Disusun oleh
INDAH WAHYUNI SY
1816019
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga proposal penelitian
tentang faktor-faktor pendukung terjadi hipertensi pada kehamilan selesai tepat pada
waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan materi
dan pengarahan dalam penulisan makalah ini serta teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga proposal penelitian ini bisa disusun dengan baik dan
rapi. Kami berharap semoga proposal penelitian ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya ptoposal penelitian selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR …………………………………………….2
DAFTAR ISI …………………………………………………………….3
BAB I …………………………………………………………………….4
PENDAHULUAN …………………………………………………….4
LATAR BELAKANG …………………………………………….4
a. Rumusan masalah …………………………………………….5
b. Tujuan …………………………………………………….5
BAB II…………………………………………………………………….6
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….6
a. Definisi …………………………………………………….6
b. Faktor penyebab hipertensi …………………………………….7
c. Klasifikasi hipertensi …………………………………………….9
d. Diagnosa hipertensi dan pemeriksaan penunjang …………….14
e. Penanganan hipertensi …………………………………….15
f. Kerangka teori…………………………………………………….17
g. Kerangka konsep …………………………………………….17
h. Hipotesis …………………………………………………….18
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit hipertensi dalam kehamilan ini salah satunya diakibatkan oleh perubahan
pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah yang terjadi sebelum kehamilan,
komplikasi selama masa kehamilan atau pada awal pasca partum. Perubahan
kardiovaskuler disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload dan penurunan cardiac
preload, sedangkan pada pembuluh darah terjadi vasokonstriksi arteriol, vasospasme
sistemik dan dan kerusakan pada pembuluh darah (Reeder, Martin, & Griffin, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisitekanan darah sistol diatas 140
mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau peningkatan tekanan sistolik sebesar 30
mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai
dasar yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam
(Reeder dkk, 2011). Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15 % penyulit
kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan
morbiditas ibu bersalin ( Prawirohardjo, 2013).
Masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan hipertensi adalah
nyeri, perubahan perfusi jaringan, risiko cedera, kelebihan volume cairan dan lain-
lain. Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada ibu hamil yang menunjukkan
gejala awal hipertensi adalah pemantauan nadi dan tekanan darah, berkolaborasi
dalam memberikan obat anti hipertensi, menganjurkan ibu melakukan tirah baring
dengan posisi miring kiri(Mitayani, 2011). Perencanaan yang dilakukan merupakan
4
salah satu cara untuk mencegah terjadinya dampak hipertensi dalam kehamilan.
Dampak yang mungkin terjadi diantaranya adalah terjadinya eklampsia, pre
eklampsiasolusio plasenta, terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus dan
kelahiran prematur (Mitayani, 2011).
B. Rumusan masalah
Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada kehamilan?
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui penyebab kejadian hipertensi pada kehamilan
b. Tujuan khusus
1) Mengetahui tentang faktor penyebab kejadian hipertensi
2) Mengetahui faktor apa yang berperan dalam kejadian hipertensi
3) Mengetahui cara tanda gejala serta cara penanganan hipertensi
c. Manfaat
Diharapkan dapat mengaplikasiksan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan hipertensi yang telah dipelajari.
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada pada
ibu hamil dengan hipertensi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan dimana tekanan
darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau adanya peningkatan
tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15
mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal
dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan sistolik ≥140/90 mmHg
pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥
15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo,
2013).
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan :
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai
12 minggu pasca persalinan.
b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria.
c. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan
koma.
d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi kronik di
sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul pada
kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalin atau kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria
(prawirohardjo, 2013).
6
B. FAKTOR PENYEBAB HIPERTENSI
1. Primigravida
2. Riwayat kesehatan
7
Masih banyaknya kejadian hipertensi pada ibu hamil di usia muda ini
mungkin disebabkan masih kurangnya pemahaman orang tentang usia
reproduksi sehat, sehingga banyak yang kawin dan hamil diusia belasan
tahun. Pada kehamilan <20 tahun, keadaan alat reproduksi belum siap untuk
menerima kehamilan akan meningkatnya kejadian hipertensi dalam
kehamilan dan bisa mengarah ke keracunan kehamilan. Umur reproduksi
sehat adalah umur yang aman untuk kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-
30 tahun. Sedangkan pada umur 35 tahun atau lebih, dimana pada umur
tersebut terjadi perubahan pada jaringan dan alat kandungan serta jalan lahir
tidak lentur lagi. Pada umur tersebut cenderung didapatkan penyakit lain
dalam tubuh ibu hamil, salah satunya hipertensi dan eklamsi. Pada primipara
sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang
terjadi pada primipara menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-
releasing hormone (CRH) oleh hipothalamus, yang kemudian menyebabkan
peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk
berespons terhadap semua stresor dengan meningkatkan respons simpatis,
termasuk respons yang ditujukan untuk meningkatkan curah jantung dan
mempertahankan tekanan darah.
4. Obesitas
Obesitas adalah massa tubuh yang meningkat disebabkan jaringan lemak yang
jumlahnya berlebihan.pada orang-orang yang gemuk sering kali terdapat
hipertensi, walaupun sebababnya yang belum jelas . Oleh sebab itu sebaiknya
orang yang terlampau gemuk untuk lebih menurunkan berat badannya. Orang
yang kegemukan biasanya lebih cepat lelah,nafas,sesak jantung berdebar-
debar walaupun aktifitas yang dilaksanakan olehnya tidak seberapa. Karena
senantiasa memikul beban tubuh yang berat maka jantung harus bekerja lebih
berat dan harus bernafas lebih cepat supaya kebutuhan tubuh akan darah dan
oksigen dapat dipenuhi. Oleh sebab itu lama-kelamaan akan mengakibatkan
hipertensi.
5. Stres psikososial
8
hubungan antara stres dengan hipertensi diperkirakan melalui aktifitas saraf
simpatik, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.apabila
stres menjadi berkepanjangan, akibat tekanan darah akan menetap tinggi.stres
atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bungung, cemas, berdebar-
debar , rasa marah ,dendam,
9
rasa takut,rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup
lama,tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan
organis atau perubahan patologis (fery,2013)
10
tekanan darah, dan proteinuria. Selain itu, beberapa faktor yang terkait termasuk
keterpaparan sperma yang terbatas, primipaternitas, kehamilan setelah inseminasi
donor / sumbangan oosit / embrio telah ditemukan memainkan peran penting pada
kejadian preeklampsia/eklampsia (Karthikeyan, 2015).
11
vi) Mengikuti proses kelahiran normal
12
Hipertensi kronis pada kehamilan umumnya berasal dari hipertensi essensial terlihat
dari riwayat keluarganya. Tetapi bisa juga berasal dari kelainan ginjal parenkim,
hiperplasia fibromuskular atau hiperaldosteronisme hanya saja kasusnya jarang
(Tranquilli et al., 2014).
Hipertensi kronis berat (SBP ≥ 180 mmHg dan atau DBP ≥ 110 mmHg akan disertai
dengan penyakit ginjal, kardiomiopati, koarktasion aorta, retinopati, diabetes (B
sampai F), kolagen vaskular, sindrom antibodi antifosfolipid, preeklampsia. Wanita
hamil dengan hipertensi kronis berat memiliki risiko tinggi terkena stroke, serbral
hemorage, hipertesi encelopati, pre-eklampsia, serangan jantung, gagal ginjal akut,
abruptio plasenta, koagulopati intravaskular diseminata dan kematian (Sibai and
Chames, 2008). Mayoritas wanita hipertensi kronis mengalami penurunan tekanan
darah menjelang akhir trimester pertama sekitar 5-10 mmHg mirip seperti siklus pada
wanita normal. Bahkan ada beberapa yang menjadi normal tekanan darahnya.
Kemudian tekanan darah naik kembali pada trimester ketiga sehingga mirip dengan
hipertensi gestasional. Tetapi hipertensi kronis dapat bertahan sampai lebih dari 12
minggu setelah persalinan (Seely and Ecker, 2014). Wanita hipertensi kronis setelah
persalinan memiliki kemungkinan terkena komplikasi edema pulmonari, hipertensi
enselopati dan gagal ginjal. Sehingga perlu dilakukan terapi anti hipertensi yang baik
untuk mengontrol tekanan darah (Sibai and Chames, 2008).
Waktu persalinan untuk hipertensi kronik (NICE, 2011) Tekanan darah < 160/110
mmHg dengan atau tanpa obat anti hipertensi tidak diperbolehkan melakukan
persalinan sebelum 37 minggu kehamilan. Tekanan darah < 160/110 mmHg dengan
atau tanpa obat anti hipertensi setelah 37 minggu melakukan konsultasi mengenai hari
persalinan. Persalinan dapat dilakukan setelah kartikosteroids selesai.
