Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE ) DI


RUANG HEMODIALISIS RSUD DR. M. YUNUS KOTA BENGKULU

NAMA : QURRATUL A’YUNI

NPM : F0H018017

TINGKAT/SEMESTER : III/V

PEMBIMBING PENDIDIKAN PEMBIMBING LAHAN

(NS. IKHSAN, S.KEP, M.KES ) (NS. M. ARRAYAN, S.KEP)

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

PROGRAM DIPLOMA VOKASI ILMU KESEHATAN

TAHUN AJARAN 2020


A. Konsep teori
1) Pengertian

Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan
internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan
individu transisi daris ehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lambat dan menunggu
beberapa tahun. (Barbara C Long , 2010)

Chronic Kidney Disease atau gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (Brunner & Suddarth, 2006)

Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal untuk mepertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah. (Arif Muttaqin, 2011)

2) Etiologi

Menurut muttaqin (2011) banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkanterjadinya gagal ginjal
kronis, akan tetapi, apapun penyebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara
progresif, kondisi klinis tersebut antara lain :

a. penyakit dari ginjal

1. penyakit pada glomerulus – glomerulo nefritis

2. infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.

3. Nefrolitiasis

4. kista di ginjal : polcystic kidney.

5. trauma langsung pada ginjal

6. keganasan pada ginjal

7. obstruksi : batu, tumor, penyempitan atau striktur

b. penyakit di luar ginjal

1. penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi

2. Dyslipidemia.
3. infeksi di badan : TBC paru, sipilis, malaria, hepatitis

4. Pre eklamsia

5. Obat – obatan

6. Kehilangan cairan yang mendadak (luka bakar)

3) Klasifikasi

Klasifikasi stadium pada pasien Chronic Kidney Disease ditentukan oleh nilai laju filtrasi
glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkannilai laju filtrasi yang lebih rendah. Kidney
Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) (2002) mengklasifikasikan Chronic Kidney Disease
dalam lima stadium , antara lain :

Stadium Fungsi ginjal laju filtrasi glomerulus (LPG)(ml/men it/1.73


m2 )
Resiko mengingkat Normal >90 faktor resiko

stadium 1 Normal/ meningkat > 90 (ada kerusakan ginjal,


proteinuria)
Stadium 2 Penurunan ringan 60-89

Stadium 3 Penurunan sedang 30-59

Stadium 4 Penurunan berat 15-29

Stadium 5 Gagal ginjal < 15

Sumber : KDOQI, 2002

4) Patosiologi

Pada awal terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga
utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan
GFR/daya saring. Metode adaftif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-
nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjaid lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80 %- 90%. Pada tingkat ini fungsi
renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke
dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik
setelah dialisis.
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
 Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita
asimtomatik.
 Stadium 2 (insufiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo Filtration Rate besarnya 25 %
dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen meningkat diatas normal, kadar kreatinin
serum mulai meningkat melibihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
 Stadium 3 ( Gagal Ginjal stadium akhir/Uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur,nilai glomerulus filtraton rate 10 % dari normal,
kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood
reum nitrogen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.

5) Manifestasi Klinis

Sudoyo (2006) berpendapat bahwa stadium paling dini pada gagal ginjal kronis adalah
terjadi kehilangan daya cadang ginjal dan laju filtrasi glomerulus (JFG) masih normal atau meningkat,
mengakibatkan terjadi penurunan fungsi ne fron yang progresif ditandai dengan peningkatan kadar
ureum dan kreatinin, manifestasinya antara lain :
a. gangguan kardiovaskuler hipertensi, nyeri dada, sesak nafas akibat perikarditis, efusi
perikardiak,gagal jantung akibat penurunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b. Gangguan integument kulit pucat akibat anemia dan gatal- gatal akibat toksik
c. Gangguan pulmoner Suara krekels, batuk dengan sputum kental dan liat, napas dangkal, napas
kussmaul
d. Gangguan gastrointestinal :napas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut, anoreksia,
mual,muntah, perdarahan saluran gastrointestinal
e. Gangguan musculoskeletal kram otot, rasa kesemutan dan terbakar, tremor, kelemahan dan
hipertropi pada otot-otot ekstrimitas.
f. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa, biasanya retensi garam dan air
yang dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia
g. Gangguan endrokrin:angguan seksual - libido fertilitas dak ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore, gangguan metabolic glukosa lemak dan vitamin
h. Sistem hematologi, anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi
eritopoetin,sehingga rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang berkurang

