Anda di halaman 1dari 12

KEBUTUHAN ELIMINASI

Tujuan Belajar :
1. Mahasiswa dapat memahami proses fisiologis eliminasi uri
2. Mahasiswa dapat dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan eliminasi uri
3. Mahasiswa dapat memahami proses fisiologi eliminasi bowel
4. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan eliminasi bowel

I. Fisiologi Eliminasi Urine

Berikut adalah proses fisiologi eliminasu uri (Ambarawati, 2014) :

Urin masuk ke kandung

Terjadi peregangan serat otot dinding kandung kemih

Impuls berjalan melalui serabut afaren menuju pars lumbalis


medulla spinalis & ditransmisikan ke korteks serebri

Timbul rangsangan ingin Miksi di control saraf aferen


buang air kecil menuju kandung kemih, impuls
berjalan menuju saraf
parasimpatis sakralis
menyebabkan :
Pengeluaran urin dibantu
- Otot dinding kandung
oleh kontraksi abdomen
kemih berkontraksi
& diafragma, juga
peningkatan tekanan - Sfinger kandung kemih
kandung kemih yang relaksasi
sebelumnya telah terisi
170-230 ml urin

Input sensoris masuk ke otak ---- input sadar --- keinginan untuk BAK --- control

sadar dari sfinger uretra eskterna (N.pudendal). kontraksi dari VU akan


menghilang – 1 menit jika keinginan untuk BAK tidak diindahkan. Siklus tersebut

akan kembali dimulai jika 200-300 ml urine terakumulasi kembali di VU.

II. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urin

Tugas : jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi eliinasi uri/proses berkemih

faktor-faktor, usia, jenis kelamin, jenis makanan yang dikonsumsi, medikasi,


dan aktivitas yang berpengaruh terhadap kebutuhan eliminasi urin
(Nursalam, 2007)

Tugas : jelaskan macam-macam gangguan eliminasi urin

Retensi urin adalah penumpukan urin dalam kandung kemih (kandung


kemih) dan ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung
kemih yang menyebabkan distensi dari vesika urinaria yang mengalahkan
dengan ketidaknyamanan daerah pubis.
Inkontinensia total adalah keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urin yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan, kejadian
pada saat tidak diperkirakan, tidak ada distensi kandung kemih dan nokturi
Inkontontinensia refleks adalah dimana seseorang mengalami pengeluaran
urin yang tidak dirasan, yang terjadi pada interval yang dapat berjalan dengan
baik volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu, mengalami kesulitan
untuk berkemih, merasakan kandung kemih penuh, dan kontraksi atau
spasme kandung kemih tidak dihambat pada interval teratur.
Inkontontinensia fungsional adalah seseorang yang mengalami
pengeluaran urin secara tidak terduga dan tidak dapat diperkirakan. Ditandai
dnegan adanya perbuatan untuk berkemih dan kontraksi kandung kemih
cukup kuat untuk mengeluarkan air seni.

Enuresis adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang


diakibatkan tidak mampu mengontrol eksterna spingter

Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami


inkontinen jika tidak berkemih.

Disuria adalah rasa sakit dan sering mengalami kesulitan dalam berkemih hal
ini ditemukan pada penyaki ISK (infeksi saluran kemih), trauama dan stiktur
Enuresis adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol eksterna spingter
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami
inkontinen jika tidak berkemih.
Disuria adalah rasa sakit dan sering mengalami kesulitan dalam berkemih
hal ini ditemukan pada penyaki ISK (infeksi saluran kemih), trauama dan
stiktur uretra (penyempitan uretra).
Polyuria adalah produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,
tanpa adanya penignaktan intake cairan, defisiensi ADH (antideuretic
hormone), penyakit ginjal kronik.
Penekanan Urinaria adalah berhenti mendadak produksi urine, secara
normal diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60-120
ml/jam

III. Jumlah Output Urin

Tugas : jelaskan jumlah output urin normal pada masing-masing usia

Age Output Comments

Adult >0.5 mL/kg/hr

Child >1 mL/kg/hr

Neonate >2 mL/kg/hr <1 year old


IV. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi

Diagnosa Keperawatan Slki Siki


D.005 Retensi Urin Eliminasi Urine L.04034 Katerisasi Urine
1.04148
D.0040 Gangguan Eliminasi Eliminasi Urine L.04034 Manajemen Eliminasi
Urin. Urine 1.04152
D.0051 Resiko Inkontinensia Kontinensia Urine Manajemen Eliminasi
Urine Urgensi L.04036 Urine 1.04152
Eliminasi Urine L.04034 Manajemen Eliminasi
D.0048 Kesiapan Urine 1.04152
Peningkatan Eliminasi Urin

Kontinensia Urine Perawatan inkotinensia


D.0046 Inkotinensia Urin L.04036 urine 1.04163
Stress

Kontinensia Urine Perawatan inkotinensia


D.0045 Inkotinensia Urin L.04036 urine 1.04163
Refleks

Kontinensia Urine Katerisasi Urine


D.0044 Inkotinensia Urin L.04036 1.04148
Berlebih

Kontinensia Urine Latihan berkemih


D.0043 Inkotinensia Urin L.04036 1.04149
Fungsional
I. Fisiologi Eliminasi Alvi/Bowel

Berikut adalah proses fisiologi eliminasi alvi :

Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme

berupa feses yang berawal dari saluran pencernaan melalui anus. Organ yang

berperan dalam hal ini yaitu : contoh rectum dan anus. Proses defekasi

parasimpatis (Delaune And Lender, 2011 : Ambarwati 2014)

Feses masuk ke rektum

Terjadi rangsangan pada saraf rektum

Rangsangan ditransmisikan disepanjang saraf parasimpatis,


aferens menuju pars sakralis medulla spinalis

Pesan aferen ditransmisikan disepanjang saraf parasimpatis


eferen untuk mencapai kerja otot

Feses masuk ke rektum Menghasilkan kombinasu


reflex & usaha volunteer :
1. Terjadi relaksasi sfingter
anus
2. Kontraksi otot kolon
3. Kontrekasi otot perut dan
diafragma
4. Dasar panggul naik
5. Terjadi defekasi
6. Sfingter berkontraksi,
mengeluarjkan feses
Reflek defekasi parasimpatis

Di dahului dengan transport feses ke rektum

Rectum yang penuh mengakibatkan ketegangan (distensi rectum)

Terjadi rangsangan reflek defekasi pada fleksus mesentrikus

Otot usus lain berkontraksi, terjadi paristaltik di kolom acendes,


sigmoid dan rektum

Feses akan terdorong ke anus

Sfinger internal melemah, tetapi melemah, tetapi sfinger eksternal


relaksasi secara volunteer & tekanan dihasilkan oleh otot-otot
abdomen
Reflek defekasi instrinsik

Setiap harinya sekitar 750 cc chyme masuk ke kolon dari ileum. Di kolon, chyme

tersebut mengalami absobsi air, natrium dan klorida. Absorbs ini dibantu dengan

adanya gerakan paristaltik usus. Dari 750 chyme tersebut, sekitar 150-200 cc

mengalami proses reabsorbsi, sisanya menjadi bentuk semisolid yang disebut

feses.
II. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Alvi

Tugas : jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi

1. Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses
defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol
sec;ara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah
memiliki kemampuan mengontrol secara penuh, kemudian pada usia lanjut
proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
2. Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat meme:ngaruhi
proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat
membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi pun
dapat memengaruhinya.
3. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi
keras oleh karena proses absorpsi air yang kurang sehingga dapat
memengaruhi kesulitan proses defekasi.
4. Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus
otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu keelancaran proses
defekasi, sehingga proses gerakan kelancaran proses defekasi.
5. Pengobatan
Pengabatan juga dapat me:mengaruhinya proses defeekasi seperti
pengunaan obat-obatan laksatif atau antasida yang terlalu sering.
6. Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defe:kasi. I-lal ini
dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup se hat/kebiasaan
melakukan buang air besar ditempat yang bersih atau toilet, maka ketika
seseorang terse:but buang air besar ditempat yang terbuka atau tempat yang
kotor maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya
penyakit penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem
pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainya.
8. Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan/keinginan untuk
berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid, dan episiotomi.
9. Kerusakan Sensoris dan Motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses
defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris
dalam berdefekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kerusakan pada
tulang belakang atau kerusakan saraf lainnya

III. Gangguan Eliminasi Alvi

1. Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko
tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan caiminasi
yang jarang atau keras, atau keluarnya tinja terlalu kering dan keras.
2. Konstipasi Kolonik
Konstipasi Kolonik merupakan keadaan individu yang mengalami atau
berisiko mengalami perlambatan pasase residu makanan yang
mengakibatkan feses kering dank eras.
3. Konstipasi dirasakan
Konstipasi dirasakan merupakan keadaan individu dalam menentukan
sendiri penggunaan laksantif, enema, atau supositoria untuk
memastikan defekasi setiap harinya.
4. Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko
sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering
disertai kejang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.
akibat kerusakan sfingter.
5. Inkontinensia Usus
Inkontiinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami
perubahan kebiasaan dari proses de:fekasi normal mengalami proses
pengeluaran fesca tak disadari. Hlal ini juga disebut sebagai
inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat kerusakan
sfingter.
6. Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena
pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung atau usus.
7. Hemorroid
Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah
anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat
disebabkan karena konstipasi, perenggangan saat defekasi, dan lain-lain.
8. Fecal Impaction
Fecal impacaion merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang
berkepanjangan. 1’enyebab konstipasi asupan kurang, aktivitas kurang,
diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.

