Anda di halaman 1dari 5

“Ringkasan Materi Ka1jian Ihya’ Ulumuddin”

Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Kajian Kitab Ihya’ulumuddin

Dosen Pengampu :
Abdulloh Safi’, M.Fil.I

Oleh :
Muhammad Ibnu Zubaer (12303193024)

JURUSAN TASAWUF PSIKOTERAPI


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
DESEMBER 2020
1. Ringkasan Materi Bagian Pertama
Pengertian hati terdapat dua pengertian. Yang pertama adalah danging yang terbentuk
seperti buah Shanubar, terletak pada pinggir dada yang kiri, yaitu dan daging khusus dan
didalamnya ada lobang yang berisi darah hitam. Dan yang kedua adalah yang halus (Lathifah),
Ketuhanan (Robbaniyyah), kerohanian (Ruhaniyyah).

Kitab ini menjelaskan tentang ilmu muamalah dan rahasia roh (nyawa). Seperti yang
dikatakan Rashulullah SAW. bila di dalam kitab disebutkan al-qolb maka yang dimaksud adalah
yang halus atau lathifah. Ilmu-ilmu muamalah menghendaki mengenal sifat-sifat dan keadaanya,
serta tak menghendaki kepada sifat penyebutan hakikatnya. Perkataan kedua yaitu nyawa (ruh) hal
ini juga menyangkut dengan yang dijelaskan dalam kitab ada dua pengertian, Pertama, adalah
tubuh halus atau jism lathif. sumbernya adalah lobang hati yang bertubuh dan bertenar dengan
perantara urat urat yang memanjang.

Para dokter menyebutkan nyawa, itu berarti yang dimaksud adalah pengertian uap yang
halus yang dimasak oleh kehangatan qolb. Pengertian yang kedua yang halus dari manusia, yang
mengetahui dan yang merasa. Pemakaian tersebut sering dikatakan oleh ahli tasawuf. Karena
mereka mengartikan dengan nafs adalah pokok yang menghmpun sifat-sifat tercela pada manusia.
Dan mereka pun berkata tak boleh tidak melawan nafsu dan menghancurkanya. Pengertian
selanjutnya mengenai lathifah. Dimana pada hakikatnya, yaitu diri manusia dan zatnya,

2. Ringkasan Materi Bagian Kedua

Allah SWT. mempunyai banyak tentara yang berkumpul di dalam hati, dalam ruh dan alam-
alam lainya. Dan hanya Allah semata yang mengetahui hakikat dan penguraian jumlahnya.
Didalam kitab ini menjelaskan beberapa tentara hati. Hati mempunyai dua tentara yaitu tentara
yang dapat di lihat dengan mata kepala dan tentara yang tak dapat dilihat oleh mata kepala, kecuali
dilihat dengan mata hati.

Hati berkedudukan sebagai raja sedangkan para tentara berkedudukan sebagai bawahan atau
pelayan dan pembantu. Adapun tentara yang dapat dilihat o;eh mata kepala adalah tangan, kaki,
mata, telinga, lidah dll.

Sedangkan tubuh, adalah merupakan kendaraan hati. Dan pembekalan ilmu, sesungguhnya,
sebab-sebab yang menyampaikan sebagai pembekalah adalah amal shalih. Sesungguhnya, badan
adalah sesuatu yang terpelihara dengan menarikan makanan yang sesuai denganya. Maka dari itu,
memerlukan dua tentara untuk menyongsong hal tersebut, tentara yang pertama adalah tentara
batin, tentara batin adalah nafsu – syahwat dan tentada dzahir ialah tangan dan anggota badan yang
bertugas untuk menarik makanan. Akan tetapi, kadang kala tentara tentara tsb bisa berhubung
dengan setan

Begitulah keadaan kebanyakan makhluk manusia. Akal pikiran yang tunduk kepada
syahwatnya dalam mencari upaya dalam rangka memenuhi kebutuhan nafsunya

3. Ringkasan Materi Bagian Ketiga

Selain berlaku kepada manusia. Beberapa hal yang kami sebutkan juga dianugrahkan kepada
hewan. Hewan juga mempunyai nafsu dan syahwat, kemarahan, panca indra, dll. maka dari itu, ini
adalah pengetahuan batin (al idrakul bathin) maka dari itu, besarlah kehormatan manusia, dan
berhak untuk dekat dengan Allah ta’ala.

Ilmu adalah, mengetahui segala urusan dunia dan akhirat serta segala hakikat yang
berhubungan dengan akal. Hal ini merupakan sebuah urusan yang diluar cakupan kemampuan
pancaindra. Sedangkan hal hal yang meliputi keseluruhan dlaluri, adalah hal-hal yang khusus bagi
akal. Karena manusia menetapkan, bahwa tidak tergambar pada pikiran, orang seorang berada
pada dua tempat pada satu keadaan. Sedangkan ilmu nadhori ialah, untuk mengetahuinya,
dibutuhkan pengkajian, pemeriksaan dan pendalilan. Contohnya adalah niat dalam sholat.

Pada maqam (kedudukan) ini, berbeda-bedalah tingkat para ulama hukama (para ahli hikmat
atau filosuf), nabi-nabi dan wali-wali. Maka tingkat meningginya tidak terhingga padanya. Karena
ilmu Allah S.W.T. tidak berkesudahan. Dan tingkat yang tertinggi, ialah tingkat nabi, yang terbuka
baginya tiap-tiap hakikat atau yang terbanyak dari hakikat itu, tanpa usaha an pemberatan diri.
Dengan kebahagiaan ini, seorang hamba Allah mendekati Allah, dengan arti, hakikat, dan sifat.
Tidak dengan tempat dan jarak jauhnya. Tempat pendakian tingkat-tingkat ini, ialah tempat-tempat
orang yang berjalan kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya masing-masing orang yang berjalan itu,
tahu akan tempatnya yang menyampaikannya dalam perjalanannya. Adapun yang dihadapannya,
maka tidaklah sampai hakikat pengetahuannya. Akan tetapi kadang-kadang ia membenarkan yang
dihadapan itu, karena beriman kepada yang ghaib, sebagaimana kita beriman kepada kenabian dan
nabi dan membenarkan adanya. Akan tetapi tiada yang mengetahui hakikat kenabian, selain nabi
sendiri. Anak yang dewasa tidak mengetahui keadaan orang yang berakal dan pengetahuan nadhari
yang diusahakannya. Maka seperti itu pulalah orang yang berakal (‘aqil) tiada mengetahui segala
macam kelebihan lemah-lembut dan rahmatnya Allah, yang dibuka oleh Allah kepada wali-wali
dan nabi-nabiNya. Barang apapun rahmat yang dibuka oleh Allah kepada manusia, maka tiada
yang menahannya. Rahmat itu diberikan, disebabkan kemurahan dan kemuliaan Allah S.W.T,
tiada kikir kepada seorangpun.

4. Ringkasan Materi Bagian ke empat

Ketahuilah bahwa manusia itu tentang kejadian dan susunan badannya, tersetakan empat
campuran. Maka dari itu, berkumpullah pada manusia empat sifat. Yaitu sifat kebuasan, sifat
kebinatangan, sifat kesetanan, dan sifat ketuhanan. Bila manusia dikuasai oleh sifat kemarahan,
maka ia melakukan perbuatan-perbuatan binatang buas, yaitu permusuhan, kemarahan dan
serangan terhadap manusia lain dengan pukulan dan makian sekiranya manusia itu dikuasai oleh
nafsu-syahwat, maka ia melakukan perbuatan-perbuatan hewan yaitu kerakusan, kelobaan,
kesangatan nafsu-syahwat dan lain-lain. Ia ingin kekuasaa, ketinggian, ke-khusus-an, ketang-
besian dalam semua urusan, kesendirian menjadi kepala, keterlepasan dari belenggu perbudakan
dan kerendahan. Ia ingin mengetahui semua ilmu. Bahkan mendakwahkan dirinya mempunyai
ilmu, ma’rifah dan menguasai hakikat segala urusan. Ia senang apabila dikatakan berilmu susah
apabila disebutkan bodoh.

Ahli-fikir (ahli hikmat) yang menjadi contoh bagi akal itu, disuruh untuk menolak godaan
dan tipuan setan, dengan membuka tipuannya dengan pandangan hati yang tembus dan cahayanya
yang cemerlang terang. Karena dengan kemarahan, dapat dipecahkan bergelagaknya nafsu-
syahwat. Inilah keadaan kebanyakan manusia, manakala kebanyakan cita-cita mereka itu perut,
kemaluan dan berlomba-lomba dengan musuh. Jikalau terbuka tutup daripadanya, dibukakan
keadaannya yang sebenarnya dan diberi contoh kepadanya akan hakikat keadaannya itu,
sebagaimana diberi contoh kepada orang-orang yang memperoleh muka-syafah (terbuka hijab),
adakalanya dalam tidur atau pada waktu jaga, niscaya ia melihat akan dirinya, patuh dihadapan
babi. Sekali ia sujud kepada babi itu. Maka manakala babi itu bergerak untuk meminta sesuatu dari
keinginannya, niscaya dengan cepat ia bangun untuk melayani dan mendatangkan keinginan babi
itu. Atau ia melihat akan dirinya patuh dihadapan anjing galak, dan menyembah anjing itu. Patuh
dan mendengar apa yang dikehendaki dan diminta oleh anjing tadi.

Anda mungkin juga menyukai