Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERBANDINGAN PERUSAHAAN PEGADAIAN PADA SAAT BERBADAN HUKUM


PERUSAHAAN UMUM DAN PT PERSERO BERDASARKAN PP No. 103 DAN PP No. 51

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Jaminan


Dosen Pengampu : Dr. Kuswandi, SH, MH

Oleh :
Annisa Adha Azzahra (7420119024)

JURUSAN FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS SURYAKANCANA
Jalan Pasir Gede Raya, Cianjur 43216
Telp. (0262) 242773 Fax. 284754

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PERBANDINGAN PERUSAHAAN
PEGADAIAN PADA SAAT BERBADAN HUKUM PERUSAHAAN UMUM DA PT PERSERO
BERDASARKAN PP No. 103 DAN PP No. 51 ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada bidang
studi/mata kuliah Hukum Jaminan Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang PERUSAHAAN PEGADAIAN PADA SAAT BERBADAN HUKUM PERUSAHAAN
UMUM DA PT PERSERO bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih
kepada Dr. Kuswandi, SH MH,, selaku dosen mata kuliah Hukum Jaminan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Cianjur 10 Februari 2021

2
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL …………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………… 4

 A. Latar Belakang ………………………………………….. 4


 B. Rumusan Masalah ……………………………………… 6
 C. Tujuan Penulisan ……………………………………….. 6
 D. Manfaat Penulisan ……………………………………… 6

BAB II PEMBAHASAN …………………………. 7

 A. Pengertian Gadai …………………………………… 7


 C. Peran lembaga Pegadaian ………………………………………. 8
 D. Manfaat Perum Pegadaian ………………………………. 9
 E. Pebandingan Lembaga Pegadaian ketika berbadan Hukum Perusahaan Umum dengan
PT Persero ……………………………. 10

BAB III PENUTUP …………………………………… 13

 A. kesimpulan …………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………… 14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial, disebut demikian karena manusia di dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh manusia lainnya, artinya terdapat
ketergantungan pemenuhan kebutuhan hidup antara satu sama lain yang tidak dapat terpisahkan.
Dalam kebiasaanya, manusia pun juga cenderung hidup dengan cara berkelompok-kelompok.
Dorongan untuk berkelompok merupakan perilaku manusia yang terjadi karena ada motif yang
melatar belakanginya 1
Salah satu produk dari lembaga-lembaga keuangan yang menyediakan pembiayaan untuk
masyarakat diantaranya adalah gadai, merupakan suatu perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan
debitur, di mana debitur menyerahkan benda bergerak kepada kreditur, untuk jaminan pelunasan suatu
utang gadai, ketika debitur lalai melaksanakan prestasinya. Dalam definisi ini, gadai dikonstruksikan
sebagai perjanjian accesoir (tambahan), sedangkan perjanjian pokoknya adalah perjanjian 3 pinjam
meminjam uang dengan jaminan benda bergerak. Apabila debitur lalai dalam melaksanakan
kewajibannya, barang yang telah dijaminkan oleh debitur kepada kreditur dapat dilakukan pelelangan
untuk melunasi utang debitur2 . Sedangkan dalam hukum Islam gadai disebut juga dengan Rahn,
pengertiannya menurut syara’ adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut
pandangan syara’ sebagai jaminan utang, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil barang
utang atau ia bisa mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu 3. Dalam KHES buku II juga
dijelaskan pengertian rahn secara singkat yaitu, penguasaan milik peminjam oleh pemberi pinjaman
sebagai jaminan. Sebagaimana ditentukan dalam pengertian gadai itu sendiri, gadai hanya akan ada
apabila benda yang akan digadaikan secara fisik telah dikeluarkan dari kekuasaan pemberi gadai.
Pengeluaran benda yang digadaikan dari kekuasaan pemberi gadai ini bersifat multak dan tidak dapat
ditawar-tawar. Pengeluaran benda yang digadaikan dari kekuasan pemberi gadai ini dapat dilakukan,
baik dengan menyerahkan kekuasaan atas benda yang digadaikan tersebut kepada kreditur (penerima
gadai) atau pihak ketiga untuk kepentingan kreditur4 .
Sedangkan mekanisme prosesnya yaitu, setiap nasabah atau pemberi gadai yang ingin
mendapatkan pinjaman uang dari lembaga pegadaian, nasabah tersebut harus menyampaikan
keinginan kepada penerima gadai dengan menyerahkan objek gadai kepada penaksir gadai 5 . setelah
barang jaminan selesai ditaksir langkah selanjutnya menyerahkannya kepada kasir untuk melengkapi
surat-surat dan mendapatkan pembayaran, kemudian pada bagian administrasi akan dicatatkan semua
transaksi pemberian kredit dan tahap terakhir barang jaminan diberikan pada bagian gudang untuk
dicocokan dan disimpan.
Lembaga pegadaian mempunyai kedudukan yang strategis dalam membangun perekonomian
masyarakat karena pegadaian mempunyai peran sosial yang cukup jelas, yaitu membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah sebagai pelaku
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Peran sosial lembaga pegadaian tersebut diwujudkan
melalui penyaluran dana berupa kredit atas dasar hukum gadai dan menghindarkan masyarakat dari
praktik gadai gelap, praktek riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.
Pegadaian merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa, sehingga kinerja perusahaan
harus diukur pada aspek non finansial, seperti perilaku karyawan, kemampuan karyawan dan

1
Shinta Doriza, Ekonomi Keluarga. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), hal. 7
2
Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 34-35
3
Sudarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam. (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hal. 184
4
Kartini muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek. (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 77
5
Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia …, hal. 39

4
kepuasan pelanggan. Dalam menghadapi persaingan, pegadaian harus mengetahui keinginan
masyarakat dalam menentukan pilihannya menggunakan pelayanan jasa pegadaian. Selanjutnya
melakukan tindakan lebih lanjut dengan meningkatkan mutu pelayanan kepada pelanggan, sehingga
tercipta kepuasan antara kedua belah pihak. Dengan menggunakan beberapa pengambilan keputusan
yang didapatkan dari masing-masing pelanggan atau konsumen dapat diketahui apa yang menjadi
prioritas utama masyarakat dalam memilih pegadaian tersebut, sehingga dapat ditentukan langkah-
langkah perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan Pegadaian 6
Peranan Perum Pegadaian dalam membantu permodalan, utamanya dirasakan oleh pelaku
usaha. Peran Perum Pegadaian sebagai lembaga keuangan saat ini maupun di masa yang akan datang
sangat penting untuk mewujudkan pemberdayaan ekonomi rakyat terutama masyarakat yang
berpenghasilan menengah kebawah atau UMKM baik di perkotaan maupun di pedesaan. Fungsi dan
peranan Perum Pegadaian dalam menunjang pembangunan ekonomi sangat penting karena Pegadaian
tidak hanya memberikan pinjaman konsumtif tapi juga produktif. Perum Pergadaian sangat
dibutuhkan keberadaannya terutama bagi golongan ekonomi menengah ke bawah atau pedagang
untuk menambah modal usahanya maupun masyarakat pada umumnya yang membutuhkan biaya-
biaya untuk kehidupannya seperti biaya untuk anak sekolah, biaya untuk pengobatan keluarga, dan
sebagainya. Dengan demikian Perum Pegadaian sangat berperan dalam menggalang ekonomi
kerakyatan yakni menciptakan kesempatan berusaha baik untuk dirinya maupun lapangan kerja untuk
orang lain. 7
Perum Pegadaian merupakan sebuah lembaga keuangan yang berada di Indonesia, yang
berusaha untuk memberikan pelayanan umum bagi masyarakat dengan cara menyalurkan dana berupa
kredit atas dasar hukum gadai. Keberadaan Perum Pegadaian merupakan suatu hal yang perlu
disambut positif oleh masyarakat. Perubahan ekonomi global serta pertumbuhan usaha yang semakin
kompetitif menuntut peningkatan efisiensi, efektifitas serta profesionalisme pada Perum Pegadaian.
Akan tetapi, dalam kompetitifnya persaingan tersebut status perum terkendala oleh beberapa
peraturan perundang-undangan8. Berdasarkan kondisi tersebut agar dapat bersaing dengan Perbankan,
Koperasi serta lembaga pembiayaan lainnya maka dilakukan perubahan bentuk hukum Perum
Pegadaian menjadi PT Pegadaian (Persero) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2011
tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian Menjadi
Perusahaan Perseroan (PERSERO).

6
1 Zubaidah Nasution, Peranan Perusahaan Umum Pegadaian Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada
Masyarakat (studi pada perum pegadaian cabang utama medan),
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26626/4/Chapter%20I.pdf diakses pada tanggal 09 Februari
2021
7
http://bphn.go.id/data/documents/naskah_akademik_ruu_tentang_pergadaian.pdf diakses pada hari
jumat tanggal 09 Februari 2021
8
Zefri Zulfi, Tinjauan Yuridis Perubahan Status Perum Menjadi PT Persero (Studi Pada PT Pegadaian
Cabang Medan), Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan, 2012, hlm.6

5
B. Rumusan Masalah
Setelah mengetahui latar belakang peneliti seperti yang telah dijelaskan diatas, untuk memfokuskan
batasan-batasan dalam melakukan penelitian,maka dapat dibatasi dengan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah Mekanisme dan Proses Gadai ?
2. Bagaimanakah Peran lembaga Pegadaian dan Manfaat Perum Pegadaian ?
3. Bagaimanakah Pebandingan Lembaga Pegadaian ketika berbadan Hukum Perusahaan Umum
dengan PT Persero ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini antara lain:

Menjelaskan peran Hukum Jaminan dalam membentuk generasi Indonesia yang


berkualitas agar siap bersaing di dunia Internasional

1. Menjelaskan konsep dan mekanisme Pegadaian


2. Menguraikan Perbedaan Pegadaian saat berbadan Hukum Perum dengan Persero

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Bagi penulis, sebagai wujud pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi pendidikan, penelitian,
dan pengabdian masyarakat.
2. Bagi Masyarakat, Mengetahui konsep dan mekanisme Pegadaian dan Perbedaan Pegadaian
saat berbadan Hukum Perum dengan Persero

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gadai .
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak
atau tidak bergerak ( motor,mobil,tanah sawah, rumah ) yang diserahkan kepadanya oleh seorang
yang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan memberikan kekuasaan kepada orang yang
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-
orang yang berpiutang lainnya; dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut. Dimana
seseorang itu harus menggadaikan barangnya untuk mendapatkan uang.Secara umum pengertian
usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna
memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan
perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai 9. Sedangkan Gadai menurut Undang - undang
Hukum Perdata (Burgenlijk Wetbiek) Buku II Bab XX pasal 1150, adalah: suatu hak yang
diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan oleh seorang berutang
atau orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk
mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang - orang berpiutang
lainnya, dengan biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
mennyelamatkannya setelah barang tersebut digadaikan, biaya - biaya mana harus didahulukan.
menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgenlijk Wetboek) Buku II Bab XX Pasal
1150, Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu barang bergera, yang
diserahkan oleh seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan
kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari pada orang-orang yang
berpiutang lainnya, dengan biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya-biaya mana yang harus
didahulukan (Usman, 1995: 357).
B. Jenis Gadai Mekanisme dan Prosesnya
Jenis - Jenis Pegadaian
1. Pegadaian konvensional
Pada kesempatan ini penulis tidak bertanggung jawab pada kepegadaian konvesional, disini penulis
hanya memberikan sedikit gambaran mengenai pegadain konvensional. Pegadaian menurut Susilo
(1999) adalah suatu hak yang diperoleh oleh seorang yang mempunyai izin atas suatu barang
bergerak. PT Pegadaian adalah suatu badan usaha di Indonesia yang resmi melaksanakan ijin untuk
melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana
masyarakat atas dasar hukum gadai.

Dari uraian di atas, dapat disangkal bahwa pegadaian adalah suatu hak yang diperoleh oleh orang
yang berpiutang atas suatu barang yang bergerak yang diserahkan oleh orang yang berpiutang sebagai
jaminan utangnya dan barang tersebut tidak dapat dijual oleh yang berpiutang bila yang berutang
dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
2. Pegadaian Syariah
Transaksi hukum gadai dalam ilmu fikih Islam diartikan sebagai Rahn yang merupakan suatu jenis
perjanjian untuk menahan suatru barang sebagai tanggungan utang (Zainudin Ali, 2008: 1). Rahn
dalam bahasa Arab adalah al-habsu yang berarti tetap dan kekal (Syafe'i, 2000: 159). Kata ini
merupakan makna yang bersifat materi. Karena itu, secara bahasa ar-rahn berarti menjadikan sesuatu
barang yang bersifat materi sebagai pengikat utang.

9
DR, Kasmir (2015). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. hlm. 231

7
Pengertian gadai (rahn) secara bahasa seperti bisnis di atas adalah tetap. Kekal, dan jaminan.
Sedang dalam istilah adalah memberikan sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan hak, dan
dapat diambil kembali sejumlah harta yang diberikan setelah ditebus (Zainudin Ali, 2008: 1).
Dalam fiqh muamalah, perjanjian gadai disebut rahn. Istilah rahn dalam bahasa berarti “menahan”
(Syafe'i, 2000: 139). Maksudnya adalah menahan sesuatu untuk dijadikan jaminan hutang. Sedangkan
pengertian gadai menurut hukum syara 'adalah (Zainudin Ali, 2008: 2):
“Menjadikan sesuatu barang yang mempunyai nilai harta dalam pandangan syara sebagai jaminan
hutang, yang memungkinkan untuk mengambil seluruh atau sebagian utang dari orang tersebut”.
Istilah rahn memiliki akar yang kuat dalam al-Quran yang berada di dalam QS. Mudatsir: 38
Artinya:
“Tiap diri terikat (tergadai) dengan apa yang telah diperbuatnya (QS Mudatsir: 38)”.
Berdasarkan pengertian gadai diatas yang dikemukakan oleh ahli hukum Islam diatas, penulis
berpendapat bahwa gadai (rahn) adalah menahan barang jaminan yang bersifat materi milik si
peminjam (rahin) sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, dan barang yang diterima tersebut
bernilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh jaminan untuk mengambil
kembali seluruh atau sebagian utangnya dari barang gadai dimaksud, bila pihak yang menggadaikan
tidak dapat membayar utang pada waktu yang telah ditetukan.
Karena itu, tampak bahwa Gadai Syariah merupakan perjanjian antara seseorang untuk menyerahkan
harta benda berupa emas / perhiasan / kendaraan dan / atau harta benda lainnya sebagai jaminan dan /
atau agunan kepada seseorang dan / atau lembaga pegadaian syariah berdasarkan hukum gadai prinsip
syariah Islam; sedangkan pihak lembaga pegadaian syariah menyerahkan uang sebagai tanda terima
dengan jumlah maksimal 90% dari nilai taksir terhadap barang yang diserahkan oleh penggadai.
Gadai edisi, mimpi dengan, "dan" Surat Bukti Gadai (rahn).
Untuk memenuhi kebutuhan dananya, pengadaian konvensional memiliki sumber-sumber dana
sebagai berikut (Susilo, 1999: 181):
1. Modal sendiri
Modal sendiri yang dimiliki Pegadaian terdiri dari:
Modal awal, yaitu kekayaan negara diluar APBN
Penyertaan modal pemerintah
Laba laba, perusahaan telekomunikasi, sejak perusahaan Pegadaian berdiri
2. Pinjaman jangka pendek dari perbankan
Dana jangka pendek sebagian besar adalah dalam bentuk pinjaman jangka pendek dari perbankan
(80% dari total dana jangka pendek yang dihimpun)
Salah satu produk dari lembaga-lembaga keuangan yang menyediakan pembiayaan untuk
masyarakat diantaranya adalah gadai, merupakan suatu perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan
debitur, di mana debitur menyerahkan benda bergerak kepada kreditur, untuk jaminan pelunasan suatu
utang gadai, ketika debitur lalai melaksanakan prestasinya. Dalam definisi ini, gadai dikonstruksikan
sebagai perjanjian accesoir (tambahan), sedangkan perjanjian pokoknya adalah perjanjian 3 pinjam
meminjam uang dengan jaminan benda bergerak. Apabila debitur lalai dalam melaksanakan
kewajibannya, barang yang telah dijaminkan oleh debitur kepada kreditur dapat dilakukan pelelangan

