Anda di halaman 1dari 15

APLIKASI TEORI KENYAMANAN KATHARINE KOLCABA

Kolcaba mulai membuat bagan teorinya dengan melakukan analisa konsep dari
berbagai disiplin ilmu, yaitu keperawatan, medis, psikologi, psikiatri, ergonomik dan bahasa
inggris. Dalam berbagai artikelnya, Kolcaba memaparkan tentang teori kenyamanan dengan
menelusuri catatan sejarah penggunaan kenyamanan dalam keperawatan. Sebagai contoh,
Kolcaba menggunakan teori Nightingale (1859) yang menekankan Tidak akan pernah
melihat apa yang diobservasi dan untuk apa. Bukan untuk menabrak bermacam-macam
informasi atau fakta yang tidak benar, tetapi untuk kepentingan menyelamatkan hidup dan
meningkatkan kesehatan dan kenyamanan (Tomey dan Alligood, 2006: 727).
A.

DEFINISI DAN KONSEP UMUM

1.

Kebutuhan Perawatan Kesehatan


Kebutuhan perawatan kesehatan didefinisikan sebagai kebutuhan untuk memperoleh
kenyamanan, bangkit dari situasi stres. Kebutuhan disini meliputi kebutuhan fisik,
psikospiritual, sosial, dan lingkungan yang diperoleh melalui monitoring, laporan verbal dan
non verbal, kebutuhan yang berhubungan dengan parameter patofisiologi, kebutuhan
pendidikan dan dukungan, serta kebutuhan konseling finansial dan intervensi (Kolcaba, 1994
dalam Tomey dan Alligood, 2006: 728).

2.

Pengukuran Kenyamanan
Pengukuran kenyamanan didefinisikan sebagai intervensi keperawatan untuk mengetahui
kebutuhan kenyamanan resipien secara spesifik meliputi fisiologi, sosial, finansial, psikologi,
spiritual, lingkungan, dan intervensi fisik (Kolcaba, 1994 dalam Tomey dan Alligood, 2006:
728).

3.

Varibel-variabel Intervensi
Didefinisikan sebagai interaksi kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persepsi resipien
tentang kenyamanan total. Variabel ini terdiri atas pengalaman masa lalu, umur, sikap, status
emosional, sistem pendukung, prognosis penyakit, keuangan, dan pengalaman resipien secara
keseluruhan (Kolcaba, 1994 dalam Tomey dan Alligood, 2006: 728).

4.

Kenyamanan
Didefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh resipien berdasarkan pengukuran
kenyamanan. Ada tiga tipe kenyamanan (dorongan, ketentraman dan transcendence) serta
empat konteks pengalaman (fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan). Tipe-tipe
kenyamaman didefiniskan sebagai berikut (Kolcaba, 2001 dalam Tomey dan Alligood, 2006:
728):
a. Dorongan (relief): kondisi resipien yang membutuhkan penanganan yang spesifik dan
segera.
b. Ketenteraman (ease): kondisi yang tenteram atau kepuasan hati.
c. Transcendence: kondisi dimana individu mampu mengatasi masalahnya (nyeri).
Empat konteks kenyamanan adalah (Kolcaba, 2003 dalam Tomey dan Alligood, 2006:
728; Kolcaba 1991 dalam Peterson dan Bredow, 2004: 258):
a. Fisik : berkaitan dengan sensasi jasmani.
b. Psikospiritual : berkaitan dengan kesadaran diri, internal diri, termasuk penghargaan,
konsep diri, seksual dan makna hidup; berhubungan dengan perintah yang terbesar atau
kepercayaan.
c. Lingkungan : berkaitan dengan keadaan sekitarnya, kondisi-kondisi, dan pengaruhnya.
d. Sosial : berkaitan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.

5.

Perilaku Pencari Kesehatan (Health-seeking Behaviors/HSBs)


Suatu keadaan yang menggambarkan secara luas hasil yang dihubungan dengan pencari
kesehatan serta ditetapkan oleh resipien pada saat konsultasi dengan perawat. Perilaku
pencari kesehatan dapat internal, eksternal, atau meninggal dengan penuh kedamaian.

6.

Institusi Yang Terintegrasi


Kolcaba (2001) dalam Tomey dan Alligood (2006: 729) menjelaskan yang dimaksud dengan
integritas institusi adalah kelompok, komunitas, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, panti
asuhan, yang memiliki kualitas atau tempat yang lengkap, jumlah, suara, jujur, kasih, tulus,
dan sungguh-sungguh. Hubungan antara kenyamanan dan integritas institusi adalah berulang.
B.

ASUMSI-ASUMSI TEORI KOLCABA

Kolcaba (2001) dalam Tomey dan Alligood (2006: 729) menjelaskan tentang konsep
metaparadigma sebagai berikut:

1.

Keperawatan
Keperawatan adalah pengkajian yang sengaja dilakukan untuk pemenuhan kenyamanan,
merancang pengukuran kenyamanan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dan mengkaji
ulang tingkat kenyamanan pasien setelah implementasi serta membandingkannya dengan
target sebelumnya. Pengakajian awal dan pengkajian ulang dapat bersifat subjektif atau
intuitif atau kedua-duanya. Pengkajian dapat dicapai melalui administrasi analog visual atau
daftar pertanyaan, atau kedua-duanya. Menurut Kolcaba dalam Tomey dan Alligood (2006:
734), untuk memberikan kenyamanan pasien setidaknya memerlukan tiga jenis intervensi
kenyamanan, yaitu:

a.

