Anda di halaman 1dari 94

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR

ASUHAN KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH

Disusun Oleh :
KOMITE KEPERAWATAN

RSU MITRA PARAMEDIKA


Jl. Raya Ngemplak, Kemasan, Widodomartani, Ngemplak
Sleman, Yogyakarta 55584 Telp : ( 0274 ) 4461098

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb,

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, maka buku “Panduan Praktik
Klinis (PPK) Unsur Asuhan Keperawatan” yang disusun oleh Pofesional Pemberi Asuhan
Keperawatan RSU Mitra Paramedika ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami mengharapkan buku ini dapat dipergunakan sebagai pedoman dan pegangan dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan sehingga dapat memberikan pelayanan yang
bermutu tinggi tanpa mengesampingkan variable biaya demi meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada tim penyusun dan semua pihak atas segala
kerja kerasnya sehingga buku ini dapat diselesaikan.
Mudah-mudahan dengan terbitnya buku Panduan Praktek Klinis (PPK) Unsur Asuhan
Keperawatan ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi anggota dan masyarakat umum
pada umumnya. Harapan kami buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Sleman, Desember 2021

Penyusun

ii
TIM PENYUSUN

Ketua Tim Penyusun: Maria Magdalena Yuli Purwati, S.Kep


Anggota : 1. Endah Kadarwati, AMK
2. Desi Sujarwati, AMK
3. Yuli Trisnawati, A.Md.Kep
4. Yustina Indrawati, A.Md.Kep
5. Novik Setyaningrum, S.Kep, Ns

iii
DAFTAR ISI

halaman
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Tim Penyusun iii
Daftar Isi iv
BAB I PENDHULUAN 1
BAB II PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK) UNSUR ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Panduan Praktik Klinik Unsur Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam 2
1. PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)) 2
2. DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI SEDANG-BERAT 4
3. DEMAM TIFOID 6
4. TUBERKULOASIS PARU 7
5. ANEMIA
B. Panduan Praktik Klinik Unsur Asuhan Keprawatan Penyakit Bedah 9
1. APENDICITIS AKUT 9
2. HERNIA INGUINALIS LATERALIS/MEDIALIS 10
3. SOFT TISSUE TUMOR 11
4. HAEMOROID 12
5. KAKI DIABETIK 13
6. PERITONITIS 14
7. FIBROADENOMA MAMAE 16
C. Panduan Praktik Klinik Unsur Asuhan Keprawatan Penyakit Saraf 24
1. CEDERA KEPALA 24
2. STROKE 26
3. VERTIGO 28
D. Panduan Praktik Klinik Unsur Asuhan Keprawatan Penyakit Jantung 30
1. SINDROM KORONER AKUT TANPA ELEVASI ST SEGMEN 30
UNSTABLE ANGINA PECTORIS (NSTEMI)
2. SINDROM KORONER AKUT DENGAN ELEVASI ST SEGMEN 32
(STEMI)
3. GAGAL JANTUG AKUT 34
4. KRISIS HIPERTENSI 36
5. FIBRILASI ATRIUM (FA) 38
BAB III PENUTUP 40

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan professional merupakan integral yang
tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Asuhan Pasien
Terintegrasi merupakan salah satu wujud pelayanan kesehatan dengan konsep Patient Centred
Care. Pelayanan keperawatan merupakan salah satu unsur dari Asuhan Pasien Terintegrasi,
faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanan
keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin.
Disamping itu prasyarat unutk meningkatkan mutu asuhan keperawatan antara lain: (1)
pimpinan peduli dan mendukung, (2) ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan, (3) tenaga
keperawatan disiapkan melalui upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dengan
cara diadakan program diklat, (4) sarana, perlengakpan dan lingkungan mendukung, serta (5)
tersedia dan diterapkannya Panduan Praktik Klinik Unsur Asuhan Keperawatan.
Berdasarkan kerangka berpikir seperti tersebut diatas, Direktorat Jendral Pelayanan Medik,
Depkes RI bersama Organisasi Profesi Keperawatan telah menyusun Standar Asuhan
Keperawatan yang pada berkembangannya dalam konsep Patient Care Cented menjadi Panduan
Praktik Klinik Unsur Asuhan Keperawatan. Ini berarti bahwa seluruh tenaga keperawatan di
rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan harus berpedoman kepada menjadi Panduan
Praktik Klinik Unsur Asuhan Keperawatan.

1
BAB II
PANDUAN PRAKTIK KLINIK UNSUR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Panduan Praktik Klinik Unsur Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR


ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)


1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnosa medis PPOK yang merupakan
penyakit pernafasan dengan obstruksi kronis pada aliran udara dengan
varian kasus , komplikasi, dan penyakit penyertannya.
2. Assesmen 1. Sesak nafas makin memberat dgn aktifitas/adanya mengi
keperawatan 2. Batuk ngikil/batuk kambuh-kambuhan?, ada dahak? Kental?warna
dahak?
3. Lemas, pusing, sulit tidur,
4. Mual/muntah/demam
5. Riwayat perokok
6. Riwayat pengobatan antibiotic sebelumnya
7. Riwayat adanya alergi/batuk sebelumnya/TBC
3. Diagnosa 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Keperawatan 2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
3. Hipertermia (D.0130)
4. Defisit Nutrisi(D.0019)
4. Kriteria 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Evaluasi Bersihan jalan nafas (L.01001)
Ekspetasi: bersihan jalan nafas meningkat jalan nafas tetap paten
dengan kriteria hasil:
- Produksi sputum menurun
- Frekuensi nafas membaik
- Pola nafas membaik
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Pertukaran Gas (L.01003)
Ekspektasi : karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler
meningkat dengan kriteria hasi :
- Tingkat kesadaran meningkat
- Dispnea menurun
- Bunyi nafas menurun
- Gelisah menurun
- Diaforesis menurun
- SpO2 membaik
- Sianosis membaik
3. Hipertermia (D.0130)
Termorgulasi
Ekspetasi termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil :
- Menggigil menurun

2
- Kulit merah menurun
- Suhu tubuh membaik
4. Defisit Nutrisi (D.0019)
Status Nutrisi
Ekspektasi : nutrisi membaik dengan kriteria hasi :
- Porsi makan yang dihabiskan meningkat
- Persaan cepat kenyang menurun
- Berat badan membaik
- IMT membaik
- Napsu makan membaik
- Bising usus membaik.
5. Intervensi 1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Keperawatan Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
- Observasi
- Monitor jalan nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
- Teraupetik
- Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran
- Mukolitik, jika perlu
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Tindakan :
- Observasi
- Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasii sesuai kondisi pasien
- Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasian hasil pematauan, jika perlu
Terapi Oksigen (I. 01026)
- Observasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor posisi alat dan terapi
- Monitor tanda-tanda hipoventilasi
3. Hipertermia (D.0130)
Manajemen hipertermia (I.15506)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermi (missal dehidrasi, terpapar
lingkungan panas)
- Monitor Suhu tubuh
- Monitor haluaran urine
2) Terapeutik
- Longgarkan atau lepaskan pakaian

3
- Berikan cairan oral
- Berikan oksigen jika perlu
3) Edukasi
- Anjurkan tirah baring
4) Kolaborasi
- Pemberian elektrolit dan intra vena.
4. Defisit Nutrisi (D.0019)
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
2) Terapeutik
- Lakukan oral higiene sebelum makan bila perlu
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
- Berikan suplemen makan jika perlu
3) Edukasi
- Anjurkan posisi duduk jika mampu
- Anjurkan diit yang diprogramkan
4) Kolaborasi
- Pemberian medikasi sebelum makan (pereda nyeri anti emetic)
jika perlu.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan jika perlu.
6. Informasi 1. hindari penyebab sesak napas
dan Edukasi 2. Pemberian oksigen
3. Pemberian anti piretik
4. Manajemen Nutrisi oleh gizi.
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan Indonesia
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang telah
ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bagian Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta

4
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI SEDANG-BERAT

1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis diare Buang air besar dengan
frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih dari 3x sehari dengan
konsistensi feses yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak
datangnya serta berlangsung dalam waktu kurang dari 14 hari
Definisi menurut WHO : Buang air besar dengan frekuensi lebih dari 3x
dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair dalam 24 jam dengan
atau tanpa diserati dehidrasi
2. Assesmen 1. Onset
keperawatan 2. Frekuensi
3. Kuantitas
4. Mual/muntah/demam/nyeri perut
5. Adakah lender/darah bercampur dalam feses
3. Diagnosa 1. Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
Keperawatan 2. Diare (D0020)
4. Kriteria 1. Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
Evaluasi Ekspektasi Kondisi volume cairan intra vaskuler, interstitial atau intra
seluler membaik dengan kriteria hasil:
- kekuatan nadi meningkat.
- Out put urine meningkat
- Membran mukosa lembab meningkat
- Rasa haus menurun
- Turgor kulit membaik
- Suhu tubuh membaik
2. Diare (D0020)
Eliminasi Fekal ((L04033)
Ekpektasi: eliminasi membaik, dengan kriteria hasil:
- Distensi abdomen menurun.
- Konsistensi feses membaik
- Frekkuensi BAB membaik.
- Peristaltik usus membaik
5. Intervensi 1. Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
Keperawatan Manajemen cairan (I.03098)
Tindakan :
1) Observasi
- Monitor status dehidrasi (frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan
darah ).
- Monitor berat badan harian
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (hematokrit).
2) Terapeutik
- Catat intake dan output dan hitung balance cairan 24 jam.
- Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan.

5
3) Kolaborasi
- Berikan cairan intra vena jika perlu.
2. Diare (D0020), Konstipasi (D.00490)
Manajemen Eliminasi fekal (I.04151)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
- Identifikasi pengobatan yang berfek pada kondisi gastro
intestinal.
- Monitor buang air besar (missal warna, frekuensi, konsistensi,
volume)
- Monitor tanda dan gejala diare, kontipasi atau impaksi
2) Terapeutik
- Berikan air hangat setelah makan
- Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
- Sediakan makanan tinggi serat.
3) Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
ketetraturan peristaltik usus.
- Anjurkan mencatat warna , frekuensi, konsistensi, volume
feses.
- Anjurkan mmeningkatkan aktifitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan
pemebntukan gas
- Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tingi
serat
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan jika tidak ada kontra
indikasi.
- Kolaborasi
- Pemberian obat supooostitorial anal jika perlu
6. Informasi 1. Tanda dehidrasi
dan Edukasi 2. Pemberian terapi intra vena
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan Indonesia
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang telah
ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bagian Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta

6
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

DEMAM TIFOID
1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis Demam tifoid merupakan
penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella
typhii atau Salmonella paratyphii
2. Assesmen 1. Demam
keperawatan 2. Nutrisi : Mual, Muntah
3. Pola Eliminasi : Diare, Konstipasi
4. Gangguan rasa nyaman
5. Bio, psiko, social, spiritual, dan budaya
3. Diagnosa 1. Hipertermia (D.0130)
Keperawatan 2. Defisit Nutrisi(D.0019)
3. Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
4. Diare (D0020)
5. Konstipasi (D.0049)
6. Nyeri akut (D.0077)
4. Kriteria 1. Hipertermia (D.0130)
Evaluasi Ekspetasi termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil :
- Menggigil menurun
- Kulit merah menurun
- Suhu tubuh membaik
2. Defisit Nutrisi (D.0019)
Ekspektasi : nutrisi membaik dengan kriteria hasi :
- Porsi makan yang dihabiskan meningkat
- Persaan cepat kenyang menurun
- Berat badan membaik
- IMT membaik
- Napsu makan membaik
- Bising usus membaik.
3. Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
Keseimbangan cairan (L.05020)
Ekspektasi Kondisi volume cairan intra vaskuler, interstitial atau intra
seluler membaik dengan kriteria hasil:
- kekuatan nadi meningkat.
- Out put urine meningkat
- Membran mukosa lembab meningkat
- Rasa haus menurun
- Turgor kulit membaik
- Suhu tubuh membaik
4. Diare (D0020)
Eliminasi Fekal ((L04033)
Ekpektasi: eliminasi membaik, dengan kriteria hasil:
- Distensi abdomen menurun.
- Konsistensi feses membaik
- Frekkuensi BAB membaik.

