Anda di halaman 1dari 39

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

KEPANITERAAN DEPARTEMEN PENYAKIT THT


RUMAH SAKIT PANTI WILASA DR. CIPTO
8 Januari – 10 Februari 2018

Penulisan Kasus
Polip Nasi Sinistra

Maria Fransiska 112016222


Indra Fransis Liong 112017039

Dokter pembimbing : Dr. Wahyu B.M Sp.THT


Identitas pasien
• Nama : Sdr. DN
• Umur : 18 tahun
• Pekerjaan : Mahasiswa
• Alamat : Jl. Gajah Barat 4, Semarang
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Pendidikan : SMA
• Status Menikah : Belum menikah
Anamnesis
• Diambil secara Autoanamnesa pada hari Jumat, 12 Januari
2018 pukul 11.00 WIB di poliklinik THT-KL Rumah Sakit Panti
Wilasa “Dr.Cipto”

Keluhan utama :
• Hidung kiri merasa tersumbat sejak 2 minggu SMRS

Keluhan tambahan :
• Sulit bernapas melalui hidung dan memberat saat malam hari
• Cairan keluar dari hidung dan berbau
• Gangguan tidur
• Gangguan penciuman
• Pusing
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan terus 3 minggu SMRS
Hidung
menerus dan sebelumnya
tersumbat
semakin mengalami flu
sebelah kiri 2
lama semakin dan berobat tapi
minggu SMRS
berat. tidak ada
perbaikan
Ada cairan Gangguan tidur
kuning dan
berbau keluar Mengeluh sulit
dari hidung bernapas dan
Tidak ada riw. memberat pada
Trauma, malam hari
Gangguan
penciuman mimisan,
benda asing
Pernah mengalami
Pusing, nafsu keluhan spt ini dan
makan turun operasi tahun 2016
Anamnesis
Riwayat penyakit dahulu
• Sinusitis
• Polip
• Demam Typhoid

Riwayat penyakit keluarga


• Tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit serupa, penyakit berat ( DM, Stroke,
Hipertensi)
Pemeriksaan Fisik
Tanggal pemeriksaan : 12 Januari 2018
• Keadaan umum : tampak sakit ringan
• Kesadaran : compos mentis

Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Frekuensi napas: 22 x/menit
Suhu: 36,40C

Status lokalis
Kepala dan Leher
Kepala : Normocephal
Wajah : Simetris
Leher : KGB tidak tampak membesar
Lain-lain : Tidak ada
Status lokalis THT
• Telinga
Dextra Sinistra

Bentuk daun telinga Bentuk normal, benjolan (-), nyeri tekan (-)

Kelainan kongenital - -

Radang , Tumor - -

Nyeri tekan tragus - -

Penarikan daun telinga Nyeri (-) Nyeri (-)

Kelainan retroauriculer - -

Region mastoid Nyeri tekan (-)


Dextra Sinistra

Liang telinga Lapang , Secret (-), Tanda Radang (-), Serumen (-),
Benda asing (-)

Membran timpani

Perforasi -
Cone of light +
Warna Putih abu-abu
Bentuk Normal

Tes Rinne Tidak dilakukan

Tes Weber Tidak dilakukan

Tes Swabach Tidak dilakukan

Penala yang di pakai -


• Hidung
Dextra Sinistra

Nyeri tekan :
Pangkal hidung - +
Pipi - -
Dahi - -
Bentuk Normal

Secret - Mukopurulen

Cavum nasi Lapang Sempit

Konka media Hiperemis (-) Hiperemis (+)


Hipertrofi (-) Hipertrofi sulit dinilai
Meatus media Sekret (-) Massa (+)

Konka inferior Hiperemis (-)


Hipertrofi (-)
Septum Deviasi (-)
Tenggorok

• Orofaring :
– Oral : dapat membuka mulut dengan baik
– Mukosa bukal : merah muda
– Ginggiva : merah muda
– Lidah 2/3 anterior : merah muda
– Palatum : merah muda
– Dinding pharynx : terdapat post nasal drip
– Arkus faring : simetris
• Tonsil
Dextra Sinistra

Ukuran T1 T1
Kripta Tidak melebar

Permukaan Tidak rata

Warna Merah muda

Detritus -

Peritonsil Abses (-)

Pilar anterior Merah muda

• Uvula : deviasi (-), hiperemis (-), edema (-)


• Gigi : caries dentis (-)
Nasofaring
• Discharge : tidak dilakukan pemeriksaan
• Mukosa : tidak dilakukan pemeriksaan
• Adenoid : tidak dilakukan pemeriksaan
• Massa : (-)

PEMERIKSAAN TRANSLUMINASI
• Sinus frontalis kanan, grade : tidak dilakukan
• Sinus frontalis kiri, grade: tidak dilakukan
• Sinus maksilaris kanan, grade : tidak dilakukan
• Sinus maksilaris kiri, grade : tidak dilakukan
Laringofaring
• Mukosa : tidak dilakukan pemeriksaan
• Massa : tidak dilakukan pemeriksaan
• Lain-lain : tidak dilakukan pemeriksaan

Laring
• Epiglottis : tidak dilakukan pemeriksaan
• Plica vocalis :
– Gerakan : tidak dilakukan pemeriksaan
– Posisi : tidak dilakukan pemeriksaan
– Tumor : tidak dilakukan pemeriksaan
• Massa : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang
• Belum dilakukan pemeriksaan
Resume
• Seorang pasien laki-laki berusia 18 tahun datang dengan keluhan hidung
tersumbat sebelah kiri sejak 2 minggu SMRS. Keluhan hidung tersumbat ini
dirasakan terus menerus dan semakin lama semakin berat. Selain hidung
tersumbat, Os juga mengatakan bahwa ia sulit bernapas melalui hidung dan
memberat pada malam hari sehingga menyebabkan gangguan tidur. Selain itu Os
juga mengeluh adanya cairan berwarna kuning dan berbau yang keluar dari
hidung. Os juga mengatakan bahwa penciumannya terganggu. Selain itu ia
mengeluh pusing dan nafsu makan menurun. Sebelumnya Os pernah mengalami
keluhan seperti ini pada tahun 2016 dan sudah pernah di operasi. Os mengatakan
bahwa keluhan ini sangat mengganggu aktivitas sehari – hari.

• Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan : nyeri tekan pada pangkal hidung sinistra
(+), sekret mukopurulen, cavum nasi sinistra sempit, konkha media sinistra
hiperemis, dan pada meatus media terdapat massa (+).
.

Diagnosis
Diagnosis kerja
Dasar diagnosis
• Polip nasi sinistra grade 2
Keluhan utama : hidung tersumbat sejak 2 minggu SMRS
Keluhan tambahan : Sulit bernapas melalui hidung dan
memberat pada saat malam hari, gangguan tidur, pusing.
Diagnosis banding
Pemeriksaan fisik : terdapat nyeri tekan pada pangkal
• Angiofibromahidung,
nasofaring juvenille
sekret mukopurulen, cavun nasi sinistra sempit,
concha media sinistra hiperemis, terdapat massa di meatus
• Konka polipoid
media sinistra
Pemeriksaan anjuran
• Nasoendoskopi,
• Rontgen foto polos sinus paranasal,
• CT-scan
Tata laksana
Terapi operatif :
• Polipektomi
• Ethmoidektomi

Terapi medika mentosa :


• Asam mefenamat 3x1
• Gentamisin 2x1
Prognosis

• Ad vitam : Ad bonam
• Ad functionam : Ad bonam
• Ad sanationam : Dubia ad bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
Anatomi Hidung
Fisologi Hidung
• Sebagai jalan nafas
• Indra penghidu
• Pengatur kondisi udara (air conditioning)
• Sebagai penyaring dan pelindung
• Refleks nasal
• Resonansi suara
• Proses bicara
Polip Nasi

Polip hidung adalah massa lunak yang mengandung cairan di dalam rongga
hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa.
Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia
anak-anak sampai usia lanjut. Polip nasi bukan merupakan penyakit tersendiri
tapi merupakan manifestasi klinik dari berbagai macam penyakit dan sering
dihubungkan dengan sinusitis, rhinitis alergi.
ANAMNESIS

Pada anamnesa kasus polip, keluahan utama biasanya


ialah:
• Hidung tersumbat dari yang ringan sampai berat.
• Rinore mulai dari yang jernih sampai purulen
• Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam
hidung dan sukar membuang ingus.
• Hiposmia atau anosmia
PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik, polip nasi yang masif dapat


menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung
tampak mekar karena pelebaran batang hidung.
Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior terlihat sebagai
massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus
medius dan mudah digerakkan.
Pembagian stadium polip menurut Mackay dan
Lundt (1997) :

- Stadium 1 : polip masih terbatas di meatus


medius.
- Stadium 2 : polip sudah keluar dari meatus
medius, tampak di rongga hidung .
- Stadium 3 : polip yang masif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Naso-endoskopi
• Pemeriksaan radiologi : - Foto Rontgen
- CT-scan
ETIOLOGI

Etiologi yang pasti belum diketahui tetapi ada 3 faktor penting


pada terjadinya polip, yaitu :
1. Adanya peradangan kronik yang berulang pada mukosa
hidung dan sinus.
2. Adanya gangguan keseimbangan vasomotor.
3. Adanya peningkatan tekanan cairan interstitial dan edema
mukosa hidung
EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian polip hidung secara pasti belum diketahui.


Penelitian di Eropa Timur melaporkan prevalensi polip hidung
dengan sinusitis maksilaris 1,3%, sedangkan Amerika Utara
diperkirakan 1 – 4%. Polip hidung dapat timbul pada semua umur
tetapi umumnya dijumpai pada penderita dewasa muda berusia
antara 30 – 60 tahun, sedangkan perbandingan antara laki-laki
dan perempuan adalah 2 – 4 : 1 dan tidak ada kekhususan ras
pada kejadian polip hidung.
PATOFISIOLOGI (1)

Teori Barnstein :
Terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau
aliran udara yang berturbulensi, (terutama didaerah sempit di
kompleks ostiomeatal).
Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitealisasi dan
pembentukan kelenjar baru.
Terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel
epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.
PATOFISIOLOGI (2)
Teori lain mengatakan karena ketidakseimbangan vasomotor

Peningkatan permeabilitas kapiler


Gangguan regulasi vascular

Sel mast melepaskan sitokin-sitokin

Edema

POLIP

Turun ke rongga hidung dan


membentuk tangkai.
GEJALA KLINIS

• Rasa sumbatan di hidung (Gejala Utama).


Sumbatan ini tidak hilang – timbul dan makin lama
semakin berat keluhannya.
• Hiposmia atau anosmia (Bila sumbatan semakin besar)
• Sinusitis (Komplikasi sumbatan paranasal) dengan
keluhan nyeri kepala dan rinore
• Bersin dan iritasi di hidung (Bila penyebabnya adalah
alergi)
DIAGNOSIS BANDING (1)

Angiofibrosa Nasofaring Juvenil


Etiologi dari tumor ini belum diketahui. Menurut teori,
jaringan asal tumor ini mempunyai tempat perlekatan
spesifik di dinding posterolateral atap rongga hidung.
Pada pemeriksaan fisik dengan rhinoskopi posterior
terlihat adanya massa tumor yang konsistensinya kenyal,
warna bervariasi dari abu-abu sampai merah muda,
diliputi oleh selaput lendir keunguan.
DIAGNOSIS BANDING (2)

Konkha Polipoid
Polip didiagnosa bandingkan dengan konkha polipoid, yang
ciri – cirinya sebagai berikut :
• Tidak bertangkai
• Sukar digerakkan
• Nyeri bila ditekan dengan pinset
• Mudah berdarah
• Dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor (kapas
adrenalin).
PENATALAKSANAAN

Medikamentosa  kortikosteroid, antibiotik


Non Medikamentosa  Operasi
 Polipektomi
 Etmoidektomi
PROGNOSIS

Polip hidung sering tumbuh


kembali, oleh karena itu
pengobatannya juga perlu
ditujukan kepada penyebabnya
KESIMPULAN

Polip hidung adalah massa lunak yang mengandung cairan di dalam


rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat
inflamasi mukosa. Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai
etiologi polip nasi, terdapat sejumlah hipotesis mengenai asal dari polip
nasi eosinofilik dan neutrofilik yang berkisar dari predisposisi genetik,
variasi anatomi, infeksi kronis, alergi inhalan, alergi makanan, sampai
ketidakseimbangan vasomotor. Diagnosis polip nasi berdasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Prinsip
pengelolaan polip adalah dengan operatif dan non operatif.

Anda mungkin juga menyukai