Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR MEDIASTINUM
DI RUANG ICU RUMAH SAKIT MARGONO SOEKARJO

Oleh :
Fandy Ahmad Faisal
1911040051

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
1. Definisi

Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam


mediastinum yaitu rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang
berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar,
trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan
salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu
rongga imaginer di antara paru kiri dan kanan. Mediastinum berisi
jantung,
pembuluh darah besar, trakea, timus, kelenjar getah bening dan
jaringan ikat. (Elisna Syahruddin)
Tumor adalah suatu benjolan abnormal yanga ada pada tubuh,
sedangkan mediastinum adalah suatu rongga yang terdapat antata
paru-paru kanan dan paru-paru kiri yang berisi jantung, aorta, dan
arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf,
jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Jadi, Tumor
mediastinum adalah tumor yang berada di daerah mediastinum. Tidak
ada hal yang spesifik yang dapat mencegah tumor mediastinum ini.
Tetapi jika kita terbiasa berperilaku hidup sehat insyaalloh kita akan
tehindar dari penyakit tumor dan kanker. (dr. Agus Rahmadi, 2010).
2. Etiologi
Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor
adalah:
1. Penyebab kimiawi

Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada


pekerja pembersih cerobong asap. Zat yang mengandung
karbon dianggap sebagai penyebabnya.
2. Faktor genetik (biomolekuler)
perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen
normal dan pengaruh protein bisa menekan atau
meningkatkan perkembangan tumor.
3. Faktor fisik
Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan
berulang-ulang baik trauma fisik maupun penyinaran.
Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang berasal ari sinar
matahari maupun sinar lain seperti sinar X (rontgen) dan
radiasi bom atom.
4. Faktor nutrisi
Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang
dihasilkan oleh jamur pada kacang dan padi-padian sebagai
pencetus timbulnya tumor.
5. Penyebab bioorganisme
Misalnya virus, pernah dianggap sebagai kunci penyebab
tumor dengan ditemukannya hubungan virus dengan penyakit
tumor pada binatang percobaan. Namun ternyata konsep itu
tidak berkembang lanjut pada manusia.
6. Faktor hormon
Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan
kepastian peranannya belum jelas. Pengaruh hormone dalam
pertumbuhan tumor bisa dilihat pada organ yang banyak
dipengaruhi oleh hormone tersebut

3. Klasifikasi Tumor Mediastinum


1. Timoma
Thymoma adalah tumor yang berasal dari epitel
thymus. Ini adalah tumor yang banyak terdapat dalam
mediastinum bagian depan atas. Dalam golongan umur 50
tahun, tumor ini terdapat dengan frekuensi yang meningkat.
Tidak terdapat preferensi jenis kelamin, suku bangsa atau
geografi. Gambaran histologiknya dapat sangat bervariasi dan
dapat terjadi komponen limfositik atau tidak. Malignitas
ditentukan oleh pertumbuhan infiltrate di dalam organ- organ
sekelilingnya dan tidak dalam bentuk histologiknya. Pada
50% kasus terdapat keluhan lokal. Thymoma juga dapat
berhubungan dengan myasthenia gravis, pure red cell aplasia
dan hipogamaglobulinemia. Bagian terbesar Thymoma
mempunyai perjalanan klinis benigna. Penentuan ada atau
tidak adanya penembusan kapsul mempunyai kepentingan
prognostic. Metastase jarak jauh jarang terjadi. Jika mungkin
dikerjakan terapi bedah. (Aru W. Sudoyo, 2006).
Stage dari Timoma:
a. Stage I : belum invasi ke sekitar

b. Stage II : invasi s/d pleura mediastinalis

c. Stage III : invasi s/d perikardium

d. Stage IV : Limphogen / hematogen


2. Teratoid
Teratoid dibagi
menjadi dua, yaitu:
 Kista Dermoid

Contoh dari kista dermoid adalah dahak penderita


mengandung gigi, tulang, rambut.
3. Teratoma (Mesoderm)
Teratoma merupakan neoplasma yang terdiri dari beberapa
unsur jaringan yang asing pada daerah dimana tumor tersebut
muncul. Teratoma paling sering ditemukan pada mediatinum
anterior. Teratoma yang histologik benigna mengandung terutama
derivate ectoderm (kulit) dan entoderm (usus).
Pada teratoma maligna dan tumor sel benih seminoma, tumor
teratokarsinoma dan karsinoma embrional atau kombinasi dari
tumor itu menduduki tempat yang terpenting. Penderita dengan
kelainan ini adalah yang pertama-tama perlu mendapat perhatian
untuk penanganan dan pembedahan.
Mengenai teratoma benigna, dahulu disebut kista dermoid,
prognosisnya cukup baik. Pada teratoma maligna, tergantung pada
hasil terapi pembedahan radikal dan tipe histologiknya, tapi ini
harus diikuti dengan radioterapi atau kemoterapi. (Aru
W. Sudoyo, 2006)
4. Limfoma
Secara keseluruhan, limfoma merupakan keganasan yang
paling sering pada mediastinum. Limfoma adalah tipe kanker
yang terjadi pada limfosit (tipe sel darah putih pada sistem
kekebalan tubuh vertebrata). Terdapat banyak tipe limfoma.
Limfoma adalah bagian dari grup penyakit yang disebut kanker
Hematological. Pada abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini
disebut penyakit Hodgkin karena ditemukan oleh Thomas
Hodgkin tahun 1832. Limfoma dikategorikan sebagai limfoma
Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin.
5. Tumor Tiroid

Tumor tiroid merupakan tumor berlobus, yang berasal dari Tiroid.


6. Kista pericardium
Ini adalah kista dengan dinding yang tipis, terisi cairan jernih
yang selalu dapat menempel pada perikard dan kadang-kadang
berada dalam hubungan terbuka dengan perikard itu. Yang
terbanyak terdapat di ventral, di sudut diafragma jantung. Kista
ini juga dikenal sebagai kista coelom. Kista pleuroperikardial
adalah kelainan congenital, tetapi baru muncul manifestasi pada
usia dewasa. Sampai desenium ke 5 atau 6, ukuran tumor
biasanya secara lambat bertambah, tetapi jarang sampai lebih dari
10 cm. pada fluoroskopi, kista-kista ini sering terlihat sebagai
rongga-rongga dengan dinding yang tipis dengan perubahan
bentuk pada pernapasan dalam. Kista-kista coelom di sebelah
kanan harus differensiasi dengan lemak parakardial dan dengan
hernia diafragmatika melalui foramen Morgagni. Kista-kista ini
sering terdapt, meskipun tentang hal ini tidak ada data yang jelas.
Kista ini tidak menimbulkan keluhan, infeksi sangat jarang dan
malignitasnya tidak diketahui. Karena itu ekstirpasi hanya
diperlukan pada keraguan yang serius mengenai diagnosisnya
atau pada ukuran kista yang sangat besar.
7. Tumor neurogenik
Tumor Neurogen merupakan tumor mediastinal yang
terbanyak terdapat, manifestasinya hampir selalu sebagai tumor
bulat atau oval, berbatas licin, terletak jaug di mediastinum
belakang. Tumor ini dapat berasal dari saraf intercostals, ganglia
simpatis, dan dari sel-sel yang mempunyai cirri kemoreseptor.
Tumor ini dapat terjadi pada semua umur, tetapi relative frekuen
pada umur anak. (Aru W. Sudoyo, 2006)
Banyak Tumor Nerogenik menimbulkan beberapa gejala dan
ditemukan pada foto thorax rutin. Gejala biasanya merupakan
akibat dari penekanan pada struktur

yang berdekatan. Nyeri dada atau punggung biasanya akibat kompresi atau
invasi tumor pada nervus interkostalis atau erosi tulang yang berdekatan.
Batuk dan dispneu merupakan gejala yang berhubungan dengan kompresi
batang trakeobronchus. Sewaktu tumor tumbuh lebih besar di dalam
mediastinum posterosuperior, maka tumor ini bisa menyebabkan sindrom
pancoast atau Horner karena kompresi peleksus brakhialis atau rantai
simpatis servikalis.
Pembagian dari tumor neurogenik, menurut letaknya:
a. Dari saraf tepi: Neurofibroma, Neurolinoma
b.Dari saraf
simpati:GanglionNeurinoma,Neuroblastoma,Simpatikoblastoma
c. Dari paraganglion: Phaeocromocitoma, Paraganglioma
8. Kista Bronkhogenik
Kista Bronkogen kebanyakan mempunyai dinding cukup tipis,
yang terdiri dari jaringan ikat, jaringan otot dan kadang-kadang
tulang rawan. Kista ini dilapisi epitel rambut getar atau
planoselular dan terisi lendir putih susu atau jernih. Kista bronkus
terletak menempel pada trakea atau bronkus utama, kebanyakan
dorsal dan selalu dekat dengan bifurkatio. Kista ini dapat tetap
asimptomatik tetapi dapat juga menimbulkan keluhan karena
kompresi trakea, bronki utama atau esophagus. Kecuali itu
terdapat bahaya infeksi dan perforasi sehingga kalau ditemukan
diperlukan pengangkatan dengan pembedahan. Gejala dari kista
ini adalah batuk, sesak napas s/d sianosis.
4. Manifestasi Klinis
 Mengeluh sesak nafas, nyeri dada, nyeri dan sesak pada
posisi tertentu (menelungkup)

 Sekret berlebihan

 Batuk dengan atau tanpa dahak

 Riwayat kanker pada keluarga atau pada klien

 Pernafasan tidak simetris

 Unilateral Flail Chest

 Effusi pleura

 Egophonia pada daerah sternum

 Pekak/redup abnormal pada mediastinum serta basal paru

 Wheezing unilateral/bilateral

 Ronchii
Sebagian besar pasien tumor mediastinum akan
memperlihatkan gejala pada waktu presentasi .Kebanyakan
kelompok melaporkan bahwa antara 56 dan 65 persen pasien
menderita gejala pada waktu penyajian, dan penderita dengan lesi
ganas jauh lebih mungkin menunjukkan gejala pada waktu
presentasi. Tetapi, dengan peningkatan penggunaan rontgenografi
dada rutin, sebagian besar massa mediastinum terlihat pada pasien
yang asimtomatik. Adanya gejala pada pasien dengan massa
mediastinum mempunyai kepentingan prognosis dan
menggambarkan lebih tingginya kemungkinan neoplasma ganas.
Massa mediastinum bisa ditemukan dalam pasien
asimtomatik, pada foto thorax rutin atau bisa menyebabkan gejala
karena efek mekanik local sekunder terhadap kompresi tumor atau
invasi struktur mediastinum. Gejala sistemik bisa nonspesifik atau
bisa membentuk kompleks gejala yang sebenarnya patogmonik
untuk neoplasma spesifik.
Keluhan yang biasanya dirasakan adalah :

 Batuk atau stridor karena tekanan pada trachea atau bronchi


utama

 Gangguan menelan karena kompresi esophagus.

 Vena leher yang mengembang pada sindroma vena cava


superior.

 Suara serak karena tekanan pada nerves laryngeus inferior.

 Serangan batuk dan spasme bronchus karena tekanan pada


nervus vagus.
Walaupun gejala sistemik yang samar-samar dari anoreksia,
penurunan berat badan dan meningkatnya rasa lelah mungkin
menjadi gejala yang disajikan oleh pasien dengan massa
mediastinum, namun lebih lazim gejala disebabkan oleh kompresi
local atau invasi oleh neoplasma dari struktur mediastinum yang
berdekatan.
Nyeri dada timbul paling sering pada tumor mediastinum
anterosuperior. Nyeri dada yang serupa biasanya disebabkan oleh
kompresi atau invasi dinding dada posterior dan nervus
interkostalis. Kompresi batang trakhebronkhus biasanya
memberikan gejala seperti dispneu, batuk, pneumonitis berulang
atau gejala yang agak jarang yaitu stridor. Keterlibatan esophagus
bisa menyebabkan disfagia atau gejala obstruksi. Keterlibatan
nervus laringeus rekuren, rantai simpatis atau plekus brakhialis
masing-masing menimbulkan paralisis plika vokalis, sindrom
Horner dan sindrom Pancoast. Tumor mediastinum yang
meyebabkan gejala ini paling sering berlokalisasi pada
mediastinum superior. Keterlibatan nervus frenikus bisa
menyebabkan paralisis diafragma.
5. Penatalaksanaa
1. Pembedahan
Tindakan bedah memegang peranan utama dalam
penanggulangan kasus tumor mediastinum
2. Obat-obatan

3. Immunoterapi
Misalnya interleukin 1 dan alpha interferon
4. Kemoterapi
Kemoterapi telah menunjukkan kemampuannya dalam
mengobati beberapa jenis tumor.
5. Radioterapi.
Masalah dalam radioterapi adalah membunuh sel kanker dan
sel jaringan normal. Sedangkan tujuan radioterapi adalah
meninggikan kemampuan untuk membunuh sel tumor dengan
kerusakan serendah mungkin pada sel normal.

6. Pemeriksaan diagnostik
A. Prosedur Radiologi
1. Foto thoraks
Dari foto thoraks PA atau lateral untuk menentukan lokasi
tumor anterior, medial atau posterior, tetapi pada kasus dengan
ukuran tumor yang besar sulit ditentukan lokasinya yang pasti.
2. Tomografi
Dapat menentukan lokasi tumor, mendeteksi klasifikasi pada
lesi yang sering ditemukan pada kista dermoid, tumor tiroid, dan
kadang-kadang timoma. Teknik ini semakin jarang digunakan.

3. CT-scan toraks dengan kontras


Dapat mendeskripsikan lokasi, kelainan tumor secara lebih
baik, kemungkina jenis tumor, misalnya pada teratoma dan
timoma, menentukan stage pada kasus timoma dengan cara
mencari apakah telah terjadi invasi atau belum, mempermudah
pelaksanaan pengambilan bahan untuk pemeriksaan sitologi, serta
untuk menentukan luas radiasi beberapa jenis tumor mediastiinum
bila dilakukan CT- Scan Toraks dan CT-Scan abdomen.
4. Flouroskopi
Untuk melihat kemungkinan terjadi aneurisma aorta.
5. Ekokardiografi
Untuk mendeteksi pulsasi pada tumor yang diduga terjadi aneurisma
aorta.
6. Angiografi
Lebih sensitif untuk mendeteksi aneurisma aorta dibandingkan
flouroskopi dan ekokardiografi.
7. Esofagografi
Pemeriksaan ini dianjurkan dilakukan bila ada dugaan invasi
atau penekanan pada esofagus.
8. USG, MRI, dan Kedokteran Nuklir
Jarang dilakukan, tetapi pemeriksaan ini terkadang harus
dilakukan untuk beberapa kasus tumor mediastinum.
B. Prosedur Endoskopi
1. Bronkoskopi
Dilakukan bila ada indikasi operasi, dapat memberikan
informasi tentang penekanan tumor teerhadap saluran nafas
beserta lokasinya,. Bronkoskopi sering dapat digunakan untuk
membedakan antara tumor mediastinum dengan kanker paru
primer.
2. Mediastinoskopi
Tindakan ini dilakukan bila tumor berlokasi di mediastinum anterior.
3. Esofagoskopi
4. Torakoskopi Diagnostik
5. Elektromagnestic Navigation Diagnostic Bronchoscopy
Tindakan ini merupakan metode yang aman untuk
mengambil sampel lesi-lesi yang terletak agak ke perifer
dimana bronkoskopi biasa tidak bisa mencapainya. Selain itu
tindakan ini dapat digunakan untuk mengambil sampel lesi
tumor mediastinum dengan cara Tranbroncial Needle
Bronchoscopy Aspiration (TNBA), dimana dapat memberikan
hasil diagnostik yang tinggi serta tidak dipengaruhi oleh besar
kecil dan lokasi tumor.

7. Komplikasi
Komplikasi dari kelainan mediastinum mereflekikan patologi
primer yang utama dan hubungan antara struktur anatomic dalam
mediastinum. Tumor atau infeksi dalam mediastinum dapat
menyebabkan timbulnya komplikasi melalui: perluasan dan
penyebaran secara langsung, dengan melibatkan struktur-struktur
(sel-sel) bersebelahan, dengan tekanan sel bersebelahan, dengan
menyebabkan sindrom paraneoplastik, atau melalui metastatic di
tempat lain. Empat komplikasi terberat dari penyakit mediastinum
adalah:
 Obstruksi trachea

 Sindrom Vena Cava Superior

 Invasi vascular dan catastrophic hemorrhage, dan

 Rupture esofagus.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku, tanggal dan jam MRS, nomor
MR, diagnosis medis.
b. Keluhan Utama
Biasanya klien datang setelah tumor cukup besar yang
menyebabkan penekanan pada organ sekitarnya sehingga
muncul keluhan utama seperti batuk, sesak nafas,
kesulitan menelan, ataupun nyeri dada.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien mengatakan nyeri dada bagian tengah seperti
tertekan benda berat dan sifatnya menetap, batuk dengan
atau tanpa sputum (batuk kering), sesak nafas, merasa
sakit bila menelan makanan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perokok berat dan kronis, terpajan terhadap lingkungan
karsinogen, penyakit paru kronis sebelumnya yang telah
mengakibatkan pembentukan jaringan parut dan fibrosis
pada jaringan paru.
e. Riwayat penyakit Keluarga
Ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama
dengan klien, anggota keluarga menderita penyakit
kanker,
2. Pemeriksaan fisik
v B1 (Breathing)
Batuk dengan atau tanpa sputum, batuk dengan atau tanpa
darah, pernafasan stridor, sesak, ada pergerakan otot bantu
nafas.
v B2 (Blood)
Sindrom obstruksi vena kava superior (SVKS), tekanan
darah dan atau Heart Rate (HR) mungkin meningkat, CRT
mungkin masih dalam batas normal (kurang dari 2 detik),
disritmia, peningkatan JVP.
v B3 (Brain)
kesadaran composmentis, gelisah, nyeri dada.
v B4 (Bladder)
Mengalami penurunan produksi urine output.
v B5 (Bowel)
Kesulitan menelan (disfagia), anoreksia, BB menurun.
v B6 (muskuloskletal dan integumen)
Kelemahan, kelelahan, oedema muka dan lengan
3. Diagnosa Keperawatan NANDA, NOC, NIC

NO Diagnosa NOC NIC


(NANDA)
1. Kerusakan dalam waktu 1 x 24 jam a. manajemen jalan napas
pertukaran gas pertukaran gas kembali
berhubungan normal  identifikasi kebutuhan pasien
dengan terhadap pemasangan jalan
gangguan suplai Kriteria Hasil : napas aktua atau potensial
oksigen  auskultasi suara napas, tandai
(hipoventilasi)  Menunjukkan area penurunan atau
perbaikan ventilasi dan hilangnya ventilasi dan
oksigenasi jaringan adanya bunyi tambahan
adekuat dengan BGA  pantau status pernapasan dan
dalam rentang normal oksigenasi sesuai kebutuhan
 Bebas gejala distress
pernafasan b. pengaturan hemodimnamik
 TTV dalam batas
normal  auskultasi bunyi jantung
 pantau dan
dokumentasikan
frekuensi, irama dan
denut jantung
 pantau adanya edema
perifer, distensi vena
jugularis dan buni
jantung S3 dan S4
 pantau alat fungsi pacu
jantung
2. ketidakefektifan Kepatenan jala;n nafas manajemen jalan nafas
bersihan jalan Kriteria Hasil
nafas  menunjukkan patensi  Auskultasi dada untuk
berhubungan jalan napas, dengan karakter bunyi napas dan
dengan cairan sekret mudah adanya sekret
peningkatan dikeluarkan  Bantu pasien untuk napas
viskositas/  Bunyi napas jelas dan dalam efektif dan batuk
jumlah sekret, pernapasan tidak bising dengan posisi duduk dan
keterbatasan menekan daerah insisi
gerakan  Observasi jumlah dan
dada/nyeri, karakter sputum
kelelahan  Beri masukan cairan per oral
(cairang hangat)
 Berikan oksigen/nebulizer
 Berikan bronkhodilator
ekspektoran dan atau
analgesik sesuai indikasi

 Tingkat kenyamanan
 Pengendalian nyeri
3. Nyeri (akut)  Tingkat nyeri Manajemen nyeri
berhubungan Kriteria hasil :
dengan insisi
 Melapaorkan nyeri  Observasi lokasi
bedah (trauma
hilang/terkontrol karakteristik, lokasi,
jaringan),
 Tampak rileks dan frekuensi, durasi dan sifat
terpasang
tidur/istirahat dengan nyeri
drainase dada
baik  memberikan posisi senyaman
 Mampu melakukan  Ajarkan klien teknik
aktivitas sesuai dengan management nyeri, seperti
kebutuhan distraksi dan relaksasi
(visualisasi, bimbingan
imajinasi)
 Meningkatkan pengetahuan
klien tentang penyakit yang
diderita
 Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian analgesik

Daftar Pustaka

Ahmar, Ganda. 2020.


https://www.academia.edu/38215810/LAPORAN_PENDAHULUAN_mediastinum.
Diakses pada 21 Januari 2020 jam 10.0 WIB

Anda mungkin juga menyukai