Disusun oleh :
KHG D20021
2021
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
Menurunnya kadar hormon progesteron dan estrogen terjadi kira-kira 1-2 minggu
seblum partus dimulai . Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga
iskemia otot-otot uterus . Hal ini dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga
plasenta mengalami degenerasi.Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi
akan egera dikeluarkan (Hipokrates ). Tekanan pada gangglion servikale dari pleksus
Frankenhauser yang terletak dibelaksng serviks. Bila gangglion ini tertekan kontraksi
beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi letak, sikap, dan posisi janin.
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar
otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi. Empat jenis panggul dasar
dikelompokan :
3. Powers (kekuatan)
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter yang disebut
4. Posisi ibu
Posisi ibi mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak
memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri,
uterus biasanya lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi
serviks sehingga persalinan menjadi lebih cepat. Selain itu, posisi tegak dianggap
merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang akan ia perlukan.
Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sapaio akhirnya mulai
berkontraksi kuat secara ritmik dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga bayi
dilahirkan. Penyebab peningkatan aktivitas uterus yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi
estrogen meningkatkan jumlah gap jungtion antara sel-sel otot polos uterus yang
secara progresif makin bertambah selama kehamilan, tetapi mulai kehamilan bulan
progesteron tetap konstan atau mungkin sedikit menurun. Oleh karena itu diduga
uterus.
persalinan.
Regangan atau iritasi saraf pada serviks mengawali timbulnya refleks pada korpus
uteri, tetapi efek ini juga secara sederhana dapat terjadi akibat transmisi iogenik
a. Kala I
Tanda mulainya persalinan yaitu bila timbul his dan terjadi pelepasan lendir
yang bercampur darah. Lendir berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks
serviks membuka.
His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya 40 detik
Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan cekungan lagi
Serviks membuka.
1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai
multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum
membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium
uteri internum dan eksternum menipis dan mendatar terjadi dalam saat yang sama.
Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah
lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap
atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm,
disebut ketuban pecah dini. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah
- Kontraksi uterus
- Kandung kemih
- Pemeriksaan vagina
- Asupan oral/intravena
- Analgesia
2. Kala II
Perineum menonjol.
15-30 menit.
alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi
secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri). Gejala dan tanda kala dua juga
merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses
pengeluaran bayi sudah dimulai. Setelah terjadi pembukaan lengkap, beritahukan pada
ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan
Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, berjongkok atau miring
yang dapat mempersingkat kala dua. Beri keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara
selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang menginginkannya atau dapat
Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali dan mengatur
meneran yang efektif dan benar. Harap diingat bahwa sebagian besar daya dorong
untuk melahirkan bayi, dihasilkan dari kontraksi uterus. Meneran hanya menambah
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah
posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan
persalinan, mencari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-
dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan baginya untuk
beristirahat di antara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya
membantu mempercepat kemajuan kala dua persalinan dan mengurangi rasa nyeri.
Beberapa ibu merasa bahwa merangkak atau berbaring miring ke kiri (Gambar 3)
membuat mereka lebih nyaman dan efektif untuk meneran. Kedua posisi tersebut
juga akan membantu perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar
diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga dapat mengurangi risiko
b. Cara meneran
- Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk
meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan ke dada.
Dorongan pada fundus meningkatkan risiko distosia bahu dan ruptura uteri.
Peringatkan anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus bila mereka
Catatan: Jika ibu adalah primigravida dan bayinya belum lahir atau persalinan
tidak akan segera terjadi setelah dua jam meneran maka ia harus segera dirujuk ke
fasilitas rujukan. Lakukan hal yang sama apabila seorang multigravida belum juga
melahirkan bayinya atau persalinan tidak akan segera terjadi setelah satu jam
meneran.
Melahirkan Bayi
- Posisi Ibu
Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada posisi
berbaring telentang (supine position). Alasan: Jika ibu berbaring terlentang maka
berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dll) menekan vena cava
inferior ibu. Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi utero-
juga akan mengganggu kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran
secara efektif
- Pencegahan Laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan
bahu dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat
dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang
tepat (dibahas di bagian selanjutnya) dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan
mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi
kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Bimbing ibu untuk meneran dan
tujuannya adalah untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat tepi
luka rata sehingga mudah dilakukan penjahitan (reparasi), mencegah penyulit atau
tahanan pada kepalan dan infeksi tetapi hal tersebut ternyata tidak didukung oleh
Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak pada episiotomi rutin
didapatkan:
persalinan
- Melahirkan Kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang bersih dan
kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk
bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi
perineum dengan satu tangan (dibawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah
sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada
belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi
pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum. Alasan:
perineum.
Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan dilahirkan. Usap muka
bayi dengan kain atau kasa bersih atau DTT untuk membersihkan lendir dan darah
Jangan melakukan pengisapan lendir secara rutin pada mulut dan hidung
bayi. Sebagian besar bayi sehat dapat menghilangkan lendir tersebut secara alamiah
pada dengan mekanisme bersin dan menangis saat lahir. Pada pengisapan lendir
yang terlalu dalam, ujung kanul pengisap dapat menyentuh daerah orofaring yang
henti napas (apnea) sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa bayi. Dengan
alasan itu maka pengisapan lendir secara rutin menjadi tidak dianjurkan.
Selalu isap mulut bayi lebih dulu sebelum mengisap hidungnya. Mengisap
hidung lebih dulu dapat menyebabkan bayi menarik nafas dan terjadi aspirasi
mekonium atau cairan yang ada di mulutnya. Jangan masukkan kateter atau bola
karet penghisap terlalu dalam pada mulut atau hidung bayi. Hisap lendir pada bayi
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernafas cepat.
Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali pusat. Jika ada dan lilitan di leher bayi cukup
longgar maka lepaskan lilitan tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali
pusat sangat erat maka jepit tali pusat dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm,
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu
Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran sambil
menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan
melewati simfisis.
Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala keatas dan lateral tubuh bayi sehingga
Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah perineum dan
Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior
Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu, siku
dan kaki.
tangan atas di antara kedua kaki bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan
Letakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu
Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan
kain atau selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan
baik.
- Memotong Tali Pusat
pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan
jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali
pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil
melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem
Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimuti bayi dengan
selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti
dengan baik.
3. Kala III
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.
Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
jam, keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta
Persalinan kala empat dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dalam dua jam
setelah itu. Kala IV adalah kala pemulihan masa kritis ibu dan anaknya, bukan hanya
proses pemulihan secara fisik setelah melahirkan tetapi juga mengawali hubungan
yang baru selama 1 – 2 jam. Pada kala IV ibu masih membutuhkan pengawasan yang
intensive karena perdarahan dapat terjadi, misalnya karena atonia uteri, robekan pada
serviks dan perineum. Rata-rata jumlah perdarahan normal adalah 100 – 300 cc, bila
perdarahan diatas 500 cc maka dianggap patologi. Perlu diingat ibu tidak boleh
SEKSIO CAESARIA
A. Pengertian
Seksio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut atau vagina; atau seksio sesaria adalah suatu histertetomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim, ( Rustam Mochtar, 1998 ).
B. Indikasi
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
Dimana pada umumnya cara persalinan yang terbaik tergantung dari derajat placenta
previa dan banyaknya perdarahan, apalagi yang berulang. Hal ini merupakan indikasi
mutlak untuk Sectio caesaria dengan tujuan untuk secepatnya mengangkat sumber
perdarahan, dengan demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk
berkontraksi menghentikan perdarahannya dan menghentikan perlukaan serviks dan
segmen bawah uterus yang rapuh apabila dilangsungkan persalinan pervaginam.
2. Panggul sempit.
Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin viable naturalis ialah CV =
8 cm. Panggul dengan CV = 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin
dengan normal, harus diselesaikan dengan seksio sesaria. CV antara 8-10 cm boleh
dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal dilakukan seksio sesaria sekunder.
Panggul sempit
Primigravida
Janin besar dan berharga
Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi
dengan cara-cara lain tidak berhasil.
Gemelli, menurut Eastman seksio sesaria dianjurkan :
Bila janin pertama letak lintang atau presentasi
bahu (shoulder presentation).
Bila terjadi interlock (locking of the twins)
Distosia oleh karena tumor.
Gawat janin, dan sebagainya
C. Jenis-jenis Operasi Seksio Sesaria
1. Abdomen (Seksio sesaria Abdominalis)
Seksio sesaria transperitonialis :
Seksio sesaria klasik atau korporal dengan
insisi memanjang pada korpus uteri.
Seksio sesaria ismika atau profunda atau low
cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.
Seksio sesaria ekstraperitonialis, yaitu tanpa
membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka cavum
abdomimal.
Vagina (Seksio sesaria vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesaria dapat dilakukan sebagai berikut :
Kekurangan : luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan a.uterine putus sehigga mengakibatkan perdarahan yang banyak,
keluhan pada kandung kemih post opertaif tinggi.
D. Komplikasi
1. Infeksi puerperal (nifas)
Ringan : dengan kenaikan suhu 38 o C atau lebih dalam
2 - 3 hari post partum.
Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi,
disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung, gejala keletihan dan letargi,
anoreksia, menggigil, nyeri perineum.
Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal
ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penangannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotika yang adekuat
dan tepat.
E. Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang. Oleh
karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah,
indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik oleh
tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 100.
Nasib janin yang tertolong secara seksio sesaria sangat tergantung dari keadaan sebelum
dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal yang
baik fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4-7%.