13
3. Hipertensi kronis yang disertai pre-eklampsia Orang dengan hipertensi sebelum
kehamilan (hipertensi kronis) memiliki risiko 4-5 kali terjadi pre-eklampsia pada
kehamilannya. Angka kejadian hipertensi kronis pada kehamilan yang disertai pre-
eklampsia sebesar 25%. Sedangkan bila tanpa hipertensi kronis angka kejadian pre-
eklampsia hanya 5% (Roberts et al., 2013; Malha et al., 2018). Hipertensi yang
disertai pre-eklampsia biasanya muncul antara minggu 24-26 kehamilan berakibat
kelahiran preterm dan bayi lebih kecil dari normal (IUGR) (Khosravi et al., 2014).
Diagnosis hipertensi kronis yang disertai pre-eklampsia Wanita hipertensi yang
memiliki proteinuria kurang lebih 20 minggu kehamilan diikuti dengan; peningkatan
dosis obat hipertensi, timbul gejala lain (peningkatan enzim hati secara tidak normal),
penurunan trombosit > 100000/mL, nyeri bagian atas dan kepala, adanya edema,
adanya gangguan ginjal (kreatinin ≥ 1.1 mg/dL), dan peningkatan ekskresi protein
(Roberts et al., 2013).
4. Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan
tanpa proteinuria. Angka kejadiannya sebesar 6%. Sebagian wanita (> 25%)
berkembang menjadi pre-eklampsia diagnosis hipertensi gestasional biasanya
diketahui setelah melahirkan (Leslie and Collins, 2016; Malha et al., 2018).
Hipertensi gestasional berat adalah kondisi peningkatan tekanan darah > 160/110
mmHg. Tekanan darah baru menjadi normal pada post partum, biasanya dalam
sepuluh hari. Pasien mungkin mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, dan sakit
perut dan tes laboratorium abnormal, termasuk jumlah trombosit rendah dan tes fungsi
hati abnormal (Karthikeyan, 2015).
14
Waktu persalinan untuk hipertensi gestational (NICE, 2011) Tekanan darah < 160/110
mmHg dengan atau tanpa obat anti hipertensi tidak diperbolehkan melakukan
persalinan sebelum 37 minggu kehamilan. Tekanan darah < 160/110 mmHg dengan
atau tanpa obat anti hipertensi setelah minggu ke-37 melakukan konsultasi mengenai
hari persalinan. Persalinan dapat dilakukan setelah kartikosteroids selesai.
D. PEMERIKSAN PENUNJANG
Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan penunjang
hipertensi dalam kehamilan yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr%)
2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
b) Urinalisis
Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi tersebut
mengalami proteinuria atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi
ringan tidak ditemukan protein dalam urin.
c) Pemeriksaan fungsi hati
1) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)
2) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
4) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N: 15-45 u/ml).
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N: < 31 u/l).
6) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl).
15
d) Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).
2. Radiologi
a) Ultrasonografi : bisa ditemukan retardasi pertumbuhan janin
intrauterus, pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin
lambat, dan volume cairan ketuban sedikit
b) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah
3. Data sosial ekonomi
Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada wanita
dengan golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan
yang mengandung protein dan juga melakukan perawatan antenatal yang teratur.
4. Data Psikologis
Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan berada dalam kondisi
yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan
janin dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat ataupun meninggal
dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan (Prawihardjo, 2013).
E. PENANGANAN HIPERTENSI
Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati(2010) menyebutkan
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi
diantaranyana :
a. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan
protein.
c. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine
aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).
d. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit
abnormal, karena gangguan fungsi ginjal.
e. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
f. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
g. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.
16
1. Tatalaksana
Penanganan umum, meliputi :
1) Perawatan selama kehamilan
Jika tekanan darah diastolik >110 mmHg, berikan obat antihipertensi sampai tekanan
darah diastolik diantara 90-100 mmHg. Obat pilihan antihipertensi adalah hidralazin
yang diberikan 5 mg IV pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun. Jika
hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan nifedipin 5 mg sublingual dan tambahkan 5
mg sublingual jika respon tidak membaik setelah 10 menit. Selain itu labetolol juga
dapat diberikan sebagai alternatif hidralazin. Dosis labetolol adalah 10 mg IV, yang
jika respon tidak baik setelah 10 menit, berikan lagi labetolol 20 mg IV.
Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau lebih). Ukur
keseimbangan cairan, jangan sampai overload. Auskultasi paru untuk
mencari tanda-tanda edema paru. Adanya krepitasi menunjukkan edema
paru, maka pemberian cairan dihentikan. Perlu kateterisasi urin untuk
pengeluaran volume dan proteinuria. Jika jumlah urin <30 ml per jam,
infus cairan dipertahankan sampai 1 1/8 jam dan pantau kemungkinan
edema paru. Observasi tanda-tanda vital ibu dan denyut jantung janin
dilakukan setiap jam. 20
Untuk hipertensi dalam kehamilan yang disertai kejang, dapat diberikan
Magnesium sulfat (MgSO4). MgSO4 merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan menangani kejang pada preeklamsia dan eklamsia. Cara
pemberian MgSO4 pada preeklamsia dan eklamsia adalah :
a. Dosis awal
Berikan MgSO4 4 gram IV sebagai larutan 20% selama 5 menit. Diikuti
dengan MgSO4 (50%) 5 gr IM dengan 1 lignokain 2% (dalam semprit yang
sama). Pasien akan merasa agak panas saat pemberian MgSO4.
b. Dosis pemeliharaan
MgSO4 (50%) 5 gr + 1 ml lignokain 2 % IM setiap 4 jam. Pemberian tersebut
dilanjutkan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir. Sebelum
pemberian MgSO4, periksa frekuensi nafas minimal 16 kali/menit, refleks
patella positif dan urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir. Pemberian
MgSO4 dihentikan jika frekuensi nafas <16 kali/menit, refleks patella negatif
dan urin <30 ml/jam. Siapkan antidotum glukonat dan ventilator jika terjadi
17
henti nafas. Dosis glukonat adalah 2 gr (20 ml dalam larutan 10%) IV secara
perlahan sampai pernafasan membaik.
2) Perawatan persalinan
Hipertensi
Usia
Riwayat kesehatan
Primigravida MGSO4
Obesitas
18
G. Kerangka konsep
Usia
Obesitas
H. Hipotesis
1) Adanya hubungan antara faktor primigravida dengan kejadian hipertensi
2) Adanya hubungan antara faktor riwayat kesehatan dengan kejadian hipertensi
3) Adanya hubungan antara faktor usia maternal dengan kejadian hipertensi
4) Adanya hubungan antara faktor obesitas dengan kejadian hipertensi
5) Adanya hubungan antara faktor stres psikososial dengan kejadian hipertensi
6) Adanya hubungan antara konsumsi garam yang tinggi dengan kejadian hipertensi
19
DAFTAR PUSTAKA
Bartsch, E., Medcalf, K.E., Park, A.L., et al., 2016. Clinical risk factors for
preeclamsia determined in early pregnancy: systemic review and meta-analysis of
large cohort studies. BMJ. Vol 353: i1753
Leeman, L., Dresang, L.T., and Fontaine, P., 2016. Hypertensive disorder of
pregnancy. American Family Physicians. Vol 93 (2): 121-7
Seely, E.W., and Ecker, J., 2014. Chronic hypertension in pregnancy. Circulation. Vol
129: 1254-61.
Tranquilli, A.L., Dekker, G., Magee, L., et al., 2014. The classification, diagnosis and
management of the hypertensive disorders of pregnancy: a revised statement from the
isshp. Pregnancy Hypertension: An international Journal of Women’s Cardiovaskular
Health. Vol 4 (2): 97-104.
Sibai, B.M., and Chames, M.C., 2008. Chronic hypertension in pregnancy. Glob.
Libr. Women's Med. http://www.glowm.com/index.html?
p=glowm.cml/section_view&articleid=156
20
Roberts, J.M., August, P.A., Bakris, G., et al., 2013. Hypertension in Pregnancy.
American College of Obstetricians and Gynecologist. Washington DC.
Ferry, H. 2013.Faktor Faktor Risiko Hipertensi pada Peserta Pelatihan Pimpinn III
Dan IV Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian Bogor. Skripsi
Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor.
Uli, A.2013. Hubungan Faktor Risiko Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi pada
Masyarakat Pesisir Laut Kecamatan Belawan. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
21