Anda di halaman 1dari 10

Tugas Individu Ilmu Biomedik Dasar

Mekanisme Berkemih dan Pengaturan Keseimbangan Cairan

OLEH :

Nama : Qurratul A’Yuni

Kelas : 1A

NPM : F0H01817

Dosen Pembimbing : Samwilson Slamet,SKM,M.Pd,M.Kes

JURUSAN D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2018

1
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................. 1

DAFTAR ISI .......................................................................................... 2

PEMBAHASAN ................................................................................ 3
1.1 Mekanisme Berkemih................................................................ 3

1.1.1 Fasilitasi atau Inhibisi Proses Mikturisi oleh Otak............................. 5

1.2 Pengaturan Keseimbangan Cairan....................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA 10

2
1.1 Mekanisme Berkemih

Reflek berkemih adalah reflek medula spinalis yang seluruhnya bersifat otomatis. Selama
kandung kemih terisi penuh dan menyertai kontraksi berkemih, keadaan ini disebabkan oleh
reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih sampai reseptor pada uretra posterior
ketika mulai terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari
reseptor kandung kemih ke segmen sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus kemudian
secara reflek kembali lagi ke kandung kemih melalui syaraf parasimpatis.

Berkemih pada dasarnya merupakan reflek spinal yang akan difasilitasi dan dihambat
oleh pusat-pusat susunan syaraf yang lebih tinggi. Urin yang memasuki kandung kemih tidak
begitu meningkatkan tekanan intravesik 8 Proses pengosongan kandung kemih terjadi bila
kandung kemih terisi penuh. Proses miksi terdiri dari dua langkah utama:

1. Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat


diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua. Terjadinya distensi
atau peningkatan tegangan pada kandung kemih mencetuskan refleks I yang
menghasilkan kontraksi kandung kemih dan refleks V yang menyebabkan relaksasi
uretra.
2. Timbul refleks saraf yang disebut reflek miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal setidaknya menimbulkan kesadaran
dan keinginan untuk berkemih. Ketika proximal uretra mengalirkan urin maka akan
mengaktifkan refleks II yang akan menghasilkan kontraksi kandung kemih dan IV
sehingga stingfer eksternal dan uretra akan berelaksasi, sehingga urin dapat keluar.
Jika tejadi distensi pada uretra yang bisa disebabkan karena sumbatan, atau
kelemahan sfingter uretra maka akan mengaktifkan refleks III, sehingga kontraksi
kandung kemih melemah.

Reflek berkemih adalah refleks medulla spinalis yang seluruhya bersifat autonomik,
tetapi dapat dihambat atau dirangsang di otak. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah
berkemih, bahkan ketika refleks berkemih muncul, yaitu dengan membuat kontraksi tonik
terus menerus pada sfingter eksternus kandung kemih sampai mendapat waktu yang baik
untuk berkemih. Jika sudah tiba saat berkemih, pusat cortical dapat merangsang pusat
berkemih sacral untuk membantu mencetuskan refleks berkemih dan dalam waktu yang
bersamaan menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih
dapat terjadi. Pada kondisi tertentu, proses berkemih tidak dapat terjadi secara normal, oleh

3
karenanya diperlukan tindakan khusus untuk tetap dapat mengeluarkan urin dari kandung
kemih, yaitu dengan pemasangan kateter.

Pola eliminasi urin sangat tergantung pada individu, biasanya berkemih setelah bekerja,
makan atau bangun tidur. Normalnya dalam sehari sekitar lima kali. Jumlah urin yang
dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan. Pada orang dewasa
sekitar 1200 sampai 1500 ml per hari atau 150-600 ml per sekali berkemih.

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin menurut Tarwoto & Wartonah (2006)
antara lain :

 Pertumbuhan dan perkembangan

Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. Pada usia lanjut
volume kandung kemih berkurang, perubahan fisiologis banyak ditemukan setelah usia 50
tahun. Demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi berkemih juga akan lebih sering.

 Sosiokultural

Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat berkemih pada tempat
tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat berkemih pada lokasi terbuka.

 Psikologis

Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih.

 Kebiasaan seseorang

Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet sehingga ia tidak dapat berkemih
menggunakan pot urin.

 Tonus otot

Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis untuk
berkontraksi. Jika ada gangguan tonus otot, dorongan untuk berkemih juga akan berkurang.
Mekanisme awal yang menimbulkan proses berkemih volunter belum diketahui dengan pasti.
Salah satu peristiwa awal adalah relaksasi otot-otot dasar panggul, hal ini mungkin
menimbulkan tarikan yang cukup besar pada otot detrusor untuk merangsang kontraksi.
Kontraksi otot-otot perineum dan sfingter eksterna dapat dilakukan secara volunter sehingga

4
mampu mencegah urin mengalir melewati uretra atau menghentikan aliran urin saat sedang
berkemih.