6) Komplikasi
a. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan masukan
diet berlebihan

b. perikarditis, efusi perikardial dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik
dan dialysis yang tidak adekuat
c. hipertensi retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem rennin-angiotensin-aldosteron
d. anemia, penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan
gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama hemodialisa
e. penyakit tulang retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin
abnormal, dan peningkatan kadar aluminium

7) Pemeriksaan Diagnostic
a) Laboratorium
1) Laju Endap Darah : meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normasiter normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
2) Ureum dan Kreatini : meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin
kurang lebih 20 : 1. Perbandingan meninggi akibat perdarahan saluran cerna, demam,
luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini
berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, tes klirens
kreatinin yang menurun.
3) Hiponatremi: umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia: biasanya terjadi pada
gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya dieresis
4) Phosphate alkaline: meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama isoenzim
fosfatase lindi tulang,
5) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia: umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein
6) Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal
(resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer)
7) Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian hormone
insulin dan menurunnya lipoprotein lipase
8) Asidosis metabolic dengan kopensasi respirasi menunjukkan Ph yang menurun, BE
yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan
retensi asam-asam organic pada gagal ginjal
9) Radiology, foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau
adanya suatu obstruksi). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan
ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
10) Iintra Vena Pielografi (IVP), untuk menilai sistem pelviokalisisdan ureter.
11) USG, untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
12) EKG, untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)
8) Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal
dan homeostatis selama mungkin. Semua faktor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik
dicari dan diatasi.
Adapun penatalaksanaannya yaitu: penatalaksanaaan konservatif, meliputi pengaturan diet,
cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengedalikan hiperensi,
penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi. Dan
penatalaksanaan pengganti diantaranya dialisis (hemodialisis, peritoneal dialisis) transplantasi ginjal.
Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairna dan elektrolit dan mencegah
komplikasi yaitu sebagai berikut:
 Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti
hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia,
menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan
kecenderungan perdarahan, dan membantu menyembuhkan luka.
 Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematian
mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain
dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila
terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian
Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa
 Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Tranfusi darah hanya
dapat diberikan bila ada indikais yang kuat, misal pada adanya insufiensi koroner.
 Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat
diberikan peroral atau parental. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi
asidosis.
 Pengedalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake
garam dalam mengedalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai
retensi natrium
 Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti oleh
ginjal yang baru.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi: inisial, umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat
dan lama menikah.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit
sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan
(anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), dan
gatal pada kulit.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasein pada saat di anamnesa, meliputi
palliative, provokative, quality, quantity, region, radiaton, serverity scala dan time.
Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan urine output, penurunan
kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya
nafas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana
saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat
pengobatan apa.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat-obatan nefrotoksik, benign protatic hyperplasia, dan prostektomi.
Kaji apakah penyakit yang pernah diderita oleh pasien.
e. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama seperti
pasien.
f. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, keadaan umum, tingkat kesadaran dan
pemeriksaan head to toe.
g. Data psikologi/sosiologi
Meliputi respon emosional setelah diagnosa penyakit diketahui dan peranan pasien
dalam keluarga.
h. Data spiritual
Meliputi usaha pasien berdoa terhadap penyakitnya, pantangan dari keharusan
menurut keyakinan pasien selama di rumah sakit.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Kelebihan volume cairan b.d penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi
cairan dan natrium
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah,
pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa kulit
c) Gangguan integritas kulit b.d gangguan status metabolic, sirkulasi, sensasi, penurunan
turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum dalam kulit.
d) Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur
e) Gangguan konsep diri (gambaran diri) b.d penurunan fungsi fungsi tubuh, tindakan
dialisis, koping maladaptif
f) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d
kurangnya informasi
3) Intervensi Keperawatan

Dx Keperawatan Noc Nic Rasional

Kelebihan Setelah dilakukan 1. Kaji status cairan: 1. Pengkajian


volume cairan tindakan keperawatan  Timbang berat badan merupakan dasar
b.d penurunan selama 3 x 24 jam  Keseimbangan dan data dasar
keluaran urine, diharapkan pasien dapat masukan dan berkelanjutan
diet berlebih dan mempertahankan berat pengeluaran untuk emmeantau
retensi cairan tubuh ideal tanpa  Turgor kulit dan perubahan dan
dan natrium kelebihan cairan dengan adanya edema mengevaluasi
kriteria hasil :  Distensi vena leher intervensi
1. Klien tidak sesak  Tekanna darah, 2. Pembatasan cairan
nafas denyut dan irama nadi akan menentukan
2. Edema 2. Batasi masukan cairan berat badan tubuh
ekstremitas 3. Kolaborasi pemberian ideal, keluaran
berkurang diuretic urine, dan respon
3. Piting edema (-) 4. Lakukan dialisis terhadap terapi
4. Produksi urine 3. Diuretic bertujuan
>600 ml/hr untuk menurunkan
volume plasma
dan menurunkan
retensi cairan di
jaringan sehingga
menurunkan
resiko terjadinya
edema paru
4. Dialisis akan
menurunkan
volume cairan
yang berlebih
Perubahan Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Menyediakan data
nutrisi kurang tindakan keperawatan  Perubahan berat dasar untuk
dari kebutuhan selama 3 x 24 jam badan memantau
tubuh b.d diharapkan pasien dapat  Nilai perubahan dan
anoreksia, mual, mempertahankan nutrisi laboratorium(protein mengevaluasi
muntah, yanga dekuat dengan , elektrolit,kreatinin, intervensi
pembatasan diet kriteria hasil : BUN) 2. Pola diet duu dan
dan perubahan 1. Mempertahankan 2. Kaji pola diet nutrisi sekarang dapat
membrane / meningkatkan pasien dipertimbangkan
mukosa kulit berat badan 3. Kaji faktor yang dalam menyusun
seperti yang berperan dalammerubah menu
diindikasikan masukan nutrisi 3. Menyediakan
oleh situasi 4. Kaji bukti masukan informasi mengenai
individu protein yang adekuat faktor lain yang
2. Bebas edema dapat diubah atau
dihilangkan untuk
meningkatkan
masukan diet
4. Masukkan protein
yang tidak adekuat
dapat menyebabkan
penurunan albuin
dan protein lain,
pembentukan
edema, dan
perlambatan
penyembuhan

Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji terhadap 1. Perubahan


integritas kulit tindaka keperawatan kekeringan kulit, mungkin
b.d gangguan dalam 3 x 24 jam pruiritis, ekskoriasi disebabkan oleh
status metabolic, diharapkan tidak terjadi dan infeksi penurunan
sirkulasi, kerusakan integritas kulit 2. Kaji terhadap adanya aktivitas
sensasi, pada pasein dengan petekie dan purpura kelenjar
penurunan kriteri hasil: 3. Monitor lipatan kulit keringat atau
turgor kulit, 1. Kulit tidak kering dan area yang edema pengumpulan
penurunan 2. Hiperpigmentasi 4. Kolaborasi pemberian kalsium dan
aktivitas, berkurang pengobatan posfat pada
akumulasi 3. Memar pada kulit antipruiritis sesuai lapisan kutaneus
ureum dalam berkurang pesanan 2. Perdarahan yang
kulit. abnormal sering
berhubungan
dengan
penurunan
jumlah dan
fungsi platelet
akibat uremia
3. Area-area ini
sangat mudah
terjadinya injuri
4. Mengurangi
stimulus gatal
pada kulit

Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji faktor yang 1. Menyediakan


aktivitas b.d tindakan keperawatan menimbulkan informai tentang
keletihan, selama 3 x 24 jam keletihan indikasi tingkat
anemia, retensi diharapkan pasien 2. Tindakan kemandirian keletihan
produk sampah berpartisipasi dalam dalam aktivitas 2. Meningkatkan
dan prosedur aktivitas yang dapat di perawatan diri yang aktivitas
toleransi dengan kriteria dapat ditoleransi, ringan/sedang
hasil: bantu jika keletihan dan
1. Meningkatkan terjadi memeprbaiki
rasa sejahtera 3. Anjurkan untuk harga diir
2. Dapat istirahat setelah 3. Istirahat yang
berpartisipasi dialisis adkeuat
dalam aktivitas dianjurkan
perawatan setelah dialisis
mandiri yang yang bagi
dipilih banyak pasien
sangat
melelahkan
Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji perubahan dari 1. Menentukan
konsep diri tindakan keperawatan gangguan persepsi bantuan
(gambaran diri) selama 3 x 24 jam dan hubungan dengan individual
b.d penurunan diharapkan pasien derajat dalam
fungsi tubuh, mampu mengembangkan ketidakmampuan menyusun
tindkaan dialisis, koping yang positif 2. Anjurkan klien untuk rencana
koping dengan kriteria hasil: mengekspresikan perawatan atau
maladaptif 1. Pasien kooperatif perasaan pemilihan
pada setiap 3. Dukung perilaku atau intervensi
intervensi usaha seperti 2. Menunjukkan
keperawtaan peningkatan minat penerimaan, dan
2. Mampu atau berpartisipasi membantu
menyatakan dalam aktivitas pasien untuk
penerimaan diri rehabilitas mengenal dan
terhadap mulai
komunikasi menyesesuaikan
3. Mampu dengan perasaan
menyatakan atau tersebut
mengkomunikasi 3. Pasien dapat
kan dengan orang beradaptasi
dekat tentang terhadap
situasi dan perubahan dan
perubahan yang pengertian
sedang terjadi tentang peran
individu masa
mendatang
Kurangnya Setelah dilakukan 1. Kaji pemahaman 1. Merupakan instruksi
pengetahuan tindakan keperawatan mengenai penyebab ggal dasar untuk
tentang kondisi, selama 3 x 24 jam ginjal, konsekuensinya penjelasan dan
prognosis, dan diharapkan dan penanganannya penyuluhan lebih
kebutuhan meningkatkan 2. Jelaskan fungsi renal dan lanjut
pengobatan b.d pengetahuan tentang konsekuensi gagal ginjal 2. Pasien dapat belajarr
kurangnya kondisi, prognosis, dan sesuai dengan tingkat tentang gagal ginjal
informasi kebutuhan pengobatan pemahaman dan kesiapan dan penanganan
dengan kriteria hasil pasien untuk belajar setelah mereka siap
sebagai berikut: 3. Bantu pasien untuk untuk emmahami
1. Meningkatkan emngidentifikasi cara-cara dan menerima
pengetahuan untuk memahami berbagai diagnosis dan
pasien mengenai perubahan akibat penyakit konsekuensinya
penyakit yang dan penanganan yang 3. Pasien dapat melihat
dideritanya memeprngaruhi hidupnya bahwa
kehidupannya tidka
harus berubah akibat
penyakit

4) Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan diagnosis keperawatan dan


intervensi keperawatan serta sesuai dengan tujuan kriteria hasil.

5) Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan ditahap akhir menilai hasil intervensi yang direncanakan
dan melakukan perbandingan dari hasil yang di amati dengan kriteria hasil.
Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 11. Jakarta: EGC

Doenges E, Marilynn, dkk. 2007 dan 2011. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC

Long, B C. 2010. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid
3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta:EGC

Supartondo. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Balai Penerbit FKUI

Wilkinson, J.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Kriteria Hasil (NOC) Dan
Intervensi (NIC). Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai