh membuat lebih sedikit sel darah merah, dan
lebih sedikit oksigen yang dikirim ke organ dan jaringan. Selain tubuh membuat lebih sedikit
sel darah merah, sel darah merah orang dengan Hb yang rendah dan fungsi ginjal yang
menurun cenderung hidup dalam aliran darah untuk waktu yang lebih singkat dari biasanya,
menyebabkan sel darah mati lebih cepat daripada yang bisa diganti.5

7. Bagaimana pemeriksaan urinalisis yang menandakan infeksi saluran kemih?


Pemeriksaan urinalisis menandakan infeksi saluran kemih :6
- Secara makroskopis, urin keruh bisa aseptik; kekeruhan dapat berasal dari protein atau
puing-puing kalsium fosfat dalam sampel, tidak harus dari infeksi. Urin yang jernih bisa
sangat terinfeksi. Jadi tidak bisa dinilai hanya dari makroskopis pemeriksaan urin.
- PH urin normal sedikit asam, dengan nilai biasa 6,0 hingga 7,5, tetapi kisaran normalnya
adalah 4,5 hingga 8,0. pH urin 8,5 atau 9,0 sering menunjukkan organisme pemecah urea,
seperti Proteus, Klebsiella, atau Ureaplasma urealyticum. PH urin basa dapat menandakan
batu ginjal struvite, yang juga dikenal sebagai "batu infeksi".
- Tes dipstick yang paling akurat adalah tes nitrit karena bakteri harus ada dalam urin untuk
mengubah nitrat menjadi nitrit. Spesifisitas tes ini lebih besar dari 90%. Ini adalah
konfirmasi untuk keberadaan bakteri dalam urin. Beberapa bakteri tidak mengubah nitrat
menjadi nitrit, tetapi mereka biasanya terlibat dalam ISK, seperti yang melibatkan
Enterococcus, Pseudomonas, dan Acinetobacter.
- Leukocyte esterase (LE) mengidentifikasi adanya leukosit dalam urin. Sel darah putih
melepaskan LE, mungkin sebagai respons terhadap bakteri dalam urin. Inilah sebabnya
mengapa dipstick LE adalah tes sekunder dengan spesifisitas hanya 55% untuk ISK. LE
baik dalam mendeteksi sel darah putih dalam urin, tetapi sel darah putih dapat berada di
kandung kemih karena alasan lain, seperti gangguan inflamasi.
- Hematuria dapat membantu karena infeksi bakteri pada lapisan sel transisional kandung
kemih dapat menyebabkan perdarahan. Ini membantu membedakan ISK dari vaginitis
dan uretritis yang tidak menyebabkan darah dalam urin.
- Sampel urin yang baik dengan lebih besar dari 5 sampai 10 WBC/HPF adalah abnormal
dan sangat sugestif dari ISK pada pasien simtomatik.

8. Apa saja penyebab penurunan fungsi ginjal?


Penyebab penurunan fungsi ginjal antara lain :7
- Diabetes tipe 1 atau tipe 2
- Tekanan darah tinggi
- Glomerulonefritis, peradangan pada unit penyaringan ginjal (glomeruli)
- Nefritis interstisial, peradangan pada tubulus ginjal dan struktur di sekitarnya
- Penyakit ginjal polikistik
- Obstruksi saluran kemih yang berkepanjangan, dari kondisi seperti pembesaran prostat,
batu ginjal dan beberapa jenis kanker
- Refluks vesicoureteral, suatu kondisi yang menyebabkan urin kembali ke ginjal
- Infeksi ginjal berulang/Pielonefritis

9. Pada BPH dilakukan pemeriksaan USG apa saja yang dinilai?


Hal yang dinilai pada pemeriksaan USG pada BPH yakni :8
- Pembesaran prostat
- Kandung kemih (kecurigaan adanya batu saluran kemih)
- Ginjal (tanda hidronefrosis) diindikasikan pada pasien dengan volume residu tinggi atau
gangguan ginjal.
- Morfologi prostat, ukuran prostat, dan volume prostat
- Volume kelenjar prostat yang dapat dihitung menggunakan rumus geometik ellipsoid yang
sama seperti pada USG transabdominal. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara volume
prostat yang didapatkan dengan TRUS dan USG transabdominal.
- USG transabdominal dan transrektal dapat memberikan informasi signifikan pembesaran
prostat, adanya batu buli-buli, serta residu urin.
- TRUS dapat mengevaluasi anatomi serta menghitung volume kelenjar prostat secara akurat
pada penderita BPH yang akan menjalani terapi bedah atau minimal invasif. Perhitungan
volume prostat dengan TRUS menggunakan proyeksi sagital dan transversal, sama seperti
dengan USG transabdominal.

10. Apa itu phosporic residu?


Fosfat adalah mineral yang memiliki banyak fungsi di dalam tubuh. Kadar fosfat dalam tubuh
diatur oleh ginjal. Fosfat merupakan buffer urin utama yang difiltrasi di glomerulus dan
berperan penting dalam pengaturan ion-hidrogen bebas. Ekskresi fosfat terjadi terutama dalam
ginjal. 80%-90% fosfat plasma difiltrasi pada glomerulus ginjal. Jumlah fosfat yang diekskresi
dalam urin menunjukkan perbedaan antara jumlah yang difiltrasi dan yang direabsorpsi oleh
tubulus proximal dan tubulus distal ginjal.
Kelebihan fosfat dibuang melalui urin. Jika ginjal mengalami gangguan dan tidak bisa
berfungsi dengan baik, ginjal tidak dapat membuang sisa fosfat dari dalam tubuh. Akibatnya,
kadar fosfat jadi terlalu tinggi dalam darah. Gejala hiperfosfatemia tidak begitu jelas terlihat.
Biasanya, gejala penyakit atau kondisi dasar penyebabnyalah yang lebih tampak terlihat.
Dalam darah, fosfat berikatan dengan kalsium. Maka, dampak dari hiperfosfatemia adalah
penurunan kalsium dalam darah. Ketika kalsium dalam darah berkurang, maka tubuh akan
mengambil persediaan dari tulang sebagai. Lama-kelamaan, simpanan kalsium dalam tulang
akan habis terkuras karenanya dan bisa menyebabkan pengeroposan tulang.
Selain itu, risiko kalsifikasi pada dinding pembuluh darah, jaringan maupun organ lain pun
meningkat. Kalsifikasi adalah pengendapan plak kalsium garam dalam jaringan lunak tubuh
yang kemudian mengeras. Pengerasan dinding arteri jantung, misalnya, adalah aterosklerosis
yang menjadi awal mula dari stroke.9
11. Indikasi dilakukan pembedahan pada BPH?
Indikasi tindakan pembedahan, yaitu pada BPH yang sudah menimbulkan komplikasi yakni:2
(1) Retensi urine akut;

(2) Gagal Trial Without Catheter (TWOC); TWOC adalah cara untuk mengevaluasi apakah
pasien dapat berkemih secara spontan setelah terjadi retensi. Setelah kateter dilepaskan,
pasien kemudian diminta dilakukan pemeriksaan pancaran urin dan sisa urin. TWOC baru
dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian α1-blocker selama minimal 3-7 hari.
TWOC umumnya dilakukan pada pasien yang mengalami retensi urine akut yang pertama
kali dan belum ditegakkan diagnosis pasti.

(3) Infeksi saluran kemih berulang;


(4) Hematuria makroskopik berulang;

(5) Batu kandung kemih;

(6) Penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh obstruksi akibat BPH;

(7) Perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih bagian atas.
(8) Indikasi relatif lain untuk terapi pembedahan adalah keluhan sedang hingga berat, tidak
menunjukkan perbaikan setelah pemberian terapi non bedah, dan pasien yang menolak
pemberian terapi medikamentosa.

12. Komplikasi dilakukan pembedahan pada BPH?


Pembedahan pada BPH dapat dilakukan dengan cara Transurethral Resection of Prostate
(TURP) dan Open Prostatectomi.
 Komplikasi Transurethral Resection of Prostate (TURP) yakni :10
Meskipun TURP merupakan tindakan pembedahan invasif, tetapi TURP dapat
menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi terbagi atas:
a. Komplikasi intraoperatif yakni Perdarahan, Sindrom TURP, Ekstravasasi, Injuri
orifisium atau sfingter eksternal
b. Komplikasi pasca-operasi yakni Bladder tamponade, Infeksi, Retensi urin, Inkontinensi
urin, Striktur uretra, Stenosis leher kandung kemih, Ejakulasi retrograde, Disfungsi
ereksi, Rekuren Benign Prostate Hypertrophy, Meninggal
c. Komplikasi jangka panjang yakni inkontinensia urin, striktur uretra, stenosis leher
kandung kemih, disfungsi ereksi.
Perdarahan yang terjadi selama TURP sulit untuk diukur karena besarnya jumlah cairan
irigasi yang digunakan. Pasien kehilangan darah antara 2,4 – 2,6 mL per menit selama
reseksi. Kehilangan darah bisa dilihat dengan mengukur kadar hemoglobin. Faktor yang
memperberat perdarahan adalah ukuran kelenjar prostat yang besar (>40-60 gr), adanya
infeksi, waktu operasi yang lama (>1 jam) dan penggunaan kateter sebelum operasi.
Rekuren atau perdarahan yang persisten terkadang menyebabkan terbentuknya klot dan
bladder tamponade yang membutuhkan evakuasi atau intervensi.
Sindrom TURP disebabkan karena absorpsi cairan irigasi yang berlebihan (2000 ml atau
lebih) yang menyebabkan sakit kepala, cemas, bingung, dispnoe, aritmia, hipotensi dan
kejang.11 Absorpsi cairan irigasi yang berlebihan juga bisa menyebabkan konsentrasi
serum natrium <130 mmol/L.21 Hal ini terjadi 15 menit setelah mulai reseksi atau
selambatnya 24 jam pasca-operasi. Faktor yang mempengaruhi absorpsi cairan irigasi
adalah tekanan hidrostatik dari cairan irigasi, tekanan vena perifer yang rendah, durasi
pembedahan, kehilangan darah yang besar, dan perforasi kandung kemih atau kapsul
prostat.
Sebagian besar kematian disebabkan oleh komplikasi dini pasca-operasi infark miokard.
dalam sebagian besar penelitian, kematian terjadi dalam minggu pertama pasca-operasi
oleh karena sepsis, infark miokard dan emboli pulmonal.
 Komplikasi Open Prostatektomi yakni :11
- Pendarahan
- Infeksi saluran kemih
- Tidak bisa menahan buang air kecil (inkontinensia urin)
- Disfungsi ereksi (impoten)
- Cedera pada rektum atau struktur di sekitar prostat
- Penyempitan saluran kemih atau leher kandung kemih
- Terbentuknya kista yang mengandung pembuluh getah bening
- Tidak keluar air mani ketika orgasme
13. Tindakan apa yang dilakukan jika terjadi retensi urin?
Kasus retensi urin beberapa pilihan tindakan yang dilakukan adalah:12
- Kateterisasi kandung kemih. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan alat berupa
selang kecil tipis ke dalam saluran kencing. Maka, urin dapat keluar dengan mudah.
Kateterisasi adalah prosedur tercepat dan termudah untuk tatalaksana retensi urin.
- Pemasangan stent. Stent, atau tabung kecil bisa dimasukkan ke dalam saluran kemih untuk
mempermudah urin keluar dari tubuh. Stenda dapat dipasang secara sementara atau
permanen supaya uretra tetap dalam keadaan terbuka.
- Sistostomi. Suatu tindakan pembedahan untuk mengalirkan kencing melalui lubang yang
dibuat supra pubik untuk mengatasi retensi urin dan menghindari komplikasi. Terdapat 2
jenis yakni sistostomi trokar dan sistostomi terbuka. Sistostomi dilakukan apabila
kateterisasi uretra tidak dapat dikerjakan

14. Perbedaan Torsio Testis dengan Orchitis?


Torsio testis adalah terpuntirnya funiculus sprematikus yakni kelainan system penyanggah
testis. Pada torsio testis tidak terdapat aliran darah menuju testis. Sedangkan orchitis
merupakan peradangan pada testis yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Pada orchitis
terdapat peningkatan aliran darah ke testis. Gejala torsio testis dan orchitis umumnya hamper
sama, pemeriksaan penunjang yang dianjurkan sebagai pembeda adalah USG Doppler dan
sintigrafi testis untuk menilai aliran darah testis.13
Torsio Testis Orchitis
Gejala Klinis Pasien mengeluh nyeri hebat di Pembengkakan skrotum. Testis
daerah skrotum yang sifatnya yang terkena terasa berat,
mendadak dan diikuti membengkak dan teraba lunak.
pembengkakakn pada testis. Pembengkakan selangkangan pada
Keadaan itu dikenal sebagai akut sisi testis yang terkena. Demam dan
skrotum. Nyeri dapat menjalar ke dari penis keluar nanah. Nyeri
daerah inguinal atau perut sebelah ketika berkemih (disuria), nyeri
bawah sehingga jika tidak ketika melakukan hubungan seksual
diwaspadai sering dikacaukan atau ketika ejakulasi. Nyeri
dengan apendisitis akut. Pada bayi selangkangan, nyeri testis, bisa
gejalanya tidak khas yakni gelisah, terjadi ketika buang air besar atau
rewel atau tidak mau menyusui. mengedan. Semen mengandung
Keadaan ini biasanya tidak disertai darah.
demam.
Pemeriksaan Testis membengkak, letaknya lebih Terjadi pembengkakan kelenjar
Fisik tinggi dan lebih horizontal daripada getah bening di selangkangan
testis sisi kontralateral. Kadang- dan pembengkakan testis yang
kadang pada torsio testis yang baru terkena.
saja terjadi, dapat diraba adanya Refleks Kremaster (+)
lilitan atau penebalan funiculus Phren’s Sign (+)
spermatikus.
Refleks Kremaster (-)
Phren’s Sign (-)
USG Doppler Pada torsio testis tidak didapatkan Pada peradangan akut testis, terjadi
adanya aliran darah ke testis peningkatan aliran darah ke testis

15. Apa saja jenis-jenis syok?


Syok ditandai dengan penurunan pengiriman oksigen dan/atau peningkatan penggunaan
oksigen yang tidak memadai yang menyebabkan hipoksia seluler dan jaringan. Ini merupakan
kondisi gagal sirkulasi yang mengancam jiwa dan paling sering bermanifestasi sebagai
hipotensi (tekanan darah sistolik kurang dari 90 mm Hg atau MAP kurang dari 65 mm Hg).
Ada empat kategori utama syok: distributif, hipovolemik, kardiogenik, dan obstruktif.14
1. Syok Distributif
Ditandai dengan vasodilatasi perifer.
Jenis syok distributif meliputi:
- Syok Septik
Sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam jiwa akibat disregulasi
respon host terhadap infeksi. Syok septik adalah bagian dari sepsis dengan kelainan
peredaran darah, seluler, dan metabolisme yang parah yang mengakibatkan hipoperfusi
jaringan yang bermanifestasi sebagai hipotensi yang memerlukan terapi vasopresor dan
peningkatan kadar laktat (lebih dari 2 mmol/L). Patogen paling umum yang terkait
dengan sepsis dan syok septik adalah bakteri gram positif, termasuk pneumonia
streptokokus dan Enterococcus.
- Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) adalah sindrom klinis dari respon
inflamasi yang kuat yang disebabkan oleh penyebab infeksi atau noninfeksi. Penyebab
infeksi termasuk patogen seperti bakteri gram positif (paling umum) dan gram negatif,
jamur, infeksi virus (misalnya virus pernapasan), parasit (misalnya malaria), infeksi
riketsia. Penyebab SIRS yang tidak menular termasuk tetapi tidak terbatas pada
pankreatitis, luka bakar, emboli lemak, emboli udara, dan emboli cairan ketuban.
- Syok anafilaksis
Syok anafilaksis adalah sindrom klinis reaksi hipersensitivitas berat yang dimediasi
oleh imunoglobulin E (Ig-E), yang mengakibatkan kolaps kardiovaskular dan gangguan
pernapasan akibat bronkospasme. Reaksi hipersensitivitas langsung dapat terjadi dalam
hitungan detik hingga menit setelah antigen pemicu muncul. Alergen yang umum
termasuk obat-obatan (misalnya, antibiotik, NSAID), makanan, sengatan serangga, dan
lateks.
- Syok Neurogenik
Syok neurogenik dapat terjadi pada keadaan trauma pada sumsum tulang belakang atau
otak. Mekanisme yang mendasarinya adalah gangguan jalur otonom yang
mengakibatkan penurunan resistensi vaskular dan perubahan tonus vagal.
- Syok Endokrin
Syok endokrin terjadi karena etiologi endokrin yang mendasari seperti kegagalan
adrenal (krisis Addisonian) dan miksedema. Koma miksedema adalah suatu kondisi
kadar hormon tiroid menjadi sangat rendah, yang disebabkan oleh hipotiroidisme.
2. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik ditandai dengan penurunan volume intravaskular dan peningkatan
bantuan vena sistemik (mekanisme kompensasi untuk mempertahankan perfusi pada tahap
awal syok). Pada tahap lanjut syok akibat deplesi volume progresif, curah jantung juga
menurun dan bermanifestasi sebagai hipotensi. Syok hipovolemik dibagi menjadi dua
subtipe besar: hemoragik dan non-hemoragik.
- Penyebab umum syok hipovolemik hemoragik meliputi:
Perdarahan saluran cerna (baik perdarahan saluran cerna atas dan bawah (misalnya
perdarahan varises, perdarahan gastropati hipertensi portal, ulkus peptikum,
divertikulosis) trauma. Etiologi vaskular (misalnya, fistula aortoenterika, ruptur
aneurisma aorta perut, tumor yang mengikis ke dalam pembuluh darah utama).
Pendarahan spontan dalam pengaturan penggunaan antikoagulan (dalam pengaturan
INR supratherapeutic dari interaksi obat)
- Penyebab umum syok hipovolemik non-hemoragik meliputi:
Kehilangan GI = pengaturan muntah, diare, hisap NG, atau saluran air.
Kehilangan ginjal = diuresis yang diinduksi obat, gangguan endokrin seperti
hipoaldosteronisme.
Kehilangan kulit/kehilangan insensible = luka bakar, sindrom Stevens-Johnson,
Nekrolisis epidermal toksik, sengatan panas, demam.
Kehilangan ruang ketiga = dalam pengaturan pankreatitis, sirosis, obstruksi usus,
trauma.
3. Syok Kardiogenik
Karena penyebab intrakardiak menyebabkan penurunan curah jantung dan hipoperfusi
sistemik. Berbagai subtipe etiologi yang berkontribusi terhadap syok kardiogenik meliputi:
- Kardiomiopati = termasuk infark miokard akut yang mempengaruhi lebih dari 40%
ventrikel kiri, infark miokard akut dalam pengaturan penyakit arteri koroner multi-
pembuluh darah, infark miokard ventrikel kanan, kardiomiopati dilatasi fulminan, henti
jantung (karena pemingsanan miokard), miokarditis.
- Aritmia = baik takiaritmia dan bradiaritmia
- Mekanik = insufisiensi aorta berat, insufisiensi mitral berat, ruptur otot papiler, atau
trauma korda tendinae ruptur aneurisma dinding bebas ventrikel.
4. Syok Obstruktif
Sebagian besar karena penyebab ekstrakardiak yang menyebabkan penurunan curah
jantung ventrikel kiri. Pembuluh darah paru karena gangguan darah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Margaretha Novi Indrayani. Diagnosis dan Tatalaksana Ileus. 2019.


2. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak.
2017. 1(3):17
3. Glands G, Charles B. In physical examination of the genitourinary tract in CampbellWalsh
Urology 11 th Edition. Elsevier Health Sciences. 2015
4. How Your Kidneys Work. National Kidney Foundation. 2021 [cited 30 August 2021].
Available from: https://www.kidney.org/kidneydisease/howkidneyswrk
5. Information H, Disease K, Disease A, Health N. Anemia in Chronic Kidney Disease | NIDDK
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. 2021 [cited 30 August
2021]. Available from: https://www.niddk.nih.gov/health-information/kidney-disease/anemia
6. Bono MJ, Reygaert WC. Urinary Tract Infection. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470195/
7. Chronic kidney disease - Symptoms and causes. Mayo Clinic. 2021 [cited 30 August 2021].
Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chronic-kidney-
disease/symptoms-causes/syc-20354521
8. Ng M, Baradhi K. Benign Prostatic Hyperplasia [Internet]. Ncbi.nlm.nih.gov. 2021 [cited 30
August 2021]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558920/
9. Thios R, Rambert G, Wowor M. Gambaran kadar fosfat anorganik pada serum pada pasien
penyakit ginjal kronik stadium 5 nondialisis. Jurnal e-Biomedik. 2016;4(2).
10. Gupta R. Anaesthesia for transurethral resection of the prostate (TURP). Anaesthesia tutorial
of the week. Oktober 2009.
11. Johns Hopkins Medicine. 2020. https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-
and-therapies/radical-prostatectomy
12. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran Kemih. 2018.
1(1):5-19. ISBN 978-602-61866-4-5
13. Crawford P, Crop JA. Evaluation of Scrotal Masses. Am Fam Physician. 2014 May 1.
89(9):723-7
14. Haseer Koya H, Paul M. Shock. [Updated 2021 Jul 26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531492/

Anda mungkin juga menyukai