 Intake cairan dan makanan

Alkohol menghambat anti diuretik hormon, kopi, teh, coklat, dan cola (mengandung
kafein) dapat meningkatkan pembuangan dan ekskresi urin.

 Kondisi penyakit

Pada pasien yang deman akan terjadi penurunan produksi urin karena banyak cairan yang
dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih menyebabkan retensi urin.

 Pembedahan

Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urin akan


menurun.

 Pengobatan

Penggunaan diuretik meningkatkan output urin, anti kolinergik dan antihipertensi


menimbulkan retensi urin.

 Pemeriksaan diagnostik

Intravenus pyelogram dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk mengurangi
output urin. Eliminasi urin atau mikturisi biasanya terjadi tanpa nyeri dengan frekuensi lima
sampai enam kali sehari, dan kadang-kadang sekali pada malam hari. Rata-rata individu
memproduksi dan mengeluarkan urin sebanyak 1200-1500 dalam 24 jam. Jumlah ini
tergantung asupan cairan, respirasi, suhu lingkungan, muntah atau diare.

Proses berkemih pada seseorang dapat mengalami gangguan sehingga tidak dapat
berjalan dengan normal. Kondisi umum yang terjadi sebagian besar adalah ketidakmampuan
individu untuk berkemih karena adanya obstruksi uretra. Pada kondisi ini perlu dilakukan
intervensi untuk mengosongkan kandung kemih yaitu dengan pemasangan kateter

1.1.1 Fasilitasi atau Inhibisi Proses Mikturisi oleh Otak

Refleks mikturisi adalah refleks medulla spinalis yang bersifat otonom, tetapi dapat
dihambat atau difasilitasi oleh pusat di otak. Pusat ini meliputi:

5
 pusat fasilitasi dan inhibisi yang kuat di batang otak, terutama terletak di pons
 beberapa pusat yang terletak di korteks serebri yang terutama bersifat inhibisi tetapi
dapat berubah menjadi eksitasi.

Refleks mikturisi merupakan penyebab dasar berkemih, tetapi biasanya pusat yang lebih
tinggi yang akan melakukan kendali akhir untuk proses mikturisi sebagai berikut:

1. Pusat yang lebih tinggi menjaga agar refleks mikturisi tetap terhambat sebagian,
kecuali bila mikturisi diinginkan.

2. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi, bahkan jika terjadi refleks
mikturisi, dengan cara sfingter kandung kemih eksterna terus-menerus melakukan
kontraksi tonik hingga saat yang tepat datang dengan sendirinya.

3. Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat mikturisi sacral
untuk membantu memulai refleks mikturisi dan pada saat yang sama menghambat
sfingter eksterna sehingga pengeluaran urin dapat terjadi.

Pengeluaran urin secara volunteer biasanya dimulai dengan cara berikut: Mula-mula,
orang tersebut secara volunter mengkontraksikan otot perutnya, yang akan meningkatkan
tekanan di dalam kandung kemih dan memungkinkan urin tambahan memasuki leher
kandung kemih dan uretra posterior dalam keadaan di bawah tekanan, sehingga meregangkan
dindingnya. Hal ini memicu reseptor regang, yang mencetuskan refleks mikturisi dan secara
bersamaan menghambat sfingter uretra eksterna. Biasanya seluruh urin akan dikeluarkan, dan
menyisakan tidak lebih dari 5 sampai 10 mililiter urin didalam kandung kemih.

1.2 Pengaturan Keseimbangan Cairan

Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone antidiuretik


(ADH), hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
1. Rasa Haus
Rasa haus adalah keinginan yang disadari erhadap kebutuhan akan cairan. Rasa haus
biasanya muncul apabila osmolaritas plsma mencapai 295 mOsm/kg. Osmoreseptor yang
terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitif terhadap perubahann osmolaritas pada cairan
ekstrasel. Bila osmolaritas meningkat, sel akan mengerut dan sensai rasa haus akan muncul
akibat kondisi dehidrasi. Mekanismenya adalah sebagai berikut.

6
 Penurunan perfusi ginjal merangasang pelepasan rennin, yang akan menghasilkan
angiotensin II. Angiotensin II merangsang hipotalamus untuk melaksanakan substrat
neuron yang bertanggung jawab meneruskan sensasi haus.
 Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tejanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.
 Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status
hiperosmolar. Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan sensasi
kering yang tidak nyaman akibat penurunan saliva.

