fungsi ginjal sehingga ginjal tidak mampu berfungsi secara optimal terutama untuk
mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit.
tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra
III.Epidemiologi
Kita tidak dapat mengetahui dengan tepat prevalensi Gagal Ginjal Kronis (GGK)
sebetulnya oleh karena banyak pasien yang tak bergejala atau dirujuk. Angka yang
lebih tepat adalah banyaknnya pasien GGK yang masuk fase terminal oleh karena
memerlukan atau sedang menjalani dialisis. Dari data yang didasarkan atas kreatini
serum abnormal, saat ini diperkirakan pasien GGK adalah sekitar 2000 per juta
penduduk (PJP). Kebanyakan diantara pasien ini tidak memerlukan pengobatan
pengganti, karena sudah lebih dahulu meninggal oleh sebab lain. Dibandingkan dengan
penyakit jantung koroner, stroke, diabetes melitus, dan kanker, angka ini jauh lebih
kecil, akan tetapi menimbulkan masalah besar oleh karena biaya pengobatannya amat
mahal. Dari data negara maju (Jepang, Australia, Amerika Serikat, Inggris) didapatkan
variasi yang cukup besar pada insidensi dan prevalensi GGK terminal. Insidensi
berkisar antara 77-283 per juta penduduk (PJP), sedangkan prevalensi yang menjani
dialisis antara 476-1150 per juta penduduk (PJP). Perbedaan ini disebabkan antara lain
perbedaan kriteria, geografis, etnik, dan fasilitas kesehatan yang disediakan.
(Suhardjono, 2003)
Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat kompleks,
meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan hemopoeisis, saluran cerna, mata,
kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri dan kelainan kardiovaskular (Sukandar, 2006).
Kelainan hemopoeisis
Anemia normokrom normositer dan normositer (MCV 78-94 CU), sering ditemukan
pada pasien gagal ginjal kronik.Anemia yang terjadi sangat bervariasi bila ureum darah
lebih dari 100 mg% atau bersihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit.
Kelainan saluran cerna
Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien gagal ginjal
kronik terutama pada stadium terminal.Patogenesis mual dam muntah masih belum
jelas, diduga mempunyai hubungan dengan dekompresi oleh flora usus sehingga
terbentuk amonia.Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau rangsangan mukosa
lambung dan usus halus. Keluhan-keluhan saluran cerna ini akan segera mereda atau
hilang setelah pembatasan diet protein dan antibiotika.
Kelainan mata
Visus hilang (azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian kecil pasien gagal
ginjal kronik.Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari mendapat pengobatan
gagal ginjal kronik yang adekuat, misalnya hemodialisis.Kelainan saraf mata
menimbulkan gejala nistagmus, miosis dan pupil asimetris.Kelainan retina (retinopati)
mungkin disebabkan hipertensi maupun anemia yang sering dijumpai pada pasien gagal
ginjal kronik. Penimbunan atau deposit garam kalsium pada conjunctiva menyebabkan
gejala red eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi. Keratopati mungkin juga
dijumpai pada beberapa pasien gagal ginjal kronik akibat penyulit hiperparatiroidisme
sekunder atau tersier.
Kelainan kulit
Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum jelas dan diduga
berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder. Keluhan gatal ini akan segera
hilang setelah tindakan paratiroidektomi. Kulit biasanya kering dan bersisik, tidak
jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit muka dan dinamakan urea frost
Kelainan selaput serosa
Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis sering dijumpai pada gagal
ginjal kronik terutama pada stadium terminal.Kelainan selaput serosa merupakan salah
satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan dialisis.
Kelainan neuropsikiatri
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, dan depresi
sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik.Kelainan mental berat seperti konfusi,
dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga sering dijumpai pada pasien
GGK.Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai pada pasien dengan atau
tanpa hemodialisis, dan tergantung dari dasar kepribadiannya (personalitas).
Kelainan kardiovaskular
Patogenesis gagal jantung kongestif (GJK) pada gagal ginjal kronik sangat
kompleks.Beberapa faktor seperti anemia, hipertensi, aterosklerosis, kalsifikasi sistem
vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik terutama pada stadium
terminal dan dapat menyebabkan kegagalan faal jantung.
Manifestasi Klinik Menurut Stadium
Pada gagal ginjal kronis, gejala-gejalanya berkembang secara perlahan.
Pada awalnya tidak ada gejala sama sekali, kelainan fungsi ginjal hanya dapat diketahui
dari pemeriksaan laboratorium.
Pada gagal ginjal kronis ringan sampai sedang, gejalanya ringan meskipun terdapat
peningkatan urea dalam darah.
Pada stadium ini terdapat:nokturia, penderita sering berkemih di malam hari karena
ginjal tidak dapat menyerap air dari air kemih, sebagai akibatnya volume air kemih
bertambah tekanan darah tinggi, karena ginjal tidak mampu membuang kelebihan
garam dan air. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan stroke atau gagal jantung.
Pada stadium yang sudah sangat lanjut, penderita bisa menderita ulkus dan perdarahan
saluran pencernaan.Kulitnya berwarna kuning kecoklatan dan kadang konsentrasi urea
sangat tinggi sehingga terkristalisasi dari keringat dan membentuk serbuk putih di kulit
(bekuan uremik).Beberapa penderita merasakan gatal di seluruh tubuh.
V. Klasifikasi
Gagal ginjal dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif yang
akhirnya akan mencapai gagal ginjal terminal.
2. Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu sindrom akibat kerusakan metabolik atau
patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
mendadak dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dengan atau tanpa
The U.S. National Kidney Foundations Kidneys Disease Outcomes Quality Initiative
telah mengalami revisi dan menjelaskan stadium penyakit ginjal kronis. Stadium dibuat
berdasarkan ada tidaknya gejala dan progesivitas penurunan Glomerulus Filtrate Rate
(GFR), yang dikoreksi per uukuran tubuh (per 1,73 m 2). GFR normal pada orang
dewasa sehat kira-kira 120 sampai 130 ml per menit. Stadium penyakit ginjal tersebut
adalah :
1. Stadium 1
Kerusakan ginjal (kelainan atau gejala dari patologi kerusakan, mencakup kelainan
dalam pemeriksaan darah atau urin atau dalam pemeriksaan pencitraan) dengan laju
filtrasi glomerulus (GFR) normal atau hampir normal, tepat atau di atas 90 ml per
menit ( 75% dari nilai normal).
2. Stadium 2
Laju filtrasi glomerulus antara 60 dan 89 ml per menit (kira-kira 50% dari nilai
normal), dengan tanda-tanda kerusakan ginjal. Stadium ini dianggap sebagai salah
satu tanda penurunan cadangan ginjal. Nefron yang tersisa dengan sendirinya sangat
rentan mengalami kegagalan fungsi saat terjadi kelebihan beban. Gangguan ginjal
lainnya mempercepat penurunan ginjal.
3. Stadium 3
Laju filtrasi glomerulus antara 30 dan 59 ml per menit (25% sampai 50% dari nilai
normal). Insufisiensi ginjal dianggap terjadi pada stadium ini. Nofron terus-menerus
mengalami kematian.
4. Stadium 4
:
7
Laju filtrasi glomerulus antara 15 dan 29 ml per menit (12% sampai 24% dari nilai
normal) dengan hanya sedikit nefron yang tersisa.
5. Stadium 5
Gagal ginjal stadium lanjut; laju filtrasi glomerulus kurang dari 15 ml per menit ( <
12% dari nilai normal). Nefron yang masih berfungsi tinggal beberapa. Terbentuk
jaringan parut dan atrofi tubulus ginjal.
(Elizabeth J. Corwin, 2009)
VII.
Pemeriksaan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Urin:
Volume: biasanya berkurang dari 400ml/24jam (oliguria) atau urin tak ada
(anuria).
Warna: secara abnormal urin keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, partikel koloid, fosfat, atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan,
ginjal berat).
Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,dan
mereabsorpsi natrium.
Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
Darah:
azotemia.
GDA: menunjukkan asidosis metabolic (pH < 7,2) terjadi karena kehilangan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi hydrogen dan ammonia atau hasil
lebih besar.
Magnesium/fosfat: meningkat.
Kalsium: menurun.
Osmolaritas serum: menunjukkan > 285 mOsm/kg.
Protein (khususnya albumin): kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan,
atau penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. EKG
f.
g.
h.
i.
ekstravaskuler, massa.
j. KUB foto: menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih dan adanya
obstruksi.
k. Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan: dapat menunjukkan
demineralisasi, kalsifikasi.
Karsinoma kandung kemih perlu dibedakan dari tumor ureter yang menonjol dalam
kandung kemih, karsinoma prostat,dan hipertrofi prostat lobus median prostat. Untuk
membedakan kelainan ini dibutuhkan endoskopi dan biopsi, urografi atau IVP, CT
Scan, USG dan sitoscopy.
a. Pemeriksaan Urografi (IVP)
Menggunakan sinar x untuk mengevaluasi sistem saluran kemih.
b. CT scan/MRI
Merupakan teknik non invasive yang akan memberikan gambar penampang
ginjal serta salurah kemih sangat jelas. Pemeriksaan ini memberikan informasi
tentang luasnya lesi invasive pada ginjal.Untuk menentukan diagnosis dan
stadium karsinoma sel ginjal. CT urogram menyediakan pemandangan tiga
dimensi ginjal dan sistem urin. Selain itu dapat melihat organ-organ lain,
seperti hati atau kelenjar getah bening, untuk memastikan bahwa tumor dari
kandung kemih belum menyebar ke organ lainnya.
c. Ultrasonografi (USG)
Test ini mengunakan alat yang dipegang dan diletakkan di atas permukaan
kulit untuk memeriksa kandung kemih dan struktur di pelvis dengan bantuan
gelombang suara. Test ini menunjukan hubungan tumor dan penyebaran tumor.
10
d. Endoskopi
Dilakukan untuk melihat bentuk dan besar tumor.
e. Sistokopi
Adalah pemeriksaan pada kandung kemih dan prostat dengan menggunakan
alat yang dinamakan sistoskop, untuk mendeteksi penyebab sumbatan pada
kandung kemih.
f. Systoreustroskopi
Dilakukan untuk melihat posisi tumor.
VIII.
Penatalaksanaan
11
12
Asupan cairan membantu regulasi yang hati-hati dalam gagal ginjal lanjut,
karena haus pasien merupakan panduan yang tidak dapat diyakini mengenai
keadaan hidrasi pasien. Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan
kelebihan beban sirkulasi, edem, dan intoksitasi cairan. Sedangkan asupan
yang kurang dari optimal dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi, dan
pemburukan fungsi ginjal. Biasanya cairan yang diperbolehkan adalah 500600ml untuk 24 jam.
d) Pencegahan dan Pengobatan Komplikasi
Hipertensi
Ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensif kontrol volume
intravaskuler. Obat penghambat ACE (missal, kaptopril) dapat bermanfaat untuk
pasien hipertensi esensial. Obat tersebut juga dapat menurunkan proteinuria,
tekanan intraglomerulus dan memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis
Bila penderita sedang menjalani hemodialisis, maka perlu menghentikan
pemberian obat antihipetensi sebelum pengobatan untuk mencegah hipotensi dan
syok dengan keluarnya cairan intravaskuler melalui vasoknstriksi vascular yang
normal.
Penambahan obat antihipertensi lain seperti penyekat kanal kalsium atau
minoksidil (Linoten) biasanya dapat mengontrol tekanan darah. Bila semua cara
gagal, masih dapat dipertimbangkan nefrektomi bilateral sebagai saran terakhir.
Namun, tindakan tersebut dapat memperberat anemia karena ginjal stadium akhir
masih memproduksi sedikit eritropoetin.
Akhirnya, penatalaksanaan yang paling efektif yaitu dengan mengatur asupan
natrium dan cairan serta dialysis intermiten, karena hipertensi pada kebanyakan
pasien uremia disebebkan oleh kelebihan beban cairan.
Hiperkalemia
Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan dialysis
yangadekuat
Anemia
Anemia pada gagal ginjal ditangani dengan Epogen (Eritropoetin manusia
rekombinana, EPO). Terapi epogen diberikan utnuk memperoleh nilai hematokrit
sebesar 33-38%, yang biasanya memulihkan gejala anemia. Epogen diberikan
secara intravena atau subkutan (25-125 U/kgBB) tiga kali seminggu. Naiknya
hemtokrit memerlukan waktu 2-6minggu, sehingga Epogen tidak diindiaksikan
untuk pasien yang memerlukan koreksi anemia dengan segera.
Efek samping terapi ini mencakup hipertensi (terutama tahap awal
penanganan), peningkatan bekuan pada tempat akses vaskuler, kejang dan
penipisan cadangan besi tubuh.
Asidosis
Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronis biasanya tanpa gejala dan tidak
memerlukan penanganan; namun demikian, suplemen natrium bikarbonat atau
dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis jika kondisi ini
menimbulkan gejala. Asidosis metabolik kronik yang ringan pada penderita
uremia biasanya akan menjadi stabil pada kadar bikarbonat plasma 16-20 mEq/l.
Osteodistrofi ginjal
Untuk mencegah timbulnya hiperparatiroidisme sekunder dan segala
akibatnya adalah dengan diet rendah fosfat dengan pemberian agen yang dapat
mengikat fosfat dalam usus. Diet rendah protein biasanya juga rendah
fosfat.dahulu, gel antasida alumunium sering digunakan untuk pengobatan.
Namun demikian, sekarang diketahui bahwa regimen ini dapat menimbulkan
intoksikasi aluminium akibat penimbunan bertahap aluminium dalam jaringan,
dengan gejala neurologis dan osteomalasia. Sehingga diganti dengan pemberian
natrium karbonat dosis tinggi.
Antasid mengandung magnesium juga harus dihindari untuk mencegah
toksisitas magnesium.
Kalsium karbonat (1-2g) dan antasid pengikat fosfat harus diminum bersama
dengan makanan agar efektif. Komplikasi utama pada pasien yang meminum
kalsium karbonat sebagi pengikat fosfat adalah timbulnya hiperkalsemia.
14
Sehingga kadar fosfat serum harus dipantau setidaknya setiap bulan untuk
memastikan bahwa hasil akhir kalsium fofat dalam rentang normal (<60) untuk
menghindari kalsifikasi metastatik.
Apabila terjadi keterlibatan rangka yang parah akibat kurangnya atau
walaupun terapi preventif dengan agen pengikat fosfat, maka diindikasikan terapi
vitamin D atau partiroidektomi subtotal.
Hiperurisemia
Obat pilihan untuk mengobati hiperurisemia pada gagal ginjal lanjut biasanya
adalah alopurinol, yang mengurangi kadar asam urat dengan menghambat
biosintesis sebagian asam urat total yang dihasilkan oleh tubuh.
air dari plasma ke larutan dialisis sebagai respons terhadap perbedaan konsentrasi
atau tekanan tertentu.
Hemodialisis
Hemodialisa berasal dari kata: "hemo" = darah "dialisis" = proses pemisahan.
Jadi, hemodialisis adalah proses pemisahan zat-zat tertentu dari darah melalui
membran semipermiabel.
Pada hemodialisis, sebuah ginjal buatan (dialyzer) digunakan untuk menyaring
dan membuang sisa metabolisme dan kelebihan cairan maupun unsur kimiawi
lainnya dari dalam darah. Untuk mengalirkan darah penderita ke dialyzer,
diperlukan semacam akses ke pembuluh darah yang dapat dilakukan dengan cara
bedah minor di tangan maupun paha.
Prinsip-prinsip hemodialisis:
i.
Proses difusi
yaitu proses pengeluaran solut dan solvent karena perbedaan
konsentrasi dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah.
Perpindahan molekul terjadi dari zat yang berkonsentrasi tinggi ke yang
berkonsentrasi lebih rendah. Pada HD pergerakan molekul / zat ini melalui
suatu membrane semi permeable yang membatasi kompartemen darah dan
kompartemen dialisat.
Proses difusi dipengaruhi oleh:
-
Perbedaan konsentrasi
Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu keluar)
QB (Blood Pump)
Temperatur cairan
Proses konvektik
16
ii.
Proses osmosis
yaitu proses perpindahan air dari zat dengan konsentrasi tinggi ke zat
dengan konsentrasi rendah. Proses osmosis ini lebih banyak ditemukan pada
peritoneal dialysis.
iii.
Proses ultrafiltrasi
yaitu proses perpindahan solvent,terjadi karena adanya perbedaan
tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik / ultrafiltrasi adalah yang memaksa
air keluar dari kompartemen darah ke kompartemen dialisat. Besar tekanan
ini ditentukan oleh tekanan positif dalam kompartemen darah (positive
pressure) dan tekanan negative dalam kompartemen dialisat (negative
pressure) yang disebut TMP (trans membrane pressure) dalam mmHg.
Perpindahan & kecepatan berpindahnya dipengaruhi oleh:
-
TMP
Qd & Qb
tekanan osmotic
TMP=
Pbi : Tekanan di blood inlet
Pdi : Tekanan di dialisat inlet
Pbo : Tekanan di blood outlet
Pdo : Tekanan di dialisat outlet
17
dializer
yang
menyatakan
kemampuan
atau
koefisien
untuk
Segera
Encephalopathy, pericarditis, neouropati perifer, hiperkalemi dan asidosis
metabolic, hipertensi maligna, edema paru, oligouri berat atau anuri.
ii.
Dialisat
Yaitu cairan yang digunakan dalam hemodialisis,terdiri dari campuran air dan
elektrolit yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai serum normal.
Fungsi dialisat:
18
Membuang zat-zat sisa dan cairan yang keluar dari penderita seperti
ureum,kreatinin,elektrolit dan lain-lain.
Komposisi dialist:
Dialisat dibuat dari konsentrat dan air. Kosentrat adalah larutan yang
mengandung elektrolit dalam konsentrasi tertentu. Sumber air untuk hemodialisis
berasal dari air ledeng,dan air sumur. Air ini secara idealis harus
dilakukan water treatment lebih dulu.
Komposisi elektrolit dalam dialisat standar adalah:
-
K: 2-3 meq/L
Cara Sementara
19
Yaitu punksi V femoralis untuk inlet dan untuk outlet dapat dipilih salah
satu vena di tangan.
b.
Cara permanent
Yaitu dengan membuat shunt antara lain:
cimino shunt
seribner shunt
o Antikoagulansia
Yaitu obat yang diperlukan untuk mencega pembekuan darah selama HD.
Obat yang digunakan adalah heparin.
Pemakaian heparin :
-
Dosis awal : diberikan pada waktu punksi ke sirkulasi sisemik dan pada
waktu darah mulai ditarik.
