Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN ELIMINASI BAK

I. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE


A. Definisi Eliminasi Urine
Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme. Eliminasi urine
normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada
fungsi-fungsi organ eliminasi seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. (A.Aziz, 2010 :
62)
Gangguan eliminasi urine adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami
atau beresiko disfungsi elinminasi urine (9Lynda Juall Carpenitro-Moyet, Buku Saku
Diagnosa Keperawatan Edisi 13, hal 582, 2010)

B. Fisiologi
Organ yang berperan dalam proses terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra :
1. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE Eliminasi
merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Kebutuhan eliminasi
ada 2 yaitu eliminasi urin (BAK) dan eliminasi fekal (BAB/Alvi). Kebutuhan
eliminasi urin adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme berupa urin. Miksi
(Berkemih) Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
a. Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat
b. Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks
autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh
pusat korteks serebri atau batang otak. Refleks Berkemih Kita dapat mengetahui
selama kandung kemih terisi, banyak yang menyertai kontraksi berkemih mulai
tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam dengan garis putus-putus.
Keadaan ini disebabkan oleh refleks peregangan yang dimulai oleh reseptor
regang sensorik pada dinding kandung kemih, khususnya oleh reseptor pada
uretra posterior ketika daerah ini mulai terisi urin pada tekanan kandung kemih
yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih
dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus dan
kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih melalui serat saraf
parasimpatis melalui saraf yang sama ini. Ketika kandung kemih hanya terisi
sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya secara spontan berelaksasi setelah
beberapa detik, otot detrusor berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke
garis basal. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih menjadi
bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat. Sekali
refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan “ menghilang sendiri. “ Artinya,
kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor regang
untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke kandung
kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan peningkatan refleks kontraksi
kandung kemih lebih lanjut, jadi siklus ini berulang dan berulang lagi sampai
kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat.

2. Faktor yg Mempengaruhi Eliminasi Urine


a. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output
urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.
Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
b. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan
urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika
urinaria dan jumlah urine.
c. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam
kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
d. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan
jumlah urine yang diproduksi.
e. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas.
f. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih.
haltersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan
untukmengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam
mengontrol buang airkecil
g. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
h. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat
tertentu.
i. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk
berkemih dengan melalui urineal/ pot urine bila dalam keadaan sakit.Seseorang
yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih
dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
j. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.
k. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menyebabkan penurunan pemberian obat anestesi
menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat jumlah produksi urine karena dampak
dari
l. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan
atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat
meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan
antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
m. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap’at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan
saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah
asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat
menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran
urine.

KONSEP ELIMINASI DAN METABOLISME TUBUH


a. Miksi (berkemih)
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai
tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah
kedua Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran
akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula
spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang
otak.
b. Refleks Berkemih
Kita dapat mengetahui selama kandung kemih terisi, banyak yang menyertai
kontraksi berkemih mulai tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam dengan garis
putus putus. Keadaan ini disebabkan oleh refleks peregangan yang dimulai oleh reseptor
regang sensorik pada dinding kandung kemih, khususnya oleh reseptor pada uretra posterior
ketika daerah ini mulai terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal
sensorik dari reseptor regang kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis
melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih melalui
serat saraf parasimpatis melalui saraf yang sama ini.
Ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya
secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti berkontraksi, dan
tekanan turun kembali ke garis basal. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih
menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat. Sekali reflex
berkemih mulai timbul, refleks ini akan “ menghilang sendiri. “ Artinya, kontraksi awal
kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor regang untuk menyebabkan
peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke kandung kemih dan uretra posterior, yang
menimbulkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih lebih lanjut, jadi siklus ini
berulang dan berulang lagi sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian,
setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang menghilang sendiri ini mulai
melemah dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini berhenti, menyebabkan kandung kemih
berelaksasi.
Jadi refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari : Peningkatan
tekanan yang cepat dan progresif Periode tekanan dipertahankan dan kembalinya tekanan ke
tonus basal kandung kemih. Sekali refleks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil
mengosongkan kandung kemih, elemen saraf dari refleks ini biasanya tetap dalam keadaan
terinhibisi selama beberapa menit sampai satu jam atau lebih sebelum reflex berkemih lainnya
terjadi. Karena kandung kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih menjadi semakin
sering dan semakin kuat. Sekali refleks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga
menimbulkan refleks lain, yang berjalan melalui nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk
menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter
ke sfingter eksterna, berkemih pun akan terjadi. Jika tidak, berkemih tidak akan terjadi sampai
kandung kemih terisi lagi dan refleks berkemih menjadi makin kuat.
II. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi fecal
A. Susunan feses terdiri dari :
1. Bakteri yang umumnya sudah mati
2. Lepasan epitelium dari usuS
3. Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)
4. Garam terutama kalsium fosfat
5. Sedikit zat besi dari selulosa
6. Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi fecal


1. Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses, control
2. Diet
3. Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 – 3000 ml/hari
4. Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik usus meningkat.
5. Faktor psikologik
6. Kebiasaan
7. Posisi
8. Nyeri
9. Kehamilan : menekan rectum
10. Operasi & anestesi
11. Obat-obatan
12. Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipasi
13. Kondisi patologis
14. Iritan

FISIOLOGI PROSES ELIMINASI DALAM TUBUH


A. Anatomi Fisiologik & Hubungan Saraf pada Kandung Kemih
1. Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis, berwarna
coklat agak kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna vertebra posterior terhadap
peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam. Ginjal terbentang dari
vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Dalam kondisi normal, ginjal kiri
lebih tinggi 1,5 – 2 cm dari ginjal kanan karena posisi anatomi hati. Setiap ginjal secara
khas berukuran 12 cm x 7 cm dan memiliki berat 120-150gram. Sebuah kelenjar adrenal
terletak dikutub superior setiap ginjal, tetapi tidak berhubungan langsung dengan proses
eliminasi urine. Setiap ginjal di lapisi oleh sebuah kapsul yang kokoh dan di kelilingi
oleh lapisan lemak.
2. Ureter
Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute keluar pertama
pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubulan yang memiliki panjang 25-30 cm
dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang pada posisi
retroperitonium untuk memasuki kandung kemih didalam rongga panggul (pelvis) pada
sambungan ureter ureterovesikalis. Urin yang keluar dari ureter kekandung kemih
umumnya steril.
3. Kandung kemih
Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua bagian
besar : Badan (corpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana urin berkumpul
dan, leher (kollum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong, berjalan
secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital dan berhubungan dengan
uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher kandung kemih disebut uretra posterior
karena hubungannya dengan uretra.
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya meluas ke
segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung kemih
menjadi 40 sampai 60 mmHg. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah langkah
terpenting untuk mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot polos dari otot detrusor
terangkai satu sama lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel
otot ke sel otot lainnya. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke seluruh otot
detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga terjadikontraksi seluruh
kandung kemih dengan segera.
Dinding posterior kandung kemih, tepat diatas bagian leher dari kandung kemih,
terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum. Bagian terendah dari apeks
trigonum adalah bagaian kandung kemih yang membuka menuju leher masuk kedalam
uretra posterior, dan kedua ureter memasuki kandung kemih pada sudut tertinggi
trigonum. Trigonum dapat dikenali dengan melihat mukosa kandung kemih bagian
lainnya, yang berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing ureter, pada saat
memasuki kandung kemih, berjalan secara oblique melalui otot detrusor dan kemudian
melewati 1 sampai 2 cm lagi dibawah mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan
diri ke dalam kandung kemih.
Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2 – 3 cm, dan dindingnya
terdiri dari otot detrusor yang bersilangan dengan sejumlah besar jaringan elastik. Otot
pada daerah ini disebut sfinter internal. Sifat tonusnya secara normal mempertahankan
leher kandung kemih dan uretra posterior agar kosong dari urin dan oleh karena itu,
mencegah pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada daerah utama kandung
kemih meningkat di atas ambang kritis. Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati
diafragma urogenital, yang mengandung lapisan otot yang disebut sfingter eksterna
kandung kemih. Otot ini merupakan otot lurik yang berbeda otot pada badan dan leher
kandung kemih, yang hanya terdiri dari otot polos. Otot sfingter eksterna bekerja di
bawah kendali system saraf volunter dan dapat digunakan secara sadar untuk menahan
miksi bahkan bila kendali involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.
4. Uretra
Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui
meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin yang mengalami turbulansi membuat
urin bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi uretra, dan kelenjar uretra
mensekresi lendir kedalam saluran uretra. Lendir dianggap bersifat bakteriostatis dan
membentuk plak mukosa untuk mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang
tebal mengelilingi uretra.
5. Persarafan Kandung Kemih
Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan
dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan medulla
spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan melalui nervus pelvikus ini adalah serat saraf
sensorik dan serat saraf motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada
dinding kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior bersifat sangat kuat
dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks yang menyebabkan
pengosongan kandung kemih.

GANGGUAN ELIMINASI URINE


A. Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum. Salah satu yang
tersering ialah gangguan urine. Gangguan eliminasi urine kemungkinan disebabkan :
(Supratman. 2003)
1. Inkopeten outlet kandung kemih;
2. Penurunan kapasitas kandung kemih;
3. Penurunan tonus otot kandung kemih;
4. Kelemahan otot dasar panggul.
B. Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain :
1. Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih danketidaksanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan sendiri. Kemungkinan penyebabnya :
a. Operasi pada daerah abdomen bawah.
b. Kerusakan ateren
c. Penyumbatan spinkter.
d. Tanda-tanda retensi urine :
e. Ketidak nyamanan daerah pubis.
f. Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
g. Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
h. Meningkatnya keinginan berkemih.
2. Enuresis
Keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari.
Kemungkinan peyebabnya :
a. Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
b. Kandung kemih yang irritable
c. Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
d. ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
3. Inkontinensis
Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol. Jenis inkotinensis :
a. Inkontinensis Fungsional/urge
b. Inkotinensis Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami
inkontine karena kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai
toilet sebelum berkemih.
1) Faktor Penyebab:
Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
a) Penurunan tonur kandung kemih
b) Kerusakan moviliasi,
c) depresi,
d) anietas,
e) Lingkungan
f) Lanjut usia.
c. Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine
segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
1) Faktor Penyebab:
a) Inkomplet outlet kandung kemih
b) Tingginya tekanan infra abdomen
c) Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
d. Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus
menerus yang tidak dapat diperkirakan.
1) Faktor Penyebab:
a) Penurunan Kapasitas kandung kemih.
b) Penurunan isyarat kandung kemih
c) Efek pembedahan spinkter kandung kemih
d) Penurunan tonus kandung kemih
e) Kelemahan otot dasar panggul.
f) Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih

Perubahan pola Frekuensi


Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan. Urgency, Perasaan
seseorang harus berkemih. Disaria yaitu adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
Urinari Suprei, keadaan yang mendesak dimana produksi urine sangat kurang
PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN
ELIMINASI
A. Pengkajian
1. Pola berkemih Pada orang-orang untuk berkemih sangat individual
2. Frekuensi
Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-orang
berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak
memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya berkemih :
pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
3. Volume
Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.
4. Usia Jumlah / hari
a. Hari pertama & kedua dari kehidupan 15–60 ml
b. Hari ketiga–kesepuluh dari kehidupan 100–300 ml
c. Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250–400 ml
d. Dua bulan–1 tahun kehidupan 400–500 ml
e. 1–3 tahun 500–600 ml
f. 3–5 tahun 600–700 ml
g. 5–8 tahun 700–1000 ml
h. 8–14 tahun 800–1400 ml
i. 14 tahun-dewasa 1500 ml
j. Dewasa tua 1500 ml / kurang
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa,
maka perlu lapor.
5. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik memungkinkan perawat memperoleh data untuk menentukan keberadaan
dan tingkat keparahan masalah eliminasi urin. Organ utama yang ditinjau kembali meliputi
kulit, ginjal, kandung kemih dan uretra
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO HARI NIC
DX TGL NOC Intervensi Intervensi RASIONAL TTD
mayor disarankan
1 Setelah dilakukan Urinari 1 Lakukan
tindakan eliminations penelitian
keperawatan selama (02014) kemih yang
2x24 jam komprehensif
diharapkan klien berfokus pada
dapat memenuhi inkontinensia
kriteria hasil : (misalnya,
1.kandung kemih output urin,
kosong secara penuh pola berkemih,
2.Intek cairan dalam fungsi
rentan normal kognitif, dan
masalah
Setelah dilakukan kencing
tindakan praeksisten).
keperawatan selama 2 Sarankan 2 Agar cairan
2x24 jam kepada klien kandung
diharapkan klien untuk kemih dapat
dapat memenuhi membuang keluar
kretria hasil : cairan dalam melalui DC
1.Nyeri berkurang DC tempat
penampungan
akhir DC
2 PAINT 1Lakukan 1.Agar
LEVEL pengkajian keluarga
(00007) nyeri secara klien dapat
komprehensif mengetahui
termasuk kondisi klien
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas dan
factor
presipitasi
2 Kaji kultur
yang
mempengaruhi
respon nyeri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL TERATASI TTD
DX
1 Gangguan eliminasi urinari berhuungan dengan
aptruksi anatomic
2 Nyeri akut
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO HARI TINDAKAN RESPON HASIL TTD
TGL
1 Lakukan Ds:
pengkajian secara Do:
konfreship P:
Q:
R:
S:
T:

2 Lakukan DS:
penilaian kemih DO:
yang DS:
komprehenship DO:

3 Memberikan DS:
instruksi DO:
pentingnya
minum 7—8l/hari

4 Memberikan
teraphi obat
assam
tranexsamat 1x
5mg
DAFTAR PUSTAKA

1. Perry, Potter. 2010. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC


2. Perry potter . 2010. Urineria keperawatan control edisi 2, volume 2. Jakarta : EGC
3. Nanda nicnoc.2010. gangguan eliminasi urine hal .3004,, jakaerta EGC
4. Perry potter.2010.jakarta EGC
LAPORAN PENDAHULAN GANGGUAN ELIMINASI BAK

DI SUSUN OLEH :

1. Friyanka Ika Wardani (18012320)


2. Khurin Nur Laili Ramadhani (18012325)
3. Hesti Feronika (18012339)
4. Rina Kurnia Putri (18012341)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR PRAKTIK KLINIK RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH DR SOEDJATI SOEMOEDIARJO PURWODADI
TAHUN PELAJARAN 2018-2019

Anda mungkin juga menyukai