7
- Peristaltik usus membaik
5. Konstipasi (D.00490)
Ekpektasi : eliminasi membaik, dengan kriteria hasil :
- Kontrol pengeluaran feses meningkat
- Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
- Mengejan saat defekasi menurun
- Distensi abdomen menurun.
5. Nyeri akut (D.0077)
Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi nyeri menurun, dengan kriteria hasil :
- Kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
- Keluhan nyeri menurun.
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur munurun
- Frekuensi nadi membaik
- Pola napas membaik
- Tekanan darah membaik
- Proses berfikir mebaik.
- Fokus membaik
5. Intervensi 1. Hipertermia (D.0130)
Keperawatan Manajemen hipertermia (I.15506)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermi (missal dehidrasi, terpapar
lingkungan panas)
- Monitor Suhu tubuh
- Monitor haluaran urine
2) Terapeutik
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Berikan oksigen jika perlu
3) Edukasi
- Anjurkan tirah baring
4) Kolaborasi
- Pemberian elektrolit dan intra vena.
2. Defisit Nutrisi (D.0019)
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
2) Terapeutik
- Lakukan oral higiene sebelum makan bila perlu
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
- Berikan suplemen makan jika perlu

8
3) Edukasi
- Anjurkan posisi duduk jika mampu
- Anjurkan diit yang diprogramkan
4) Kolaborasi
- Pemberian medikasi sebelum makan (pereda nyeri anti emetic)
jika perlu.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan jika perlu.
3. Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
Manajemen cairan (I.03098)
Tindakan :
1) Observasi
- Monitor status dehidrasi (frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan
darah ).
- Monitor berat badan harian
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (hematokrit).
2) Terapeutik
- Catat intake dan output dan hitung balance cairan 24 jam.
- Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan.
3) Kolaborasi
- Berikan cairan intra vena jika perlu.
4. Diare (D0020), Konstipasi (D.00490)
Manajemen Eliminasi fekal (I.04151)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
- Identifikasi pengobatan yang berfek pada kondisi gastro
intestinal.
- Monitor buang air besar (missal warna, frekuensi, konsistensi,
volume)
- Monitor tanda dan gejala diare, kontipasi atau impaksi
2) Terapeutik
- Berikan air hangat setelah makan
- Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
- Sediakan makanan tinggi serat.
3) Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
ketetraturan peristaltik usus.
- Anjurkan mencatat warna , frekuensi, konsistensi, volume
feses.
- Anjurkan mmeningkatkan aktifitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan
pemebntukan gas
- Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tingi
serat
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan jika tidak ada kontra
indikasi.
- Kolaborasi
- Pemberian obat supooostitorial anal jika perlu

9
5. Nyeri akut (D.0077)
Manajemen Nyeri. (I. 08238)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
misalnya (TENS, Hipnosis, Accupresure, terapi music, terapi
pijat, aroma terapi, kompres hangat atau dingin, terapi bermain.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri misalnya
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitas istirahat dan tidur.
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan mengguanakan analgetik secara tepat.
- Kolaborasi
- Pemberian analgetik jika perlu.
- Edukasi aktifitas/istirahat (I.12362)
4) Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
5) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengatur aktifitas dan istirahat.
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
6) Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik atau olahraga
secara rutin.
- Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan,
sesak anpas saat aktifitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi, target sesuai kemampuan.
6. Informasi 1. Pemberian kompres hangat
dan Edukasi 2. Pemberian anti piretik
3. Manajemen Nutrisi oleh gizi.
4. Pemberian terapi intra vena
5. Pemberian obat supossitorial
6. Manajemen nyeri
7. Manajemen aktifitas dan latihan.
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan

10
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan Indonesia
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang telah
ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bagian Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta

11
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

HIPOGLIKEMIA
1. Pengertian Panduan asuhan keperawatan asfiksia adalah suatu panduan yang dibuat
untuk mempermudah perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan
pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien Hipoglikemia.
2. Assesmen 1. Kejang tremor
keperawatan 2. Keringat dingin
3. Letargi dan sulit menyusui
4. KGA < 50 mg%
5. Sianosis
6. Tangis lengah atau melengking
7. Faktor resiko hipoglikemia pada bayi : bayi dari ibu dengan DM,
BBLR, BMK, bayi sakit
3. Diagnosa 1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah ( D.0027)
Keperawatan 2. Risiko defisit nutrisi ( D.0032 )
4. Kriteria 1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah ( D.0027)
Evaluasi Kestabilan glukosa darah (L.03022)
Ekspetasi kadar glukosa darah berada dalam rentang normal, dengan
kriteria hasil :
- Koordinasi meningkat
- Kesadaran meningkat
- Mengantuk menurun
- Pusing menurun
- Lelah/lesu menurun
- Keluhan lapar menurun
- Gemetar menurun
- Berkeringat menurun
- Kadar Glukosa dalam darah membaik
- Perilaku membaik
2. Risiko defisit nutrisi ( D.0032 )
Status Nutrisi (L.03030)
Eskpetasi keadekuatan asupan nutrisi unutk memenuhi kebutuhan
metabolisme, dengan kriteria hasil:
- Porsi makan meningkat
- Sikap terhadap makanan dan minuman dengan tujuan kesehatan
meningkat
- Berat badan membaik
- Indeks massa tubuh membaik
Status Nutrisi Bayi(L.03031)
Eskpetasi keadekuatan asupan nutrisi unutk memenuhi kebutuhan
metabolisme pada bayi, dengan kriteria hasil:
- Berat badan meningkat
- Panjang badan meningkat
- Kesulitan makan/menyusu menurun

12
- Pola makan/menyusus membaik
- Tebal lipatan kulit membaik
5. Intervensi 1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah ( D.0027)
Keperawatan Managemen hipoglikemia ( I.03115)
1) Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
- Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
2) Terapeutik
- Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
- Berikan glukagon, jika perlu
- Berikan karbohidrat komplek dan protein sesuai diet
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Pertahankan akses IV, jika perlu
- Hubungi layanan medis darurat
3) Edukasi
- Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat
- Anjurkan memonitor kadar glukosa darah dan tanda-tanda
hipoglikemi
- Ajarkan cara pengelolaan hipoglikemi secara mandiri
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemebrian dekstrose jika perlu
- Kolabrasi pemberian glucagon jika perlu
2. Risiko defisit nutrisi ( D.0032 )
Pemantauan nutrisi ( I.03123 )
1) Observasi
- Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi ( misal
ketersediaan ASI, gangguan menelan, gangguan menghisap )
- Identifikasi perubahan berat badan
- Monitor asupan oral
- Identifikasi kelainan pada rambut ( Misal : kering, tipis, mudah
rontok )
- Monitor warna konjungtiva
- Monitor hasil laboratorium (kadar glukosa darah)
2) Terapeutik
- Timbang berat badan
- Ukur antropometrik
- Hitung perubahan berat badan
- Dokumentasikan hasil pemantauan
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Infromasikan hasil pemantauan jika perlu
Konseling laktasi (I.03093)
1) Observasi
- Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui
2) Terapeutik
- Gunakan teknik mendengarkan aktif
- Berikan pujian terhadap perilaku bu yang benar
3) Edukasi
- Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu
Manajemen nutrisi ( I.03119 )

13
1) Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi kebutuhan nutrisi
- Identifikasi perlunya penggunaan selang orogastrik /selang
nasogastrik
- Monitor asupan cairan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2) Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan , jika perlu
- Berikan suplemen makan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang orogastrik/
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
3) Edukasi
- Ajarkan diet yang diprogramkan
4) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrien yang dibutuhkan , jika perlu
6. Informasi 1. Diet yang diprogramkan
dan Edukasi 2. Infromasikan hasil pemantauan
3. Memonitor kadar glukosa darah dan tanda-tanda hipoglikemi
4. Cara pengelolaan hipoglikemi secara mandiri
5. T.eknik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bagian Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta

14
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

TUBERKULOASIS PARU
1. Pengertian Ashan keperawatan dengan Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.
Tuberkulosis paru yang selanjutnya disingkat TB paru adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat
menyerang paru.
2. Assesmen 1. batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.
keperawatan 2. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu:
a. Dahak bercampur darah
b. Batuk darah
c. Sesak nafas
d. Badan lemas
e. Nafsu makan menurun
f. Berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik.
g. Demam meriang lebih dari satu bulan.
3. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan
gejala TB yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2
minggu atau lebih.
4. Faktor risiko, seperti : kontak erat dengan pasien TB, tinggal di daerah
padat penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan orang yang
bekerja dengan bahan kimia yang berrisiko menimbulkan paparan
infeksi paru.
3. Diagnosa 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Keperawatan 2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
3. Defisit Nutrisi (D.0019)
4. Defisit Pengetahuan (D.0111)
4. Kriteria 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Evaluasi Bersihan jalan nafas (L.01001)
Ekspetasi: bersihan jalan nafas meningkat jalan nafas tetap paten
dengan kriteria hasil:
- Produksi sputum menurun
- Frekuensi nafas membaik
- Pola nafas membaik
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Pertukaran Gas (L.01003)
Ekspektasi : karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler
meningkat dengan kriteria hasi :
- Tingkat kesadaran meningkat
- Dispnea menurun
- Bunyi nafas menurun
- Gelisah menurun
- Diaforesis menurun

15
- SpO2 membaik
- Sianosis membaik
3. Defisit Nutrisi (D.0019)
Status Nutrisi
Ekspektasi : nutrisi membaik dengan kriteria hasi :
- Porsi makan yang dihabiskan meningkat
- Persaan cepat kenyang menurun
- Berat badan membaik
- IMT membaik
- Napsu makan membaik
4. Defisit pengetahuan
Tingkat pengetahuan (L.12111)
Ekspetasi: Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit meningkat
dengan kriteria hasil:
- Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
meningkat
- Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang
sesuai dengan topik meningkat
- Pertanyaan tentang masalah yang di hadapi menurun
5. Intervensi 1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Keperawatan Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
1) Observasi
- Monitor jalan nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2) Teraupetik
- Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
3) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran
- Mukolitik, jika perlu
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Tindakan :
1) Observasi
- Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
2) Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasii sesuai kondisi pasien
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pematauan, jika perlu
Terapi Oksigen (I.01026)
1) Observasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen

6. - Monitor posisi alat dan terapi

16
- Monitor tanda-tanda hipoventilasi
3. Defisit Nutrisi (D.0019)
Manajemen Nutrisi (I.03119
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
2) Terapeutik
- Lakukan oral higiene sebelum makan bila perlu
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
- Berikan suplemen makan jika perlu
3) Edukasi
- Anjurkan posisi duduk jika mampu
- Anjurkan diit yang diprogramka
4) Kolaborasi
- Pemberian medikasi sebelum makan (pereda nyeri anti emetic)
jika perlu.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan jika perlu.
4. Defisit Pengetahuan (D.0111)
Edukasi Kesehatan (I12383)
1) Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Teraupetik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
3) Edukasi
- Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat
7. Informasi 1. Hindari penyebab sesak napas
dan Edukasi 2. Pemberian oksigen
3. Pemberian anti piretik
4. Manajemen Nutrisi oleh gizi.
8. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan Indonesia
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang telah
ditetapkan.
9. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
10. Unit Bagian Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
B. Panduan Praktik Klinik Unsur Asuhan Keprawatan Penyakit Bedah

17
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

APENDICITIS AKUT
1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis Apendicitis akut
penyumbatan dan peradangan pada inner lining apendiks vermiformis
dengan jangka waktu kurang dari 2 minggu.
2. Assesmen 1. Gangguan rasa nyaman: nyeri daerah perut kanan bawah, tampak
keperawatan meringis, bersikap ptotektif, tekanan darah meningkat, pola nafas
berubah
2. Pola eliminasi : diare
3. Nutrisi: mual, muntah
3. Diagnosa 1. Nyeri akut (D.0077)
Keperawatan 2. Hipertermia (D0130)
3. Neusea (D.0076)
4. Diare (D0020)
5. Ansietas (D.0080)
6. Risiko Infeksi (D.0142).
4. Kriteria 1. Nyeri akut (D.0077)
Evaluasi Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi nyeri menurun, dengan kriteria hasil :
- Kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
- Keluhan nyeri menurun.
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur munurun
- Frekuensi nadi membaik
- Pola napas membaik
- Tekanan darah membaik
- Proses berfikir mebaik.
- Fokus membaik
2. Hipertermia (D.0130)
Termoregulasi (L.14134)
Ekspetasi termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil :
- Menggigil menurun
- Kulit merah menurun
- Suhu tubuh membaik
3. Nausea (D.0076)
Tingkat Nausea (L.808065)
Ekspetasi tingkat nausea menurun, dengan kriteria hasil :
- Keluhan mual menurun
- Perasaan ingin muntah menurun
- Pucat membaik
- Takikardia membaik

4. Diare (D0020)
Eliminasi Fekal ((L04033)

18
Ekpektasi: eliminasi membaik, dengan kriteria hasil:
- Distensi abdomen menurun.
- Konsistensi feses membaik
- Frekkuensi BAB membaik
5. Ansietas (D.0080)
Tingkat ansietas (L.01006)
Ekpektasi: tingkat ansietas menurun, dengan kriteria hasil:
- Verbalisasi kebingungan menurun.
- Verbalisasi khawatir akibat menurun.
- Perilaku gelisah menurun.
- Perilaku tegang menurun.
6. Risiko Infeksi (D.0142).
Integritas kulit dan jaringan (L.14125)
Ekpektasi: keutuhan kulit meningkat, dengan kriteria hasil:
- Elastisitas meningkat
- Kerusakan jaringan menurun
- Nyeri menurun
- Perdarahan menurun
- Kemerahan menurun
- Suhu kulit membaik
- Intervensi 1. Nyeri akut (D.0077)
Keperawatan Manajemen Nyeri. (I. 08238)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
misalnya (TENS, Hipnosis, Accupresure, terapi music, terapi
pijat, aroma terapi, kompres hangat atau dingin, terapi
bermain.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri misalnya
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitas istirahat dan tidur.
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan mengguanakan analgetik secara tepat.
- Kolaborasi
- Pemberian analgetik jika perlu.
- Edukasi aktifitas/istirahat (I.12362)

19
4) Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
5) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengatur aktifitas dan istirahat.
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
6) Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik atau olahraga
secara rutin.
- Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan,
sesak anpas saat aktifitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi, target sesuai kemampuan.
2. Hipertermia (D0130)
Manajemen hipertermia (I.15506)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermi (missal dehidrasi, terpapar
lingkungan panas)
- Monitor Suhu tubuh
- Monitor haluaran urine.
2) Terapeutik
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Berikan oksigen jika perlu
3) Edukasi
- Anjurkan tirah baring
4) Kolaborasi
Pemberian elektrolit dan intra vena
3. Nausea (D.0076)
Manajemen Mual (I03117)
1) Observasi
- Identifikasi pengalaman mual
- Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
- Monitor mual
- Monitor asupan makanan dan kalori
2) Terapeutik
- Kendalikan faktor lingugan penyebab mual
- Berikan makanan dalam jumlag kecil dan menarik
3) Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan sering membersihkan mulut
- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi mual
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiemerik, jika perlu
4. Diare (D0020)
Manajemen Eliminasi fekal (I.04151)
Tindakan :

20
1) Observasi
- Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
- Identifikasi pengobatan yang berfek pada kondisi gastro
intestinal.
- Monitor buang air besar (missal warna, frekuensi, konsistensi,
volume)
- Monitor tanda dan gejala diare, kontipasi atau impaksi
2) Terapeutik
- Berikan air hangat setelah makan
- Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
3) Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
keteraturan peristaltik usus.
- Anjurkan mencatat warna , frekuensi, konsistensi, volume
feses.
- Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan jika tidak ada kontra
indikasi.
4) Kolaborasi
- Pemberian obat anti diare jika perlu
5. Ansietas (D.0080)
Reduksi ansietas (I.09314)
Tindakan:
1) Observasi :
- Identivikasi saat tingkat ansietas berubah.
- Monitor tanda tanda ansietas verbal non verbal
2) Terapeutik
- Temani klien untuk mengurangi kecemasan jika perlu.
- Dengarkan dengan penuh perhatian.
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
3) Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, jika perlu.
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
- Latih teknik relaksasi
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
6. Risiko Infeksi (D.0142
Perawatan Luka (I.14564)
Tindakan:
1) Observasi :
- Monitor karakteristik luka (drainase, warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
2) Terapeutik
- Lepas balutan dan plester secara perlahan
- Bersihkan luka dengan Nacl 0,9% atau cairan pemebersih
nontoksis
- Berikan salep sesuai jenias luka
- Pasang balutan sesuai jenis luka

21
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka.
- Berikan diit dengan kalori 30-45 kkal/kgBB/hari dan protein
1,25-1,5 g/kkBB/hari
3) Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kaloro dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antibiotik jika perlu
- Informasi 1. Memonitor nyeri secara mandiri.
dan Edukasi 2. Cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat.
3. Prosedur tindakan, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
4. Perawatan luka saat dirumah.
- Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
- Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
- Unit Bagian Keperawatan
Pengolah
- Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
4. Doengos.m, 2013, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

22
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

HERNIA
1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis hernia adalah suatu
penonjolan organ perut dari ronggo peritoneum yang masih dibungkus
oleh peritoneum
2. Assesmen 1. Benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak pada
keperawatan dinding perut bawah/selangkangan/scrotum
2. Adanya rasa nyeri di daerah benjolan.
3. Obstruksi usus dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, nyeri tekan,
massa yang tidak dapat direposisi, bising usus yang berkurang, mual
dan muntah
3. Diagnosa 1. Nyeri akut (D.0077)
Keperawatan 2. Hipertermia (D0130)
3. Neusea (D.0076)
4. Konstipasi (D.00490)
5. Ansietas (D.0080)
6. Risiko Infeksi (D.0142).
4. Kriteria 1. Nyeri akut (D.0077)
Evaluasi Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi nyeri menurun, dengan kriteria hasil :
- Kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
- Keluhan nyeri menurun.
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur munurun
- Frekuensi nadi membaik
- Pola napas membaik
- Tekanan darah membaik
- Proses berfikir mebaik.
- Fokus membaik
2. Hipertermia (D.0130)
Termoregulasi (L.14134)
Ekspetasi termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil :
- Menggigil menurun
- Kulit merah menurun
- Suhu tubuh membaik
3. Nausea (D.0076)
Tingkat Nausea (L.808065)
Ekspetasi tingkat nausea menurun, dengan kriteria hasil :
- Keluhan mual menurun
- Perasaan ingin muntah menurun
- Pucat membaik
- Takikardia membaik
4. Konstipasi (D.00490)
Eliminasi Fekal ((L04033)

23
Ekpektasi: eliminasi membaik, dengan kriteria hasil:
- Distensi abdomen menurun.
- Konsistensi feses membaik
- Frekkuensi BAB membaik
5. Ansietas (D.0080)
Tingkat ansietas (L.01006)
Ekpektasi: tingkat ansietas menurun, dengan kriteria hasil:
- Verbalisasi kebingungan menurun.
- Verbalisasi khawatir akibat menurun.
- Perilaku gelisah menurun.
- Perilaku tegang menurun.
6. Risiko Infeksi (D.0142).
Integritas kulit dan jaringan (L.14125)
Ekpektasi: keutuhan kulit meningkat, dengan kriteria hasil:
- Elastisitas meningkat
- Kerusakan jaringan menurun
- Nyeri menurun
- Perdarahan menurun
- Kemerahan menurun
- Suhu kulit membaik
5. Intervensi 1. Nyeri akut (D.0077)
Keperawatan Manajemen Nyeri. (I. 08238)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
misalnya (TENS, Hipnosis, Accupresure, terapi music, terapi
pijat, aroma terapi, kompres hangat atau dingin, terapi
bermain.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri misalnya
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitas istirahat dan tidur.
3) Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan mengguanakan analgetik secara tepat.
- Kolaborasi
- Pemberian analgetik jika perlu.
- Edukasi aktifitas/istirahat (I.12362)

24
4) Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
5) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengatur aktifitas dan istirahat.
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
6) Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik atau olahraga
secara rutin.
- Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan,
sesak anpas saat aktifitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi, target sesuai kemampuan.
2. Hipertermia (D0130)
Manajemen hipertermia (I.15506)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermi (missal dehidrasi, terpapar
lingkungan panas)
- Monitor Suhu tubuh
- Monitor haluaran urine.
2) Terapeutik
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Berikan oksigen jika perlu
3) Edukasi
Anjurkan tirah baring
4) Kolaborasi
Pemberian elektrolit dan intra vena
3. Nausea (D.0076)
Manajemen Mual (I03117)
1) Observasi
- Identifikasi pengalaman mual
- Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
- Monitor mual
- Monitor asupan makanan dan kalori
2) Terapeutik
- Kendalikan faktor lingugan penyebab mual
- Berikan makanan dalam jumlag kecil dan menarik
3) Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan sering membersihkan mulut
- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi mual
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiemerik, jika perlu
4. Konstipasi (D.00490)
Manajemen Eliminasi fekal (I.04151)
Tindakan :

25
1) Observasi
- Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
- Identifikasi pengobatan yang berfek pada kondisi gastro
intestinal.
- Monitor buang air besar (missal warna, frekuensi, konsistensi,
volume)
- Monitor tanda dan gejala diare, kontipasi atau impaksi
2) Terapeutik
- Berikan air hangat setelah makan
- Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
3) Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
keteraturan peristaltik usus.
- Anjurkan mencatat warna , frekuensi, konsistensi, volume
feses.
- Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan jika tidak ada kontra
indikasi.
4) Kolaborasi
- Pemberian obat anti diare jika perlu
5. Ansietas (D.0080)
Reduksi ansietas (I.09314)
Tindakan:
1) Observasi :
- Identivikasi saat tingkat ansietas berubah.
- Monitor tanda tanda ansietas verbal non verbal
2) Terapeutik
- Temani klien untuk mengurangi kecemasan jika perlu.
- Dengarkan dengan penuh perhatian.
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
3) Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, jika perlu.
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
- Latih teknik relaksasi
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
6. Risiko Infeksi (D.0142)
Perawatan Luka (I.14564)
Tindakan:
1) Observasi :
- Monitor karakteristik luka (drainase, warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
2) Terapeutik
- Lepas balutan dan plester secara perlahan
- Bersihkan luka dengan Nacl 0,9% atau cairan pemebersih
nontoksis
- Berikan salep sesuai jenias luka
- Pasang balutan sesuai jenis luka

26
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka.
- Berikan diit dengan kalori 30-45 kkal/kgBB/hari dan protein
1,25-1,5 g/kkBB/hari
3) Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kaloro dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antibiotik jika perlu
6. Informasi 1. Memonitor nyeri secara mandiri.
dan Edukasi 2. Cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat.
3. Prosedur tindakan, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
4. Perawatan luka saat dirumah.
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bagian Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
4. Doengos.m, 2013, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

27
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

SOFT TISSUE TUMOR


1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis Soft tissue tumor atau
lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit
yang terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia (40-60
tahun), namun juga dapat dijumpai pada anak-anak. Lipoma kebanyakan
berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari
diameter 6cm dengan varian kasus , komplikasi, dan penyakit
penyertannya.
2. Assesmen Benjolan pada mamae
keperawatan
3. Diagnosa 1. Nyeri akut (D.0077)
Keperawatan 2. Ansietas (D.0080)
3. Risiko Infeksi (D.0142)
4. Kriteria 1. Nyeri akut (D.0077)
Evaluasi Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi nyeri menurun, dengan kriteria hasil :
- Kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
- Keluhan nyeri menurun.
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur munurun
- Frekuensi nadi membaik
- Pola napas membaik
- Tekanan darah membaik
- Proses berfikir mebaik.
- Fokus membaik
2. Ansietas (D.0080)
Tingkat ansietas (L.01006)
Ekpektasi: tingkat ansietas menurun, dengan kriteria hasil:
- Verbalisasi kebingungan menurun.
- Verbalisasi khawatir akibat menurun.
- Perilaku gelisah menurun.
- Perilaku tegang menurun.
3. Risiko Infeksi (D.0142)
Integritas kulit dan jaringan (L.14125)
Ekpektasi: keutuhan kulit meningkat, dengan kriteria hasil:
- Elastisitas meningkat
- Kerusakan jaringan menurun
- Nyeri menurun
- Perdarahan menurun
- Kemerahan menurun
- Suhu kulit membaik
5. Intervensi 1. Nyeri akut (D.0077)

28
Keperawatan Manajemen Nyeri. (I. 08238)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
misalnya (TENS, Hipnosis, Accupresure, terapi music, terapi
pijat, aroma terapi, kompres hangat atau dingin, terapi
bermain.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri misalnya
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitas istirahat dan tidur.
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan mengguanakan analgetik secara tepat.
- Kolaborasi
- Pemberian analgetik jika perlu.
- Edukasi aktifitas/istirahat (I.12362)
4) Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
5) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengatur aktifitas dan istirahat.
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
6) Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik atau olahraga
secara rutin.
- Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan,
sesak anpas saat aktifitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi, target sesuai kemampuan.
2. Ansietas (D.0080)
Reduksi ansietas (I.09314)
Tindakan:
1) Observasi :
- Identivikasi saat tingkat ansietas berubah.
- Monitor tanda tanda ansietas verbal non verbal
2) Terapeutik

29
- Temani klien untuk mengurangi kecemasan jika perlu.
- Dengarkan dengan penuh perhatian.
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
3) Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, jika perlu.
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
- Latih teknik relaksasi
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
3. Risiko Infeksi (D.0142)
Perawatan Luka (I.14564)
Tindakan:
1) Observasi :
- Monitor karakteristik luka (drainase, warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
2) Terapeutik
- Lepas balutan dan plester secara perlahan
- Bersihkan luka dengan Nacl 0,9% atau cairan pemebersih
nontoksis
- Berikan salep sesuai jenias luka
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka.
- Berikan diit dengan kalori 30-45 kkal/kgBB/hari dan protein
1,25-1,5 g/kkBB/hari
3) Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kaloro dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antibiotik jika perlu
6. Informasi 1. Memonitor nyeri secara mandiri.
dan Edukasi 2. Cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat.
3. Prosedur tindakan, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
4. Perawatan luka saat dirumah.
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bagian Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
4. Doengos.m, 2013, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

30
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

HAEMOROID
1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis Haemoroid adalah pelebaran
vena-vena didalam pleksus hemoroidalis dengan varian kasus ,
komplikasi, dan penyakit penyertannya.
2. Assesmen
keperawatan
3. Diagnosa 1. Nyeri akut (D.0077)
Keperawatan 2. Konstipasi (D.00490)
3. Ansietas (D.0080)
4. Risiko Infeksi (D.0142).
4. Kriteria 1. Nyeri akut (D.0077)
Evaluasi Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi nyeri menurun, dengan kriteria hasil :
- Kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
- Keluhan nyeri menurun.
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur munurun
- Frekuensi nadi membaik
- Pola napas membaik
- Tekanan darah membaik
- Proses berfikir mebaik.
- Fokus membaik
2. Konstipasi (D.00490)
Eliminasi Fekal ((L04033)
Ekpektasi: eliminasi membaik, dengan kriteria hasil:
- Distensi abdomen menurun.
- Konsistensi feses membaik
- Frekkuensi BAB membaik
3. Ansietas (D.0080)
Tingkat ansietas (L.01006)
Ekpektasi: tingkat ansietas menurun, dengan kriteria hasil:
- Verbalisasi kebingungan menurun.
- Verbalisasi khawatir akibat menurun.
- Perilaku gelisah menurun.
- Perilaku tegang menurun.
4. Risiko Infeksi (D.0142).
Integritas kulit dan jaringan (L.14125)
Ekpektasi: keutuhan kulit meningkat, dengan kriteria hasil:
- Elastisitas meningkat
- Kerusakan jaringan menurun
- Nyeri menurun
- Perdarahan menurun
- Kemerahan menurun

31
- Suhu kulit membaik
5. Intervensi 1. Nyeri akut (D.0077)
Keperawatan Manajemen Nyeri. (I. 08238)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
misalnya (TENS, Hipnosis, Accupresure, terapi music, terapi
pijat, aroma terapi, kompres hangat atau dingin, terapi
bermain.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri misalnya
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitas istirahat dan tidur.
3) Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan mengguanakan analgetik secara tepat.
- Kolaborasi
- Pemberian analgetik jika perlu.
- Edukasi aktifitas/istirahat (I.12362)
4) Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
5) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengatur aktifitas dan istirahat.
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
6) Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik atau olahraga
secara rutin.
- Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan,
sesak anpas saat aktifitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi, target sesuai kemampuan.
2. Konstipasi (D.00490)
Manajemen Eliminasi fekal (I.04151)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar

32
- Identifikasi pengobatan yang berfek pada kondisi gastro
intestinal.
- Monitor buang air besar (missal warna, frekuensi, konsistensi,
volume)
- Monitor tanda dan gejala diare, kontipasi atau impaksi
2) Terapeutik
- Berikan air hangat setelah makan
- Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
3) Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
keteraturan peristaltik usus.
- Anjurkan mencatat warna , frekuensi, konsistensi, volume
feses.
- Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan jika tidak ada kontra
indikasi.
4) Kolaborasi
- Pemberian obat anti diare jika perlu
3. Ansietas (D.0080)
Reduksi ansietas (I.09314)
Tindakan:
1) Observasi :
- Identivikasi saat tingkat ansietas berubah.
- Monitor tanda tanda ansietas verbal non verbal
2) Terapeutik
- Temani klien untuk mengurangi kecemasan jika perlu.
- Dengarkan dengan penuh perhatian.
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
3) Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, jika perlu.
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
- Latih teknik relaksasi
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
4. Risiko Infeksi (D.0142)
Perawatan Luka (I.14564)
Tindakan:
1) Observasi :
- Monitor karakteristik luka (drainase, warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
2) Terapeutik
- Lepas balutan dan plester secara perlahan
- Bersihkan luka dengan Nacl 0,9% atau cairan pemebersih
nontoksis
- Berikan salep sesuai jenias luka
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka.
- Berikan diit dengan kalori 30-45 kkal/kgBB/hari dan protein

33
1,25-1,5 g/kkBB/hari
3) Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kaloro dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antibiotik jika perlu
6. Informasi 1. Memonitor nyeri secara mandiri.
dan Edukasi 2. Cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat.
3. Prosedur tindakan, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
4. Perawatan luka saat dirumah.
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bagian Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
4. Doengos.m, 2013, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

34
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

ULKUS DIABETIK
1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis ulkus diabetic adalah ulkus
yang biasanya diekstremitas bawah yang berkaitan dengan DM. Penyakit
ulkus diabetik termasuk komplikasi DM kronik. Luka yang berakhir
dengan kematian saraf/ jaringan, biasanya dalam jumlah yang besar dan
umumnya diikuti kehilangan persediaan vaskuler (nutrisi) serta diikuti
invasi bakteri pembusukaan.
2. Assesmen 1. Kesemutan
keperawatan 2. Muncul ulkus, ulkus atau gangguan bersifat tidak nyeri, tanda-tanda
nekrotik
3. Diagnosa 1. Kerusakan integritas kulit/jaringan (D.0192)
Keperawatan 2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah ( D.0027)
4. Kriteria 1. Kerusakan integritas kulit/jaringan (D.0192)
Evaluasi Integritas kulit dan jaringan (L.14125)
Ekspetasi keutuhan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan
meningkat, dengan kriteria hasil :
- Elasisitas meningkat
- Perfusi jaringan meningkat
- Kerusakan jaringan menurun
- Kerusakan kulit menurun
- Nekrosis menurun
- Suhu kulit membaik
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah ( D.0027)
Kestabilan glukosa darah (L.03022)
Ekspetasi kadar glukosa darah berada dalam rentang normal, dengan
kriteria hasil :
- Koordinasi meningkat
- Kesadaran meningkat
- Mengantuk menurun
- Pusing menurun
- Lelah/lesu menurun
- Kadar Glukosa dalam darah membaik
- Perilaku membaik
5. Intervensi 1. Kerusakan integritas kulit/jaringan (D.0192)
Keperawatan Perawatan Luka( I.14564 )
1) Observasi
- Monitor karakteristik luka (mis: drainase,warna,ukuran,bau)
- Monitor tanda –tanda infeksi
2) Terapiutik
- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
- Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
- Bersihkan dengan cairan NACL atau pembersih non
toksik,sesuai kebutuhan

35
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
- Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai kondisi
pasien
- Berika diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan
protein1,25-1,5 g/kgBB/hari
- Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin A,vitamin
C,Zinc,Asam amino),sesuai indikasi
- Berikan terapi TENS(Stimulasi syaraf transkutaneous), jika
perlu
3) Edukasi
- Jelaskan tandan dan gejala infeksi
- Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
4) Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridement(mis: enzimatik biologis
mekanis,autolotik), jika perlu
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah ( D.0027)
Manajemen Hiperglikemi (I.03115)
Tindakan:
1) Observasi
- Identifkasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin
meningkat (mis. penyakit kambuhan)
- Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuri,
polidipsia, polivagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur,
sakit kepala)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit,
tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi
2) Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
3) Edukasi
- Anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
- Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika
perlu
- Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan
bantuan professional kesehatan)

36
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
- Kolaborasipemberian kalium, jika perlu
6. Informasi 1. monitor kadar glukosa darah secara mandiri
dan Edukasi 2. Pengelolaan diabetes
3. Perawatan luka saat dirumah.
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bagian Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
4. Doengos.m, 2013, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

37
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

PERITONITIS
1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis Peritonitis adalah inflamasi
dari peritoneum. Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan didalam
abdomen berupa inflamasi dan penyulit misalnya perforasi apendisiti,
perforasi tukak lambung, perforasi tifus abdominalis. Ileus obstruktif dan
perdarahan oleh karena perforasi organ berongga karena trauma
abdomen.
2. Assesmen 1. Gangguan rasa nyaman: nyeri daerah perut, tampak meringis,
keperawatan bersikap ptotektif, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah
2. Pola eliminasi : diare, tdak bisa flatus, tidak bisa BAB
3. Nutrisi: mual, muntah
3. Diagnosa 1. Nyeri akut (D.0077)
Keperawatan 2. Hipertermia (D0130)
3. Neusea (D.0076)
4. Diare (D0020)
5. Ansietas (D.0080)
6. Risiko Infeksi (D.0142).
4. Kriteria 1. Nyeri akut (D.0077)
Evaluasi Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi nyeri menurun, dengan kriteria hasil :
- Kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
- Keluhan nyeri menurun.
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur munurun
- Frekuensi nadi membaik
- Pola napas membaik
- Tekanan darah membaik
- Proses berfikir mebaik.
- Fokus membaik
2. Hipertermia (D.0130)
Termoregulasi (L.14134)
Ekspetasi termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil :
- Menggigil menurun
- Kulit merah menurun
- Suhu tubuh membaik
3. Nausea (D.0076)
Tingkat Nausea (L.808065)
Ekspetasi tingkat nausea menurun, dengan kriteria hasil :
- Keluhan mual menurun
- Perasaan ingin muntah menurun
- Pucat membaik
- Takikardia membaik

38
4. Diare (D0020)
Eliminasi Fekal ((L04033)
Ekpektasi: eliminasi membaik, dengan kriteria hasil:
- Distensi abdomen menurun.
- Konsistensi feses membaik
- Frekkuensi BAB membaik
5. Ansietas (D.0080)
Tingkat ansietas (L.01006)
Ekpektasi: tingkat ansietas menurun, dengan kriteria hasil:
- Verbalisasi kebingungan menurun.
- Verbalisasi khawatir akibat menurun.
- Perilaku gelisah menurun.
- Perilaku tegang menurun.
6. Risiko Infeksi (D.0142).
Integritas kulit dan jaringan (L.14125)
Ekpektasi: keutuhan kulit meningkat, dengan kriteria hasil:
- Elastisitas meningkat
- Kerusakan jaringan menurun
- Nyeri menurun
- Perdarahan menurun
- Kemerahan menurun
- Suhu kulit membaik
5. Intervensi 1. Nyeri akut (D.0077)
Keperawatan Manajemen Nyeri. (I. 08238)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
misalnya (TENS, Hipnosis, Accupresure, terapi music, terapi
pijat, aroma terapi, kompres hangat atau dingin, terapi
bermain.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri misalnya
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitas istirahat dan tidur.
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan mengguanakan analgetik secara tepat.

39
- Kolaborasi
- Pemberian analgetik jika perlu.
- Edukasi aktifitas/istirahat (I.12362)
4) Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
5) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengatur aktifitas dan istirahat.
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
6) Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik atau olahraga
secara rutin.
- Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan,
sesak anpas saat aktifitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi, target sesuai kemampuan.
2. Hipertermia (D0130)
Manajemen hipertermia (I.15506)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermi (missal dehidrasi, terpapar
lingkungan panas)
- Monitor Suhu tubuh
- Monitor haluaran urine.
2) Terapeutik
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Berikan oksigen jika perlu
3) Edukasi
- Anjurkan tirah baring
4) Kolaborasi
Pemberian elektrolit dan intra vena
3. Nausea (D.0076)
Manajemen Mual (I03117)
1) Observasi
- Identifikasi pengalaman mual
- Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
- Monitor mual
- Monitor asupan makanan dan kalori
2) Terapeutik
- Kendalikan faktor lingugan penyebab mual
- Berikan makanan dalam jumlag kecil dan menarik
3) Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan sering membersihkan mulut
- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi mual
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiemerik, jika perlu

40
4. Diare (D0020)
Manajemen Eliminasi fekal (I.04151)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
- Identifikasi pengobatan yang berfek pada kondisi gastro
intestinal.
- Monitor buang air besar (missal warna, frekuensi, konsistensi,
volume)
- Monitor tanda dan gejala diare, kontipasi atau impaksi
2) Terapeutik
- Berikan air hangat setelah makan
- Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
3) Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
keteraturan peristaltik usus.
- Anjurkan mencatat warna , frekuensi, konsistensi, volume
feses.
- Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan jika tidak ada kontra
indikasi.
4) Kolaborasi
- Pemberian obat anti diare jika perlu
5. Ansietas (D.0080)
Reduksi ansietas (I.09314)
Tindakan:
1) Observasi :
- Identivikasi saat tingkat ansietas berubah.
- Monitor tanda tanda ansietas verbal non verbal
2) Terapeutik
- Temani klien untuk mengurangi kecemasan jika perlu.
- Dengarkan dengan penuh perhatian.
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
3) Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, jika perlu.
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
- Latih teknik relaksasi
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
6. Risiko Infeksi (D.0142
Perawatan Luka (I.14564)
Tindakan:
1) Observasi :
- Monitor karakteristik luka (drainase, warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
2) Terapeutik
- Lepas balutan dan plester secara perlahan
- Bersihkan luka dengan Nacl 0,9% atau cairan pemebersih

41
nontoksis
- Berikan salep sesuai jenias luka
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka.
- Berikan diit dengan kalori 30-45 kkal/kgBB/hari dan protein
1,25-1,5 g/kkBB/hari
3) Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kaloro dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antibiotik jika perlu
6. Informasi 1. Memonitor nyeri secara mandiri.
dan Edukasi 2. Cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat.
3. Prosedur tindakan, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
4. Perawatan luka saat dirumah.
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bagian Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
4. Doengos.m, 2013, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

42
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

FIBROADENOMA MAMAE
1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis Fibroadenoma adalah
kelainan pada perkembangan payudara normal dimana ada pertumbuhan
berlebih dan tidak normal pada jaringan payudara dan pertumbuhan yang
lebih dari sel-sel yang melapisi saluran
2. Assesmen Benjolan pada mamae
keperawatan
3. Diagnosa 1. Nyeri akut (D.0077)
Keperawatan 2. Ansietas (D.0080)
3. Risiko Infeksi (D.0142)
4. Kriteria 1. Nyeri akut (D.0077)
Evaluasi Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi nyeri menurun, dengan kriteria hasil :
- Kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
- Keluhan nyeri menurun.
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur munurun
- Frekuensi nadi membaik
- Pola napas membaik
- Tekanan darah membaik
- Proses berfikir mebaik.
- Fokus membaik
2. Ansietas (D.0080)
Tingkat ansietas (L.01006)
Ekpektasi: tingkat ansietas menurun, dengan kriteria hasil:
- Verbalisasi kebingungan menurun.
- Verbalisasi khawatir akibat menurun.
- Perilaku gelisah menurun.
- Perilaku tegang menurun.
3. Risiko Infeksi (D.0142)
Integritas kulit dan jaringan (L.14125)
Ekpektasi: keutuhan kulit meningkat, dengan kriteria hasil:
- Elastisitas meningkat
- Kerusakan jaringan menurun
- Nyeri menurun
- Perdarahan menurun
- Kemerahan menurun
- Suhu kulit membaik
5. Intervensi 1. Nyeri akut (D.0077)
Keperawatan Manajemen Nyeri. (I. 08238)
Tindakan :
1) Observasi

43
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
misalnya (TENS, Hipnosis, Accupresure, terapi music, terapi
pijat, aroma terapi, kompres hangat atau dingin, terapi
bermain.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri misalnya
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitas istirahat dan tidur.
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan mengguanakan analgetik secara tepat.
- Kolaborasi
- Pemberian analgetik jika perlu.
- Edukasi aktifitas/istirahat (I.12362)
4) Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
5) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengatur aktifitas dan istirahat.
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
6) Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik atau olahraga
secara rutin.
- Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan,
sesak anpas saat aktifitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi, target sesuai kemampuan.
2. Ansietas (D.0080)
Reduksi ansietas (I.09314)
Tindakan:
1) Observasi :
- Identivikasi saat tingkat ansietas berubah.
- Monitor tanda tanda ansietas verbal non verbal
2) Terapeutik
- Temani klien untuk mengurangi kecemasan jika perlu.
- Dengarkan dengan penuh perhatian.
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

44
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
3) Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, jika perlu.
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
- Latih teknik relaksasi
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
3. Risiko Infeksi (D.0142)
Perawatan Luka (I.14564)
Tindakan:
1) Observasi :
- Monitor karakteristik luka (drainase, warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
2) Terapeutik
- Lepas balutan dan plester secara perlahan
- Bersihkan luka dengan Nacl 0,9% atau cairan pemebersih
nontoksis
- Berikan salep sesuai jenias luka
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka.
- Berikan diit dengan kalori 30-45 kkal/kgBB/hari dan protein
1,25-1,5 g/kkBB/hari
3) Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kaloro dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antibiotik jika perlu
6. Informasi 1. Memonitor nyeri secara mandiri.
dan Edukasi 2. Cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat.
3. Prosedur tindakan, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
4. Perawatan luka saat dirumah.
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bagian Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
4. Doengos.m, 2013, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

45
C. Panduan Praktik Klinik Unsur Asuhan Keprawatan Penyakit Saraf

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR


ASUHAN KEPERAWATAN

CEDERA KEPALA
1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis cedera kepala yang merupakan
adalah trauma yang mengenai calvaria dan atau basis cranii serta organ-
organ di dalamnya, dimana kerusakan tersebut bersifat nondegeneratif / non-
kongenital, yang disebabkan oleh gaya mekanik dari luar sehingga timbul
gangguan fisik, kognitif maupun sosial serta berhubungan dengan atau tanpa
penurunan tingkat kesadaran dengan varian kasus , komplikasi, dan penyakit
penyertannya.
2. Assesmen 1. Anamneses
keperawatan a. Sifat kecelakaan.
b. Saat terjadinya, beberapa jam/hari sebelum dibawa ke rumah sakit.
c. Ada tidaknya benturan kepala langsung.
d. Keadaan penderita saat kecelakaan dan perubahan kesadaran sampai
saat diperiksa.
e. Bila pasien dapat diajak berbicara, tanyakan urutan peristiwanya
sejak sebelum terjadinya kecelakaan, sampai saat tiba di rumah sakit
untuk mengetahui kemungkinan adanya amnesia retrograd.
f. Ada atau tidak adanya muntah
g. Pasien tidak selalu dalam keadaan pingsan (hilang / turun
kesadarannya), tapi dapat kelihatan bingung / disorientasi (kesadaran
berubah)
2. Pemeriksaan fisik
a. Status fungsi vital
1) Airway (jalan napas)
2) Breathing (pernapasan)
3) Circulation (nadi dan tekanan darah)
b. Status Kesadaran : Glasgow Coma Scale
c. Status Neurologis
1) Anisokor
2) paresis/paralisis
3) refleks patologis
d. Trauma di tempat lain
e. Pemeriksaan orientasi, amnesia, dan fungsi luhur
3. Diagnosa 1. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017)
Keperawatan 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
3. Defisit perawatan diri (D.0109)
4. Kriteria 1. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017)
Evaluasi Perfusi serebral (L.02014)
Ekspektasi : keadekuatan aliran darah serebral untuk menunjang fungsi
otak meningkat.
Kriteria Hasil :

46
- Tingkat kesadaran meningkat
- Kognitif meningkat
- Tekanan intra kranial menurun
- Sakit kepala menurun
- Gelisah menurun
- Kecemasan menurun
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Bersihan Jalan Napas (L.01001)
Ekspektasi : kemampuan membersihkan secret atau obatruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten meningkat
Kriteria Hasil :
- Dyspnea menurun
- Sianosis menurun
- Frekuensi napas membaik
- Pola napas membaik
3. Defisit perawatan diri (D.0109)
Perawatan Diri ( L.11103)
Ekspektasi : kemampuan aktivitas perawatan diri meningkat
Kriteria Hasil :
- Kemampuan mandi meningkat
- Mampu mengenakan pakaian
- Mampu ke toilet untuk BAK/BAB
- Mampu melakukan kebersihan mulut
- Mampu mempertahankan kebersihan diri
- Mampu menelan makanan dan minuman.
5. Intervensi 1. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017)
Keperawatan Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I. 06198)
Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan
metabolisme, edema serebral)
- Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas
ireguler, kesadaran menurun)
- Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
- Monitor status pernapasan
- Monitor intake dan output cairan
2) Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari maneuver Valsava
- Cegah terjadinya kejang
3) Kolaborasi
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari maneuver Valsava
- Cegah terjadinya kejang
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

47
Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
Tindakan :
1) Observasi
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan (gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
2) Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt, dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga trauma servical)
- Posisikan semi-fowler dan atau fowler
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Berikan oksigenasi, jika perlu
3) Edukasi
- Anjurkan asupoan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontra indikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
- Pemberian bronchodilator, ekspectoran, mucolitik, jika perlu
3. Defisit perawatan diri (D.0109)
Dukungan perawatan diri (I.11348)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian
- Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,
berhias, dan makan
2) Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang terapeutik ( mis. Suasana hangat,
rileks, privasi)
- Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun
mandi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
3) Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
6. Informasi 1. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang proses penyakit
dan Edukasi atau prognosis, perawatan diri dan kebutuhan pengobatan
2. Berikan dukungan dan libatkan keluarga dalam program terapi
3. Berikan informasi tentang latihan
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan intervensi
dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan Indonesia serta
analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang telah
ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bidang Keperawatan
Pengolah

48
10.Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuanperawatNasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2016. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta

49
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

TIA (TRANSIENT ISCHEMIC ATTACK) DAN STROKE ISKEMIK

1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis TIA (transient ischemic attack)
dan stroke iskemik yang merupakan Kumpulan gejala defisit neurologis
akibat gangguan fungsi otak akut baik fokal maupun global yang mendadak,
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah pada parenkim
otak, retina atau medulla spinalis, yang dapat disebabkan oleh penyumbatan
atau pecahnya pembuluh darah arteri maupun vena, yang dibuktikan dengan
pemeriksaan imaging dan/atau patologi dengan varian kasus , komplikasi,
dan penyakit penyertannya.
2. Assesmen 1. Breath (pernafasan)
keperawatan 2. Blood (darah)
3. Brain (Otak)
4. Bladder (Kandung kemih)
5. Bowel (Gastro Intestinal)
6. Bone and body skin (tulang dan kaki)
3. Diagnosa 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Keperawatan 2. Gangguan eliminasi urine (D.0040)
3. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
4. Penurunan kapasitas adaptif intracranial (D.0066)
5. Defisit perawatan diri (D.0109)
6. Gangguan menelan (D.0063)
7. Risiko konstipasi (D.0052)
4. Kriteria 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Evaluasi Bersihan Jalan Napas (L.01001)
Ekspektasi : kemampuan membersihkan secret atau obatruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten meningkat
Kriteria Hasil :
- Dyspnea menurun
- Sianosis menurun
- Frekuensi napas membaik
- Pola napas membaik
2. Gangguan eliminasi urine (D.0040)
Eliminasi Urine (L.04034)
Ekspektasi : manajemen eliminasi urine membaik
Kriteria Hasil :
- Frekuensi BAK membaik
- Karakteristik urine membaik
- Berkemih pada tempat yang tepat
- Menggunakan toilet sendiri
- Mengenali keinginan untuk berkemih
3. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
Mobilitas Fisik (L.05042)
Ekspektasi : aktivitas pergerakan fisik meningkat

50
Kriteria Hasil :
- Koordinasi gerakan meningkat
- Peningkatan kekuatan otot dan sendi
- Rentang gerak (ROM) meningkat
- Kelemahan fisik menurun
- Merubah posisi (berbaring, duduk, berjalan)
4. Penurunan kapasitas adaptif intracranial (D.0066)
Kapasitas Adaptif Intrakranial (L06049)
Ekspektasi : kestabilan mekanisme dinamika intracranial dalam
melakukan kompensasi terhadap stimulus yang dapat menurunkan
kapasitas inrakranial meningkat.
Kriteria Hasil :
- Tingkat kesadaran meningkat (GCS)
- Fungsi kognitif meningkat
- Tidak ada triase peningkatan TIK (nyeri kepala, muntah proyektil,
dan disfungsi pupil refleks pupil melambat)
- Tekanan intrakranial (TIK) ≤ 20 mmHg
- Tekanan darah diastole dalam rentang normal (60-90mmHg)
- Tekanan darah sistole dalam rentang normal (90-140mmHg)
- Rata-rata tekanan darah (MAP) 70-90mmHg
5. Defisit perawatan diri (D.0109)
Perawatan Diri ( L.11103)
Ekspektasi : kemampuan aktivitas perawatan diri meningkat
Kriteria Hasil :
- Kemampuan mandi meningkat
- Mampu mengenakan pakaian
- Mampu ke toilet untuk BAK/BAB
- Mampu melakukan kebersihan mulut
- Mampu mempertahankan kebersihan diri
- Mampu menelan makanan dan minuman.
6. Gangguan menelan (D.0063)
Status Menelan (L.06052)
Ekspektasi : jalan makanan dari mulut sampai abdomen adekuat
membaik
Kriteria Hasil :
- Produksi saliva membaik
- Reflek menelan meningkat
- Kemampuan mengosongkan mulut meningkat
- Usaha menelan meningkat
- Kemampuan mengunyah meningkat
- Frekuensi tersedak dan batuk menurun
- Tidak terjadi muntah
- Tidak terjadi refluks lambung
7. Risiko konstipasi (D.0052)
Eliminasi Fecal (L04033)
Ekspektasi : proses defikasi normal yang disertai dengan pengeluaran
feses mudah dn konsisten, frekuensi serta bentuk feses normal.
Kriteria hasil :
- Distensi abdomen menurun
- Nyeri dan kram pada abdomen menurun

51
- Dapat mengontrol pengeluaran feces, tidak mengejan saat defekasi
- Frekuensi BAB membaik
- Peristaltik usus rentang normal (5-15x/menit)
- Konsistensi feces membaik
- Tidak teraba massa fecal pada rectal
5. Intervensi 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Keperawatan Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
Tindakan :
1) Observasi
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan (gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2) Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt, dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga trauma servical)
- Posisikan semi-fowler dan atau fowler
- Berikan minuman hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakheal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigenasi, jika perlu
3) Edukasi
- Anjurkan asupoan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontra indikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
- Pemberian bronchodilator, ekspectoran, mucolitik, jika perlu
2. Gangguan eliminasi urine (D.0040)
Manajemen Eliminasi Urine (1.04152)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
- Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia
urine
- Monitor eliminasi urine (frekuensi, konsistensi,aroma, volume,
dan warna)
2) Terapeutik
- Catat waktu dan haluaran berkemih
- Batasi asupan cairan, jika perlu
- Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
3) Edukasi
- Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
- Ajarkan mengambil specimen urine midstream
- Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
- Anjurkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemih
- Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi.
- Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur

52
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
3. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
Dukungan mobilisasi (I.05173)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
2) Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkjan
pergerakan
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk
di tempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi)
4. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial (D.0066)
Manejemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I.06194)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan
metabolisme, edema serebral)
- Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar, bradicardia, pola napas
ireguler, kesadaran menurun)
- Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
- Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor status pernapasan
2) Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi-fowler
- Hindari maneuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari pemberian cairan IV hipotonik
- Pertahankan suhu tubuh normal
3) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
5. Defisit perawatan diri (D.0109)
Dukungan perawatan diri (I.11348)

53
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian
- Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,
berhias, dan makan
2) Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang terapeutik ( mis. Suasana hangat,
rileks, privasi)
- Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun
mandi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
3) Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
6. Gangguan menelan (D.0063)
Pencegahan aspirasi (I.01018)
Tindakan
1) Observasi
- Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah, dan kemampuan
menelan
- Monitor status pernapasan
- Monitor bunyi napas, terutama setalah makan/minum
- Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
2) Terapeutik
- Posisikan semi fowler ( 30-45 derajat ) 30 menit sebelum
memberi asupan oral
- Pertahankan kepatenan jalan napas ( mis. Teknik head-tilt chin-
lift, jaw thrust, in line )
- Pertahankan pengembangan balon endotrakheal tube(ETT)
- Lakukan penghisapan jalan napas, jika produksi sekret
meningkat.
- Sediakan suction diruangan
- Hindari memberi makan melalui selang gastro intestinal, jika
residu banyak.
- Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
- Berikan obat oral dalam bentuk cair
3) Edukasi
- Anjurkan makan secara perlahan
- Ajarkan strategi mencegah aspirasi
- Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu.
7. Risiko konstipasi (D.0052)
Pencegahan konstipasi (1.04160)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi faktor resiko konstipasi (mis. Asupan serat tidak

54
adekuat, Asuapan cairan tidak adekuat, kelemahan otot
abdomen, aktifitas fisik kurang)
- Monitor tanda dan gejala konstipasi (mis.defekasi kurang 2x
seminggu, defekasi lama/sulit, feses keras, peristaltik menurun)
- Identifikasi status kognitif untuk mengkomunikasikan
kebutuhan.
2) Terapeutik
- Batasi minuman yang mengandung kafein dan alkohol
- Jadwalkan rutinitas BAK
- Lakukan masase abdomen
- Berikan terapi akupresure
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab dan faktor risiko konstipasi
- Anjurkan minum air putih sesuai dengan kebutuhan (1500-2000
ml/hari
- Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik sesuai kebutuhan
- Anjurkan berjalan 15-20 menit 1-2 kali/hari
- Anjurkan berjongkok untuk memfasilitasi proses BAB
4) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi, jika perlu
6. Informasi 1. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang proses penyakit atau
dan Edukasi prognosis, perawatan diri dan kebutuhan pengobatan
2. Berikan dukungan dan libatkan keluarga dalam program terapi
3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi sesuai diit
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan intervensi
dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan Indonesia serta
analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang telah
ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bidang Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuanperawatNasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2016. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta

55
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

INTRA CEREBRAL HEMORHAGIC( ICH) DAN


PERDARAHAN SUB ARACHNOID (PSA)

1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose Intra Cerebral Hemorhagic (ICH)


dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA) yang merupakan Kumpulan gejala
defisit neurologis akibat gangguan fungsi otak akut baik fokal maupun
global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya
aliran darah pada parenkim otak, retina atau medulla spinalis, yang dapat
disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah arteri
maupun vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/atau
patologi dengan varian kasus , komplikasi, dan penyakit penyertannya.
2. Assesmen 1. Nyeri kepala
keperawatan 2. Mual / muntah
3. Sulit menelan
4. Kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak
5. Afasia
6. Gangguan persepsi
7. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
8. Disfungsi kandung kemih
9. Kejang.
3. Diagnosa 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Keperawatan 2. Nyeri akut (D.0077)
3. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
4. Penurunan kapasitas adaptif intracranial (D.0066)
5. Defisit perawatan diri (D.0109)
6. Gangguan menelan (D.0063)
7. Konfusi akut (D.0064)
4. Kriteria 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Evaluasi Bersihan Jalan Napas (L.01001)
Ekspektasi : kemampuan membersihkan secret atau obatruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten meningkat
Kriteria Hasil :
- Dyspnea menurun
- Sianosis menurun
- Frekuensi napas membaik
- Pola napas membaik
2. Nyeri akut (D.0077)
Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi nyeri menurun, dengan kriteria hasil :
- Kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
- Keluhan nyeri menurun.
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur munurun

56
- Frekuensi nadi membaik
- Pola napas membaik
- Tekanan darah membaik
- Proses berfikir mebaik.
- Fokus membaik
3. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
Mobilitas Fisik (L.05042)
Ekspektasi : aktivitas pergerakan fisik meningkat
Kriteria Hasil :
- Koordinasi gerakan meningkat
- Peningkatan kekuatan otot dan sendi
- Rentang gerak (ROM) meningkat
- Kelemahan fisik menurun
- Merubah posisi (berbaring, duduk, berjalan)
4. Penurunan kapasitas adaptif intracranial (D.0066)
Kapasitas Adaptif Intrakranial (L06049)
Ekspektasi : kestabilan mekanisme dinamika intracranial dalam
melakukan kompensasi terhadap stimulus yang dapat menurunkan
kapasitas inrakranial meningkat.
Kriteria Hasil :
- Tingkat kesadaran meningkat (GCS)
- Fungsi kognitif meningkat
- Tidak ada triase peningkatan TIK (nyeri kepala, muntah proyektil,
dan disfungsi pupil refleks pupil melambat)
- Tekanan intrakranial (TIK) ≤ 20 mmHg
- Tekanan darah diastole dalam rentang normal (60-90mmHg)
- Tekanan darah sistole dalam rentang normal (90-140mmHg)
- Rata-rata tekanan darah (MAP) 70-90mmHg
5. Defisit perawatan diri (D.0109)
Perawatan Diri ( L.11103)
Ekspektasi : kemampuan aktivitas perawatan diri meningkat
Kriteria Hasil :
- Kemampuan mandi meningkat
- Mampu mengenakan pakaian
- Mampu ke toilet untuk BAK/BAB
- Mampu melakukan kebersihan mulut
- Mampu mempertahankan kebersihan diri
- Mampu menelan makanan dan minuman.
6. Gangguan menelan (D.0063)
Status Menelan (L.06052)
Ekspektasi : jalan makanan dari mulut sampai abdomen adekuat
membaik
Kriteria Hasil :
- Produksi saliva membaik
- Reflek menelan meningkat
- Kemampuan mengosongkan mulut meningkat
- Usaha menelan meningkat
- Kemampuan mengunyah meningkat
- Frekuensi tersedak dan batuk menurun
- Tidak terjadi muntah

57
- Tidak terjadi refluks lambung
8. Konfusi akut (D.0064)
Tingkat Konfusi (L.06054)
Ekspektasi : Kesadaran, perhatian, kognitif, dan persepsi yang
terganggu menurun
Kriteria hasil :
- Fungsi kognitif meningkat
- Tingkat kesadaran meningkat
- Perilaku halusinasi menurun
- Gelisah menurun
- Persepsi dan fungsi otak membaik
- Respon terhadap stimulus membaik
- Aktifitas psikomotorik meningkat.
- Perbaikan atau penurunan disorientasi waktu, tempat, orang
- Tidak ada kesulitan mengikuti perintah yang kompleks
5. Intervensi 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Keperawatan Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
Tindakan :
1) Observasi
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan (gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2) Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt, dan chin-
lift (jaw-thrust jika curiga trauma servical)
- Posisikan semi-fowler dan atau fowler
- Berikan minuman hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakheal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigenasi, jika perlu
3) Edukasi
- Anjurkan asupoan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontra indikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
- Pemberian bronchodilator, ekspectoran, mucolitik, jika perlu
2. Nyeri Acute (D.0077)
Manajemen Nyeri. (I. 08238)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

58
diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
misalnya (TENS, Hipnosis, Accupresure, terapi music, terapi
pijat, aroma terapi, kompres hangat atau dingin, terapi bermain.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri misalnya
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitas istirahat dan tidur.
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan mengguanakan analgetik secara tepat.
- Kolaborasi
- Pemberian analgetik jika perlu.
- Edukasi aktifitas/istirahat (I.12362)
4) Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
5) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengatur aktifitas dan istirahat.
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
6) Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik atau olahraga
secara rutin.
- Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan,
sesak anpas saat aktifitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi, target sesuai kemampuan.
3. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
Dukungan mobilisasi (I.05173)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
2) Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkjan pergerakan
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.

59
Duduk di tempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
4. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial (D.0066)
Manejemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I.06194)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan
metabolisme, edema serebral)
- Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar, bradicardia, pola napas
ireguler, kesadaran menurun)
- Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
- Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor status pernapasan
2) Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi-fowler
- Hindari maneuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari pemberian cairan IV hipotonik
- Pertahankan suhu tubuh normal
3) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
5. Defisit perawatan diri (D.0109)
Dukungan perawatan diri (I.11348)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian
- Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,
berhias, dan makan
2) Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang terapeutik ( mis. Suasana hangat,
rileks, privasi)
- Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun
mandi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
3) Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
6. Gangguan menelan (D.0063)
Pencegahan aspirasi (I.01018)

60
Tindakan
1) Observasi
- Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah, dan kemampuan
menelan
- Monitor status pernapasan
- Monitor bunyi napas, terutama setalah makan/minum
- Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
2) Terapeutik
- Posisikan semi fowler ( 30-45 derajat ) 30 menit sebelum
memberi asupan oral
- Pertahankan kepatenan jalan napas ( mis. Teknik head-tilt chin-
lift, jaw thrust, in line )
- Pertahankan pengembangan balon endotrakheal tube(ETT)
- Lakukan penghisapan jalan napas, jika produksi sekret
meningkat.
- Sediakan suction diruangan
- Hindari memberi makan melalui selang gastro intestinal, jika
residu banyak.
- Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
- Berikan obat oral dalam bentuk cair
3) Edukasi
- Anjurkan makan secara perlahan
- Ajarkan strategi mencegah aspirasi
- Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu.
7. Konfusi Acute (D.0064)
Pemantauan Neurologis ( I.06197 )
Tindakan :
1) Observasi
- Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan reaktifitas pupil
- Monitor tingkat kesadaran (mis. menggunakan skala Koma
Glascow)
- Monitor tingkat orientasi
- Monitor ingatan terakhir, rentang perhatian, memori masa
lalu,mood, dan perilaku
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor status pernafasan : analisa gas darah, oxymetri nadi,
kedalaman nafas, pola nafas, dan usaha nafas
- Monitor parameter hemodinamika invasif, jika perlu
- Monitor ICP (Intra Cranial Pressure) dan CCP (Cerebral
Perfusion Pressure)
- Monitor refleks kornea
- Monitor batuk dan refleks muntah
- Monitor irama otot, gerakan motor, gaya berjalan, dan
propriosepsi
- Monitor kekuatan pegangan
- Monitor adanya tremor
- Monitor kesemetrisan wajah
- Monitor gangguan visual : diplopia, nistagmus, pemotongan
bidang visual, penglihatan kabur, dan ketajaman penglihatan.
- Monitor keluhan sakit kepala

61
- Monitor karakteristik bicara : kelancaran, kehadiran afasia, atau
kesulitan mencari kata
- Monitor diskriminasi tajam atau tumpul atau panas atau dingin
- Monitor parestesi ( mati rasa, dan kesemutan)
- Monitor pola berkeringat
- Monitor respons babinski
- Monitor respons cushing
- Monitor balutan craniotomy atau laminectomy terhadap adanya
drainage
- Monitor respons terhadap pengobatan
2) Terapeutik
- Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis, jika perlu
- Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intracranial
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
6. Informasi 1. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang proses penyakit
dan Edukasi atau prognosis, perawatan diri dan kebutuhan pengobatan
2. Berikan dukungan dan libatkan keluarga dalam program terapi
3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi sesuai diit
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bidang Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuanperawatNasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2016. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta

62
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

VERTIGO

1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis Vertigo yang merupakan


persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan sekitarnya.
Persepsi gerakan bisa berupa:
1. Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan
vestibular.
2. Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang
yang timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual
Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu:
1. Vertigo vestibular perifer : Terjadi pada lesi di labirin dan nervus
vestibularis
2. Vertigo vestibular sentral : Timbul pada lesi di nucleus vestibularis
batang otak, thalamus sampai ke korteks serebri.
2. Assesmen 1. Keadaan umum dan kesadaran
keperawatan 2. Vital Sign
3. Pemeriksaan nervus kranialis : pada vertigo vestibularis sentral dapat
mengalami gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII,
VIII, IX, X, XI, XII.
4. Motorik : kelumpuhan satu sisi
5. Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi
6. Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-otologi
a. Tes nistagmus : Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat,
sedangkan komponen lambat menunjukkan lokasi lesi: unilateral,
perifer, bidireksional, sentral.
b. Tes Rhomberg : Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh,
kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup
pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada
system vestibuler atau proprioseptif.
c. Tes rhomberg dipertajam (Sharpen Rhomberg): Jika pada keadaan
mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum.
Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi,
kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.
d. Tes jalan tandem: pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat
melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelaianan
vestibuler, pasien akan mengalami deviasi.
e. Tes Fukuda, dianggap abnormal jika deviasi ke satu sisi lebih dari
30 derajat atau maju mundur lebih dari satu meter.
f. Tes past pointing, pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup
maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar
akan terjadi hipermetri atau hipometri.
11. Diagnosa 1. Nyeri akut (D.0077)
Keperawatan 2. Risiko cedera (D.0136)
3. Penurunan kapasitas adaptif intracranial (D.0066)

63
4. Defisit perawatan diri (D.0109)
12. Kriteria 1. Nyeri akut (D.0077)
Evaluasi Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi nyeri menurun, dengan kriteria hasil :
- Kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
- Keluhan nyeri menurun.
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur munurun
- Frekuensi nadi membaik
- Pola napas membaik
- Tekanan darah membaik
- Proses berfikir mebaik.
- Fokus membaik
2. Risiko cedera (D.0136)
Tingkat Cedera (L14136)
Ekspektasi : keparahan dan cedera yang diamati atau dilaporkan
menurun
Kriteria Hasil :
- Toleransi aktivitas meningkat
- Kejadian cedera menurun
- Ekspresi wajah kesakitan menurun
- Gangguan mobiltas menurun
- Gangguan kognitif menurun
3. Penurunan kapasitas adaptif intracranial (D.0066)
Kapasitas Adaptif Intrakranial (L06049)
Ekspektasi : kestabilan mekanisme dinamika intracranial dalam
melakukan kompensasi terhadap stimulus yang dapat menurunkan
kapasitas inrakranial meningkat.
Kriteria Hasil :
- Tingkat kesadaran meningkat (GCS)
- Fungsi kognitif meningkat
- Tidak ada triase peningkatan TIK (nyeri kepala, muntah proyektil,
dan disfungsi pupil refleks pupil melambat)
- Tekanan intrakranial (TIK) ≤ 20 mmHg
- Tekanan darah diastole dalam rentang normal (60-90mmHg)
- Tekanan darah sistole dalam rentang normal (90-140mmHg)
- Rata-rata tekanan darah (MAP) 70-90mmHg
5. Defisit perawatan diri (D.0109)
Perawatan Diri ( L.11103)
Ekspektasi : kemampuan aktivitas perawatan diri meningkat
Kriteria Hasil :
- Kemampuan mandi meningkat
- Mampu mengenakan pakaian
- Mampu ke toilet untuk BAK/BAB
- Mampu melakukan kebersihan mulut
- Mampu mempertahankan kebersihan diri
- Mampu menelan makanan dan minuman.
b. Intervensi 1. Nyeri Acute (D.0077)
Keperawatan Manajemen Nyeri. (I. 08238)

64
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
misalnya (TENS, Hipnosis, Accupresure, terapi music, terapi
pijat, aroma terapi, kompres hangat atau dingin, terapi bermain.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri misalnya
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitas istirahat dan tidur.
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan mengguanakan analgetik secara tepat.
- Kolaborasi
- Pemberian analgetik jika perlu.
- Edukasi aktifitas/istirahat (I.12362)
4) Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
5) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengatur aktifitas dan istirahat.
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya.
6) Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik atau olahraga
secara rutin.
- Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan,
sesak anpas saat aktifitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi, target sesuai kemampuan.
2. Risiko cedera (D.0136)
Pencegahan Cedera (I.14537)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan
cedera
- Identifikasi area obat yang berpotensi menyebabkan cedera
2) Terapeutik
- Sediakan pencahayaan yang memadai

65
- Sediakan psipot dan urinal untuk eliminasi di tempat tidur, jika
perlu
- Pastikan bel/telepon mudah dijangkau
- Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
- Diskusikan terapi/latihan fisik yang diperlukan
- Diskusikan bersama anggoa keluarga yang dapa mendampingi
pasien
- Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan
3) Edukasi
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh pada pasien dan
keluarga
- Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri.
4. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial (D.0066)
Manejemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I.06194)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan
metabolisme, edema serebral)
- Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar, bradicardia, pola napas
ireguler, kesadaran menurun)
- Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor status pernapasan
2) Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi-fowler
- Hindari maneuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari pemberian cairan IV hipotonik
- Pertahankan suhu tubuh normal
3) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan
- Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
5. Defisit perawatan diri (D.0109)
Dukungan perawatan diri (I.11348)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian
- Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,
berhias, dan makan
2) Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang terapeutik ( mis. Suasana hangat,
rileks, privasi)
- Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun

66
mandi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
3) Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
6. Informasi 1. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang proses penyakit
dan Edukasi atau prognosis, perawatan diri dan kebutuhan pengobatan
2. Berikan dukungan dan libatkan keluarga dalam program terapi
3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi sesuai diit
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bidang Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuanperawatNasional Indonesia. Jakarta
2. Aprisunadi. 2016. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, persatuan perawat Nasional Indonesia. Jakarta

67
D. Panduan Praktik Klinik Unsur Asuhan Keprawatan Penyakit Jantung

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR


ASUHAN KEPERAWATAN

1. SINDROM KORONER AKUT TANPA ELEVASI ST SEGMEN UNSTABLE ANGINA


PECTORIS (NSTEMI)
2. SINDROM KORONER AKUT DENGAN ELEVASI ST SEGMEN (STEMI)
1. Pengertian 1. Asuhan keperawatan dengan diagnose medis NSTEMI yang
merupakan sindroma klinik yang disebabkan oleh oklusi parsial atau
emboli distal arteri koroner,tanpa elevasi segmen ST pada gambaran
EKG dengan varian kasus , komplikasi, dan penyakit penyertannya.
2. Asuhan keperawatan dengan diagnose medis STEMI yang
merupakan kejadian oklusi mendadak di arteri coroner epikardial
dengan gambaran EKG elevasi segmen ST dengan varian kasus ,
komplikasi, dan penyakit penyertannya.
2. Assesmen 1. Nyeri Akut
keperawatan 2. Sesak Nafas
3. Gejala Gastrointestinal : seperti mual atau muntah.
4. Anxietas
5. Gejala lain termasuk palpitasi,rasa pusing,sinkop dari aritmia
ventrikel dan gejla dari emboli arteri seperti stroke,iskemia
ekstremitas.
6. 6. Diaporesis atau keringat dingin, sianosis walaupun tanda klinis
dari syock tidak dijumpai
3. Diagnosa 1. Nyeri Akut ( D.0077)
Keperawatan 2. Resiko Penurunan Curah jantung (D.0011)
3. Gangguan Sirkulasi Spontan (D. 0007)
4. Anxietas (D.0080)
5. Gangguan Pertukaran Gas ( D. 0003)
6. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
4. Kriteria 1. Nyeri Akut (D.0077)
Evaluasi Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi : tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Anorexia menurun
- Mual menurun
- Muntah menurun
- Vital sign membaik
2. Resiko penurunan curah jantung (D.0011)
Curah Jantung (L.02008)
Ekspetasi : keadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh meningkat dengan kriteria hasil :
- EF meningkat

68
- Cardic Index meningkat
- Gambaran EKG aritmia referfusi
- Palpitasi menurun
- Bradikardi menurun
- Takikardi menurun
- Lelah menurun
- Pucat/ sianosis menurun
- Batuk menurun
- Oliguri menurun (Produksi urin meningkat)
3. Gangguan sirkulasi spontan (D.0007)
Sirkulasi Spontan (L02015)
Ekspektasi : kemamuan untuk mempertahankan sirkulasi ntuk
menunjang kehidupan meningkat dengan kriteria hasil :
- Tingkat kesadaran meningkat
- Saturasi oksigen meningkat
- Vital Sign membaik
- Gambaran EKG referfusi
- Suhu tubuh meningkat
- Produksi urin meningkat
4. Anxietas (D.0080)
Tingkat Ansietas (L09093)
Ekspektasi : Tingkat Ansietas menurun dengan kriteria hasil :
- Verbalisasi khawatir menurun
- Perilaku gelisah menurun
- Anoreksia menurun
- Palpitasi,frekuensi pernafasan,frekuensi nadi, tekanan darah
menurun
- Diaporesis dan pucat menurun
- Konsentrasi membaik
- Pola tidur,pola berkemih membaik
5. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
Pertukaran Gas (L.01003)
Ekspektasi : oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada
membrane alveolus kapiler dalam batas normal meningkat dengan
kriteria hasil :
- Tingkat kesadaran meningkat
- Dyspnoue menurun
- Bunyi nafas tambahn menurun
- Pusing,penglihatan kabur menurun
- Diaporesis dan gelisah menurun
- Nafas cuping hidung menurun
- Pola Nafas membaik
- Sianosis dan warna kulit membaik
6. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
Toleransi Aktivitas
Ekspektasi: Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan
tenaga meningkat dengan kriteria hasil :
- Saturasi oksigen meningkat
- Frekuensi Nadi meningkat
- Keluhan lelah menurun

69
- Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
- EKG iskemia membaik
5. Intervensi 1. Nyeri Acute (D.0077)
Keperawatan Manajemen Nyeri. (I. 08238)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri misalnya (TENS, Hipnosis, Accupresure, terapi music,
terapi pijat, aroma terapi, kompres hangat atau dingin, terapi
bermain.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri misalnya
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitas istirahat dan tidur.
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan mengguanakan analgetik secara tepat.
- Kolaborasi
- Pemberian analgetik jika perlu.
- Edukasi aktifitas/istirahat (I.12362)
4) Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
5) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengatur aktifitas dan istirahat.
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk
bertanya.
6) Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik atau olahraga
secara rutin.
- Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan,
sesak anpas saat aktifitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi, target sesuai kemampuan.
2. Resiko Penurunan Curah jantung (D.0011)
Perawatan jantung Akut ( I.02076)
Tindakan

70
1) Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri dada
- Monitor EKG 12 sandapan untuk perubahan ST dan T
- Monitor Aritmia ( kelainan irama dan frekuensi )
- Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan resiko aritmia
- Monitor enzim jantung
- Monitor saturasi oksigen
- Identifikasi stratifikasi pada sindroma koroner akut
2) Teraupetik
- Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
- Pasang akses intravena
- Puasakan hingga bebas nyeri
- Berikan therapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan
stress
- Sediakan lingkungan yang kondusif untukn istirahat dan
pemulihan
- Siapkan intervensi koroner perkutan , jika perlu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
3) Edukasi
- Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
- Anjurkan menghindari manuver valsava
- Jelaskan tindakan yang di jalani pasien
- Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan
4) Kolaborasi
- Kolabortasi pemberian anti platelet, anti angina, pemberian
morfin jika perlu, inatropik jika perlu
- Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver valsava
- Kolaborasi meberian antitrombus dengan anti koagulan jika
perlu
- Kolaborasi pemeriksaan X ray dada jika perlu
3. Gangguan Sirkulasi Spontan (D. 0007)
Resusitasi cairan ( I.03139 )
Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi kelas syok
- Monitor status hemodinamik
- Monitor status oksigen
- Monitor kelebihan cairan
- Monitor output cairan tubuh
- Monitor tanda dan gejala oedema paru
2) Therapuetik
- Pasang jalur iv berukuran besar
- Berikan infus cairan kristaloid
3) Kolaborasi
- Kolaborasi jenis dan jumlah cairan
- Kolaborasi pemberian produk darah
4. Anxietas (D.0080)
Terapi Relaksasi ( I.09326 )
Tindakan
1) Observasi

71
- Identifikasi penurunan tingkat energi ketidak mampuan
berkonsentrasi
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan , kemmpuan dan penggunaan teknik
sebelumnya.
- Periksa ketegangan otot , frekuensi nadi, tekanan darah, suhu
sebe;lum dan sesudah latihan
- Monitor respon terhadap terapi relaksasi
2) Therapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lembut dan
berirama
- Gunakan relaksasi sebagi stratyegi penunjang dengan
analgetik ataui tindakan medis lain
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan , manfaat batasandan jenis relaksasi yang
tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang di pilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rilkes dan merasakan sensasi relaksasi
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
5. Gangguan Pertukaran Gas ( D. 0003)
Terapi Oksigen ( I.01026)
Tindakan
1) Observasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor alat terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen secara periodik dan patikan fraski
yang di berikan cukup
- Monitor efektifitas terapi oksigen
- Monitor tanda tanda hipoventilasi
- Monitor tand adan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
- Monitor tingkat kecemasan akibat tehrapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen
2) Therapeutik
- Bersihkan sekret pada mukosa , hidung dan trakea jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
- Tetap berikan oksigen saat pasien di transfer
3) Gunakan perangkat oksigen yang sesuai Edukasi
- Ajarkan pasien dna keluarga cara menggunakan oksigen di
rumah
4) Kolaborasi
- Kolaborasi penetuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktifitas atau tidur
6. Intoleransi Aktifitas (D.0056)

72
Terapi Aktifitas (I.05186)
1) Observasi
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
- Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
- Identifikasi startegi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
- Identifikasi makna aktifitas rutin (misal.bekerja)
2) Terapeutik
- Libatkan keluarga dalam aktifitas, jika perlu
- Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktifitas
3) Edukasi
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika
sesuai
- Ajarkan cara memilih aktivitas yang sesuai
- Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
4) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika sesuai
6. Informasi dan 1. Tanda dan gejala acute miocard infark
Edukasi 2. Kontrol rutin
3. 3Penatalaksanaan , jika tanda dan gejala AMI berulang
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bidang Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan pengurus pusat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Dewan pengurus pusat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

73
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

GAGAL JANTUG AKUT


1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis Gagal Jantung Akut yang
merupakan sindrom klinis disfungsi jantung yang berlangsung cepat dan
singkat (dalam beberapa jam dan atau hari ) dengan varian kasus ,
komplikasi, dan penyakit penyertannya.
2. Assesmen 1. Anamneses:
keperawatan a. Sesak nafas: mendadak, pada posisi tidur terlentang, terutama
malam hari
b. Rasa lelah dapat terjadi saat aktivitas maupun istirahat
c. Batuk-batuk tidak produktif, terutama posisi baring
d. Progresivitas perburukan dalam hitungan hari
2. Pemeriksaan fisik:
a. Pernafasan cepat, lebih dari 24 x/menit (takipnoe)
b. Nadi cepat (takikardi) dan lemah ( >80 x/menit )
c. Tekanan vena jugular meningkat
d. Ronki basah halus
e. Gallop
f. Waktu Pengisian kapiler memanjang (> 2 detik)
3. Diagnosa 7. Resiko Penurunan Curah jantung (D.0011)
Keperawatan 8. Gangguan Sirkulasi Spontan (D. 0007)
9. Anxietas (D.0080)
10. Gangguan Pertukaran Gas ( D. 0003)
11. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
4. Kriteria 1. Resiko penurunan curah jantung (D.0011)
Evaluasi Curah Jantung (L.02008)
Ekspetasi : keadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh meningkat dengan kriteria hasil :
- EF meningkat
- Cardic Index meningkat
- Gambaran EKG aritmia referfusi
- Palpitasi menurun
- Bradikardi menurun
- Takikardi menurun
- Lelah menurun
- Pucat/ sianosis menurun
- Batuk menurun
- Oliguri menurun (Produksi urin meningkat)
2. Gangguan sirkulasi spontan (D.0007)
Sirkulasi Spontan (L02015)
Ekspektasi : kemamuan untuk mempertahankan sirkulasi ntuk
menunjang kehidupan meningkat dengan kriteria hasil :
- Tingkat kesadaran meningkat
- Saturasi oksigen meningkat

74
- Vital Sign membaik
- Gambaran EKG referfusi
- Suhu tubuh meningkat
- Produksi urin meningkat
3. Anxietas (D.0080)
Tingkat Ansietas (L09093)
Ekspektasi : Tingkat Ansietas menurun dengan kriteria hasil :
- Verbalisasi khawatir menurun
- Perilaku gelisah menurun
- Anoreksia menurun
- Palpitasi,frekuensi pernafasan,frekuensi nadi, tekanan darah
menurun
- Diaporesis dan pucat menurun
- Konsentrasi membaik
- Pola tidur,pola berkemih membaik
4. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
Pertukaran Gas (L.01003)
Ekspektasi : oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada
membrane alveolus kapiler dalam batas normal meningkat dengan
kriteria hasil :
- Tingkat kesadaran meningkat
- Dyspnoue menurun
- Bunyi nafas tambahn menurun
- Pusing,penglihatan kabur menurun
- Diaporesis dan gelisah menurun
- Nafas cuping hidung menurun
- Pola Nafas membaik
- Sianosis dan warna kulit membaik
5. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
Toleransi Aktivitas
Ekspektasi: Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan
tenaga meningkat dengan kriteria hasil :
- Saturasi oksigen meningkat
- Frekuensi Nadi meningkat
- Keluhan lelah menurun
- Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
- EKG iskemia membaik
5. Intervensi 1. Resiko Penurunan Curah jantung (D.0011)
Keperawatan Perawatan jantung Akut ( I.02076)
Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri dada
- Monitor EKG 12 sandapan untuk perubahan ST dan T
- Monitor Aritmia ( kelainan irama dan frekuensi )
- Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan resiko aritmia
- Monitor enzim jantung
- Monitor saturasi oksigen
- Identifikasi stratifikasi pada sindroma koroner akut
2) Teraupetik
- Pertahankan tirah baring minimal 12 jam

75
- Pasang akses intravena
- Puasakan hingga bebas nyeri
- Berikan therapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan
stress
- Sediakan lingkungan yang kondusif untukn istirahat dan
pemulihan
- Siapkan intervensi koroner perkutan , jika perlu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
3) Edukasi
- Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
- Anjurkan menghindari manuver valsava
- Jelaskan tindakan yang di jalani pasien
- Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan
4) Kolaborasi
- Kolabortasi pemberian anti platelet, anti angina, pemberian
morfin jika perlu, inatropik jika perlu
- Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver valsava
- Kolaborasi meberian antitrombus dengan anti koagulan jika
perlu
- Kolaborasi pemeriksaan X ray dada jika perlu
2. Gangguan Sirkulasi Spontan (D. 0007)
Resusitasi cairan ( I.03139 )
Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi kelas syok
- Monitor status hemodinamik
- Monitor status oksigen
- Monitor kelebihan cairan
- Monitor output cairan tubuh
- Monitor tanda dan gejala oedema paru
2) Therapuetik
- Pasang jalur iv berukuran besar
- Berikan infus cairan kristaloid
3) Kolaborasi
- Kolaborasi jenis dan jumlah cairan
- Kolaborasi pemberian produk darah
3. Anxietas (D.0080)
Terapi Relaksasi ( I.09326 )
Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi ketidak mampuan
berkonsentrasi
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan , kemmpuan dan penggunaan teknik
sebelumnya.
- Periksa ketegangan otot , frekuensi nadi, tekanan darah, suhu
sebe;lum dan sesudah latihan
- Monitor respon terhadap terapi relaksasi
2) Therapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan

76
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lembut dan
berirama
- Gunakan relaksasi sebagi stratyegi penunjang dengan
analgetik ataui tindakan medis lain
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan , manfaat batasandan jenis relaksasi yang
tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang di pilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rilkes dan merasakan sensasi relaksasi
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
4. Gangguan Pertukaran Gas ( D. 0003)
Terapi Oksigen ( I.01026)
Tindakan
1) Observasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor alat terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen secara periodik dan patikan fraski
yang di berikan cukup
- Monitor efektifitas terapi oksigen
- Monitor tanda tanda hipoventilasi
- Monitor tand adan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
- Monitor tingkat kecemasan akibat tehrapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen
2) Therapeutik
- Bersihkan sekret pada mukosa , hidung dan trakea jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
- Tetap berikan oksigen saat pasien di transfer
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
3) Edukasi
- Ajarkan pasien dna keluarga cara menggunakan oksigen di
rumah
4) Kolaborasi
- Kolaborasi penetuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktifitas atau tidur
5. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
Terapi Aktifitas (I.05186)
1) Observasi
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
- Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
- Identifikasi startegi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
- Identifikasi makna aktifitas rutin (misal.bekerja)
2) Terapeutik

77
- Libatkan keluarga dalam aktifitas, jika perlu
- Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktifitas
3) Edukasi
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika
sesuai
- Ajarkan cara memilih aktivitas yang sesuai
- Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
4) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika sesuai
6. Informasi dan 1. Tanda dan gejala gagal jantung
Edukasi 2. Kontrol rutin dan pembatasan aktivitas fisik
3. Penatalaksanaan , jika tanda dan gejala gagal jantung
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bidang Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan pengurus pusat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Dewan pengurus pusat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

78
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

KRISIS HIPERTENSI
1. Pengertian Asuhan keperawatan dengan diagnose medis Krisis Hipertensi yang
merupakan sejumlah kondisi kelainan klinis dengan atau tanpa kelainan
organ lain, yang disebabkan oleh hipertensi arterial dengan varian
kasus , komplikasi, dan penyakit penyertannya
2. Assesmen 1. Anamese
keperawatan - Pusing, kepala berat
- Nyeri dada
- Cepat lelah
- Berdebar-debar
- Sesak nafas
- Tanpa keluhan
- Kelemahan atau kelumpuhan sebagian atau seluruh anggota
tubuh
2. Pemeriksaan fisik
- TD sistolik > 180 mmHg atau TD diastolic 110 mm
3. Diagnosa 1. Nyeri Akut ( D.0077)
Keperawatan 2. Resiko Penurunan Curah jantung (D.0011)
3. Anxietas (D.0080)
4. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
4. Kriteria 1. Nyeri Akut (D.0077)
Evaluasi Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi : tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Anorexia menurun
- Mual menurun
- Muntah menurun
- Vital sign membaik
2. Resiko penurunan curah jantung (D.0011)
Curah Jantung (L.02008)
Ekspetasi : keadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh meningkat dengan kriteria hasil :
- EF meningkat
- Cardic Index meningkat
- Gambaran EKG aritmia referfusi
- Palpitasi menurun
- Bradikardi menurun
- Takikardi menurun
- Lelah menurun
- Pucat/ sianosis menurun

79
- Batuk menurun
- Oliguri menurun (Produksi urin meningkat)
3. Anxietas (D.0080)
Tingkat Ansietas (L09093)
Ekspektasi : Tingkat Ansietas menurun dengan kriteria hasil :
- Verbalisasi khawatir menurun
- Perilaku gelisah menurun
- Anoreksia menurun
- Palpitasi,frekuensi pernafasan,frekuensi nadi, tekanan darah
menurun
- Diaporesis dan pucat menurun
- Konsentrasi membaik
4. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
Toleransi Aktivitas
Ekspektasi: Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan
tenaga meningkat dengan kriteria hasil :
- Saturasi oksigen meningkat
- Frekuensi Nadi meningkat
- Keluhan lelah menurun
- Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
- EKG iskemia membaik
5. Intervensi 1. Nyeri Acute (D.0077)
Keperawatan Manajemen Nyeri. (I. 08238)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri misalnya (TENS, Hipnosis, Accupresure, terapi music,
terapi pijat, aroma terapi, kompres hangat atau dingin, terapi
bermain.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri misalnya
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitas istirahat dan tidur.
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan mengguanakan analgetik secara tepat.
- Kolaborasi
- Pemberian analgetik jika perlu.

80
- Edukasi aktifitas/istirahat (I.12362)
4) Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
5) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengatur aktifitas dan istirahat.
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk
bertanya.
6) Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik atau olahraga
secara rutin.
- Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan,
sesak anpas saat aktifitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi, target sesuai kemampuan.
2. Resiko Penurunan Curah jantung (D.0011)
Perawatan jantung Akut ( I.02076)
Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri dada
- Monitor EKG 12 sandapan untuk perubahan ST dan T
- Monitor Aritmia ( kelainan irama dan frekuensi )
- Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan resiko aritmia
- Monitor enzim jantung
- Monitor saturasi oksigen
- Identifikasi stratifikasi pada sindroma koroner akut
2) Teraupetik
- Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
- Pasang akses intravena
- Puasakan hingga bebas nyeri
- Berikan therapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan
stress
- Sediakan lingkungan yang kondusif untukn istirahat dan
pemulihan
- Siapkan intervensi koroner perkutan , jika perlu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
3) Edukasi
- Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
- Anjurkan menghindari manuver valsava
- Jelaskan tindakan yang di jalani pasien
- Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan
4) Kolaborasi
- Kolabortasi pemberian anti platelet, anti angina, pemberian
morfin jika perlu, inatropik jika perlu
- Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver valsava
- Kolaborasi meberian antitrombus dengan anti koagulan jika
perlu
- Kolaborasi pemeriksaan X ray dada jika perlu
3. Anxietas (D.0080)

81
Terapi Relaksasi ( I.09326 )
Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi ketidak mampuan
berkonsentrasi
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan , kemmpuan dan penggunaan teknik
sebelumnya.
- Periksa ketegangan otot , frekuensi nadi, tekanan darah, suhu
sebe;lum dan sesudah latihan
- Monitor respon terhadap terapi relaksasi
2) Therapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lembut dan
berirama
- Gunakan relaksasi sebagi stratyegi penunjang dengan
analgetik ataui tindakan medis lain
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan , manfaat batasandan jenis relaksasi yang
tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang di pilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rilkes dan merasakan sensasi relaksasi
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
4. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
Terapi Aktifitas (I.05186)
1) Observasi
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
- Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
- Identifikasi startegi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
- Identifikasi makna aktifitas rutin (misal.bekerja)
2) Terapeutik
- Libatkan keluarga dalam aktifitas, jika perlu
- Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktifitas
3) Edukasi
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika
sesuai
- Ajarkan cara memilih aktivitas yang sesuai
- Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
4) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika sesuai
6. Informasi dan 1. Tanda dan gejala krisis hipertensi
Edukasi 2. Kontrol rutin

82
3. Penatalaksanaan , jika tanda dan gejala krisis hipertensi
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bidang Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan pengurus pusat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Dewan pengurus pusat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

83
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) UNSUR
ASUHAN KEPERAWATAN

FIBRILASI ATRIUM (FA)


1. Pengertian Ashan keperawatan dengan diagnose medis FA yang merupakan
takiaritmia supraventricular yang khas, dengan aktivasi atrium yang
tidak terkoordinasi mengakibatkan perburukan fungsi mekanis atrium.
Pada elektrokardiogram (EKG), ciri dari FA adalah tiadanya konsistensi
gelombang P, yang digantikan oleh gelombang getar (fibrilasi) yang
bervariasi amplitudo, bentuk dan durasinya. Pada fungsi NAV yang
normal, FA biasanya disusul oleh respons ventrikel yang juga ireguler,
dan seringkali cepat dengan varian kasus , komplikasi, dan penyakit
penyertannya.
2. Assesmen 1. Palpitasi. Umumnya diekspresikan oleh pasien sebagai: pukulan
keperawatan genderang, gemuruh guntur, atau kecipak ikan di dalam dada.
2. Mudah lelah atau toleransi rendah terhadap aktivitas fisik
3. Presinkop atau sinkop
4. Kelemahan umum, pusing
5. Hemodinamik dapat stabil atau tidak stabil
6. Denyut nadi tidak teratur
7. Denyut nadi dapat lambat, jika disertai dengan kelainan irama block
8. Jika hemodinamik tidak stabil dengan denyut yang cepat sebagai
kompensasi, maka terdapat tanda2 hipoperfusi (akral dingin, pucat

3. Diagnosa 1. Nyeri Akut ( D.0077)


Keperawatan 2. Resiko Penurunan Curah jantung (D.0011)
3. Gangguan Sirkulasi Spontan (D. 0007)
4. Anxietas (D.0080)
5. Gangguan Pertukaran Gas ( D. 0003)
6. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
4. Kriteria 1. Nyeri Akut (D.0077)
Evaluasi Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi : tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Anorexia menurun
- Mual menurun
- Muntah menurun
- Vital sign membaik
2. Resiko penurunan curah jantung (D.0011)
Curah Jantung (L.02008)
Ekspetasi : keadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh meningkat dengan kriteria hasil :
- EF meningkat

84
- Cardic Index meningkat
- Gambaran EKG aritmia referfusi
- Palpitasi menurun
- Bradikardi menurun
- Takikardi menurun
- Lelah menurun
- Pucat/ sianosis menurun
- Batuk menurun
- Oliguri menurun (Produksi urin meningkat)
3. Gangguan sirkulasi spontan (D.0007)
Sirkulasi Spontan (L02015)
Ekspektasi : kemamuan untuk mempertahankan sirkulasi ntuk
menunjang kehidupan meningkat dengan kriteria hasil :
- Tingkat kesadaran meningkat
- Saturasi oksigen meningkat
- Vital Sign membaik
- Gambaran EKG referfusi
- Suhu tubuh meningkat
- Produksi urin meningkat
4. Anxietas (D.0080)
Tingkat Ansietas (L09093)
Ekspektasi : Tingkat Ansietas menurun dengan kriteria hasil :
- Verbalisasi khawatir menurun
- Perilaku gelisah menurun
- Anoreksia menurun
- Palpitasi,frekuensi pernafasan,frekuensi nadi, tekanan darah
menurun
- Diaporesis dan pucat menurun
- Konsentrasi membaik
- Pola tidur,pola berkemih membaik
5. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
Pertukaran Gas (L.01003)
Ekspektasi : oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada
membrane alveolus kapiler dalam batas normal meningkat dengan
kriteria hasil :
- Tingkat kesadaran meningkat
- Dyspnoue menurun
- Bunyi nafas tambahn menurun
- Pusing,penglihatan kabur menurun
- Diaporesis dan gelisah menurun
- Nafas cuping hidung menurun
- Pola Nafas membaik
- Sianosis dan warna kulit membaik
6. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
Toleransi Aktivitas
Ekspektasi: Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan
tenaga meningkat dengan kriteria hasil :
- Saturasi oksigen meningkat
- Frekuensi Nadi meningkat
- Keluhan lelah menurun

85
- Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
- EKG iskemia membaik
5. Intervensi 1. Nyeri Acute (D.0077)
Keperawatan Manajemen Nyeri. (I. 08238)
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri misalnya (TENS, Hipnosis, Accupresure, terapi music,
terapi pijat, aroma terapi, kompres hangat atau dingin, terapi
bermain.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri misalnya
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitas istirahat dan tidur.
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan mengguanakan analgetik secara tepat.
- Kolaborasi
- Pemberian analgetik jika perlu.
- Edukasi aktifitas/istirahat (I.12362)
4) Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
5) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengatur aktifitas dan istirahat.
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk
bertanya.
6) Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik atau olahraga
secara rutin.
- Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (kelelahan,
sesak anpas saat aktifitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi, target sesuai kemampuan.
2. Resiko Penurunan Curah jantung (D.0011)
Perawatan jantung Akut ( I.02076)
Tindakan

86
1) Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri dada
- Monitor EKG 12 sandapan untuk perubahan ST dan T
- Monitor Aritmia ( kelainan irama dan frekuensi )
- Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan resiko aritmia
- Monitor enzim jantung
- Monitor saturasi oksigen
- Identifikasi stratifikasi pada sindroma koroner akut
2) Teraupetik
- Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
- Pasang akses intravena
- Puasakan hingga bebas nyeri
- Berikan therapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan
stress
- Sediakan lingkungan yang kondusif untukn istirahat dan
pemulihan
- Siapkan intervensi koroner perkutan , jika perlu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
3) Edukasi
- Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
- Anjurkan menghindari manuver valsava
- Jelaskan tindakan yang di jalani pasien
- Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan
4) Kolaborasi
- Kolabortasi pemberian anti platelet, anti angina, pemberian
morfin jika perlu, inatropik jika perlu
- Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver valsava
- Kolaborasi meberian antitrombus dengan anti koagulan jika
perlu
- Kolaborasi pemeriksaan X ray dada jika perlu
3. Gangguan Sirkulasi Spontan (D. 0007)
Resusitasi cairan ( I.03139 )
Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi kelas syok
- Monitor status hemodinamik
- Monitor status oksigen
- Monitor kelebihan cairan
- Monitor output cairan tubuh
- Monitor tanda dan gejala oedema paru
2) Therapuetik
- Pasang jalur iv berukuran besar
- Berikan infus cairan kristaloid
3) Kolaborasi
- Kolaborasi jenis dan jumlah cairan
- Kolaborasi pemberian produk darah
4. Anxietas (D.0080)
Terapi Relaksasi ( I.09326 )
Tindakan
1) Observasi

87
- Identifikasi penurunan tingkat energi ketidak mampuan
berkonsentrasi
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan , kemmpuan dan penggunaan teknik
sebelumnya.
- Periksa ketegangan otot , frekuensi nadi, tekanan darah, suhu
sebe;lum dan sesudah latihan
- Monitor respon terhadap terapi relaksasi
2) Therapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lembut dan
berirama
- Gunakan relaksasi sebagi stratyegi penunjang dengan
analgetik ataui tindakan medis lain
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan , manfaat batasandan jenis relaksasi yang
tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang di pilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rilkes dan merasakan sensasi relaksasi
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
5. Gangguan Pertukaran Gas ( D. 0003)
Terapi Oksigen ( I.01026)
Tindakan
1) Observasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor alat terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen secara periodik dan patikan fraski
yang di berikan cukup
- Monitor efektifitas terapi oksigen
- Monitor tanda tanda hipoventilasi
- Monitor tand adan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
- Monitor tingkat kecemasan akibat tehrapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen
2) Therapeutik
- Bersihkan sekret pada mukosa , hidung dan trakea jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
- Tetap berikan oksigen saat pasien di transfer
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
3) Edukasi
- Ajarkan pasien dna keluarga cara menggunakan oksigen di
rumah
4) Kolaborasi
- Kolaborasi penetuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktifitas atau tidur

88
6. Intoleransi Aktifitas (D.0056)
Terapi Aktifitas (I.05186)
1) Observasi
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
- Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
- Identifikasi startegi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
- Identifikasi makna aktifitas rutin (misal.bekerja)
2) Terapeutik
- Libatkan keluarga dalam aktifitas, jika perlu
- Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktifitas
3) Edukasi
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika
sesuai
- Ajarkan cara memilih aktivitas yang sesuai
- Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
4) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika sesuai
6. Informasi dan 1. Tanda dan gejala gangguan irama jantung
Edukasi 2. Kontrol rutin
3. Penatalaksanaan , jika tanda dan gejala berulang
7. Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah dilaksanakan
intervensi dan dibandingkan dengan Standar luaran Keperawatan
Indonesia serta analisis terhadap perkembangan diagnosis keperawatan
yang telah ditetapkan.
8. Penelaah Komite Keperawatan
Kritis
9. Unit Bidang Keperawatan
Pengolah
10. Kepustakaan 1. Aprisunadi. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan pengurus pusat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta
2. Aprisunadi. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Dewan pengurus pusat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Jakarta
3. Aprisunadi. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
pengurus pusat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

89
BAB III
PENUTUP

Pandauan asuhan keperawatan ini sebagai pedoman dalam memeberikan asuhan keperawatan.
Sehinggan mampu menwujudkan keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan professional
merupakan integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Asuhan Pasien Terintegrasi merupakan salah satu wujud pelayanan kesehatan
denga konsep Patient Centred Care. Pelayanan keperawatan merupakan salah satu unsur dari
Asuhan Pasien Terintegrasi, faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh
karenanya kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal
mungkin.

90

Anda mungkin juga menyukai