Anda di halaman 1dari 3

FISIOLOGI COLON #part1

MOVEMENTS OF THE COLON o Fungsi utama colon adalah :

a. Absorbsi air dan elektrolit dari chyme sehingga membentuk feces yang padat b. Penyimpanan fecal matter sampai dapat dikeluarkan o Colon terbagi menjadi setengah proksimal yang terkonsentrasi untuk absorption dan setengah distal untuk storage o Colon tidak memerlukan gerakan peristaltik yang cukup kuat, oleh karena itu gerakan peristaltik di colon sifatnya sluggish. Namun, meskipun sluggish, masih terdapat karakteristik gerakan mixing dan propulsif o Haustration (mixing movement) Sama seperti di small intestine, terjadi gerakan konstriksi sirkuler sehingga membentuk segmentasi usus. Di colon, pada saat yang bersamaan, otot longitudinal yang terspesialisasi yakni teniae coli juga berkontraksi. Kombinasi kinerja otot sirkuler dan longitudinal menyebabkan bagian colon yang tidak terstimulasi mengembang seperti kantung, disebut haustration

Mass movement (propulsive movement) Membutuhkan waktu 8 15 jam untuk mendorong chyme yang telah memiliki kualitas fecaal yakni semisolid, dari ileocecal valve sampai sepanjang colon. Dari cecum hingga sigmoid, terjadi gerakan propulsif satu sampai tiga kali per hari. Pola peristaltiknya termodifikasi, yakni mass movement : pertama terjadi gerakan constrictive pada bagian yang terdistensi atau teriritasi, kemudian bagian yang jaraknya 20 cm atau lebih distal terhadap titik konstriksi itu akan berhenti ber-haustration dan berkontraksi untuk

mendorong chyme menuju bagian terdistal colon. Ketika massa telah tiba di rectum, akan muncul hasrat untuk defekasi Sama seperti gerakan peristaltik pada small intestine, di colon juga dirangsang oleh distensi lambung maupun duodenum, yang disebut gastrocolic dan duodenocolic reflex. Gerakan ini juga dirangsang oleh adanya iritasi. Olehs ebab itu seseorang yang mengalami ulcerrative collitis, mass movement akan terjadi lebih sering bahkan sepanjang waktu.

Defekasi Most of the time, rectum bebas dari adanya feses karena antara rectum dengan sigmoid colon terdapat sebuah spinchter (meski lemah) yang menjaga feses agar tidak keluar dari colon ke rectum. Fungsi spinchter tersebut dibantu oleh adanya angulasi tajam yang meningkatkan resistensi pengisian rectum Ketika terjadi mass movement di rectum, maka seketika hasrat defekasi muncul, termasuk kontraksi rectum dan relaksasi internal dan external anal spinchter Defekasi dapat terjadi karena adana defecation reflex : Reflex defekasi yang biasa dimediasi oleh local myenteric nervous plexus di rectal wall. Jadi ketika feses memasuki rectum, maka dinding rectum akan mengalami distensi inisiasi myenteric nervous plexus gerakan peristaltic pada descending colon, sigmoid colon, dan rectum untuk mendorong feses keluar. Internal anal spinchter akan relaksasi akibat adanya sinyal inhbitory oleh myenteric plexus tersebut. Sedangkan relaksasi eksternal spinchter terjadi secara sadar dan terkontrol Intrinsic myenteric defecation reflex tersebut terjadi cukup lemah. Oleh karena itu perlu dibantu oleh authonomic reflex, yakni parasymphatetic

defecation reflex yang melibatkan sacral segment of spincal cord : pertama terjadi stimulasi nerve ending di rectum sinyal dibawa oleh afferent nerve fiber kemudian masuk ke sacral segment of spinal cord diteruskan ke parasymphatetic nerve fiber yakni pelvic nerves melipatgandakan peristaltik oleh myenteric plexus, dan relaksasi internal anal spinchter Sinyal defekasi yang memasuki spinal cord menginisiasi efek lain, yakni pernapasan yang dalam, penutupan glottis, dan kontraksi otot-otot abdomen untuk mendorong feses keluar. Defecation reflex dapat secara sadar diaktivasi dengan cara bernapas dalam untuk mengontrasikan diafragma dan kontraksi otot-otot abdomen sehinga meningkatkan tekana di abdomen dan mendorong feses untuk keluar (MENGEJAN). Pada bayi atau orang yang dipotong spinal cordnya, maka defecation reflex menyebabkan pengosongan otomatis pada colon sepanjang hari karena minimnya kontrol sadar pada external anal spinchter. Refleks defekasi juga diinisiasi oleh faktor lain : peritoneointestinal reflex (akibat iritasi peritoneum), renointestinal (iritasi ginjal), dan vesicointestinal reflex (iritasi bladder).

Anda mungkin juga menyukai