Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TOILET TRAINING

Diajukan untuk memenuhi tugas keperawatan anak

Dosen pengampu:Sulastri,M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompk 2

1.Edta wasty simbolon 7. Pebrina lumbantoruan

2.Fasyah lia sianturi 8. Peni dwi sitepu

3.Febina ginting 9. Putri syafina hutabarat

4.Felisita grace 10. Rahil salsabil

5.Gina rhoudotul Jannah 11. Tamauli sianturi

6.Nurul hikmah ritonga 12. Yoan sampitmo rejeki manik

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN TA 2023/2024


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Toilet traing

Sub Topik : a. Pengertian toilet traning

b. kapan memulai toilet traning

c. manfaat toilet training

d.tahapan toilet training

e. Tehnik toilet traning

f. tanda kesiapan anak untuk toilet trainng

g . Cara melatih toilet training pada anak

Sasaran : keluarga dengan anak usia 1-3 tahun (anak usia toddler)

Tempat : posyandu

Hari\Tanggal : Jumat\03-November-2023

Jam : 09:00 s\d selesai

Waktu :40menit

A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan selama kurang lebih 50 menit diharapkan masyarakat
medan Tuntungan dapat mengerti dan memahami apa itu toilet training,dan dapat
memahami

B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan 1×40 menit tentangtoilet training, Masyarakat medan
Tuntungan diharapkan mampu:
a. Menjelaskan toilet training
b. Menjelaskan kapan memulai toilet traning
c. Menjelaskan manfaat toilet training
d. Menjelaskan Tahapan toilet training
e. Menjelaskan Tehnik toilet traning
f. Menjelaskan kesiapan anak untuk toilet trainng
g. Menjelaskan Cara melatih toilet training pada anak

C. Materi
Terlampir
a. Pengertian toilet training
b. kapan memulai toilet traning
c. manfaaat toilet training
d. tahapan toilet training
e. Tehnik toilet traning
f. Tanda kesiapan anak untuk toilet trainng
g. Cara melatih toilet training pada anak
D. Metode
Ceramah dan Tanya jawab
E. Media
Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Peserta aatau audiens waktu


penyululuhan
1 Pembuka 1.Menjawab salam 5 menit
1.Salam pembuka 2.Mendengarkan
2.perkenalan diri 3.mendengarkan
3.Tujuan
dilakukanya
penyuluhan

2 Kegiatan inti 1.mendengarkan dan 30 menit


penyuluhan: memperhatikan
Menyampaikan 2.mendengarkan dan
materi tentang: memperhatikan
1.pengertian toilet 3.mendengarkan dan
training memperhatikan
2. kapan memulai 4.mendengarkan dan
toilet traning memperhatikan
3.manfaat toilet 5.mendengarkan dan
training memperhatikan
4.tahapan toilet 6.mendengarkan dan
training memperhatikan
5. Tehnik toilet
traning
6. tanda kesiapan
anak dan untuk toilet
trainng Menanyakan hal hal yang
7. Cara melatih toilet belum dipahami atau
training pada anak belum jelas

Sesi tanya jawab


(memberikan
kesempatan kepada
peserta untuk
bertanya)
3 Penutup 1.mendengarkan 10 menit
1.Menyimpulkan 2.memperhatikan dan
materi yang telah menddengarkan
didiskusikan 3.menjawab salam
2.melakukan
evaluasi penyuluhan
3.mengakhiri
kontrak
4.mengakhiri
kegiatan penyeluhan
dengan salam dan
ucapan terimakasih

G. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan cara mengajukkan pertanyaan secara langsung dan
diharapkan peserta penyuluhan dapat menjawab pertanyaan yang sesuai dengan materi
yang telah disampaikan penyuluh:
1. Apakah yang dimaksud dengan toilet training?
2. kapan anak memulai toilet traning?
3. Apa saja Manfaat dari toilet training
4. Apa saja tahapan
5. Apa saja Tehnik toilet traning?
6. Apa kesiapan anak untuk toilet trainng?
7. Bagaimana Cara melatih toilet training pada anak?
H. Lampiran Materi
Materi Penyuluhan
Toilet Trainning Pada Usia Toddler

1. Pengertia Toilet training


Toilet training merupakan proses pengajaran untuk mengontrol buang air kecil (BAK)
dan buang air besar (BAB) secara benar dan teratur (Zaivera. Toilet m. 2009). Toilet
training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol
dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar. Toilet training secara umum
dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian
pada anak. Hal ini dalam melakukan toilet training, anak membutuhkan persiapan fisik,
psikologis maupun intelektualnya. Persiapan tersebut anak dapat mengontrol buang air
besar dan buang air kecil secara mandiri (Hidayat, 2005).

2. Kapan memulai toilet training


Toilet Training dapat dimulai pada anak yang sudah mau berjalan,duduk tegak,dapat
membuka-memakai celana, bisa memahami perintah sederhana dan sudah bisa
memahami serta mengatakan keinginan buang air kecil dan buang air besar. Ada
beberapa hal yang memudahkan orang tua mengajarkan toilet training:
- Gunakan celana kain agar anak terbiasa merasakan perbedaan celana yang basah dan
yang kering.
- Perhatikan perubahan ekspresi muka ataupun gerakan tubuh anak ketika akan buang
air, misalnya tiba-tiba anak terdiam saat sedang bermain, anak menjadi gelisah dan sulit
untuk bergerak, anak diam / tenang.
- Gunakan celana yang mudah dilepas yang memudahkan anak atau orang tua untuk
melepasnya
- Gunakan istilah seperti pipis untuk buang air kecil dan pup untuk buang air besar
3. Manfaat toilet training
Menurut Rahadiasih (2004), manfaat dari melatih toilet training yaitu:
a. Melatih anak hidup disiplin
b. Melatih anak untuk bertanggung jawab
c. Anak dapat mengetahui nama bagian-bagian tubuh serta fungsinya
d. Menumbuhkan rasa percaya diri
e. Membentuk anak mampu menguasai dirinya sendiri.
f. Melatih keterampilan motoric
g. Mengasah kemandirian anak
4. Tahapan Toilet Training
Menurut Gilbert (2009), tahapan melatih anak toilet training terdiri dari:
a. Melihat kesiapan anak
Umumnya anak bisa dilatih toilet training setelah otot-ototnya mulai dapat
mengontrol kandung kemih pada usia di atas 18 bulan. Selain itu juga ditandai
dengan kesiapan emosi, fisik dan psikologis di usia sekitar 2-3 tahun. Tanda anak
siap untuk dilatih toilet training antara lain: anak dapat duduk tegak, dapat
membuka memakai celana, bisa memahami instruksi sederhana dan sudah bisa
mengatakan keinginannya untuk buang air besar dan buang air kecil. Mengajari cara
buang air besar yang paling mudah pada anak adalah ketika anak siap melaksanakan
tahapan ini dan ia mampu bekerja sama. Memulai sebelum anak siap hanya akan
mengundang masalah dan sering menyebabkan kecelakaan dalam pemakaian kamar
kecil.
b. Pembiasaan
Membiasakan anak dalam melakukan toilet training dapat di mulai dengan
mengenalkan dan membiasakan anak untuk buang air kecil dan buang air besar di
pispot. Ajarkan anak menggunakan toilet untuk menumbuhkan pemahaman anak
tentang perlunya toilet. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menceritakan secara
sederhana bagaimana cara buang air besar dan buang air kecil di toilet.
c. Mengatur jadwal
Mengatur asupan cairan dan makanan anak diperlukan untuk mengatur interval ke
kamar mandi. Mengatur jadwal orang tua perlu mengamati jadwal siklus buang air
besar dan buang air kecil anak. Siklus ini memudahkan untuk mengajak anak
menyalurkan dorongan buang air kecil dan buang air besar di tempat dan waktu
yang tepat.
d. Sikap
Melatih anak untuk melakukan toileting harus dilakukan dengan sikap orangtua
yang konsisten sehingga anak cepat paham dan semakin terampil memakai toilet.
Informasi yang lengkap mengenai kebiasaan dan jadwal toileting dapat diberikan
untuk menambah pemahaman anak.
e. Memberi pujian
Memberikan pujian kepada anak apabila berhasil melakukan toilet training dengan
benar akan membuat anak menganggap toilet training merupakan hal yang penting.
Hindari untuk menghukum dan memasang wajah marah dan kecewa karena hal
tersebut akan membuat anak takut sehingga anak tidak berani mengatakan
keinginannya untuk buang air besar dan buang air kecil.

5. Tehnik toilet training


a. Teknik lisan
Usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan intruksi pada anak dengan kata-
kata sebelum dan sesudah buang air kecil dan buang air besar. Cara ini benar dilakukan
oleh orang tua dan mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan
untuk buang air kecil dan buang air besar. Dimana kesiapan psikologis anak akan
semakin matang sehingga anak mampu melakukan buang air kecil dan buang air besar.
Teknik ini dimana orang tua mengucapkan apa-apa yang ada dalam pikirannya sendiri,
dalam paralel-talk orang tua berperan memverbalkan apa yang mungkin sedang
dipikirkan dan dirasakan anak. Hal ini butuh latihan dan kecermatan orang tua untuk
membaca keinginan dan perasaan anak (Asti, 2008).
b. Teknik modeling
Usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar
dengan cara memberikan contoh dan anak menirukannya. Cara ini juga dapat
dilakukan dengan membiasakan anak buang air kecil dan buang air besar dengan
cara mengajaknya ke toilet dan memberikan pispot dalam keadaan yang aman.
Namun dalam memberikan contoh orang tua harus melakukannya secara benar dan
mengobservasi waktu memberikan contoh toilet training dan memberikan pujian
saat anak berhasil dan tidak memarahi saat anak gagal dalam melakukan toilet
training. Terapi bahasa, keterlibatan orang tua sangat mutlak. Karena itu sebaiknya
terapis melibatkan orang tua sejak proses observasi awal, pembuatan program dan
pada tahap terapi. Orang tua tidak harus selalu hadir diruang terapi, cukup dengan
beberapa kali mengajak orang tua mengamati proses terapi dan kemudian
melanjutkan model yang sama dirumah (Asti, 2008).

6. Tanda Kesiapan toilet training


Menurut Warner (2007) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan toilet
training:
a. Kesiapan Fisik
Indikator anak kesiapan fisik: anak mampu duduk atau berdiri. Pengkajian fisik
yang harus diperhatikan pada anak yang akan melakukan buang air kecil dan buang
air besar dapat meliputi kemampuan motorik kasar seperti berjalan, duduk,
meloncat dan kemampuan motorik halus seperti mampu melepas celana sendiri.
Kemampuan motorik ini harus mandapat perhatian karena kemampuan untuk buang
air besar ini lancar dan tidaknya dapat dilihat dari kesiapan fisik sehingga ketika
anak berkeinginan untuk buang air kecil dan buang air besar sudah mampu dan siap
untuk melakukannya. Selain itu, yang harus dikaji adalah pola buang air besar yang
sudah teratur, sudah tidak mengompol setelah tidur.
b. Kesiapan Psikologis
Indikator kesiapan psikologis: adanya rasa nyaman sehingga anak mampu
mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang BAK dan BAB. Pengkajian
psikologis yang dapat dilakukan adalah gambaran psikologis pada anak ketika akan
melakukan buang air kecil dan buang air besar seperti anak tidak rewel ketika akan
buang air besar, anak tidak menangis sewaktu buang air besar atau buang air kecil,
ekspresi wajah menunjukkan kegembiraan dan ingin melakukan secara sendiri,
anak sabar dan sudah mau ke toilet selama 5 sampai 10 menit tanpa rewel atau
meninggalkannya, adanya keingintahuan kebiasaan toilet training pada orang
dewasa atau saudaranya, adanya ekspresi untuk menyenangkan pada orangtuanya.
c. Kesiapan intelektual
Indikator kesiapan intelektual: anak paham arti BAK atau BAB memudahkan
pengontrolan anak dapat mengetahui kapan saatnya harus BAB dan BAK anak
memiliki kemandirian dalam mengontrol BAB dan BAK. Pengkajian intelektual
pada latihan buang air kecil dan buang air besar antara lain kemampuan anak untuk
mengerti buang air kecil dan buang air besar, kemampuan mengkomunikasikan
buang air kecil dan buang air besar, anak menyadari timbulnya buang air kecil dan
buang air besar, mempunyai kemampuan kognitif untuk meniru prilaku yang tepat
seperti buang air kecil dan buang a air besar pada tempatnya serta etika dalam buang
air kecil dan buang air besar.

7. Cara melatih toilet training


a. Sediakan pispot dan tempatkan dikamar anak atau dikamar mandi
b. Ajarkan anak duduk di pispot dengan pakaian lengkap dan jelaskan fungsi toilet
dan kapan toilet dapat digunakan
c. Dilatih untuk melepas celana
d. Menjelaskan cara kegunaan dari pispot
e. Biasakan anak cara menggunakan pispot dan ketika berhasil berikanlah
penghargaan
f. Toilet training sebaiknya diajarkan secara santai dan hindari dengan respon
kemarahan
g. Hindari pemaksaan berlebihan
h. Mendorong anak untuk berkemih sebelum tidur dan segera setelah ia bangun.

Anda mungkin juga menyukai