Hiperplasia
O L E H : A N T I P U R D I TA S A R I
M U H A M M A D N A U FA L R A H M A N
Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : KP. Cidaplang Rt 003/010 Mandalamukti, Cikalong Wetan, Bandung Barat
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta (Pemilik Toko grosir)
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
No. Telp/HP : 08180961xxxx
Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 17 Maret 2021
Masalah
Pasien mengeluh sulit Buang Air Kecil sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari
Anamnesis
Keluhan utama :
Pasien mengeluh sulit Buang Air Kecil sehingga menganggu aktivitas sehari-hari sejak 8
hari yang lalu.
Anamnesis Lanjutan
Pasien datang ke UGD RS Dustira dengan keluhan utama sulit buang air kecil sejak 8
hari yang lalu. Keluhan ini sangat menganggu aktivitas sehari-hari pasien. 4 bulan
sebelumnya pasien mengaku sulit memulai BAK (Hesistancy) dan terkadang harus
disertai mengedan untuk BAK (Staining), pancaran kencing yang keluar juga lemah
(Weak Stream), kadang terhenti lalu lancar kembali (Intermitency). Pasien juga
mengeluh sering ke kamar mandi pada malam hari saat sedang tidur karena ingin BAK
(Nocturia) namun saat BAK hanya menetes (Terminal Dribbling) dan merasa kurang
puas (Incomplete Emptying Bladder).
Tidak ada keluhan demam. Tidak ada riwayat nyeri saat BAK atau terasa panas saat
BAK.Tidak ada penurunan berat badan yang drastis. Tidak ada riwayat menunggangi
kuda. Tidak ada riwayat operasi saluran kencing dan pemasangan kateter yang salah.
Tidak ada riwayat BAK berpasir atau keluar batu. Tidak ada riwayat nyeri pinggang dan
BAK berdarah.
Anamnesis Lanjutan
Riwayat Penyakit terdahulu
Penyakit DM dan hipertensi disangkal
Riwayat keluarga
Tidak ada yang mengalami keluhan serupa
Ekstremitas : jejas (-), deformitas (-), edema (-), akral hangat, CRT <2”
Pemeriksaan residual urine:
•Cara Pemeriksaan : Pasien di minta untuk berkemih maksimal (sepuasnya) kemudian
dilakukan pemasangan kateter dan di hitung sisa urine yang tersisa untuk mengetahui
derajat berat nya BPH.
•Pada pasien ini belum dilakukan pemeriksaan karena pasien sudah naik meja operasi.
Rectal Toucher / Colok Dubur :
tonus Spinchter ani normal, mukosa rectum licin, ampula recti tidak kolaps.
teraba massa arah jam 11-1 konsistensi kenyal, batas tegas, permukaan rata
licin, sulcus medianus tidak teraba, batas kanan kiri sulit teraba, apex sulit teraba,
nodul (-), darah (-), lendir (-)
Diagnosa Banding
C :-
I : Urethritis, Prostatitis
N : Ca Prostat
Pada rectal toucher, keluar nanah dari OUE (-), didapatkan tonus sfingter ani
normal, mukosa rectum licin, ampula recti tidak kolaps. Prostat teraba arah jam 11-1,
konsistensi kenyal, batas tegas, permukaan rata licin, sulcus medianus tidak teraba,
batas kanan kiri sulit teraba, apex sulit teraba, tidak ada nodul, tidak ada darah, tidak
ada lendir, tidak ada feses.
Diagnosis Kerja
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan komplikasi retensio urine
Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan IPSS : 24
Pemeriksaan darah rutin : Normal
Pemeriksaan urin rutin : Normal
Pemeriksaan PSA (Prostate Spesific Antigen) untuk mengetahui kemungkinan
pembesaran prostat kearah keganasan : < 4 mg/dl. Jika didapatkan hasil kemungkinan
maligna maka dilakukan biopsi aspirasi prostat.
Pemeriksaan Ultrasonografi Transrektal (Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar
prostat) : pembesaran prostat kurang lebih 62 ml.