2. Pengaruh hormonal
a. Hormon ADH
Hormon ini di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis pada hipofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan
cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi juga dapat terjadi pada kondisi stress, trauma,
pembedahan, nyeri, dan pada penggunaan beberapa jenis anestesi dan obat-obatan. Hormon
ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat menahan air dan
mempertahankan volume cairan ekstrasel. ADH juga disebut sebagai vasopressin karena
mempunyai efek vasokonstriksi minor pada arteriol yang dapat meningkatkan tekanan darah.

b. Hormon aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubuh ginjal untuk
meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air. Pelepasan
adosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasikalium, kadar natrium serum, dan sistem
rennin-angiotensin I. Angiotensin I selanjutnya akan diubah menjadi angiontensin II. Sekresi
aldosteron juga distimulasikan oleh peningkatan potassium dan penurunan konsentrasi
sodium dalam cairan interstisial dan adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang diproduksi
oleh pituitari anterior. Ketika menjadi hipovolemia, maka terjadi tekanan darah arteri
menurun, tekanan darah arteripada ginjal juga menurun, keadaan ini menyebabkan
tegangan otot arteri aferen ginjal menurun dan memicu sekresi renin. Renin menstimulasi
aldosteron yng berefek pada retensi sodium, sehingga cairan tidak banyak keluar melalui
ginjal.

7
3. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapt di banyak jaringan dan berperan
dalam respon radang, pengontrolan tekanan darah, kontraksi uterus, dan motilitas
gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, resorpsi natrium.

4. Glukokortikoid
Glukokortikoid meningkatkan resorpsi natrium dan airnsehingga memperbesar volume darah
dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan kadar glukokortikoid
mengakibatkan perubahan pada keseimbangan volume darah (Tambayong, 2000).

5. Sistem limpatik
Plasma protein dan cairan dari jaringan tidak secara langsung direabsorpsi ke dalam
pembuluh darah. Sistem limpatik berperan penting dalam kelebihan cairan dan protein
sebelum masuk dalam darah.

6. Ginjal
Ginjal mempertahankan volume dan konsentrasi cairan dengan filtrasi CES di
glumerulus, sedangkan sekresi dan reabsorpsi cairan terjadi di tubulus ginjal.

7. Persarafan
Mekanisme persarafan juga berkontribusi dalam keseimbangan cairan dan sodium. Ketika
terjadi peningkatan volume cairan CES, mekanoreseptor merespon pada dinding atrium kiri
untuk distensi atrial dengan meningkatkan stroke volume dan memicu respon simpatetik pada
ginjal untuk pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal.
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1.500-3.500 ml/hari. Sementara haluaran
cairannya adalah 2.300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ,
yakni kulit, paru-paru, pencernaan dan ginjal.

 Kulit
Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang merangsang
aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini disebabkan oleh aktivitas
otot, temperature lingkungan yang tinggi, dan kondisi demam. Pengeluaran cairan melalui
kulit dikenal dengan istilah insensible water loss (IWL). Hal yang sama juga berlaku pada
paru-paru. Sementara itu, pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-20 ml/24 jam.

8
 Paru-Paru
Meningkatnya jumlah cairan yang keluar melalui paru merupakan suatu bentuk respons
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas karena pergerakan atau kondisi demam.
IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.

 Pencernaan
Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui system pencernaan setiap
harinya berkisar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 ml/kg BB/24
jam, dengan penambahan 10% dari IWL normal setiap kenaikan suhu 1oC.

 Ginjal
Ginjal merupakan organ pengekskresi cairan yang utama pada tubuh. Pada individu
dewasa, ginjal mengekskresikan sekitar 1.500 ml/hari.

Pengeluaran cairan dalam tubuh manusia berlangsung dalam tiga cara. Cara pertama
melalui insensible water loss (IWL). Pada proses ini, cairan keluar melalui penguapan di
paru-paru. Cara kedua melalui noteceble water loss (NWL); cairan di ekskresikan melalui
keringat. Cara ketiga melalui feses, tetapi dengan jumlah yang sangat sedikit (Taylor,
dkk.,1989). Sementara menurut Price dan Wilson (1995), pengeluaran cairan pada orang
dewasa berlangsung dalam empat cara, yakni melalui urine (1.500 ml), feses (200 ml), udara
ekspirasi (400 ml), dan keringat (400 ml). jadi, total pengeluaran cairan tubuh adalah 2.500
ml.
Ginjal merupakan organ pengatur keseimbangan cairan yang utama. Setiap harinya, ginjal
menerima hampir 170 L darah untuk di saring menjadi urine. Produksi urine untuk Semua
kelompok usia adalah 1 ml/kg/jam. Pada individu dewasa, produksi urine sekitar 1,51/hari.
Jumlh urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone.
Dalam pengaruh keseimbangan cairan, dikenal dengan istilah obliogatory
loss. obliogatory loss adalah meanisme pengeluaran cairan yang mutlat terjadi untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh (misalnya pengeluaran keringat). Selain melalui kulit,
paru-paru, system pencernaan, dan ginjal, keseimbangan cairan juga diatur melalui system
kardiovskular, endokrin, dan pernafasan.

9
Daftar Pustaka
A, Aziz Alimul H.2009:”Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.”Jakarta: Salemba
Medika.
Pearce, Evelyn. 1993. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.
Prasetyo,Awal F.X.2006.Buku ajar anatomi dan fisiologi ,ED.3,Jakarta:Penerbit EG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta:
EGC

10

Anda mungkin juga menyukai