Anda di halaman 1dari 29

Kejahatan Seksual

Pembimbing:
dr. Jims Ferdinan Possible, Sp. F, M.Ked.For

Disusun oleh:
Indra Fransis Liong 112017039
Pebriyanti Salipadang 112017043
A. DEFINISI KEJAHATAN SEKSUAL
Kejahatan : Suatu perbuatan atau tingkah laku
yg bertentangan dgn undang-undang

Seksual : hal yang berkenaan dgn seks atau


jenis kelamin, hal yg berkenaan dgn perkara
persetubuhan antara laki2 dan perempuan

Kejahatan Seksual : setiap perbuatan yang dilakukan


seseorang terhadap orang lain yang menimbulkan kepuasan
seksual bagi dirinya dan mengganggu kehormatan orang lain
dan termasuk pelanggaran kesusilaan ( Triwijati, 2007)
PERKOSAAN
B. JENIS KEJAHATAN
SEKSUAL Perkosaan adalah tindakan
menyetubuhi seorang wanita yang
bukan istrinya dengan kekerasan atau
Perkosaan ancaman kekerasan (Hoediyanto,
2012)
PERBUATAN CABUL
Pencabulan Perbuatan Cabul adalah semua
perbuatan yang dilakukan untuk
kenikmatan seksual sekaligus
Perselingkuhan menggangu kehormatan kesusilaan,
(Hoediyanto, 2012).
Menikahi Perempuan PERSETUBUHAN
Dibawah Umur
Perpaduan antara dua alat kelamin yg
berlainan jenis guna memenuhi
Kekerasan seksual dalam
rumah tangga kebutuhan biologis yaitu kebutuhan
seksual (Hoediyanto, 2012)
C. DASAR UNDANG – UNDANG KUHP
PERKOSAAN
Pasal 285 (dengan kekerasaan dan
ancaman kekerasaan, seorang wanita di
luar perkawinan, unsur persetubuhan)

Pasal 286 (Bersetubuh, diluar


perkawinan, dalam keadaan pingsan
dan tidak berdaya)

Pasal 287(diluar perkawinan, kurang


dari 15 tahun, belum waktunya alat
kelaminnya untuk di sentuh)

Pasal 291 (penambahan hukuman jika


korban mengalami luka berat, dan
kematian)
DASAR UNDANG – UNDANG KUHP
SELAIN PEMERKOSAAN

Pasal 284 (perselingkuhan)

Pasal 288 (kejahatan pernikahan /


perlindungan anak)
DASAR UNDANG-UNDANG KUHP
PERBUATAN CABUL
KUHP Pasal 289 (dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,
perbuatan cabul)

KUHP Pasal 290 (pingsan atau tidak berdaya, perbuatan


cabul)

KUHP Pasal 292 (perbuatan cabul sesama kelamin,


perbuatan cabul)

KUHP Pasal 293 (memberikan/menjanjikan uang atau


barang, perbuatan cabul)

KUHP Pasal 294 (dengan hubungan keluarga, perbuatan


cabul)

KUHP Pasal 296 (membantu/mempermudah perbuatan cabul)


PERSETUBUHAN

Persetubuhan KUHP pasal 285 (kekerasan/


diluar ancaman kekerasan)
perkawinan

KUHP pasal 286 (pingsan/tidak


berdaya)
Persetubuhan

KUHP pasal 287 (kurang dari 15


tahun)

Persetubuhan
Dalam KUHP pasal 288 (belum waktu
perkawinan untuk dikawini)
UNDANG-UNDANG PENGHAPUSAN KDRT NOMOR
23 TAHUN 2004

Kekerasan fisik
Setiap orang
dilarang
melakukan Kekerasan psikis
kekerasan dalam
Bab III
rumah tangga
Pasal 5
terhadap orang Kekerasan
dalam lingkungan seksual; atau
rumah tangganya,
dengan cara :
Penelantaran
rumah tangga
Penilaian Yang Berhubungan Dengan Pembuktian
Kejahatan Seksual

1. Penilaian Jenis Kelamin Korban


2. Penilaian Tanda Persetubuhan
3. Penilaian Tanda Kekerasaan
4. Penilaian Batasan Usia
5. Penilaian Kesadaran Dan Ketidakberdayaan Kondisi
Korban Saat Di Perkosa
6. Penilaian Pantas Dikawini
7. Penilaian Psikologis Korban Kejahatan Seksual
8. Penilaian Penyimpangan/Deviasi (Perbuatan Cabul)
1. PENILAIAN JENIS KELAMIN

Laboratorium
(Kromosom,
Organ Genitalia Hormon
interna

Organ genitalia Tanda pubertas


eksterna sekunder
2. PENILAIAN TANDA PERSETUBUHAN

Air Mani Robekan Selaput


Dara

Gonorea Sifilis Tanda Kehamilan


3. TANDA KEKERASAN DILUAR ALAT KELAMIN

Bekas ciuman Bekas ciuman di


dileher dada

Kemerahan pada
langit-langit Kemerahan pada
mulut uvula Lecet pada anus
4. PENILAIAN BATASAN USIA
Masa
Pubertas
Susunan gigi geligi

Payudara
membesar

Menstruasi 13
5. PENILAIAN KESADARAN DAN KETIDAKBERDAYAAN KONDISI
KORBAN SAAT DI PERKOSA
Tidak
Pingsan
berdaya
Di bawah pengaruh
obat
6. PENILAIAN PANTAS DIKAWINI
Hamil Menstruasi Keguguran

Memiliki penyakit
menular seksual

Menderita Penyakit Koma


7. PENILAIAN PSIKOLOGIS KORBAN KEJAHATAN
SEKSUAL
Sedih
Tertekan
berkepanjangan

Menghindar /
Takut

Tidak dapat
berkonsentrasi
8. Penilaian Penyimpangan/Deviasi
a. Deviasi Seksual Dengan Manifestasi / Perubahan
Tujuan Seksual

Exhibitionisme Nymphomania Algolagni Voyeurisme Fetishisme

Troilisme Kleptomania Pyromania Koprolalia Koprofagia,


Urolagnia
b.Deviasi seksual dengan manifestasi /
perubahan objek seksual

Zoofilia Pedofilia Oeidipus compleks Homoseksualitas

Necrofilia Incest Kunilingus,felatio, Froteurisme atau


analingus friksionisme
c. Deviasi skesual dengan manifestasi /
perubahan peran seksual atau identitas
seksual

Transvestisme Transeksual
YANG PERLU DIPERHATIKAN SEBELUM PEMERIKSAAN

1. Surat permintaan VeR

2. Persetujuan dari korban/wali

3. Perawat wanita atau polisi wanita yang mendampingi

4. Sebaiknya korban jangan bertukar pakaian dan


membersihkan diri sebelum dilakukan pemeriksaan
TAHAP-TAHAP PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
Keterangan mengenai diri korban
• Nama, umur, alamat, pekerjaan korban
• Status perkawinan korban dan riwayat persetubuhan
• Tanggal menstruasi terakhir, kehamilan, riwayat persalinan
dan keguguran
• Riwayat penyakit , operasi dan kebiasaan

Keterangan mengenai peristiwa


• Tanggal, tempat dan waktu kejadian
• Keadaan korban sebelum kejadian
• Posisi sewaktu kejadian
• Cara perlawanan korban
• Persetubuhan yang dilakukan terhadap korban
• Hal yang diperbuat korban setelah peristiwa
2. Pemeriksaan Benda-benda dan TKP

• Pemeriksaan tanda-tanda pergumulan


• Tanda-tanda kekerasan: bercak darah yang
berceceran, sisa obat tidur.
• Tanda-tanda persetubuhan: bercak mani, bercak
darah.
• Mencari benda milik korban atau tersangka: rambut
kepala, bulu kemaluan, air liur, baju korban (ada yang
hilang/ robek)
• Material kimia : alkohol / obat-obatan
3. Pemeriksaan Fisik Luar
• Kesadaran dan emosi
• Tanda – tanda vital
• Cara berjalan
• Robekan pakaian
Secara • Tanda tanda kekerasan atau penyakit lain di bagian tubuh (head to
umum toe)
• Tanda tidak pantas di kawini

• Alat genitalia luar (mons pubis, labia mayor dan minor ,


clitoris, OUE)
• Laserasi vulva / vagina/ liang senggama
• Penilaian himen
• Bentuk dan sifat himen
Secara • Ukuran lubang himen
khusus
• Adanya robekan himen
• Sifat dan lokalisasi robekan himen
• Diameter lubang himen
Pemeriksaan Pada 4. Pemeriksaan Tambahan
Korban
Jenis pemeriksaan Bahan pemeriksaan Metode Hasil yg diharapkan
1. Penentuan adanya Cairan vagina Reaksi fosfatase asam Deteksi asam fosfatase yg berasal
cairan semen (air dari cairan mani membentuk warna
mani) ungu
2. Penentuan adanya Cairan vagina a. Tanpa pewarnaan a. Sperma yg masih bergerak
sperma b. Dengan pewarnaan b. Basis kepala sperma berwarna
ungu, bagian hidung merah
muda

Pakaian Pewarnaan Baechii Kepala sperma warna merah


menempel di serabut benarng. ekor
biru muda.

3. Penentuan adanya Urin atau darah Mendeteksi kadar b- Diketahui adanya kehamilan atau
kehamilan HCG tidak (reaksi aglutinasi)

4. Adanya Racun Darah atau urin Thin Layer Adanya obat-obatan yg dpt
Chromatograph, menurunkn/mghilangkn kesadaran
mikrodifus
5. adanya penyakit Cairan Vagina Pewarnaan Gram Bakteri kokus seperti biji kopi
kelamin berwarna merah dengan
pewarnaan
Pemeriksaan Pada Pelaku
1. Pemeriksaan sel epitel vagina (Tes Lugol)
2. Pemeriksaan penyakit kelamin
GAMBARAN HYMEN
KESIMPULANn

Kejahatan seksual sebagai salah satu bentuk dari


kejahatan yang menyangkut tubuh, kesehatan,
dan nyawa manusia, mempunyai kaitan yang
erat dengan Ilmu Kedokteran Forensik yaitu di
dalam upaya pembuktian bahwasanya kejahatan
tersebut memang telah terjadi.

Pada kasus kejahatan seksual dokter berupaya


memberikan pembuktian secara kedokteran
forensik pada setiap kasus kejahatan seksual
sebenarnya terbatas di dalam upaya pembuktian
ada tidaknya tanda-tanda persetubuhan, ada
tidaknya tanda-tanda kekerasan, perkiraan umur
serta pembuktian apakah seseorang itu memang
sudah pantas atau sudah mampu untuk dikawini
atau tidak.
Daftar Pustaka
Aflanie, I., Nirmalasaei, N., Hendy, M., 2017. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Jakarta : Rajawali Pers
Algozi, A. M., 2018. Kejahatan Seksual. Diakses dari : Slideplayer.info/slide/13018962/
Amir, A. 2005. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Medan
Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Winardi, T., Mun’im, A., Sidhi, dkk. 1997.
Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Hoediyanto, H. A., 2012. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi
Kedelapan. Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Idries, A. M., 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta Barat :
Binarupa Aksara
Syaulia, Andirezeki, Wongso., 2011. Roman s 4n6. Ed 2. Diakses dari : dokumen.tips/ilmu-
kedokteran-forensik-5607f45eb4df1.html
Sarwono, S. W., 2006. Psikologi remaja. Diakses dari : ethese.uin-
malang.ac.id/1248/6/11410086_Bab_2_pdf.
Satya, K. 2014. Kejahatan Seksual. Diakses dari :
www.scribd.com/presentation/211166921/kejhatan-seksual-ppt-lengkap-ppt
Susanti, R. 2014. Aspek Medikolegal Kejahatan Seksual. Diakses dari :
www.slideserve.com/oneida/aspek-medikolegal-kejahatan-seksual
Yastawan, A. A., 2011. Bentuk Hymen. Diakses dari : scribd
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai