Tujuan Belajar :
1. Mahasiswa dapat memahami proses fisiologis eliminasi uri
2. Mahasiswa dapat dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan eliminasi uri
3. Mahasiswa dapat memahami proses fisiologi eliminasi bowel
4. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan eliminasi bowel
Input sensoris masuk ke otak ---- input sadar --- keinginan untuk BAK --- control
Disuria adalah rasa sakit dan sering mengalami kesulitan dalam berkemih hal
ini ditemukan pada penyaki ISK (infeksi saluran kemih), trauama dan stiktur
Enuresis adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol eksterna spingter
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami
inkontinen jika tidak berkemih.
Disuria adalah rasa sakit dan sering mengalami kesulitan dalam berkemih
hal ini ditemukan pada penyaki ISK (infeksi saluran kemih), trauama dan
stiktur uretra (penyempitan uretra).
Polyuria adalah produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,
tanpa adanya penignaktan intake cairan, defisiensi ADH (antideuretic
hormone), penyakit ginjal kronik.
Penekanan Urinaria adalah berhenti mendadak produksi urine, secara
normal diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60-120
ml/jam
berupa feses yang berawal dari saluran pencernaan melalui anus. Organ yang
berperan dalam hal ini yaitu : contoh rectum dan anus. Proses defekasi
Setiap harinya sekitar 750 cc chyme masuk ke kolon dari ileum. Di kolon, chyme
tersebut mengalami absobsi air, natrium dan klorida. Absorbs ini dibantu dengan
adanya gerakan paristaltik usus. Dari 750 chyme tersebut, sekitar 150-200 cc
feses.
II. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Alvi
1. Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses
defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol
sec;ara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah
memiliki kemampuan mengontrol secara penuh, kemudian pada usia lanjut
proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
2. Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat meme:ngaruhi
proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat
membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi pun
dapat memengaruhinya.
3. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi
keras oleh karena proses absorpsi air yang kurang sehingga dapat
memengaruhi kesulitan proses defekasi.
4. Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus
otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu keelancaran proses
defekasi, sehingga proses gerakan kelancaran proses defekasi.
5. Pengobatan
Pengabatan juga dapat me:mengaruhinya proses defeekasi seperti
pengunaan obat-obatan laksatif atau antasida yang terlalu sering.
6. Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defe:kasi. I-lal ini
dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup se hat/kebiasaan
melakukan buang air besar ditempat yang bersih atau toilet, maka ketika
seseorang terse:but buang air besar ditempat yang terbuka atau tempat yang
kotor maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya
penyakit penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem
pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainya.
8. Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan/keinginan untuk
berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid, dan episiotomi.
9. Kerusakan Sensoris dan Motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses
defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris
dalam berdefekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kerusakan pada
tulang belakang atau kerusakan saraf lainnya
1. Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko
tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan caiminasi
yang jarang atau keras, atau keluarnya tinja terlalu kering dan keras.
2. Konstipasi Kolonik
Konstipasi Kolonik merupakan keadaan individu yang mengalami atau
berisiko mengalami perlambatan pasase residu makanan yang
mengakibatkan feses kering dank eras.
3. Konstipasi dirasakan
Konstipasi dirasakan merupakan keadaan individu dalam menentukan
sendiri penggunaan laksantif, enema, atau supositoria untuk
memastikan defekasi setiap harinya.
4. Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko
sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering
disertai kejang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.
akibat kerusakan sfingter.
5. Inkontinensia Usus
Inkontiinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami
perubahan kebiasaan dari proses de:fekasi normal mengalami proses
pengeluaran fesca tak disadari. Hlal ini juga disebut sebagai
inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk
mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat kerusakan
sfingter.
6. Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena
pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung atau usus.
7. Hemorroid
Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah
anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat
disebabkan karena konstipasi, perenggangan saat defekasi, dan lain-lain.
8. Fecal Impaction
Fecal impacaion merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang
berkepanjangan. 1’enyebab konstipasi asupan kurang, aktivitas kurang,
diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
1. Seorang laki-laki usia 40 tahun mengeluh urine yang keluar sedikit, menetes
post operasi open fraktur. Sudah 1 minggu ini pasien mengeluh tidak bisa
BAB, padahal biasanya pasien BAB setiap hari. Pasien juga tidak nafsu
makan, karena baru makan sedikit saja perutnya sudah terasa penuh. Hasil
pasien ?
sudah 1 minggu ini, setiap BAK merasa tidak tuntas, aliran urine
tersendat0sendat, nyeri saat BAK dan kandung kemih terasa penuh. Pasien
sudah mengurangi konsumsi cairan kurang dari 8 gelas perhari agar kandung
perawat ?
satu minggu ini pasien mengelu sulit BAB, biasanya pasien BAB 3 kali dalam
memberikan obat ?
Jawab :
• Lakukan prinsip pemberian obat enam benar (pasien, obat, dosis, waktu
dan rute)
menggunakan gek/Vaseline
terputus-putus dan lalu menetes. Pada saat merubah posisi, keluhan tersebut
tetap timbul. Pasien juga mengeluh setiap BAK merasa tidak puas dan
merasa ada sisa urine di dalam kandung kemih pasien. Dari hasil pengkajian
tidak bisa beraktifitas dan harus bedrest. Saat ini pasien mengeluh sulit BAB,
abdomen terasa penuh dan setiap BAB harus mengejan, teraba massa,
panas, nyeri ulu hati, tidak nafsu makan, mual muntah 2 kali dan lesu. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan klien tampak lemas, lidah kotor, tekanan darah
tidak buang besar sejak 1 minggu yang lalu, perut terasa sesak dan sakit,
teraba keras saat palpasi. Kebiasaan minum 600 cc/hari, jarang makan sayur
dan buah. Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri saat buang air kecil dan
aliran tidak lancar. Kandung kemih teraba penuh. Tindakan apakah yang
tepat dilakukan ?