IV. Diagnose Keperawatan Dan Intervensi

Diagnosa Keperawatan Slki Siki


D.0041 inkotinensia fekal L.04035 kontinensia 1.04150 latihan
fekal eliminasi fekal

D.0020 diare L.04033 eliminasi fekal 1.03121 pemantauan


cairan
D.0049 konstipasi L.04033 eliminasi fekal 1.04155 manajemen
konstipasi
L.04033 eliminasi fekal 1.04160 pencegahan
D.0052 risiko konstipasi konstipasi
V. Soal-Soal

1. Seorang laki-laki usia 40 tahun mengeluh urine yang keluar sedikit, menetes

dan terasa panas, adanya peningkatan frekuensi berkemih, dari riwayat

berkemih terdapat obstruksi pada saluran kemih. Apakah prioritas masalah

keperawatan yang seusai dengan keluhan di atas ?

Jawab : gangguan eliminasi urine

2. Seorang perempuan usia 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam keadaan

post operasi open fraktur. Sudah 1 minggu ini pasien mengeluh tidak bisa

BAB, padahal biasanya pasien BAB setiap hari. Pasien juga tidak nafsu

makan, karena baru makan sedikit saja perutnya sudah terasa penuh. Hasil

pengkajian didapatkan detensi abdomen dan terasa massa fekal. Tindakan

apakah yang dilakukan oleh perawat untuk membantu mengatasi keluhan

pasien ?

Jawab : manajemen konstipasi

3. Seorang laku-laki usia 50 tahun dating ke RS dengan keluhan sulit BAK

sudah 1 minggu ini, setiap BAK merasa tidak tuntas, aliran urine

tersendat0sendat, nyeri saat BAK dan kandung kemih terasa penuh. Pasien

sudah mengurangi konsumsi cairan kurang dari 8 gelas perhari agar kandung

kemihnya tidak penuh. Pada pemeriksaan fisik teraba distensi kandung

kemih, perkusi redup pemeriksaan apakah yang selnjutnya perlu dilakukan

perawat ?

Jawab : pemeriksaan urine dan tes labilatorium darah

4. Seorang perempuan berusia 50 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sudah

satu minggu ini pasien mengelu sulit BAB, biasanya pasien BAB 3 kali dalam

seminggu. Perawat sudah menyarankan agar pasien minum banyak dan


konsumsi makanan berserat, namun keluhan tidak berkurang. Sehingga

perawat dan dokter berkolaboratif memberikan obat laktasif. Terlebih

dahulu perawat melakukan informed consent dan mempersiapkan alat.

Bagaimanakah langkah selanjutnya yang dilakukan perawat dalam

memberikan obat ?

Jawab :

• Lakukan prinsip pemberian obat enam benar (pasien, obat, dosis, waktu

dan rute)

• Perwatat cuci tangan

• Perawat menggunakan handscone steril

• Intruksikan pasien untuk melakukan posisi sim kiri

• Lumasi handscone pada tangan yang dominan dan telunjuk

menggunakan gek/Vaseline

• Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam secara lambat melalui

mulut untuk merilekskan sprinter anus.

• Masukkan obat laktasif kedalam anus.

5. Seorang laki-laki 57 tahun mengeluh sulit BAK, pancaran urine melemah,

terputus-putus dan lalu menetes. Pada saat merubah posisi, keluhan tersebut

tetap timbul. Pasien juga mengeluh setiap BAK merasa tidak puas dan

merasa ada sisa urine di dalam kandung kemih pasien. Dari hasil pengkajian

teraba distensi kandung kemih dan perkusi redup, diagnose keperawatan

apakah yang dialami oleh pasien ?

Jawab : gangguan elimnasi urine b.d kapasitas kandung kemih


6. Pasien perempuan usia usia 37 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan

diagnosis gagal ginjal kronik, pasien mengalami edema anasarca sehingga

tidak bisa beraktifitas dan harus bedrest. Saat ini pasien mengeluh sulit BAB,

abdomen terasa penuh dan setiap BAB harus mengejan, teraba massa,

konsistensi feses keras dan terkadang disertai dengan darah. Diagnosa

keperawatan apakah yang dialami oleh pasien ?

Jawab : konstipasi b.d ketidakadekuatas asupan cairan

7. Seorang perempuan usia 25 tahun dirawat di ruang inap dengan keluhan

panas, nyeri ulu hati, tidak nafsu makan, mual muntah 2 kali dan lesu. Hasil

pemeriksaan fisik didapatkan klien tampak lemas, lidah kotor, tekanan darah

110/80 mmhg, suhu badan 39C nadi : 85X/menit RR : 20 X/menit.

Pemeriksaan penunjang apa yang selanjutnya perlu dilakukan oleh perawat ?

Jawab : widal test

8. Seorang laki-laki berusia 34 tahun diantar keluarga ke RS dengan keluhan

tidak buang besar sejak 1 minggu yang lalu, perut terasa sesak dan sakit,

teraba keras saat palpasi. Kebiasaan minum 600 cc/hari, jarang makan sayur

dan buah. Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri saat buang air kecil dan

aliran tidak lancar. Kandung kemih teraba penuh. Tindakan apakah yang

tepat dilakukan ?

Jawab : manajemen konstipasi dan katerisasi urine

Anda mungkin juga menyukai