DISUSUN OLEH:
NIM: 18012316
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw.
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT membalas amal
baiknya. Amin.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal
ini dapat menambah wawasan kita khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Tahapan Toilet Training
C. Factor-faktor yang mendukung Toilet Training pada anak
D. Tanda anak siap untuk melakukan Toilet Training
E. Masalah yang mungkin timbul dalam pelatihan toilet training (Thomson, 2003)
F. Kemampuan Toilet Training Anak Usia 18 – 36 Bulan
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mememuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
2. Mengetahui dan mengerti tentang konsep Toilet Training
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Definisi
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol
dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar (Hidayat, 2005).
Menurut Supartini (2004), toilet training merupakan aspek penting dalam perkembangan
anak usia toddler yang harus mendapat perhatian orang tua dalam berkemih dan defekasi. Dan
toilet training juga dapat menjadi awal terbentuknya kemandirian anak secara nyata sebab anak
sudah bisa untuk melakukan hal-hal yang kecil seperti buang air kecil dan buang air besar
(Harunyahya, 2007).
Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia toddler, kemampuan sfingter uretra untuk
mangontrol rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mulai
berkembang (Supartini, 2002). Sedangkan menurut Gupte (2004) sekitar 90 persen bayi mulai
mengembangkan kontrol kandung kemihnya dan perutnya pada umur 1 tahun hingga 2,5 tahun.
Dan toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai
24 bulan (Hidayat, 2005).
2.5 Masalah yang mungkin timbul dalam pelatihan toilet training (Thomson, 2003)
a. Rasa takut akan siraman air toilet adalah biasa, namun dapat mengganggu latihan memakai toilet
b. Bagi beberapa anak rasa takut akan toilet membuatnya menahan trauma buang air besar
c. Anak yang sudah dilatih dapat mengalami kemunduran dan mulai buang air lagi ditempat yang
tidak seharusnya
d. Anak bisa tertarik dengan fesesnya sendiri(anak tidak rela apabila fesesnya di siram). Baginya
prestasi buang air besar adalah prestasi menakjubkan dan anak sangat bangga bisa
melakukannya.
e. Ada tahap ketika anak merasa tertarik dengan bagaimana anak yang jenis kelaminnya berbeda
buang air kecil.
2.6 Kemampuan Toilet Training Anak Usia 18 – 36 Bulan
Anak – anak yang telah mampu melakukan toilet training dapat dilihat dari kemampuan
psikologi, kemampuan fisik dan kemampuan kognitif.
1. Kemampuan psikologi anak mampu melakukan toilet training sebagai berikut : anak tampak
kooperatif, anak memiliki waktu kering periodenya antara 3 – 4 jam, anak buang air kecil dalam
jumlah yang banyak, anak sudah menunjukkan keinginan untuk buang air besar dan buang air
kecil dan waktu untuk buang air besar dan kecil sudah dapat diperkirakan dan teratur.
2. Kemampuan fisik dalam melakukan toilet training yaitu anak dapat duduk atau jongkok tenang
kurang lebih 2 – 5 menit, anak dapat berjalan dengan baik, anak sudah dapat menaikkan dan
menurunkan celananya sendiri, anak merasakan tidak nyaman bila mengenakan popok sekali
pakai yang basah atau kotor, anak menunjukkan keinginan dan perhatian terhadap kebiasaan ke
kamar mandi, anak dapat memberitahu bila ingin buang air besar atau kecil, menunjukkan sikap
kemandirian, anak sudah memulai proses imitasi atau meniru segala tindakan orang,
kemampuan atau ketrampilan dapat mencontoh atau mengikuti orang tua atau saudaranya dan
anak tidak menolak dan dapat bekerjasama saat orang tua mengajari buang air.
3. Kemampuan kogitif anak bila anak sudah mampu melakukan toilet training seperti dapat
mengikuti dan menuruti instruksi sederhana, memiliki bahasa sendiri seperti peepee untuk buang
air kecil dan poopoo untuk buang air besar dan anak dapat mengerti reaksi tubuhnya bila ia
ingin buang air kecil atau besar dan dapat memberitahukan bila ingin buang air ( Nadira, 2006).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu
mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar (Hidayat, 2005). Prinsip dalam
melakukan Toilet training ada 3 langkah yaitu melihat kesiapan anak, persiapan dan perencanaan
serta Toilet training itu sendiri.
Factor-faktor yang mendukung Toilet Training pada anak : Kesiapan Fisik, Kesiapan Mental,
Kesiapan Psikologis
3.2 Saran
Anak sudah harus diajarkan tentang toilet training sejak masih umur 18 bulan agar anak
terbiasa melakukan BAK & BAB pada tempatnya.