8
untuk melunasi utang debitur10 . Sedangkan dalam hukum Islam gadai disebut juga dengan Rahn,
pengertiannya menurut syara’ adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut
pandangan syara’ sebagai jaminan utang, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil barang
utang atau ia bisa mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu 11. Dalam KHES buku II juga
dijelaskan pengertian rahn secara singkat yaitu, penguasaan milik peminjam oleh pemberi pinjaman
sebagai jaminan. Sebagaimana ditentukan dalam pengertian gadai itu sendiri, gadai hanya akan ada
apabila benda yang akan digadaikan secara fisik telah dikeluarkan dari kekuasaan pemberi gadai.
Pengeluaran benda yang digadaikan dari kekuasaan pemberi gadai ini bersifat multak dan tidak dapat
ditawar-tawar. Pengeluaran benda yang digadaikan dari kekuasan pemberi gadai ini dapat dilakukan,
baik dengan menyerahkan kekuasaan atas benda yang digadaikan tersebut kepada kreditur (penerima
gadai) atau pihak ketiga untuk kepentingan kreditur12 .
Sedangkan mekanisme prosesnya yaitu, setiap nasabah atau pemberi gadai yang ingin mendapatkan
pinjaman uang dari lembaga pegadaian, nasabah tersebut harus menyampaikan keinginan kepada
penerima gadai dengan menyerahkan objek gadai kepada penaksir gadai 13 . setelah barang jaminan
selesai ditaksir langkah selanjutnya menyerahkannya kepada kasir untuk melengkapi surat-surat dan
mendapatkan pembayaran, kemudian pada bagian administrasi akan dicatatkan semua transaksi
pemberian kredit dan tahap terakhir barang jaminan diberikan pada bagian gudang untuk dicocokan
dan disimpan.
C. Peran dan Manfaat lembaga Pegadaian
Lembaga Pegadaian mempunyai peran yang sangat besar dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai bentuk lembaganya yaitu Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian. Menurut
pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perum Pegadaian, Perum Pegadaian
adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang untuk
menyelenggarakan kegiatan usaha menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai. Sifat usaha
dari perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk
keuntungan berdasarkan prinsip pengurusan perusahaan14 . Tujuan Perum adalah untuk melayani
kepentingan umum sekaligus untuk memupuk keuntungan. Usaha dijalankan dengan memegang teguh
syarat-syarat efisiensi, efektivitas dan economis, cost acounting principles dan management
effectiveness, serta bentuk pelayanan yang baik terhadap masyarakat atau nasabahnya. Makna usaha
Perum adalah untuk melayani kepentingan umum namun juga harus memperhatikan prinsip-prinsip
pembukuan yang jelas dan terang15.
Berbeda dengan Persero yang dalam menjalankan kegiatan usahanya bertujuan untuk
memupuk keuntungan yang sebesar-besarnya, meskipun dalam hal-hal tertentu adalah untuk
melakukan pelayanan umum16. Pegadaian merupakan satu-satunya BUMN yang bergerak dibidang
gadai, oleh sebab itu pegadaian diberikan hak monopoli oleh pemerintah untuk mengelola jasa
perkreditan atas dasar hukum gadai. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999
Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Usaha Tidak Sehat membuat bisnis gadai tidak lagi menjadi
monopoli dari Perum Pegadaian. Telah terjadi perubahan lingkungan bisnis pegadaian yang begitu
cepat, diantaranya menjamurnya layanan kredit gadai dari Lembaga Perbankan, Koperasi dan pelaku

10
Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 34-35
11
Sudarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam. (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hal. 184
12
Kartini muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek. (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 77
13
Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia …, hal. 39
14
Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 103 tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian
15
R.T Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan; Bentuk-Bentuk Perusahaan
Yang Berlaku Di Indonesia, Cetakan Keempat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm.195-196
16
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan Keempat, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
2010, hlm.171

