NPM : F0H018017
TINGKAT/SEMESTER : III/V
UNIVERSITAS BENGKULU
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan
internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan
individu transisi daris ehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lambat dan menunggu
beberapa tahun. (Barbara C Long , 2010)
Chronic Kidney Disease atau gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (Brunner & Suddarth, 2006)
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal untuk mepertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah. (Arif Muttaqin, 2011)
2) Etiologi
Menurut muttaqin (2011) banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkanterjadinya gagal ginjal
kronis, akan tetapi, apapun penyebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara
progresif, kondisi klinis tersebut antara lain :
3. Nefrolitiasis
2. Dyslipidemia.
3. infeksi di badan : TBC paru, sipilis, malaria, hepatitis
4. Pre eklamsia
5. Obat – obatan
3) Klasifikasi
Klasifikasi stadium pada pasien Chronic Kidney Disease ditentukan oleh nilai laju filtrasi
glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkannilai laju filtrasi yang lebih rendah. Kidney
Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) (2002) mengklasifikasikan Chronic Kidney Disease
dalam lima stadium , antara lain :
4) Patosiologi
Pada awal terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga
utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan
GFR/daya saring. Metode adaftif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-
nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjaid lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80 %- 90%. Pada tingkat ini fungsi
renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke
dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik
setelah dialisis.
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita
asimtomatik.
Stadium 2 (insufiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo Filtration Rate besarnya 25 %
dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen meningkat diatas normal, kadar kreatinin
serum mulai meningkat melibihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
Stadium 3 ( Gagal Ginjal stadium akhir/Uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur,nilai glomerulus filtraton rate 10 % dari normal,
kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood
reum nitrogen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.
5) Manifestasi Klinis
Sudoyo (2006) berpendapat bahwa stadium paling dini pada gagal ginjal kronis adalah
terjadi kehilangan daya cadang ginjal dan laju filtrasi glomerulus (JFG) masih normal atau meningkat,
mengakibatkan terjadi penurunan fungsi ne fron yang progresif ditandai dengan peningkatan kadar
ureum dan kreatinin, manifestasinya antara lain :
a. gangguan kardiovaskuler hipertensi, nyeri dada, sesak nafas akibat perikarditis, efusi
perikardiak,gagal jantung akibat penurunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b. Gangguan integument kulit pucat akibat anemia dan gatal- gatal akibat toksik
c. Gangguan pulmoner Suara krekels, batuk dengan sputum kental dan liat, napas dangkal, napas
kussmaul
d. Gangguan gastrointestinal :napas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut, anoreksia,
mual,muntah, perdarahan saluran gastrointestinal
e. Gangguan musculoskeletal kram otot, rasa kesemutan dan terbakar, tremor, kelemahan dan
hipertropi pada otot-otot ekstrimitas.
f. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa, biasanya retensi garam dan air
yang dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia
g. Gangguan endrokrin:angguan seksual - libido fertilitas dak ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore, gangguan metabolic glukosa lemak dan vitamin
h. Sistem hematologi, anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi
eritopoetin,sehingga rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang berkurang
6) Komplikasi
a. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan masukan
diet berlebihan
b. perikarditis, efusi perikardial dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik
dan dialysis yang tidak adekuat
c. hipertensi retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem rennin-angiotensin-aldosteron
d. anemia, penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan
gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama hemodialisa
e. penyakit tulang retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin
abnormal, dan peningkatan kadar aluminium
7) Pemeriksaan Diagnostic
a) Laboratorium
1) Laju Endap Darah : meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normasiter normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
2) Ureum dan Kreatini : meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin
kurang lebih 20 : 1. Perbandingan meninggi akibat perdarahan saluran cerna, demam,
luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini
berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, tes klirens
kreatinin yang menurun.
3) Hiponatremi: umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia: biasanya terjadi pada
gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya dieresis
4) Phosphate alkaline: meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama isoenzim
fosfatase lindi tulang,
5) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia: umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein
6) Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal
(resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer)
7) Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian hormone
insulin dan menurunnya lipoprotein lipase
8) Asidosis metabolic dengan kopensasi respirasi menunjukkan Ph yang menurun, BE
yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan
retensi asam-asam organic pada gagal ginjal
9) Radiology, foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau
adanya suatu obstruksi). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan
ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
10) Iintra Vena Pielografi (IVP), untuk menilai sistem pelviokalisisdan ureter.
11) USG, untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
12) EKG, untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)
8) Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal
dan homeostatis selama mungkin. Semua faktor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik
dicari dan diatasi.
Adapun penatalaksanaannya yaitu: penatalaksanaaan konservatif, meliputi pengaturan diet,
cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengedalikan hiperensi,
penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi. Dan
penatalaksanaan pengganti diantaranya dialisis (hemodialisis, peritoneal dialisis) transplantasi ginjal.
Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairna dan elektrolit dan mencegah
komplikasi yaitu sebagai berikut:
Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti
hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia,
menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan
kecenderungan perdarahan, dan membantu menyembuhkan luka.
Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematian
mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain
dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila
terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian
Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa
Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Tranfusi darah hanya
dapat diberikan bila ada indikais yang kuat, misal pada adanya insufiensi koroner.
Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat
diberikan peroral atau parental. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi
asidosis.
Pengedalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake
garam dalam mengedalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai
retensi natrium
Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti oleh
ginjal yang baru.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi: inisial, umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat
dan lama menikah.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit
sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan
(anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), dan
gatal pada kulit.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasein pada saat di anamnesa, meliputi
palliative, provokative, quality, quantity, region, radiaton, serverity scala dan time.
Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan urine output, penurunan
kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya
nafas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana
saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat
pengobatan apa.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat-obatan nefrotoksik, benign protatic hyperplasia, dan prostektomi.
Kaji apakah penyakit yang pernah diderita oleh pasien.
e. Riwayat penyakit keluarga
Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama seperti
pasien.
f. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, keadaan umum, tingkat kesadaran dan
pemeriksaan head to toe.
g. Data psikologi/sosiologi
Meliputi respon emosional setelah diagnosa penyakit diketahui dan peranan pasien
dalam keluarga.
h. Data spiritual
Meliputi usaha pasien berdoa terhadap penyakitnya, pantangan dari keharusan
menurut keyakinan pasien selama di rumah sakit.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Kelebihan volume cairan b.d penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi
cairan dan natrium
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah,
pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa kulit
c) Gangguan integritas kulit b.d gangguan status metabolic, sirkulasi, sensasi, penurunan
turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum dalam kulit.
d) Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur
e) Gangguan konsep diri (gambaran diri) b.d penurunan fungsi fungsi tubuh, tindakan
dialisis, koping maladaptif
f) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d
kurangnya informasi
3) Intervensi Keperawatan
4) Implementasi Keperawatan
5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan ditahap akhir menilai hasil intervensi yang direncanakan
dan melakukan perbandingan dari hasil yang di amati dengan kriteria hasil.
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 11. Jakarta: EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. 2007 dan 2011. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC
Long, B C. 2010. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid
3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta:EGC
Supartondo. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Balai Penerbit FKUI
Wilkinson, J.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Kriteria Hasil (NOC) Dan
Intervensi (NIC). Jakarta : EGC