Teknik mengukur kenyamanan (technical comfort measures) adalah intervensi yang


didesain untuk mempertahankan homeostasis dan manajemen nyeri, seperti monitor tandatanda vital dan hasil kimia darah darah. Termasuk juga dalam pemberian obat anti nyeri.
Pengukuran kenyamanan didesain untuk (1) membantu pasien mempertahankan atau
memulihkan fungsi fisik dan kenyamanan, dan (2) mencegah terjadinya komplikasi.

b.

Pembinaan (coaching), termasuk intervensi yang didesain untuk membebaskan rasa nyeri
dan menyediakan penenteraman hati dan informasi, membangkitkan harapan, mendengar,
dan membantu perencanaan yang realistis untuk pemulihan, integrasi, atau meninggal sesuai
budayanya.

c.

Comfort Food untuk jiwa, meliputi intervensi yang tidak dibutuhkan pasien saat ini
tetapi sangat berguna bagi pasien. Intervensi kenyamanan ini membuat pasien merasa lebih
kuat dalam kondisi yang sulit diukur secara personal. Target intervensi ini adalah
transcendence meliputi hubungan yang mengesankan antara perawat dan pasien, keluarga,
atau kelompok. Sugesti kenyamanan ini dapat diberikan dalam bentuk pijatan, lingkungan
yang adaptif yang menciptakan kedamaian dan ketenangan, guided imagery, terapi musik,
mengenang masa lalu, dan sentuhan terapeutik.

2.

Pasien
Pasien adalah penerima perawatan, dapat perorangan, keluarga, lembaga, atau komunitas
yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

3.

Lingkungan
Lingkungan adalah semua aspek luar (fisik, politis, kelembagaan, dan lain-lain) dari pasien,
keluarga, lembaga yang dapat dimanipulasi oleh perawat atau seseorang yang dicintai untuk
meningkatkan kenyamanan.

4.

Kesehatan

Kesehatan adalah fungsi optimum yang diperlihatkan oleh pasien baik individu, keluarga,
kelompok, atau komunitas.

1.
2.
3.
4.

Kolcaba (1994) dalam Peterson dan Bredow (2004: 259) mengemukakan beberapa
asumsi tentang kenyamanan antara lain:
Manusia mempunyai respon yang holistik terhadap stimulus yang kompleks.
Kenyamanan adalah suatu hasil holistik yang diharapkan yang berhubungan dengan disiplin
keperawatan.
Manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan kenyamanannya secara aktif.
Kenyamanan adalah lebih dari tidak adanya nyeri, cemas, dan ketidaknyamanan fisik lainnya.

C.

STRUKTUR TAKSONOMI TEORI KENYAMANAN

Kolcaba mengatakan pentingnya pengukuran kenyamanan sebagai hasil tindakan dari


perawat. Perawat dapat mengumpulkan tanda-tanda atau fakta untuk membuat sebuah
keputusan serta untuk menunjukkan efektifitas dari perawatan kenyamanan. Kolcaba
menyarankan penggunaan Struktur Taksonomi dalam melakukan pengkajian untuk
pengukuran kenyamanan pada pasien. Berdasarkan Struktur Taksonomi, Kolcaba (1997)
mengembangkan suatu instrumen untuk mengukur kenyamanan pasien yaitu General
Comfort Questionnaire. Dalam kuisioner tersebut tergambarkan terdapat item-item positif
dan negatif dalam beberapa kolom-kolom (Tomey dan Alligood,
2006: 735).
Relief

Type of Comfort
Ease

Transcendence

Context in Which Comfort Occurs

Physic
Psychospiritual
Environmental
Social

Tabel 1. Struktur Taksonomi dari Teori Kenyamanan


Sumber: Kolcaba dalam Tomey dan Alligood (2006)
Pada tabel diatas menjelaskan tentang struktur taksonomi dari teori kenyamanan
Kolcaba, yang terdiri dari tiga tipe kenyamanan, yaitu relief, ease, dan transcendence; dan
meliputi empat konteks kenyamanan, antara lain fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial.
Adapun cara menggunakan tabel ini adalah:
1. Pada kolom relief dituliskan pernyataan tentang kondisi pasien yang membutuhkan
tindakan perawatan spesifik dan segera terkait dengan kenyamanan pasien, meliputi empat
konteks kenyamanan (fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial).
2. Pada kolom ease dituliskan pernyataan yang menjelaskan tentang bagaimana kondisi
ketentraman dan kepuasan hati pasien yang berkaitan dengan kenyamanan, meliputi empat
konteks kenyamanan (fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial).
3. Pada kolom transcendence dituliskan pernyataan tentang bagaimana kondisi pasien dalam
mengatasi masalah yang terkait dengan kenyamanan, meliputi empat konteks kenyamanan
(fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial).
Selain itu, pengkajian kenyamanan di klinik, perawat dapat juga menggunakan
beberapa instrumen yang telah diuji secara empiris, seperti Radiation Therapy Comfort
Questionnaire, Visual Analog Scales, Urinary Incontinence and Frequency Comfort
Questionnaire, Hospice Comfort Questionnaire, Comfort Behaviors Checklist (Peterson dan
Bredow, 2004: 264-268).

D.

BENTUK LOGIS
Kolcaba menyatakan teori kenyamanan meliputi tiga tipe alasan logis:

1.

Induction
Induksi terjadi setelah terjadi proses generalisasi dari pengamatan terhadap objek yang
spesifik (Bishop & Hardin, 2006). Ketika perawat mendalami tentang praktek keperawatan
dan keperawatan sebagai disiplin, perawat menjadi familiar dengan konsep implisit atau
eksplisit, term, proposisi, dan asumsi yang mendukung praktik keperawatan.
Pada akhir 1980, Kolcaba menjabat sebagai kepala unit Alzheimer. Pada saat itu
beliau menemukan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan praktek pada perawatan
demensia seperti: lingkungan yang mendukung, ketidakmampuan yang berlebih (excess
disability), dan fungsi optimal. Ketika beliau mencoba menggambarkan hubungan antara
ketiga istilah tersebut, beliau menyadari bahwa ketiganya tidak dapat menggambarkan
praktik secara menyeluruh. Menurut beliau, ada bagian yang kurang lengakap dalam
keperawatan, yaitu bagaimana perawat mencegah disabilitas dan penilaian apakah intervensi
yang diberikan berhasil. Fungsi optimal diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan
aktivitas, misalnya menata meja, menyiapkan makanan dan lain-lain. Akan tetapi, istilah
ketidakmampuan berlebih tidak mampu mendefinisikan clarity secara menyeluruh. Oleh
karena itu, Kolcaba (1) menggolongkan excess disability menjadi disabilitas fisik dan mental,
(2) mengenalkan konsep comfort (3) menjelaskan hubungan non-recursive antara comfort
dan fungsi optimal. Proses ini menandai langkah awal dari teori comfort Kolcaba dan
pemikiran tentang kompleksitas terhadap teori tersebut (Kolcaba, 1992).

2.

Deduction
Deduksi merupakan proses penyimpulan prinsip atau premis yang bersifat general
menjadi kesimpulan yang lebih spesifik (Bishop & Hardin, 2006). Tahapan deduktif dari
perkembangan teori menghasilkan hubungan comfort dengan konsep lain untuk
menghasilkan sebuah teori. Pendapat dari ketiga theorist disertakan dalam teori comfort, oleh
karena itu Kolcaba mencari bentuk dasar yang dibutuhkan untuk menyatukan ketiga konsep
dasar: relief, ease, dan transcendence. Sesuatu hal yang diinginkan adalah suatu kerangka
konsep general yang mampu menjelaskan comfort menjadi istilah yang lebih mudah
dipahami dan mengurangi tingkat abstraksinya (Tomey & Alligood, 2010).
Teori dari seorang psikolog bernama Henry Murray, dianggap sesuai untuk
mendukung teori comfort Kolcaba. Teori Murray menjelaskan tentang human needs, yang
diaplikasikan pada pasien yang mendapatkan banyak stimulus dalam kondisi pemberian
pelayanan kesehatan yang penuh dengan stressor. Teori Murray menginspirasi pendapat
Kolcaba bahwa meskipun comfort diaplikasikan secara spesifik, akan tetapi ketika comfort
diberikan kepada pasien secara terus-menerus maka kenyamanan pasien secara keseluruhan
dapat ditingkatkan (Tomey & Alligood, 2010).
Dalam tahap deduktif ini, Kolcaba memulai dengan abstrak, teori konstruksi umum,
dan proses sosiologis dari pengurangan untuk mengurangi keabstrakan dari teori comfort
dalam praktek keperawatan.

3.

Retroduction
Retroduction digunakan untuk menyeleksi fenomena yang sesuai untuk dikembangkan
lebih luas untuk kemudian diuji kembali. Tipe ini diaplikasikan dalam area yang hanya
memiliki beberapa teori (Bishop & hardin, 2006). Kolcaba menambahkan konsep integritas
institusional dalam middle range theory. Kolcaba menambahkan line 4 dalam kerangka teori
Murray, antara lain: kekuatan penghambat membutuhkan perawatan kesehatan, kekuatan
fasilitasi adalah intervensi keperawatan, kekuatan interaksi merupakan variabel-variabel yang
mempengaruhi intervensi keperawatan. Hasil yang diharapkan dari pemberian intervensi
keperawatan adalah diperolehnya kenyamanan pasien yang dapat dilihat dari persepsi yang
dikemukakan oleh pasien.
Dalam kerangka kerjanya tersebut Kolcaba menguraikan tentang teori kenyamanan
sebagai berikut:
1. Adanya kebutuhan perawatan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang
spesifik yang timbul dalam suatu situasi perawatan kesehatan.
2. Kebutuhan kenyamanan tersebut membutuhkan intervensi keperawatan yang
membutuhkan komitmen dalam perawatan kenyamanan pasien.
3. Dalam pemberian intervensi kenyamanan akan dipengaruhi oleh variabel-variabel
intervensi seperti level dari staf keperawatan, insentif yang diterima oleh perawat, dan
patient acuity.
4. Tujuan dari pemberian intervensi adalah akan didapatkan kenyamanan pasien. Untuk
mengetahui tercapai atau tidaknya kenyamanan pasien maka dilakukan pengukuran
dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan dari struktur taksonomi.
5. Kenyamanan pasien akan menentukan perilaku pasien dalam mencari kesehatan (health
seeking behaviors of patient), yang ditunjukkan dengan perilaku internal, eksternal
ataupun kematian dengan damai.
6. Health seeking behaviors of patient melibatkan institusi yang terintegrasi yang memiliki
sistem nilai positif, tujuan yang jelas terkait dengan kenyamanan resipien, perbaikan
kesehatan, dan kelangsungan finansial.
7. Hasil akhir yang diharapkan dalam kerangka kerja penelitian ini adalah adanya kepuasan
dari resipien yang dilihat dari status fungsional resipien atau Health Seeking Behaviors
(HSB) yang lain, dan berdasarkan hasil survey dari perawatan kenyamanan.

A.

APLIKASI TEORI KENYAMANAN


Aplikasi teori kenyamanan di area keperawatan menggunakan metode pendekatan proses
keperawatan. Proses keperawatan mencakup kegiatan pengkajian, penegakan diagnosis
keperawatan sesuai masalah keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, implementasi
dan evaluasi.
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian ditujuan untuk menggali kebutuhan rasa nyaman klien dan keluarga pada empat
konteks pengalaman fisik, psikospiritual, sosialkultural dan lingkungan. Kenyamanan fisik
terdiri dari sensasi tubuh dan mekanisme homeostasis. Kenyamanan psikospiritual mencakup
kesadaran diri (harga diri, seksualitas, arti hidup) dan hubungan manusia pada tatanan yang
lebih tinggi. Kenyamanan lingkungan terdiri dari lampu, bising, lingkungan sekeliling,
cahaya, suhu, elemen tiruan versus alami.
2. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan bertujuan meningkatkan rasa nyaman. Intervensi kenyamanan
memiliki tiga kategori: (a) intervensi kenyamanan standar untuk mempertahankan
homeostasis dan mengontrol rasa sakit, (b) pelatihan untuk meredakan kecemasan,
memberikan jaminan dan informasi, menanamkan harapan, mendengarkan dan membantu
merencanakan pemulihan dan (c) tindakan yang menenangkan bagi jiwa, hal-hal
menyenangkan yang perawat lakukan untuk membuat klien atau keluarga merasa
diperhatikan dan diperkuat seperti pijat atau guided imagery, (kolcaba, 2003). Intervensi
holistik yang sesuai dengan teori kenyamanan antara lain: guided imagery, progressive
muscle relaxation, meditasi, terapi mjsik atau seni, pijatan dan sentuhan terapeutik (Peterson
dan Bredow, 2004).
3. Implementasi keperawatan
Kebutuhan kenyamanan fisik termasuk defisit dalam mekanisme fisiologis yang
terganggu atau beresiko karena sakit atau prosedur invasif. Kebutuhan fisik yang tidak jelas
terlihat dan yang mungkin tidak disadari seperti kebutuhan cairan atau keseimbangan
elektrolit, oksigenasi atau termoregulasi. Kebutuhan fisik yang terlihat seperti sakit, mual,
muntah, mengigil atau gatal lebih mudah ditangani dengan maupun tanpa obat. Standar
kenyamanan intervensi diarahkan untuk mendapatkan kembali dan mempertahankan
homeostasis (kolcaba dan DiMarco, 2005., Wong, 2009)
Kebutuhan kenyamanan psikospiritual termsuk kebutuhan untuk kebutuhan
kepercayaan diri, motivasi dan kepercayaan agar klien lebih tenang ketika menjalani prosedur
invasif yang menyakitkan atau trauma yang tidak dapat segera sembuh. Kebutuhan ini sering
dipenuhi dengan tindakan keperawatan yang menenangkan bagi jiwa klien serta ditargetkan
untuk trasedensi seperti pijat, perawatan mulut, penunjang khusus, sentuhan dan kepedulian.
Fasilitasi diri untuk strategi menghibur dan kata-kata motovasi. Tindakan ini termasuk
intervensi khusus karena perawat sering sulit meluangkan waktu untuk melaksanakannya
tetapi apabila perawat menyempatkan diri maka tindakannya akan sangat bermakna.
Tindakan ini dapat memfasilitasi klien dan keluarga mencapai transendence. Transendensi
merupakan faktor kunci dalam kematian klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009)
Kebutuhan kenyamanan sosiocultural adalah kebutuhan untuk jaminan budaya,
dukungan, bahasa tubuh yang positif dan caring. Kebutuhan ini terpenuhi melalui pembinaan
yang mencakup sikap optimisme, pesan-pesan kesehatan dan dorongan semangat,
penghargaan terhadap pencapaian klien, persahabatan perawat selama bertugas,
perkembangan informasi yang tepat tentang setiap aspek yang berhubungan dengan prosedur,
pemulihan kesadaran, setelah anastesi, rencana pemulangan dan rehabilitasi. Kebutuhan
sosial ini juga termasuk kebutuhan keluarga untuk keuangan, bantuan pekerjaan,
menghormati tradisi budaya dan kadang-kadang untuk persahabatan selama rawat inap jika
unit keluarga memiliki jaringan sosial yang terbatas. Rencana pemulangan juga membantu

memenuhi kebutuhan sosial untuk transisi perpindahan perawatan dari rumah sakit ke rumah.
Misalnya diskusi tentang rencana pemakaman dan membantu dengan berkabung dalam
situasi khusus klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009).
Kebutuhan kenyamanan lingkungan meliputi ketertiban, ketenangan, perabotan yang
nyaman, bau yang minimal dan keamanan. Kebutuhan ini juga termasuk perhatian dan saran
pada klien dan keluarga untuk beradaptasi dengan lingkungan kamar rumah sakit. Ketika
perawat tidak mampu untuk menyediakan lingkungan benar-benar tenang, perawat dapat
membantu klien dan keluarga untuk mampu menerima kekurangan dari pengaturan yang
ideal. Namun perawat harus mampu untuk melakukan upaya mengurangi kebisingan, cahaya
lampu dan gangguan istirahat tidur dalam rangka memfasilitasi lingkungan yang
meningkatkan kesehatan klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009).
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan setelah implementasi. Beberapa instrumen telah
dikembangkan untuk mengukur pencapaian tingkat kenyamanan. Perawat dapat
menggunakan bebebrapa instrumen untuk menilai peningkatan kenyamanan klien seperti
behaviors cheklist ataupun childrens comfort disiases sesuai dengan usia klien (kolcaba dan
Dimarco, 2005., Wong, 2009).

APLIKASI TEORI KENYAMANAN PADA KASUS ANAK


DI RUANG RAWAT NON BEDAH
A.

Pengkajian pengalaman kenyamanan pada kontak fisik


Klien adalah seorang anak berusia 15 tahun, perempuan, dirawat diruang rawat non
bedah dengan diagnosis medis demam tipoid. Keluhan saat ini, kklien mengeluh mual, pusing
dan lemas. Sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama.
Pengukuran tanda-tanda vital; tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 96 kali per menit, suhu
36,40C. Berat badan klien sekarang 43 Kg, tinggi badan 155 cm. Pemeriksaan fisik
didapatkan data konjungtiva tidak anemis, suara nafas vesikuler, bising usus 8 kali per menit,
hepar tidak teraba. Hasil pemeriksaan laboratorium; Hb 14,9, Ht 45, trombosit 210.000, widal
titer O: 1/320 widal titer H 1/160. Saat ini mendapatkan terapi acran injeksi 3x25 mg (IV),
Tricefin 2x1 gr (drip dekstrose 5% 100 cc)
B. Pengkajian pengalaman kenyamanan pada konteks psikospiritual
Ibu mengatakan klien adalah anak yang percaya diri dan mudah bergaul, mempunyai banyak
teman dan merasa sedih karena tidak dapat berkumpul dengan mereka selama sakit. Kklien
merasa sangat senang ketika dijenguk oleh teman-temannya di rumah sakit. Klien teratur
melaksanakan ibadah agama dan berdoa dirumah. Sejak diraawat klien tidak melaksanakan
ibadah karena kondisi tubuh yang lemah, klien belum menarche, informasi tentang pubertas
didapatkan dari majalah dan cerita teman. Orang tua memberikan penjelasan apabila klien
bertanya.
C. Pengkajian pengalaman kenyamanan pada konteks lingkungan
Keluarga dan klien merasa nyaman dengan lingkungan kamar. Ruangan kamar menggunakan
AC dengan pengharum ruangan, satu kamar untuk 2 pasien dengan lampu penerangan
masing-masing klien. Terdapat sofa untuk keluarga. Kamar mandi bersih dan nyaman.
Namun demikian anak dan keluarga ingin segera pulang ke rumah.
D. Pengkajian pengalaman kenyamanan pada kontek sosiokultural
Klien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayah tidak pernah menjenguk kerena bekerja
sebagai supir di kedutaan besar. Anak tidak sedih berpisah dari ayah karena ayahnya bekerja.
Klen lebih dekat dengan ibu dibandingkan dengan ayah.
Relief
Ease
Trancenden
Fisik
Mual, pusing,
lemas,
konjungtiva
anemis
Psikospiritual
Anak menyesal Anak senang dijenguk temanberpisah dengan temannya
teman-temannya
Lingkungan
Anak
dan Keluarga dan klien merasa
keluarga
ingin nyaman
segera pulang
Psikocultural
Anak tidak sedih berpisah
dengan
ayahnya
kerana
ayahnya bekerja
Diagnosa keperawatan terdiri atas (1) pengalaman fisik meliputi resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, mual
berhubungan iritasi intestinum dan intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
umum. (2) pengalaman psikososial, merupakan gangguan proses keluarga berhubungan
dengan krisis perkembangan.

E.

Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan terkait resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient dengan tujuan tidak terjadi penurunan berat
badan.
Intervensi kenyamanan
Standard comfort

Tindakan keperawatan
Kaji ulang pola makan klien sebelum sakit dan sesudah sakit
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diit klien
selama sakit dan setelah kembali ke rumah
Timbang berat badan klien setiap hari dengan neraca
timbangan yang sama
Coahing
Ajarkan pada keluarga untuk membuat jadwal makan kklien
selama di rumah
Kenalkan kepada keluarga bahan makanan yang baik untuk
pertumbuhan klien
Comfort food for the Dampingi keluarga untuk menyusun menu sesuai dengan
soul
anjuran ahli gizi
Ciptakan suasana yang menyenangkan pada saat makan
Berikan kebebasan pada klien untuk memilih menu makanan
sesuai daftar anjuran.
Diagnosa keperawatan terkait mual berhubungan dengan iritasi intestinum dengan
tujuan rasa mual berkurang, tidak mengganggu aktifitas makan.
Intervensi kenyamanan
Tindakan keperawatan
Standard comfort
Kaji ulang intensitas mual, faktor yang memperberat mual dan
meringankan mual
Berikan acran injeksi 3x25 mg (IV)
Berikan tricefin 2x1 gr (drip dekstrose 5% 100cc)
Coaching
Jelaskan pada anak penyebab munculnya mual
Comfort food for the Ajarkan pada klien teknik imagery guidance
soul
Libatkan keluarga dalam latihan imagery guidance
Diagnosa keperawatan terkait intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
dengan tujuan klien mampu beraktivitas sesuai toleransi.
Intervensi kenyamanan
Tindakan keperawatan
Standard comfort
Kaji ulang aktifitas klien sebelum dan sesudah sakit
Ukur nadi, frekuensi pernafasan, tekanan darah sebelum dan
sesudah melakukan aktifitas
Pembatasan aktifitas klien;bedrest
Coaching
Ajarkan pada anak untuk mengukur nadi sebelum dan sesudah
aktifitas
Ajarkan pada keluarga tanda-tanda intoleransi aktifitas
Comfort food for the Dampingi anak melakukan aktifitas yang digemari yang dapat
soul
dilakukan diatas tempat tidur
Diagnosa keperawatan terkait gangguan proses keluarga berhubungan dengan krisis
perkembangan.
Intervensi kenyamanan
Tindakan keperawatan
Standard comfort
Kaji ulang hubungan ayah dan klien
Kaji ulang pola asuh orang tua
Coaching
Jelaskan pada keluarga perkembangan remaja yang sedang

dialami oleh klien


Jelaskan peran orang tua yang memiliki anak remaja
Anjurkan pada keluarga untuk menghargai pola pikir anak
Comfort food for the Berikan privasi pada anak untuk mengungkapkan perasaannya
soul
terhadap pola asuh orang tua

ANALISIS KASUS
Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman fisik
Pengkajian rasa nyaman terkait dengan pengalaman fisik klien dapat dilakukan dengan
wawancara dan pemeriksaan fisik. Secara umum perawat mengobservasi keadaan klien,
mengamati sikap tubuh klien, perilaku yang menunjukan ketidaknyamanan. Observasi
dilakukan dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan hemodinamik juga dapat memberikan
gambaran rasa tidak nyaman klien. Pengkajian secara menyeluruh dapat dilakukan dengan
pemeriksaan head to toe. Data antropometri melengkapi data pemeriksaan head to toe.
Pemeriksaan ini mendukung masalah ketidaknyamanan fisik klien.
Anak yang dirawat di rumah sakit datang dengan keluhan utama. Keluhan ini dapat terkait
dengan riwayat kesehatan masa lalunya. Gangguan kesehatan anak dapat pula disebabkan
karena penurunan fungsi imunitas sehingga perlu dikaji riwayat imunisasi anak. Pergeseran
status kesehatan anak dapat terjadi karena gangguan fungsi fisiologis sistem maupun organ.
Gangguan ini dapat diperiksa dengan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium, foto rontgen dan pemeriksaan penunjang lainnya. Hasil pemeriksaan penunjang
dapat memperkuat dugaan penyebab rasa tidak nyaman anak secara fisik
B. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman psikospiritual
Pengkajian rasa nyaman terkait psikospiritual mencakup kepercayaan diri, motivasi dan
kepercayaan terhadap Tuhan. Pengkajian psikospiritual pada anak disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak. Pencapaian tahap perkembangan psikoseksual termasuk dalam
pengalaman psikospiritual karena akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri anak. Pada
kasus ini remaja dikaji tahap perkembangan pubertasnya, gambaran diri dan nilai diri.
Remaja mengalami masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa sehingga terjadi
perubahan psikoseksual. Perubahan bentuk fisik sebaiknya dapat diterima dengan baik oleh
anak sehingga terbentuk rassa percaya diri dan gambaran diri yang baik. Remaja yang sakit
dan dirawat dirumah sakit dapat terganggu privasinya karena harus berbagi kamar dengan
orang lain. Bila perubahan ini tidak dapt diterima oleh anak maka dapat menimbulkan rasa
tidak nyaman.
C. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman sosiokultural.
Pengkajian sosiokultural mencakup perkembangan sosial anak baik interpesonal maupun
intrapersonal. Lingkungan sosial yang banyak berinteraksi dengan anak adalah keluarga.
Kondisi hubungan dalam keluarga banyak dikaji dalam aspek ini. Masalah yang muncul
antara pemberi asuhan dengan anak akan menimbulkan rasa tidak nyaman secara sosial. Anak
remaja mengalami perubahan dalam menjalin hubungan. Remaja tidak lagi banyak terikat
dengan hubungan orang tua dan anak tetapi lebih banyak terlubat hubungan dengan
kelompoknya yang mempunyai nilai-nilai tersendiri.
Nilai yang dianut oleh remaja dan kelompoknya tidak selalu sama dengan nilai yang dapat
diterima oleh masyarakat secara umum. Mungkin saja nilai tersebut sejalan atau bertentangan
dengan nilai kultural. Perubahan ini sebaiknya dapat diantisipasi oleh keluarga dan
masyarakat. Sehingga tidak muncul ketegangan peran pemberi asuhan dan ketegangan di
lingkungan masyarakat. Apabila timbul ketegangan-ketegangan maka dapat menimbulkan
masalah ketidaknyamanan sosiokultural.
A.

D.

E.

F.

G.

Remaja yang dirawat di rumah sakit akan terpisah dari kelompoknya untuk sementara
waktu. Perpisahan dengan kelompoknya ini akan menimbulkan rasa isolasi pada diri remaja.
Isolasi ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman secara sosial pada diri anak. Remaja
menjadi lebih sedih berpisah dengan teman-temannya daripada berpisah dengan keluarganya.
Keluarga mengalami perubahan terkait perawatan anak dirumah sakit. Ibu yang biasanya
berperan sebagai ibu rumah tangga harus meninggalkan rumah untuk menunggu anak yang
sakit di rumah sakit. Ayah yang mencari nafkah terganggu rutinitasnya karena anak dirumah
sakit. Perubahan sementasra pada remaja yang Menjalani perawatan di rumah sakit dapat
mengakibatkan adanya ketidaknyamanan secara sosiokultural.
Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman lingkungan.
Pengkajian lingkungan pada teori kenyamanan ini mencakup respon adaptasi anak dan
keluarga terhadap lingkungan fisik di rumah sakit. Lingkungan yang berbeda ini dapat
menjadi suatu stressor tersendiri bagi anak dan keluarga . stressor ersebut dapat berupa
cahaya lampu kamar, kebisingan atau suara suara yang tidak bisa didengar seperti suara
mesin, suara alat alat kesehatan, suhu yang mungkin dingin atai terlalu panas/ apabila anak
dan keluarga tidak dapat beradapasi maka akan timbul rasa tidak nyaman terhadap
lingkungan ( Peterson dan Bredow. 2004., Kolbaca, 2003 )
Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan dapat dianalisa dari sruktur taksonomi kenyamanan. Analisa
dilakukan terhadap ketiga tingkat kenyamanan yang dikaitkan dengan pengalaman fisik,
pskikospiritual, sossiokulural dan lingkungan anak dan keluarga. Daa yang meniunjukkan
perubahan homeostatis dan respon fisiologi anak termasuk didalam diagnosis rasa tidak
nyaman fisik pada level relief karena nakan merasa pusing, mual, lemas, dan konjungtiva
anemis .
Pengalamna psikospiritual anak mengalami rasa tidak nyaman pada level ease karena
anak merasa sedih berpisah dengan teman temannya. Rasa nyaman meningkat pada level
transcendence ketika teman teman klien menengok ke rumah sakit. Klien merasa senang
ditengok oleh teman- temannya. Anak belum dapat berkumpul beraktifitas speri biasa
bersama kelompoknya tetapi nakan sudah merasa sengat sennag dengan ditengok temantemannya.
Pengalaman sosiokultural nakan mengalami masalah pada level transcendence karena
anak merasa tidak sedih berpisah dengan ayahnya, hal ini menunjukkan bahwa hubungan
anakd dengan ayahnya tidak dekat. Ketidak eratan hubungan ini dapat disebabkan karena
orang tua belum siap menghadapi perubahan anaknya yang beranjak remaja. Kondisi ini
beresiko terhadap ketegangan pemberi asuhan. Anak dan keluraga mengalami rasa nyaman
pada levcel trancedence karena anak dan keluraga ingin segara pulang kerumah. Anak dfan
kelurga sudah mulai erbiasa dengan lingkungan kamar.
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan berfokus pada peningkatan rasa nyaman nakn dan keluarga.
Pengkajian keperawatan menggunakan taksonomi. Kenyamanan tidak memerlukan waktu
yang lama untuk merngkaji sehingga perawat mempunyai waktu yang lama untuk mengkaji
sehingga perawat mempunyai waktu luang untuk melakukan intervensi. Intervensi
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis intervensi yaitu intervensi standar, pendampingan atau
pelatihan dan tindakan kenyamanan ekstra perawat. Masing masing pengalaman
kenyamanan berbeda focus intervensinya. Pengalaman fisik lebih banyak tindakan
standardaripada kedua tindakan lainnya salah satu contoh tindakan standar adalah
mempertahankan hemeostatis. Pengalaman sosiokultural lebih banyak tindakan
pendampingan atau pelatihan daripada kedua tindakan lainnya
Implementasi & Evaluasi