9
bisnis swasta dengan mendasarkan aktivitasnya berdasarkan pada Syariat Islam, seperti produk jasa
layanan gadai dari perbankan17.
Dengan demikian dalam membantu membangun perekonomian nasional perum pegadaian
berdampingan dengan lembaga lainnya dengan semangat menciptakan persaingan usaha sehat.
Pegadaian merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa, sehingga kinerja perusahaan harus
diukur pada aspek non finansial, seperti perilaku karyawan, kemampuan karyawan dan kepuasan
pelanggan. Dalam menghadapi persaingan, pegadaian harus mengetahui keinginan masyarakat dalam
menentukan pilihannya menggunakan pelayanan jasa pegadaian. Selanjutnya melakukan tindakan
lebih lanjut dengan meningkatkan mutu pelayanan kepada pelanggan, sehingga tercipta kepuasan
antara kedua belah pihak. Dengan menggunakan beberapa pengambilan keputusan yang didapatkan
dari masing-masing pelanggan atau konsumen dapat diketahui apa yang menjadi prioritas utama
masyarakat dalam memilih pegadaian tersebut, sehingga dapat ditentukan langkah-langkah perbaikan
dan peningkatan kualitas pelayanan Pegadaian18 .
Manfaat Perum Pegadaian utamanya sangat dirasakan oleh masyarakat khususnya masyarakat
yang menjadi nasabah Perum Pegadaian. Nasabah dapat dengan mudah meminjam dana, tanpa
prosedur rumit serta lebih cepat dibandingkan kredit Perbankan. Meningat jasa-jasa yang ditawarkan
Perum Pegadaian, maka manfaat lain yang dapat diperoleh nasabah antara lain yaitu Penaksiran nilai
suatu barang bergerak dari suatu institusi yang telah berpengalaman dan dapat dipercaya serta
Penitipan suatun barang bergerak pada tempat yang aman dan dapat dipercaya.
D. Pebandingan Lembaga Pegadaian ketika berbadan Hukum Perusahaan Umum dengan
PT Persero

1. Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor
10 Tahun 1990 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian Menjadi
Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian yang telah diganti dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian, diubah bentuk badan
hukumnya menjadi Perusahaan Perseroan [Persero] sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, yang dalam Peraturan
Pemerintah ini disebut Perusahaan Perseroan (Persero).
2. Perubahan bentuk badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan:

A. seluruh kekayaan, hak dan kewajiban Perum Pegadaian menjadi kekayaan, hak dan
kewajiban Perusahaan Perseroan (Persero);
B. seluruh karyawan tetap Perum Pegadaian menjadi karyawan tetap Perusahaan Perseroan
(Persero) berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu
C. eluruh karyawan tidak tetap Perum Pegadaian menjadi karyawan tidak tetap Perusahaan
Perseroan (Persero) berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu; dan
D. hak dan kewajiban antara Perum Pegadaian dengan karyawan Perum Pegadaian menjadi
hak dan kewajiban antara Perusahaan Perseroan (Persero) dengan karyawan Perusahaan
Perseroan (Persero).

17
Julianty M Paputungan, et.all, Akibat Hukum Perubahan Status Perusahaan Umum (Perum) Menjadi
Perseroan Terbatas PT. Pegadaian (PERSERO),
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/b4e6b8b77a37a255260ea37d469067b5.pdf diakses pada tanggal 09 Februari
2021
18
1 Zubaidah Nasution, Peranan Perusahaan Umum Pegadaian Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada
Masyarakat (studi pada perum pegadaian cabang utama medan),
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26626/4/Chapter%20I.pdf diakses pada tanggal 09 Februari
2021