Rencana Terapi
Penanganan Retensio Urine
1. Pasang kateter steril dengan diberi pelumas sebanyak mungkin.
2. Jika gagal dilakukan pemasangan kateter kaku yang di dalamnya menggunakan
kawat (hati hati melukai urethra)
3. Jika gagal dilakukan sistostomi dengan cara tusuk menggunakan jarum panjang di
daerah suprapubis, pasang kateter paling kecil. Syaratnya adalah vesika urinaria
harus penuh, jika tidak dapat menusuk usus.
Rencana Terapi
Operasi
1. TURP (Transurethral Resection of the Prostate)
Volume prostat <60 gr, karena jika volume prostat >60 gr maka dapat terjadi TURP
syndrome karena water intoxication.
2. Open Prostatectomy
Volume prostat >60 gr.
Suprapubic Prostatectomy
Perineal Prostatectomy(jarang digunakan karena sering terjadi perdarahan)
Transvesical Prostatectomy
Retropubic Prostatectomy
Terapi minimal invasif
Transurethral microwave thermotherapy (TUMT)
Transurethral needle ablation (TUNA)
Laser Prostatectomy
Transurethral electrovaporization of the prostat (TUVP)
Intraprostatic urethral stent
TERIMA KASIH
Pembahasan Materi
Benign Prostatic Hiperplasia
Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu
◦ terdapat hyperplasia atau peningkatan abnormal jumlah sel-sel
stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat
BPH atau pembesaran prostat benigna sering ditemukan pada pria yang memasuki usia lanjut >
60 tahun.
Anatomi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria
yang terletak di rongga pelvis di inferior vesica urinaria
dan mengelilingi uretra bagian pertama (pars
prostatica).
1. Lobus medius
2. Lobus lateralis (2 lobus)
3. Lobus anterior
4. Lobus posterior
1. Zona Anterior
2. Zona Perifer
3. Zona Sentral
4. Zona Transisional
Histologi
• Kelenjar prostat terbagi dalam beberapa zona,
antara lain: zona perifer, zona sentral, zona
transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona
periurethra
1. Zona perifer terdiri dari 70% jaringan kelenjar.
2. Zona sentral terdiri dari 25% jaringan kelenjar,
dan
3. Zona transisional hanya terdiri dari 5% jaringan
kelenjar.
• Sebagian besar kejadian BPH terdapat pada zona
transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma
prostat berasal dari zona perifer.
Fisiologi
Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis (semen) yang berguna untuk
melindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina.
Gambaran Klinis
Gejala Obstruktif Gejala Iritatif
Pemeriksaan Sistografi
Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan urine
ditemukan mikrohematuria. Sistografi dapat memberikan gambaran kemungkinan tumor di
dalam vesica urinaria atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter,
atau batu radiolusen di dalam vesica
.
Etiologi
BPH dihasilkan dari perubahan hormon dan proses penuaan
Akumulasi berlebih Dihydrotestosteron (DHT) di sel prostat
Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
PATOFISIOLOGI
Derajat Berat BPH
Menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4, yaitu :
Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.
Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak sampai habis,
masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes secara periodik (over
flow inkontinen).
Sjamsuhidajat (2005)
Penatalaksanaan BPH tergantung pada stadium-stadium
dari gambaran klinis
Stadium I
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan
konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti alfazosin dan terazosin.
Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak
mempengaruhi proses hiperplasi prostat. Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini
tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.
Stadium II
Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan
reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)
Stadium III
Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat sudah
cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan
terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan perineal.
Stadium IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari retensi urin total
dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut amok
melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka.
Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan pembedahan dapat
dilakukan pengobatan konservatif dengan memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa.
Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan obat anti androgen yang menekan produksi
LH
Penatalaksanaan
●
Merelaksasi otot polos prostat, leher kandung
Inhibitor alpha kemih dan uretra proksimal
●
terazosin (Hytrin), doxazosin (Cardura),
receptor adrenergic tamsulosin (flomax), alfuzosin (Uroxatral)