Intervensi keperawatan diimplementasikan kemudian dievaluasi. Evaluasi menggunakan


instrument yang berbeda beda antara klien tergantung dan tingak peekembangan anak.
Kenyamanan klien yang tekah tercapai akan dibandingkan dengan tujuan tindakan
keperawatan. Kemudian perawat akan menyususn kembali rencana keperawaan untuk
meningkatkan maupun mempertahankan kenyamanan yang telah sampai pada level
trancedence. Proses inilah yang disebut dengan intervensi yang intens. Dengan demikian
diharapkan kenyamanan klien dan keluarga akan selalu meningkat
H. Aspek Positof Aplikasi Teori Kenyamanan pada Area Keperawatan Anak
Aspek positif aplikasi teori kenyaman pada area keperaeatan anak terdiri atas (1) teori
kenyaman sederhan sehingga dapat langsung diaplikasikan pada tingkat praktis, (2)
instrument pengkajian telah disusun untuk mengukur level kenyamanan klien sehingga dapat
membantu perawat menyusun intervensi comfort, (3) instrument kenyamanan dapat
dipergunakan untuk mengukur tingkat kenyamanan dapat dipergunakan untuk mengukur
tingkat kenyamanan klien maupun keluarganya sehingga sesuai dengan filosofi keperawatan
anak yaitu family canter care ( perawatan berpusat pada keluarga ), dan (4) intervensi
kenyamanan bertujuan meningkatkan rasa nyaman sehingga menjadi pengalaman yang
positif bagi anak dan keluarganya, hal ini sesuai dengan filosofi keperawatan anak atraumatic
care
I.
Aspek Negatif Aplikasi teori kenyamanan pada Area keperawatan Anak
Aspek negative aplikasi teori kenyamanan pada area keperawatan anak terdiri atas (1)
tingkat perkembangan anak berbeda beda sehingga tidak semua instrument pengkajian
kenyamanan dapat diterapkan disemua tahap usia anak, (2) diperlukan format pengkajian
khusus karena keempat pengalaman nyaman anak akan berbeda di setiap tahap
perkembangan, dan (3) intervensi keperawatan telah dikelompokkan tetapi diagnosis
keperawatan belum dikelompokkan secara khusus.
J.

A.

Implikasi Aplikasi teori kenyamanan pada Asuhan Keperawatan Anak


Implikasi aplikasi teori kenyaman pada asuhan keperawatan anak terdiri atas (1) teori
kenyamanan mempunyai kerangka kerja yang dapat menjadi panduan praktik keperawatan
yang holistic dan harus didokumetasikan dengan baik, (2) hasil yang diharapakandari
tindakan keperawatan erkait klien dengan HSBs dan untuk pencapaian institusi yang lebih
baik, (3) kerangka konseptual teori kenyamanan tidak akan tercapai tanpa dukungan dan
komitmen institusi pelayanan kesehatan, dan (4) kerangka konseptual teori kenyamanan tidak
hanya diaplikasikan pada area praktik tetapi dapat juga diaplikasikan pada level staff dan pola
interdisiplin untuk mencapai tujuan kenyamanan secara khusus.
PENUTUP
Kesimpulan
Asuhan keperawatan anak mempunyai filosofi asuhan atraumatik dan asuhan berpusat
pada keluarga. Stressor yang terdapat di lingkungan non bedah dapat berupa stressor fisik
yang muncul dari tindakan stressor lingkungan berupa kebisingan maupun sushu ruangan dan
stressor perpisahan dengan orang tua. Masalah dalam setiap tahap kenyamanan diatasi
dengan intervensi kenyamanan yang terdiri dari tiga komponen yaitu intervensi yang sesuai
dan tepat waktu, model perawatan yang perhatian dan emapti yang berfokus pada
kenyamanan pasien. Tindakan keperawatan dikelompokkan dalam 3 jenis tindakan yaitu (a)
intevensi kenyamanan standar untuk mempertahankan homeostatis dan mengontrol rasa
sakit, (b) pelatihan/coaching, untuk meredakan kecemasan, memberikan jaminan dan
informasi menanamkan harapan, mendengarkan, dan membantu merencanakan pemulihan,
dan (c) tindakan yang menenangkan bagi jia, hal hal menyenangkan yang perlu dilakukan
oleh perawat untuk membuat anak dan keluargamerasa diperhatikan

DAFTAR PUSTAKA
Kolbaca, Katharine., DiMarco, Marguerite. 2005. Comfort theory and its application to
pediatric nursing . A Pediatric nursing . 31, 187 94.
Kolbaca Katharine. 2003. Comfort theory and practice: a vision for holistic helath care and
research. New York : Springer Publishing Company
Peterson, Sandra. J., Bredow, Timothy S/ 2004. Midle ranger theoriesapplication to nursing
research. Philadelphia : Lippincott Williamas & Wilkins
Sitzman, Katheleen L., Eichelberger, Lisa Wrigh. 2011. Understanding the work of nurse
theorist : a creative beginning. Ed 2nd. Ontario: Jones and Bartlett Publisher
Wong, Donna L., Eaton, Maryln Hockenberry, dkk. 2009.wong buku ajar keperawatan
pediatric vil 1. Jakarta. EGC

https://www.scribd.com/archive/plans?doc=145057126&metadata={%22context%22%3A
%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action
%22%3A%22download_promo%22%2C%22platform%22%3A%22web%22%2C
%22logged_in%22%3Atrue}

Anda mungkin juga menyukai