10
Maksud dan tujuan Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
ayat (1) untuk melakukan usaha di bidang gadai dan fidusia, baik secara konvensional
maupun syariah, dan jasa lainnya di bidang keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan terutama untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, usaha
mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya
Perseroan dengan menerapkan prinsip perseroan terbatas.
Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perusahaan
Perseroan (Persero) melaksanakan kegiatan usaha utama berupa:
a.penyaluran pinjaman berdasarkan hukum gadai termasuk gadai efek;
b.penyaluran pinjaman berdasarkan jaminan fidusia; dan
c.pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa taksiran, sertifikasi dan perdagangan logam mulia
serta batu adi.
(3)Selain melaksanakan kegiatan usaha utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Perusahaan Perseroan (Persero) dapat melaksanakan kegiatan usaha:
a.jasa transfer uang, jasa transaksi pembayaran, dan jasa administrasi pinjaman; dan
b.optimalisasi sumber daya Perusahaan Perseroan (Persero).
(1). Modal Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1)
yang ditempatkan dan disetor pada saat pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) berasal dari
kekayaan Negara yang dipisahkan yang tercatat dalam Perum Pegadaian.
(2) Modal Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar
modal negara Republik Indonesia yang tercatat dalam neraca penutup Perum Pegadaian.
(3). Neraca penutup Perum Pegadaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dan
neraca pembuka Perusahaan Perseroan (Persero) ditetapkan oleh Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara berdasarkan hasil audit.
(4). Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Akuntan Publik yang ditunjuk
oleh Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.
Perbedaan BUMN berbentuk perum dan persero yaitu :
1. Perum :
- Bertujuan untuk memberikan layanan public
- Berstatus badan hukum yang diatur undang-undang.
- Bergerak dibidang jasa vital
- Modal keseluruhan milik Negara
- Pegawainya diatur tersendiri, bukan berstatus PNS maupun pegawai swasta
2. Persero :
- Bertujuan untuk mencari keuntungan
- Berstatus badan hukum perdata berbentuk PT
- Sumber modal sebagian milik pemerintah dan juga umum
- Pegawai berstatus swasta.Mandiri
BUMN atau Badan Usaha Milik Negara merupakan bentuk badan usaha yang dimiliki oleh
pemerintah, sumber modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, BUMN digunakan
pemerintah untuk menjalankan kebijakan publik serta mengelola kekayaan negara dan aset-aset vital
negara untuk kesejahteraan masyarakat.BUMN terbagi menjadi 3 yaitu berbentuk perusahaan
jawatan, perusahaan umum dan perseroan, namun saat ini kita lebih mengenal BUMN yang berbentuk
perseroan dan perum.Baik BUMN berbentuk perum dan berbentuk perseroan bertugas untuk melayani
masyarakat umum, akan tetapi BUMN berbentuk perseroan lebih berorientasi terhadap laba, sehingga
seluruh kegiatannya bertujuan untuk mencari laba.

Perum Pegadaian merupakan sebuah lembaga keuangan yang berada di Indonesia, yang
berusaha untuk memberikan pelayanan umum bagi masyarakat dengan cara menyalurkan dana berupa

11
kredit atas dasar hukum gadai. Keberadaan Perum Pegadaian merupakan suatu hal yang perlu
disambut positif oleh masyarakat. Perubahan ekonomi global serta pertumbuhan usaha yang semakin
kompetitif menuntut peningkatan efisiensi, efektifitas serta profesionalisme pada Perum Pegadaian.
Akan tetapi, dalam kompetitifnya persaingan tersebut status perum terkendala oleh beberapa
peraturan perundang-undangan19. Berdasarkan kondisi tersebut agar dapat bersaing dengan
Perbankan, Koperasi serta lembaga pembiayaan lainnya maka dilakukan perubahan bentuk hukum
Perum Pegadaian menjadi PT Pegadaian (Persero) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun
2011 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian Menjadi
Perusahaan Perseroan (PERSERO). Perseroan akan melaksanakan kegiatan usaha utama berupa
penyaluran pinjaman berdasarkan hukum gadai termasuk gadai efek, penyaluran pinjaman
berdasarkan jaminan fidusia dan pelayanan jasa titipan, jasa taksiran, sertifikasi dan perdagangan
logam mulia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan terutama untuk masyarakat .
berpenghasilan menengah ke bawah, usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, serta optimalisasi
pemanfaatan sumber daya perseroan dengan menerapkan prinsip perseroan terbatas.

BAB III
PENUTUP

19
Zefri Zulfi, Tinjauan Yuridis Perubahan Status Perum Menjadi PT Persero (Studi Pada PT
Pegadaian Cabang Medan), Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan, 2012, hlm.6

12
B. Kesimpulan
 Perum Pegadaian merupakan sebuah lembaga keuangan yang berada di Indonesia, yang
berusaha untuk memberikan pelayanan umum bagi masyarakat dengan cara menyalurkan
dana berupa kredit atas dasar hukum gadai. Keberadaan Perum Pegadaian merupakan suatu
hal yang perlu disambut positif oleh masyarakat. Perubahan ekonomi global serta
pertumbuhan usaha yang semakin kompetitif menuntut peningkatan efisiensi, efektifitas serta
profesionalisme pada Perum Pegadaian. Akan tetapi, dalam kompetitifnya persaingan tersebut
status perum terkendala oleh beberapa peraturan perundang-undangan 20. Berdasarkan kondisi
tersebut agar dapat bersaing dengan Perbankan, Koperasi serta lembaga pembiayaan lainnya
maka dilakukan perubahan bentuk hukum Perum Pegadaian menjadi PT Pegadaian (Persero)
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan
Hukum Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO).
 Perum Pegadaian merupakan sebuah lembaga keuangan yang berada di Indonesia, yang
berusaha untuk memberikan pelayanan umum bagi masyarakat dengan cara menyalurkan
dana berupa kredit atas dasar hukum gadai. Keberadaan Perum Pegadaian merupakan suatu
hal yang perlu disambut positif oleh masyarakat. Perubahan ekonomi global serta
pertumbuhan usaha yang semakin kompetitif menuntut peningkatan efisiensi, efektifitas serta
profesionalisme pada Perum Pegadaian. Akan tetapi, dalam kompetitifnya persaingan tersebut
status perum terkendala oleh beberapa peraturan perundang-undangan 21. Berdasarkan kondisi
tersebut agar dapat bersaing dengan Perbankan, Koperasi serta lembaga pembiayaan lainnya
maka dilakukan perubahan bentuk hukum Perum Pegadaian menjadi PT Pegadaian (Persero)
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan
Hukum Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO).
Perseroan akan melaksanakan kegiatan usaha utama berupa penyaluran pinjaman berdasarkan
hukum gadai termasuk gadai efek, penyaluran pinjaman berdasarkan jaminan fidusia dan
pelayanan jasa titipan, jasa taksiran, sertifikasi dan perdagangan logam mulia, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan terutama untuk masyarakat . berpenghasilan menengah ke
bawah, usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, serta optimalisasi pemanfaatan sumber
daya perseroan dengan menerapkan prinsip perseroan terbatas.
 Lembaga Pegadaian mempunyai peran yang sangat besar dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai bentuk lembaganya yaitu Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian.
Menurut pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perum Pegadaian,
Perum Pegadaian adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan
wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan usaha menyalurkan uang pinjaman atas dasar
hukum gadai.

DAFTAR PUSTAKA
Shinta Doriza, Ekonomi Keluarga. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015),

Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),

20
Zefri Zulfi, Tinjauan Yuridis Perubahan Status Perum Menjadi PT Persero (Studi Pada PT
Pegadaian Cabang Medan), Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan, 2012, hlm.6
21
Zefri Zulfi, Tinjauan Yuridis Perubahan Status Perum Menjadi PT Persero (Studi Pada PT
Pegadaian Cabang Medan), Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan, 2012, hlm.6

13
Sudarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam. (Jakarta: Rineka Cipta, 1994),

Kartini muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek. (Jakarta: Kencana, 2005),

Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia

Zubaidah Nasution, Peranan Perusahaan Umum Pegadaian Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada
Masyarakat (studi pada perum pegadaian cabang utama medan),
http://bphn.go.id/data/documents/naskah_akademik_ruu_tentang_pergadaian.pdf
Zefri Zulfi, Tinjauan Yuridis Perubahan Status Perum Menjadi PT Persero (Studi Pada PT
Pegadaian Cabang Medan), Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan, 2012,
DR, Kasmir (2015). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
Sudarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam. (Jakarta: Rineka Cipta, 1994),

Kartini muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek. (Jakarta: Kencana, 2005),

Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia

Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 103 tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian

R.T Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan; Bentuk-Bentuk
Perusahaan Yang Berlaku Di Indonesia, Cetakan Keempat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan Keempat, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2010,

Julianty M Paputungan, et.all, Akibat Hukum Perubahan Status Perusahaan Umum (Perum) Menjadi
Perseroan Terbatas PT. Pegadaian (PERSERO),

Zubaidah Nasution, Peranan Perusahaan Umum Pegadaian Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada
Masyarakat (studi pada perum pegadaian cabang utama medan),
Zefri Zulfi, Tinjauan Yuridis Perubahan Status Perum Menjadi PT Persero (Studi Pada PT
Pegadaian Cabang Medan), Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan, 2012,

14

Anda mungkin juga menyukai