Puji syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih dan sayangnya
kepada kita semua khususnya kepada penulis serta selalu memberikan hidayah
dan inayahnya sehingga penulis dapat membuat makalah ini dengan penuh suka
cita dan dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat dan
salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada nabi besar kita,nabi Muhammad
SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Case Analyzed Method.
Dalam penyusunannya pun penulis mendapatkan bantuan dari dosen mata kuliah
yang bersangkutan, dari teman-teman dan dari referensi buku serta artikel media
massa. Penyusunan makalah ini belum mencapai kata sempurna, sehingga penulis
dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sehingga di kemudian hari penulis dapat membuat makalah jauh
lebih baik dari makalah ini. Penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat
menambah pengetahuan pembaca serta menjadi inspirasi bagi pembaca.
Bandung,
April 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan beberapa pertanyaan yang akan dibahas
dalam suatu makalah. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
A. Pengertian prematur
Prematuritas adalah kelahiran hidup bayi dengan berat < 2.500 g.
Kriteria ini dipakai terus secara luas, sampai tampak bahwa ada perbedaan
antara usia hamil dan berat lahir yang disebabkan adanya hambatan
pertumbuhan janin. (Feyanto, 2011).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi kurang dari 37
minggu, mengalami berbagai keterlambatan perkembangan. Hal ini terjadi
karena organ tubuhnya belum matur, sehingga kemampuan fungsi
fisiologisnya terbatas, atau karena faktor lingkungan yang kurang
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan bayi (Rustina, Yeni, 2015).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37
minggu tanpa mempertimbangkan berat badan; sementara itu bayi berat lahir
rendah (BBLR) adalah bayi-bayi yang berat lahirnya <2500 gram
(Lowdermilk, Perry, Bobak, 2000). Terdapat 3 subkategori usia kelahiran
prematur berdasarkan kategori World Health Organization (WHO) (2010),
yaitu:
1. Extremely preterm (< 28 minggu)
2. Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
3. Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu).
Etiologi Prematur
1. Idiopatik
Kurang lebih 50% penyebab persalinan prematur tidak diketahui, oleh
karena itu digolongkan pada kelompok idiopatik atau persalinan prematur
spontan. Termasuk ke dalam golongan ini antara lain persalinan prematur
akibat kehamilan kembar, poli hidramnion atau persalinan prematur yang
didasari oleh faktor psikososial dan gaya hidup. Persalinan prematur spontan
didahului oleh ketuban pecah dini yang berkisar 13,5%, yang sebagian besar
disebabkan karena faktor infeksi (korioamnionitis).
Saat ini penggolongan idiopatik dianggap berlebihan, karena setelah
diketahui banyak faktor yang terlibat dalam persalinan prematur, oleh karena
itu sebagian besar penyebab persalinan prematur dapat digolongkan ke
dalamnya. Apabila tidak terdapat faktor-faktor lain sehingga penyebab
prematuritas tidak dapat diterangkan, maka penyebab persalinan prematur ini
disebut idiopatik. (krisnad & Effendi dkk, 2009)
2. Latrogenik (elektif)
Perkembangan teknologi kedokteran dan perkembangan etika
kedokteran menempatkan janin sebagai individu yang mempunyai hak atas
kehidupannya (fetus as a patient), sehingga apabila kelanjutan kehamilan
diduga dapat membahayakan janin, janin akan dipindahkan ke dalam
lingkungan luar yang dianggap lebih baik dari rahim ibunya sebagai tempat
kelangsungan hidupnya. Kondisi tersebut juga disebut Elective preterm.
Keadaan ibu yang sering menyebabkan persalinan prematur elektif
seperti preeklamsi berat dan eklamsi, perdarahan antepartum (plasenta previa
dan solusio plasenta), korioamnionitis, penyakit jantung yang beraat atau
penyakit paru/ginjal yang berat. Selain keadaan ibu, keadaan janin juga dapat
menyebabkan persalinan prematur dilakukan adalah gawat janin (hipoksia,
asidosis atau gangguan jantung janin), infeksi intrauterine, pertumbuhan janin
terhambat (IUGR) serta isoimunisasi rhesus. (krisnad & Effendi dkk, 2009)
3. Faktor Sosio-demografik
Penyebab yang termasuk kedalam factor ini adalah:
a. Factor psiko-sosial, adalah kecemasan, depresi, keberadaan stress,
respons emosional, support social, pekerjaan, perilaku dan aktivitas
seksual.
b. Factor demografik, adalah usia ibu, status marital, kondisi sosio-
ekonomi, faktor ras dan etnik. (krisnad & Effendi dkk, 2009)
4. Faktor ibu (Maternal)
a. Inkompetensi serviks
b. Riwayat reproduksi, adalah pernah mengalami persalinan matur,
pernah mengalami ketuban pecah dini, pernah mengalami keguguran,
interval kehamilan, paritas.
c. Kehamilan kembar
d. Program bayi tabung
e. Kelainan uterus
f. Pemeriksaan kehamilan
g. Skoring risiko
h. Penyakit medis dan keadaan kehamilan. (krisnad & Effendi dkk,
2009).
Patofisiologi
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam 4
golongan yaitu :
Penatalaksanaan
Menurut Abraham M. Rudolph, dkk (2006) sebagian besar masalah
perawatan bayi prematur adalah tentang membantu mereka mengompensasi
defisiensi perkembangan tersebut samapi sistem organ mereka matur.
1. Observasi
Frekuensi denyut jantung, frekuensi nafas, dan tekanan darah harus sering
diukur pada bayi dengan atau beresiko menderita penyakit kardiopulmonal.
Frekuensi denyut jantung dan pernapasan biasanya dipantau menggunakan
alat yang menunjukan apakah kedua variabel tersebut melewati batas-batas
yang dapat diterima. Jika tersedia, sebuah kateter arteri umbikalis harus
digunakan untuk mengukur tekanan darah; jika tidak dapat digunakan metode
tidak langsung seperti instrumen Doppler dapat digunakan. Nilai rata-rata dan
rentang tekanan darah normal bervariasi menurut berat lahir.
2. Perlakuan (Handling)
Bayi baru lahir yang sakit berat badan dan bayi prematur yang sangat kecil
tidak dapat menoleransi perlakuan. Mengubah posisi tubuh mereka dan
melakukan berbagai tindakan dapat menibulkan suatu hipoksia transien tetapi
berat. Fleksi leher pada bayi yang tidak diintubasi menyebabkan sumbatan
jalan nafas dengan hipoksia serta hiperkarbia. Bahkan pemberian susu pun
sering menyebabkan penurunan PaO2 sebesar 10-15 mmHg selama 15- 30
menit setelahnya. Rangkaian tindakan seperti ini akan menimbulkan efek
merugikan yang bersifat kumulatif. Sebagai contoh, bayi dengan berat 1100
gram yang selama ini bernafas spontan tanpa kesulitan sering kali akan
mengalami pernapasan periodik yang berat serta serangan apnea yang
menetap hingga setengah hari atau lebih, setelah secara berturut-turut
menjalani tindakan pengambilan darah, pungsi lumbal, dan foto sinar-X dada.
3. Suhu dan lingkungan
Pengontrolan suhu tubuh merupakan masalah utama pada bayi dengan
berat badan lahir sangat rendah. Permukaan tubuh mereka yang relatif luas
terhadap massa tubuh meningkatkan kehilangan panas. Kehilangan cairan
lewat proses evaporasi juga merupakan masalah utama pada bayi-bayi ini.
Kedua masalah tersebut saling berkaitan dengan faktor lingkungan yang
mempengaruhi suhu tubuh juga, mempengaruhi kehilangan cairan melalui
evaporasi, dan kehilang cairan melalui evaporasi meningkatkan kehilangan
panas. Ada empat jalur utama kehilang panas tubuh pada bayi baru lahir:
a. Konveksi ke udara sekitar. Kehilangan panas melalui cara ini meningkat
jika udara dingin dan bergerak cepat diatas permukaan tubuh bayi.
Kehangatan spesifik udara meningkatkan kandungan air. Jadi, kehilangan
panas terendah terjadi bila udara disekelilingnya hangat dan lembab.
b. Radiasi kestruktur yang lebih dingin disekitar bayi, seperti dinding
ikubator yang dingin.
c. Evaporasi cairan pada permukaan kulit. Kehilangan panas ini meningkat
jika udara sekitarnya kering dan kulit terpajan pada sumber penghangat
radian seperti unit penghangat atau unit fototerapi.
d. Konduksi ke benda dingin yang berkontak dengan bayi tersebut, seperti
kasur tempat bayi dibaringkan.
e. Cairan dan elektrolit parenteral, bayi yang sakit berat sehingga tidak dapat
makan melalui mulut atau selang lambung memerlukan terapi cairan,
elektrolit dan glukosa parenteral. Hal ini berlaku untuk semua bayi
prematur dengan berat lahir sangat rendah, sekalipun mereka tidak
menderita penyakit kardiopulmonal.
4. Nutrisi
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB
dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan
menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih
sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang
paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60
cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/
hari.
5. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti
bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR).
10 Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
6. Metode PMK (Perawatan Bayi Kangguru)
a. Ibu bertelanjang dada sedangkan bayi menggunakan popok dan topi
bayi
b. Bayi diletakkan diantara payudaya ibu dengan posisi tegak
c. dada bayi menempel pada dada ibu
d. posisi bayi diamankan dengan cara menyanggah tubuh bayi dengan
kain panjang kemudian kepala bayi dipalingkan ke sisi kiri atau kanan
dan sedikit tengadah atau ekstensi
7. Termoregulasi pada bayi baru lahir
a. Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam
rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang
dingin, pembentukan kembali panas tubuhnya menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin ,
pembentukan suhutanpa mekanisme menggigilmerupakan usaha utama
seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya .
b. Pada bayi baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh
yang belum efisien dan masih lemah sehingga penting untuk
mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses
kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi,
radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi di lahirkan dalam
lingkungan dengan suhu sekitar 25-28℃ , dikeringkan dan dibungkus
dengan hangat.simpanan hangat yang tersedia dapat digunakan sebagai
produksi panas.
c. Suhu yang stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga
tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehhilangan
panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-
37℃.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada bayi prematur dan
BBLR adalah sebagai berikut:
1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm. Neutrofil meningkat hingga 23.000-
24.000/mm hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.
2. (Ht) : 43 % -61 %. Peningkatan hingga 65 % atau lebih menandakan
polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah
berhubungan dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan.
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2
hari, dan 12 gr/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal
kehidupan.
7. Pemeriksaan analisa gas darah
Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perlusi ventilasi, sianosis,apnea.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan
c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
produksi survaktan.
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar hb
dalam darah.
c. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang koordinasi reflek mengisap dan menelan
d. Resiko tinggi hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP
imatur, ketidak mampuanmerasakan dingin berkeringat.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur,
prosedur inhasi1
f. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang keadaan anaknya
g. Ketakutan orang tua berhubungan dengan takut akan kehilangan
anaknya .
h. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit anaknya
BAB III
ANALISA KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. X 28 MINGGU DENGAN
PREMATURE
A. Kasus
Seorang bayi, laki-laki yang telahir dari seorang ibu berusia 20 tahun, lahir
dengan usia gestasi 28 minggu. Bayi lahir dengan spontan ditolong oleh bidan.
Bayi lahir dengan BB 1900 gr, PB 43 cm. Nilai Apgar 4/5. Pada saat lahir, bayi
dilkukan resusitasi neonatus, dilakukan Penghisapan lendir, dilakukan
rangsangan, dilakukan baging, bayi juga diberikan oksigen ½ lt/mnt, dan
diberikan antibiotik. Keadaan umum bayi lemah, Suhu tubuh 36,2o C, Pernafasan:
65 x/ menit, terdapat retraksi, terdapat nafas cuping hidung, saturasi oksigen
88%, Nadi : 165 x/ menit, bayi terpasang OGT dengan pemberian nutrisi susu
formula 8 x 15 cc. Pada jam makan sebelumnya bayi tampak regurgitasi, pada
saat di aspirasi, terdapat sisa cairan lambung sebanyak 2 cc warna bening. BB saat
dikaji 1700 gram. Usia bayi saat dikaji 2 hari. Kepala lebih besar dari badan,
ubun-ubun dan sutura lebar, tidak ada caput, tidak ada maulage, tidak ada
benjolan yang abnormal. Saat ini bayi dirawat didalam inkubator, dengan suhu
inkubator 32oC, menggunakan oksigen ½ liter/mnt, terpasang infus untuk nutrisi
(Dx 10%, lemak dan aminofusin) 4 gtt/mnt. Bayi terlahir dari ibu P3 A1. Sklera
tampak ikterik, kulit tampak kuning sampai area perut, Bilirubin total 15 mg,
terpasang foteterapi hari ke dua Ibu terlihat sedih dengan kodisi anaknya, ibu
tidak tahu cara merawat bayi dengan prematur. Asi ibu belum keluar.
B. Biodata
1. Identitas Neonatus
a. Nama : By.X
b. Tempat, Tanggal Lahir : 17 Mei 2019
c. Usia : 2 hari
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Tanggal Masuk : 17 Mei 2019
f. Tanggal Pengkajian : 19 Mei 2019
g. Diagnosa Medis : Prematur
h. Jaminan Kesehatan : umum
2. Identitas Orangtua
a. Nama Ayah/Ibu : Ny.A
b. Usia : 20 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. manggahang
g. No. HP : 082213475478
RIWAYAT KESEHATAN
1. Alasan masuk Rumah Sakit
Bayi lahir dengan usia gestasi 28 minggu, lahir dengan spontan ditolong oleh
bidan.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji riwayat kesehatan dahulu
3. Keluhan utama
BBLR
Genogram :
Riwayat Kelahiran :
Usia Kehamilan : 28 mgg Berat Badan Lahir : 1900 gram
Masalah Post Natal yang lain Ya Tidak
√
PENGKAJIAN PSIKOSPIRITUAL
Persepsi klien/ orang tua terhadap kesehatan neonatus saat ini:
Ibu terlihat sedih dengan kodisi anaknya, ibu tidak tahu cara merawat bayi dengan prematur.
Asi ibu belum keluar.
Harap orangtua terhadap perawatan dan pengobatan saat ini
Kaji harapan kesehatan bayi
Aturan dalam agama yang mempengaruhi kesehatan dalam hal : Diet Pengobatan
Lain-lain
Sebutkan
:………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………….
Penerimaan keluarga
:………………………………………………………………………………………………………
………………………….
PENGKAJIAN SOSIOKULTURAL
Status social
Tempat tinggal √ Rumah CPanti C Tempat penitipan anak
√
Yang merawat klien : Ibu Nenek Pengasuh Lain – lain Sebutkan
√ C C
………………………….. C C
Kerabat terdekat yang dapat dihubungi : Nama :…………………………….
Hubungan:…………………..telepon:…………….
Suku : Jawa C
Batak C
Madura C
Betawi C
Lain – lain Sebutkan
C
…………………………..
Aturan dalam budaya yang mempengaruhi kesehatan dalam hal :
Sebutkan :
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………….
Kebutuhan Edukasi
C Lain – lain,
Sebutkan
………………………………………………………………………………………………………
……………………………
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Bilirubin total 15mg
26
Tanggal
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
dan jam
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. 1.
bersihan jalan nafas keperawatan selama 2 x 24 jam
bersihan jalan nafas teratasi.
Dengan kriteria hasil:
Hipotermia
27
Ikterik neunatus
28
Risiko infeksi
29
Kekurangan volume
30
cairan
31
32
A. INTERVENSI KEPERAWATAN
3. monitor frekuensi,
irama, kecematan saturasi
O2.
4. lakukan fototerapi
dengan jarak 30 cm.
5. perhatikan peningkatan
BB pada bayi.
6. intruksikan dan
kolaborasikan dengan ibu/
33
4. kolaborasi dengan
tenaga medis lain untuk
pemberian terapi cairan
elektrolit.
4. informasikan ibu
tentang factor- factor bayi
prematur
B. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
35
C. EVALUASI KEPERAWATAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA