Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI PEURPERALIS

INDAH WAHYUNI SY

1816019

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANCA BHAKTI


PRODI DIII KEBIDANAN
BANDAR LAMPUNG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingg penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Atas segala
kekurangannya, penyusun mohon maaf dan penyusun berharap semoga laporan pendahuluan
ini bermanfat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya

Bandar Lampung, Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................1

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................4
B. Tujuan.................................................................................................4

BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................5

A. Definisi...............................................................................................5
B. Etiologi...............................................................................................5
C. Patofisiologi........................................................................................6
D. Komplikasi..........................................................................................7
E. Pemeriksaan Penunjang......................................................................8
F. Penatalaksanaan Kebidanan................................................................9
G. Penatalaksanaan Medis.....................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di negara maju maupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi
terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang
sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian
ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan ini terutama
disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, di samping ketidak tersediaan pelayanan atau
rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang
cukup berkualitas.
Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan
promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap
masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan. Oleh karena itu,
pelayanan pascapersalianan harus terselenggara pada masa nifas atau puerperium
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi
dini pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta pelayanan
pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.

B. TUJUAN
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada infeksi puerpuralis.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi
Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-
kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono
Prawirohardjo, 2005 : 689 ).
Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).
Jadi, yang dimaksud dengan infeksi puerperalisa adalah infeksi bakteri pada traktus
genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38ᵒC
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan
mengecualikan 24 jam pertama.

B. Etiologi
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari
luar.  Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob
yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman
yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :
 Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.
 Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit
 Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas
 Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.

5
C. Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah lika dengan
diameter kira-kira 4 cm. Permukaanna tidak rata, berbenjol – benjol karena banyak
vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk
tumbuhnya kuman-uman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita.
Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan
perineum yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman-kuman patogen.
Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau menyebar di luar luka
asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan atau
alat – alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman-kuman.
b. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas lainnya yang
berada di ruangan tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang
bertugas harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran nafas
dilarang memasuki kamar bersalin.
c. Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh
aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril,
dan alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau
pada waktu nifas.
d.   Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali
jika menyebabkan pecahnya ketuban.
e.  Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intraparum biasanya terjadi pada waktu
partus lama, apalagi jika ketuban sudah lam pecah dan beberapakali dilakukan
pemeriksaan dalam. Gejal-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai
dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat
pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intra
partum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan
dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin.

6
D. Komplikasi
Infeksi puerperalis dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1) Infeksi yang terbatas pada perineum , vulva , vagina , serviks , dan
endometrium
a. Infeksi perineum, vulva, dan serviks
Tanda dan gejalanya :
 Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan atau tanpadistensi
urine.
 Jahitan luka mudah lepas, merah, dan bengkak.
 Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu sekitar 38ᵒC,
dan nadi kurang dari 100x/menit.
 Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,
demam bisa meningkat hingga 39-40ᵒ C, kadang-kadang disertai menggigil.

b. Endometritis
 Kadang –kadang lokhea tertahan dalam uterus oleh darah sisa plasenta dan
selaput ketuban yang disebut lokiametra.
 Pengeluaran lokia bisa banyak atau sedikit, kadang-kadang berbau/tidak,
lokhea berwarna merah atau coklat.
 Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum, menggigil, nadi biasanya
sesuai dengan kurva suhu tubuh.
 Sakit kepala, sulit tidur, dan anoreksia.
 Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, his susulan
biasanya sangat mengganggu.
 Leukositosis dapat berkisar antara 10.000-13.000/mm³.

2) Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena , jalan limfe dan permukaan dan
endometrium.
a. Septikemia dan piemia
 Pada septikemia, sejak permulaan klien sudah sakit dan lemah sampai 3 hari
postpartum suhu meningkat dengan cepat. Biasanya disertai menggigil dengan

7
suhu 39-40ᵒC. Keadaan umum cepat memburuk, nadi sekitar 140-160x/menit
atau lebih. Klien juga dapat meninggal dalam 6-7 hari postpartum.
 Pada piemia, suhu tubuh klien tinggi disertai dengan menggigl yang terjadi
berulang-ulang. Suhu meningkat dengan cepat kemudian suhu turun dan
lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia, dan pleuritis.
                                    
b. Peritonotis
 Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil, perut kembung
dan nyeri,serta ada defensif muskuler. Wajah klien mula-mula kemrahan,
kemudian menjadi pucat,  mata cekung, kulit wajah dingin, serta
terdapat facishipocratica.
 Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak seberat peritonis
umum klien demam, perut bawah nyeri,tetapi keadaan umum tetap baik.

c. Selulitis pelvis
 Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau
kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis
pelvic.
 Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah
uterus.
 Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang
mula mula tinggi menetap , menjadi naik turun disertai menggigil.
 Klien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.

