A. IDENTITAS PASIEN
Nama (Inisial) : Ny. M
Umur : 78 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat : Karangawen, Demak
Diagnos Medis : CHF NYHA IV, HT stage II, azotemia, anemia
normositik, asites grade II
B. DATA FOKUS
1. Data Subyektif
Ny. M mengatakan lemas sekali.
2. Data Obyektif
a. Klien tampak sesak
b. Klien tampak lemah
c. Skala kelelahan (FACIT) klien : 50
d. Ortopnea
e. RR 32x/menit, Tekanan darah : 180/90 mmHg, Nadi : 88X/menit
f. Kuku pucat, konjungtiva anemis
g. Radiologi :
- Echocardiograpgy : LVH konsentrik, RWMA (+), fungsi sistolik LV
turun dengan LVEH 36% (biplane), GLS -10,6%, disfungsi diastolic
LV grade 1, mild MR, Mild TR, mild PR
- USG : peningkatan ekogenesitas korteks ginjal kanan kiri, tak tampak
kelainan lain pada sonografi organ – organ intraabdomen
h. EKG : Sinus takikardi
C. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL
Masalah keperawatan yang muncul adalah intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
G. PEMBAHASAN
Salah satu masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan
congestive heart failure atau CHF adalah intoleransi aktivitas. Pada pasien Ny.
M, intoleransi aktivitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen. Intervensi yang dapat diberikan pada intoleransi aktivitas
adalah mengatasi kelelahan pasien, salah satunya dengan Teknik relaksasi otot
progresif. Terkait dengan kelelahan, tidak semua teknik relaksasi dapat
dilakukan. Sebagai contoh, teknik relaksasi otot progresif memerlukan energi
pada saat dilakukan intervensi, teknik relaksasi napas dalam tidak secara
langsung menstimulasi reseptor parasimpatis, teknik relaksasi dengan distraksi
sukar dilakukan berkaitan dengan dinamika kondisi psikologis pasien sehingga
ketiga metode tersebut akan sulit jika dilakukan pada pasien gagal jantung.
Pada klien dengan kelelahan dapat diturunkan oleh beberapa intervensi
diantaranya Teknik relaksasi pijat. Pemberian pijat punggung pada pasien
gagal jantung bertujuan perbaikan kondisi psikologis pada pasien gagal jantung
mengarah pada penurunan skor fatigue terlebih jika diikuti dengan perbaikan
pada parameter fisiologis (tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu, dan
saturasi oksigen) (Nugraha, 2017).
Hal ini dikarenakan terapi ini merelaksasikan beberapa kumpulan otot di
area punggung yang akan merangsang sistem limbik di hipotalamus untuk
mengeluarkan corticotropin releasing factor (CRF). Substansi tersebut akan
menstimulasi hipofisis untuk meningkatkan sekresi endorfin dan pro opioid
melano cortin (POMC) yang akan meningkatkan produksi ensefalin oleh
medula adrenal sehingga akan memengaruhi suasana hati dan memberikan
perasaan rileks.
Intervensi pijat punggung menggunakan instrumen panduan pijat
punggung yang terdiri dari metode: (a) hand changing, (b) teknik mengggesek
dan memutar dengan ibu jari, (c) teknik efleurasi merupakan tipe pijatan
dengan cara menggosok pijatan yang lambat dan luwes, (d) teknik petrisasi
atau menarik secara lembut, dan (e) teknik tekanan menyikat. Pengukuran skor
kelelahan menggunakan skala kelelahan fungsional assessment for chronic
illness therapy (FACIT). Instrumen FACIT mengukur parameter kelelahan
fisiologis maupun psikologis. Chandran, Bhella, Schentag, dan Glandman
(2007) menyatakan bahwa skala kelelahan FACIT memiliki nilai validitas yang
tinggi (Cronbach’s Alpha = 0,96) dan memiliki nilai reliabilitas yang tinggi
pula (0,95) sehingga sangat tepat untuk dijadikan instrumen dalam pengukuran
kelelahan.
Pemberian pijat punggung pada Ny. M sedikit menurunkan skala
kelelahan Ny. M. respon yang terlihat adalah dapat membuat pasien nyaman,
tekanan darah dan nadi menurun. Pada hari kedua implementasi, nampak
perubahan yang cukup signifikan pada respiratory rate dan tekanan darah Ny.
M yang semula 32 kali/menit kemudian menjadi 28 kali/menit, serta berawal
180/90 mmHg menjadi 150/80 mHg. Namun intoleransi aktivitas dengan
gejala sesak napas dan kelemahan ini tidak serta merta hanya dengan terapi
pijat, melainkan juga terapi farmakologis serta kolaborasi pemberian terapi
oksigen.
DAFTAR PUSTAKA
Chandran, V., Bella, S., Schentang, C., & Gladman, D. (2007). Fungtional assesment
Chen, W., Liu, G., Yeh, S., Chiang, M., Fu, M., & Hsieh, Y. (2013). Effect of back
Nugraha, Bambang Aditya, Sari Fatimah, Titis Kurniawan. 2017. Pengaruh pijat
punggung terhadap skor kelelahan pasien gagal jantung. Diakses pada 8 Oktober
Oleh:
Maida Yuniar Benita
22020118210020