IX. Komplikasi
20
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain (Menurut
Smletzer,2000) :
Hiperkalemia, Akibat penurunan eksresi asidosis metabolic, kata bolisme dan masukan
diet berlebih
Perikarditis, efusi perincardial dan temponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat
Hipertensi, Akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem reninangiotensin-aldosteron
Anemia, Akibat penurunan eritroprotein, penurunan rentang usia sel darah merah,
pendarahan gasstrointestina akibat iritasi
Penyakit tulang, akibat retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah, metabolisme
vitamin D abnormal, dan peningkatan kadar aluminium
X. Prognosis
Prognosis gagal ginjal kronik pada usia lanjut kurang begitu baik jika dibandingkan
dengan prognosis gagal ginjal kronik pada usia muda.
21
yang berlebihan
Biasanya tidak diperlukan pembatasan asupan kalium, natrium dan cairan
3. Menjelaskan pentingnya perawatan tindak lanjut untuk mengingatkan kembali
teknik aseptik untuk menghindari infeksi
Mengganti selang bila diperlukan
Mengevaluasi hasil pemeriksaan kimia darah
Memberikan umpan balik
Memberikan kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan pengetahuan
tambahan
4. Memberikan kesempatan dan semangat kepada pasien untuk mengungkapkan
keprihatinan, keraguan dan kecemasannya.
(Suharyanto, Toto & Madjid, Abdul. 2009)
G.
Pengkajian
1. Aktifitas
22
2. Sirkulasi
-
Tanda : Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak tangan. Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang
jarang
pada
penyakit
tahap
akhir. Pucat,
kulit
coklat
kehijauan,
kuning.Kecenderungan perdarahan
3. Integritas Ego
-
Tanda :
Menolak,
ansietas,
takut,
marah,
mudah
terangsang,
perubahan kepribadian.
4. Eliminasi
-
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap
lanjut). Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
5. Makanan / cairan
-
6. Neurosensori
-
Tanda :
Gangguan
status
mental,
contah
penurunan
lapang
perhatian,
8. Pernapasan
-
Gejala : Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak
24
9. Keamanan
-
Tanda : Pruritis
Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada
pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal
Ptekie, area ekimosis pada kulit
Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
10. Seksualitas
-
Gejala :
Kesulitan
menentukan
kondisi,
contoh
tak
mampu
bekerja,
25
26
Tidak cyanosis
R 16 20 x/mnt
No
Intervensi
Rasional
Observasi perubahan warna kulit, kuku, Adanya perubahan warna kuku, kulit
jari, catat adanya cyanosis
Berikan oksigen
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan haluaran
urine normal
Kriteria Hasil :
No
Intervensi
Rasional
Pemahaman meningkatkan
28
BB tidak turun
No
Intervensi
Rasional
Menurunkan ketidaknyamanan
stomatitis oral dan rasa tak disukai
dalam mulut yang dapat
mempengaruhi masukan makanan
29
No
Intervensi
Rasional
kadanya kemerahan
menimbulkan pembentukan
dekubitus / infeksi.
30
Menghilangkan ketidaknyamanan
longgar
Akral hangat
TTV normal
Sianosis ( - )
No
Intervensi
Rasional
31
Observasi TTV
vasodilator
TTV normal
EKG normal
No
Intervensi
Rasional
32
kapiler
aktivitas
5
antihipertensi
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Cronik Kidney Desease adalah suatu gangguan fungsi renal yang progresif
irreversible yang disebabkan oleh adanya penimbunan limbah metabolik di dalam darah,
sehingga kemampuan tubuh tidak mampu mengekskresikan sisa- sisa sampah
metabolisme dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler
(nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen
nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626)
Manifestasi klinik menurut suyono (2001) adalah sebagai berikut : sistem
kardiovaskuler: hipertensi, pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena leher,
friction sub pericardial. sistem pulmoner: krekel, nafas dangkal, kusmaull, sputum kental
dan liat. sistem gastrointestinal: anoreksia, mual dan muntah, perdarahan saluran GI,
ulserasi dan pardarahan mulut, nafas berbau ammonia. sistem musculoskeletal: kram otot.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
36