E. Pemeriksaan penunjang
Jumalah sel darah putih (SDP) : normal atau tinggi dengan pergeseran diferensial ke
kiri.
 Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah(SDM) sangat meningkat
dengan adanya infeksi.
 Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada keadaan
anemia.

8
 Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraservikal atau
drainase luka atau perwarnaan gram di uterus mengidentifikasi organisme
penyebab.
 Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih.
  Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan
melokalisasi abses perineum.
 Pemeriksan bimanual : menentukan sifat dan lokal nyeri pelvis, massa atau
pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan trombosis.

F. Penatalaksanaan kebidanan
1. Amati tanda dan gejala infeks ipuerperalis yan didiagnosa bila 2 atau lebih
gejala di bawah ini terjadi sejak pecahnya selaput ketuban mulai hari ke 2 ( 2
kali 24 jam ) hingga 42 hari pasca persalinan :
 Suhu tubuh > 38 C
 Nyeri peru atau pelvis
 Pengeluaran cairan vagina yang abnormal
 Cairan vagina yang berbau busuk
 Terhambatnya pengecilan ukuran uterus
2. Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal/ gejala infeksi
3. Beri penyuluhan kepada ibu, suami/ keluarganya agar waspada terhadaptanda/
gejala infeksi, dan agar segera mencari pertolongan jika menemukannya
4. Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari sumber
infeksi ( mungkin lebih dari satu sumber infeksi ermasuk infeksi kronis )
5. Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat, atau terdapat perdarahan
pervaginam,mulai berikan infus cairan RL dengan jarum berlubang besar 16
atau 18 G, rujuklah ibu segera ke RS. ( ibu perlu diperiksa untuk melihat
kemungkinan adanya sisa jaringan plasenta )
6. Jika kondisinya gawat dan terdapat tanda/ gejala septik syok ( suhu 38 C atau
lebih, bau busuk dan nyeri perut), dan terjadi dehidrasi, beri cairan IV dan
antibiotika sesuai dengan ketentuan. Rujuk biu ke RS.
 Ampisilin 2 gr IV setip 6 jam
 Gentamisin 5 mg/ kg berat badan IV setiap 24 jam
 Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam

9
7. Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah dan sulit merujuk, berikan
antibiotika ( misalnya ampisilin 1 gr PE, diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam,
ditambah metronidazole 500 mg setiap 8 jam selama 5 hari )
8. Pastikan bahwa ibu/ bayi dirawat terpisah/ jauh dari anggota keluarga lainnya
sampai infeksi teratasi
9. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa ibu/ bayi
10. Alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain, terutama untuk
ibu nifas atau bayi lain
11. Beri nasihat kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri, penggunaan
pembalut steril dan membuangnya dengan hati-hati ( sebaiknya dibakar), jika
tidak ada pembalut steril, maka dapat digunakan kain yang telah dijemur
sampai kering )
12. Tekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi baik, dan
banyak minum bagi ibu
13. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI ( namun demikian, bayi
memerlukan pemberian ASI lebih sering agar kebutuhan gizinya terpenuhi )
14. Lakukan semua pencatatan dengan seksama
15. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam 24 jam
segera rujuk ke RS
16. Jika syok terjadi, ikuti langkah-langkah penatalaksanaan syok yang
didiskusikan di standar 21

G. Penatalaksanaan medis
 Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari.
 Berikan terapi antibiotik prokain penisilil 1,2-2,4 juta unit 1M penisilin G
500.000
 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam 1 M ditambah dengan
ampisilin kapsul 4 x 250 mg per oral.
 Perhatikan diet ibu : diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
 Lakukan transfusi darah bila perlu.
 Hati-hati bila ada abses , jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
peritoneum.

10
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk


Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi 2. Jakarta : EGC.
Sastrawinata, Sulaiman, et. al. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi Edisi
2. Jakarta : EGC.
Mansjoer, arif, et.al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Cetakan Kedua. Jakarta :
Media Aesculapius.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Varney, Helen, et.al. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC.
http://askebku.blogspot.com/2014/04/standar-23-penanganan-sepsis-puerperalis.html

11

Anda mungkin juga menyukai