Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN ANAK

PRA SEKOLAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Keluarga


Program Profesi Ners Angkatan X

Dosen Pembimbing : Eva Daniati, S.Kep.,Ns.,M.Pd

Disusun oleh :
HIKMAT PARHAN NURHAQ
KHGD 20021
Profesi Ners (A)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT


PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN AJARAN
2020
A. Tinjauan Teori :
a) Definisi Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Menurut Helvie (1981), keluarga adalah sekelompok manuasia yang tinggal
dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang
erat.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan
merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat
menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan.
Berdasarkan pengertian di tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu
sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi),
tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
b) Tipe keluarga

(Harmoko, hal 23; 2012) sebagai berikuta.


1) Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/
keduanya dapat bekerja di laur rumah. 
2) Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan,saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.
3) Reconstitud Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggaldalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu
bawaan dari perkawinanlama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau
keduanya dapat bekerja di luarrumah.
4) Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di rumah,
anak-anaksudah meningglakan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.e.
5) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/slah
satu bekerjadi rumah.
6) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-
anaknyadapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
7) Dual Carier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anakh.
8) Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanyasaling mencari pada waktu-waktu tertentu.i.
9) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untukmenikah. j.
10) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11) Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.l.
12) Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-
anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.m.
13) Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluargadan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan semua
adalah orang tua darianak-anak.
c) Tahap-Tahap Perkembangan

Keluarga Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan


keluarga dibagi menjadi 8 :
1) Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang
memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan
keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan
menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan,
persalinan dan menjadi orangtua).
2) Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing) Masa ini merupakan
transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan
anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6
minggu.

3) Keluarga dengan anak pra sekolah


Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembangproses belajar dan kontak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
4) Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun) Keluarga dengan anak sekolah
mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi anak
terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk mencapai
pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
5) Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun) Tugas perkembangan keluarga
pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi
terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6) Keluarga dengan anak dewasa Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan
anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali
fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.
7) Keluarga usia pertengahan (middle age family) Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan
dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan antara
generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
8) Keluarga lanjut usia Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti
penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima
kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life
review masa lalu.
d) Tugas perkembangan keluarga

1) pemeliharaan fisik Keluarga dan para anggotanya


2) pemeliharaan sumber daya yang ada dalam keluarga
3) pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
4) sosialisasi antara para anggotanya
5) pemeliharaan antara keterlibatan anggota keluarga
6) pengaturan jumlah anggota keluarga
7) membangkitkan dorongan antara semangat para anggotanya
e) stress dan koping keluarga

1) stressor jangka pendek dan panjang

 jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami kurang dari 6 bulan


 jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami lebih dari 6 bulan
2) kemampuan keluarga berespon terhadap situasi si atau stressor kaji sejauh
mana keluarga respon terhadap situasi
3) strategi koping yang digunakan, Bagaimana strategi koping yang digunakan
Kan keluarga bila menghadapi permasalahan
4) strategi adaptasi disfungsional. dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalaH.

B. Masalah Yg Mungkin Muncul Pada Kasus


1. Definisi
Karies gigi, dikenal juga sebagai gigi berlubang, merupakan penyakit
multifaktorial dan kronik, berupa destruksi dan demineralisasi dari gigi akibat
asam yang diproduksi oleh bakteri yang menginfeksi gigi, (Albertus, 2020).
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan yang dimulai dari permukaan gigi pit, fissure dan daerah interproximal
meluas kearah pulpa (Tarigan, 2013).
Menurut kamus kedokteran gigi karies merupakan gigi berlubang (Babbush, dkk,
2014). Karies merupakan infeksi kronis pada gigi yang disebabkan oleh flora
normal pada rongga mulut. Hasil akhir produksi asam oleh bakteri dari bahan
karbohidrat yang dapat menjadi awal mula terjadinya karies.
2. Etiologi
Etiologi utama dari karies gigi adalah bakteri yang memiliki sifat
asidogenik dan memfermentasi gula. Terdapat dua jenis bakteri yang paling sering
menjadi agen utama dalam terjadinya karies gigi, yaitu Streptococcus mutans dan
Streptococcus sobrinus. Spesies bakteri lainnya, seperti Lactobacillus dan
Actinomyces, juga telah dihubungkan dengan terjadinya karies gigi. Selain
bakteri, beberapa spesies jamur juga telah ditemukan pada pasien karies gigi,
(Albertus, 2020).
Berikut faktor-faktor penyebab terjadi karies gigi (gigi berlubang)
a. Tidak menggunakan pasta gigi mengandung fluoride. Fluoride adalah senyawa
yang umumnya terkandung dalam pasta gigi, berfungsi untuk merawat kesehatan
serta mencegah kerusakan pada gigi.
b. Terlalu banyak mengonsumsi makanan atau minuman yang manis atau asam.
c. Mulut kering.
d. Menderita gangguan makan (misalnya anoreksia atau bulimia) dan penyakit
refluks asam lambung.
e. Pertambahan usia.
f. Penggunaan rutin obat-obatan, suplemen, vitamin, atau produk herba yang
mengandung gula.
g. Jarang menyikat atau membersihkan gigi, (Tjin, 2018).
3. Gejala karies gigi
Gejala yang muncul pada tiap orang dapat berbeda, tergantung tingkat
keparahan dan lokasi lubang pada gigi. Saat lubang masih berukuran kecil dan
baru terbentuk, gejala mungkin tidak muncul atau tidak terasa. Namun, ketika
kondisi sudah semakin memburuk, gejala yang akan timbul adalah :
a. Sakit gigi, terutama saat mengigit atau ketika gigi ditekan.
b. Gigi menjadi sensitif.
c. Nyeri saat mengonsumsi makanan atau minuman yang manis, dingin atau
panas.
d. Terdapat lubang yang terlihat jelas pada gigi.
f. Nyeri pada gigi yang terjadi secara spontan tanpa penyebab yang jelas.
g. Terdapat bagian gigi yang berubah warna menjadi putih, cokelat, atau hitam.
4. Penatalaksanaan Medis
Beberapa tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi gigi
berlubang meliputi:
a. Filling.
Filling atau tambal gigi merupakan tindakan yang paling umum dilakukan dalam
mengatasi gigi berlubang. Saat proses berlangsung, petugas terlebih dahulu akan
menggunakan bor untuk membuang bagian gigi yang rusak. Gigi yang sudah
dibuang bagian rusaknya kemudian ditambal dengan bahan-bahan khusus, seperti
komposit resin, porselen, emas, atau perak.
b. Crown
Crown atau kurung gigi biasanya dipilih untuk mengatasi kerusakan yang lebih
parah atau pada pasien yang memiliki kondisi gigi yang lemah. Crown adalah
tindakan pemasangan mahkota gigi palsu di atas gigi yang rusak. Sebagian besar
gigi yang rusak akan dikikis, disisakan sebagian kecil untuk tumpuan mahkota
gigi palsu. Sama seperti bahan yang digunakan untuk tambal gigi, mahkota gigi
palsu dapat terbuat dari emas, porselen, atau komposit resin.
c. Root canal.
Root canal atau perawatan saluran akar gigi umumnya dilakukan ketika kerusakan
yang terjadi sudah mencapai bagian dalam gigi atau akar gigi. Tindakan ini adalah
untuk memperbaiki kerusakan yang ada tanpa harus mencabut gigi.
d. Cabut gigi.
Tindakan ini biasanya dilakukan ketika kerusakan yang terjadi sudah parah dan
tidak dapat dipulihkan lagi. Pemasangan gigi palsu atau implan gigi menjadi
solusi untuk mengisi celah bekas gigi yang dicabut, (Tjin, 2018).
1. Pengertian
asuhan Keperawatan Keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi
keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan
mengevaluasi mutu hasil asuhan Keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga
(Effendi, 1995) dalam asuhan keperawatan terdapat proses keperawatan yang
terdiri dari beberapa tahap diantaranya pengkajian diagnosis perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi yang semua tahap ini sangat penting diagnosa
keperawatan adalah suatu proses kesimpulan klinis dari perubahan teramati dalam
kondisi fisik atau fisiologis pasien (Carpenitto, 1987). Karies gigi adalah penyakit
jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan yang dimulai dari
permukaan gigi pit, fissure dan daerah interproximal meluas kearah pulpa
(Tarigan, 2013).
2. Karakteristik
Di dalam diagnosa keperawatan meliputi sebagai berikut :
a. Problem atau masalah
Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga atau anggota keluarga.
b. Etiologi
Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada 5
tugas keluarga yaitu :
1) mengenal masalah kesehatan keluarga
2) membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3) memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) mempertahankan suasana rumah yang sehat
5) menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
c. symptom
Sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga
secara langsung atau tidak langsung.
Tipologi diagnosis Keperawatan Keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
1). Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat
2) Diagnosis resiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi,
tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat
apabila tidak segera mendapatkan bantuan perawat.
3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai
sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
3. Faktor yang berhubungan (jika ada)
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan dengan atau etiologi dari diagnosa
keperawatan keluarga adalah :
a. Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi).
b. Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
c. Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau
tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas, sistem
pendukung lingkungan fisik dan psikologis).

C. Rencana intervensi
Langkah-langkah dalam rencana Keperawatan Keluarga adalah :
a. Menentukan sasaran atau goal
b. Menentukan tujuan atau objektif
c. Menentukan kriteria dan standar kriteria
standar mengacu pada kepada 5 tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu pada
3 hal, yaitu :
1. Pengetahuan (kognitif)
intervensi ini ditujukan untuk memberikan informasi dan sasaran kepada keluarga
sebagai target asuhan Keperawatan Keluarga
2. Sikap (afektif)
intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam respon emosional
sehingga dalam keluarga terdapat sikap terhadap masalah yang dihadapi.
3. Tindakan (psikomotor)
intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga dalam perubahan
perilaku yang merugikan keperilaku yang menguntungkan.
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah :
1. Tujuan hendaknya logis sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang
sesuai dengan kondisi klien.
2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur.
3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh
keluarga dan mengarah kepada kemandirian klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat diminimalisasi

D. EVALUASI
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put )
dan penilaian selalu berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi
penilaian input dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi ;
a.    Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari tindakan
keperawatan.
b.   Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi ),maka dimensinya
dapat dikaitkaan dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
c.    Kecocokan (Apprioriatenes ) dari tindakan keperawatan adalah kesanggupan
dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah.
d.    Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan  (Family Healt Care , 1989
: 97 ).
E. Daftar Pustaka
Tjin Willy.Gigi Berlubang.https://www.alodokter.com/gigi-berlubang.[diakses 20
Oktober 2020]
Audric Albertus.Karies Gigi.https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-gigi-
dan-mulut/karies-gigi/etiologi.[diakses 20 Oktober 2020]
Achjar, K. (2010). Aplikasi Praktek Perkesmas Asuhan Keperawatan Keluarga,
Jakarta.CV.Sagung Seto.
Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktek, Edisi 3.
Jakarta : EGC
APD Salvari, G, (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. TIM
Suprajitno.(2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Https://M-Tarmizitaher.Blogspot.Com/2016/02/Laporan-Pendahuluan-
Keperawatan-Keluarga.Html
Effendi, Nasrul, (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai