Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

INDAH WAHYUNI SY

1816019

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PANCA BHAKTI

PRODI DIII KEBIDANAN

BANDAR LAMPUNG

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingg penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Atas segala
kekurangannya, penyusun mohon maaf dan penyusun berharap semoga laporan pendahuluan ini
bermanfat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

Bandar lampung, Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................1

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

a. Latar belakang....................................................................................4
b. Tujuan ................................................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................

a. Definisi ..............................................................................................6
b. Etiologi ..............................................................................................7
c. Patofisiologi........................................................................................8
d. Komplikasi..........................................................................................8
e. Pemeriksaan penunjang .....................................................................9
f. Penatalaksanaan..................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 – 8 mgg, sedangkan yang terpenting dalam nifas adalah masa involusi
dan laktasi. Asuhan pada masa nifas diperlukan karena masa ini merupakan masa kritis baik ibu
maupun janin.
Perawatan masa nifas sangat di perlukan untuk mencegah dan mendeteksi adanya komplikasi
yang terjadi setelah persalinan ,antara lain perdarahan, infeksi, dan gangguan psikologis. Dengan
latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengangkat kasus bendungan ASI.
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh
kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting
susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan. (Sarwono, 2005).
Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke empat pasca
persalinan disebakan oleh bendungan vera edan pembuluh dasar bening. Hal ini semua
merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun pengeluaran belum lancar.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi akan menumpuk
sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar.
Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan
payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked
brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local
(Wiknjosastro, 2006).

4
B. TUJUAN

untuk memahami dan mengaplikasikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan masalah
Bendungan payudara (ASI).

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams). Bendungan air susu adalah terjadinya
pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2005).
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga
sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari
untuk membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah
persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat
fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh
tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan,
payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat,
aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara
menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada
payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya
mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.

6
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat
mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi
sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi akan menumpuk
sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar.
Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan
payudara terasa nyeri tekan (oserty patologi: 196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked
brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local
(Wiknjosastro, 2006).

B. ETIOLOGI

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:


a.Pengosongan mammae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi
ASI pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai
menyusu payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI
tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan bayinya
sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).
c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah dalam menyusui dapat
mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saay bayi menyusu.
Akibatnya, ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
d. Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena
bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi
bendung an ASI).
e. Puting susu terlalu panajang (puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi
menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
mengeluarkan ASI. Akibatnya, ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI) (Rukiyah,
Yulianti, 2012: 20)

7
C. PATOFISIOLOGI

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari.
Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone
(prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi
sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan
kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar
tersebut. Refleks ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu
dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, maka
akan terjadi pembendungan air susu. Kadang-kadang pengeluaran susu juga terhalang sebab
duktus laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pebuluh limfe (Rukiyah, Yulianti,
2012: 22).

D.  KOMPLIKASI

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara :


a.       Mastitis
Pera dangan pada payudara disebabkan kuman, terutama bakteri stafylococcus aereus melalui
puting susu atau melalui peredaran darah (Mochtar,1997).
b.      Abses payudara
Terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan, sakit ibu tampak lebih parah,
payudara lebih merah,mengkilat benjolan tebal sekeras mastitis, tetapi lebih penuh atau bengkak
berisi cairan (Mansjoer,2001).

8
E. PEMERIKSAAAN PENUNJANG

Ibu memerlukan pemeriksaan dengan obat-obat radioaktif menyusui adalah payudara bengkak


atau bendungan ASI (Saleha,. 2009;102).

F. PENATALAKSANAAN

1. Jika ibu menyusui :

- Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar   kemudian perlahan-lahan
bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
- Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara
yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada
awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif

- Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi
belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
- Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit
beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan
dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-
lahan turun ke arah puting susu

- Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.

- Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.

- Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

9
2. Jika ibu tidak menyusui:

- Gunakan bra yang menopang

-Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri

-Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

-Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.

- Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://nellyoktaviana.blogspot.com/2014/03/makalah-bendungan-asi-pada-masa-nifas.html

http://dewiumbarsari.blogspot.com/2013/06/komplikasi-dan-penyakit-dalam-masa.html

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/bendungan-air-susu.html

11

Anda mungkin juga menyukai