Anda di halaman 1dari 33

RUH dan JIWA

(Tinjaun Filosofis & Prespektif


Islam)

Studi Islam Koprehenshif


Prof. Dr. H. Moh Ali Haidar, MA.
Oleh : Kelompok 5
Romadhon : Bab I - III
Syaifulloh : Bab IV
Zainur : Bab V - VI
Ruroh Fatimah : Bab VII
M.Habiburrahman : Bab VIII
Achmad Ma’ruf : Bab X - XI
Ahmad Nadhif : Bab XV-XVII
Review Buku

 RUH dan JIWA (Tinjauan Filosofis dan Prespektif


Islam)
 Oleh Abu Abdullah , Abu Al-Fadl, Muhammad Ibnu

Umar Ar Razi
  Penulis : Prof. M.A.H. Mas’humi
 Cetakan I, Nopember 2000
 Jumlah halaman: xx + 362 halaman
 Penerbit: RISALAH GUSTI Surabaya
 ISBN: 979-556-001-8
KEDUDUKAN MANUSIA VIS-A VIS MAKHLUK-MAKHLUK LAIN

 1.Jenis Pertama adalah benda yang memiliki


kapasitas berfikir tapi serta hikmah tapi sama sekali
tanpa sifat dasar dan syahwat
 2.Jenis kedua adalah benda yang tidak memiliki
kapsitas dan pemahaman tetapi memiliki sifat dasar
dan syahwat. Dan termasuk jenis ini adalah bangsa
binatang dengan pengecualian manusia.
 3.jenis ketiga adalah benda yang tidak mempunyai
kapasitas berfikir dan pemahaman hikmah sifat
dasar . Dan termasuk jenis ini adalah benda-benda
mati dan tumbuh tumbuhan.
 4.Jenis keempat adalah benda yangmemiliki
kapasitas berfikir dan pemahamn intelekhikmah
juga sifat dasar dan syahwar yakni manusia.
 
EMPAT JENIS EKSTENSI
 
Atas dasar pertanyaan yang telah disebutkan sebelumnya dalam
sebuah cara yang berveda tapi lebih mendejati pandangan yang
pasti. Anda tertentu mengetahui,eksentensi-eksentensi ditinjau
dari segi klasifikasi intilektual terdiri dari empat jenis karena
mereka :
1.Mempengaruhi dan tidak mempengaruhi sama sekali, dengan
cara apapun
2.Aatau mempengaruhi tapi tidakmempengaruhi dan pada saat
yang sama jug dipengaruhi
3.Aatau mempengarughi dan pada saat yang sama juga
dipengaruhi
4.Aatau tidak mempengaruhi atas juga tidak dipengaruhi sama
sekali.
TENTANG PENJELASAN TINGKATAN TINGKATAN JIWA MANUSIA.

• Pertama yang tertinggi yaitu kedudukan jiwa yang sangat peduli pada dunia
ilahiyah dan asyik dengan cahaya-chaya abadi ini dengan cabang cabang hikmah
gnosi ilahiyah (marifatullah/ yang sedangkala disebutkan dalam kitab suci
al=qwuran ”orang-orang yang paling beriman merekalah yang paling dulu
(masuk) surge, mereka itulah orang –orang yang didekatkan kepada allah.
• 2.Kedua yang pertengahan yaitu jiwa jiwa yang sangat peduli oadadunia yang
lebih rendah dan yang lebih tinggi, kadang kala mereka maju keatas menuju
dunia lebih tinggi dengan kepatuhan dan kebaktian dan kadangkala turun
derajatnya hingga ke tingkat dunia yang lebih rendah demi memenuhi hasrtat
urusan dunia dan memanfaatkan kekuasannya atasnya, mereka adalah orang –
orang yang adil (Golongan kanan di sisi Allah dan tetap dalam berpendirian.
• 3.Ketiga kedudukan ini hanya milik orang orang yang hanya peduli pada dunia
yang lebih rendah serta sibuk mencari kenikmatn kenikmatan.mereka adalah
orang yang berpura-pura (golongan kiri dari sisi allah) dan melampuhi batas
hokum 9mencari prinsip-prinsip moral)
BAB IV

Tentang Penyelidikan Mengenai


Intisari Substansi Jiwa
Pengarang memberikan bukti dan
argumentasi tentang jiwa
Jiwa itu tunggal, jadi perlu dibedakan dengan tubuh
Jiwa dan tubuh mempunyai fungsi masing-masing
Jika kita berkata, “Tempat pengetahuan dan persepsi-
persepsi adalah hati (batin), sedang tempat huruf, huruf dan
suara-suara juga hati (batin)”, sudah tentu hal ini tidak
masuk akal.
Seandainya manusia identik dengan ekspresi tubuhnya,
manusia dalam setiap bagiannya harus memiliki
kehidupan, pengetahuan, kekuasaan dan kemauan atau
tidak. Masing-masing dari dua hipotesis ini tidak masuk
akal. Oleh karena itu, tidaklah masuk akal juga
mengatakan manusia itu identik dengan ekspresi
tubuhnya.
Manakala kita mempertimbangkan keadaan-keadaan
jiwa, kita mendapatkan bahwa keadaan-keadaannya
bertentangan dengan keadaan-keadaan tubuh. Hal ini
mengindikasikan bahwa jiwa adalah bukan tubuh.
cara menyatakan bahwa jiwa adalah bukan
tubuh
bagi jiwa yang tidak menerima sebuah bentuk yang
jelas, adalah sulit baginya menerima bentuk-bentuk
lain yang jelas. Manakala ia menerima sebuah bentuk,
semakin lebih mudah baginya untuk menerima
bentuk lain, dan manakala ia menerima sebuah
bentuk kedua, semakin lebih mudah baginya untuk
menerima sebuah bentuk ketiga dan seterusnya.
Dalam keadaan tidur, tubuh manusia dalam keadaan
lemah tapi kekuatan dalam jiwanya sedemikian besar,
sehingga ketika sedang tidur ia menikmati informasi-
informasi yang tidak dapat diterimanya ketika ia
dalam keadaan bangun (jaga).
Di mana pun orang-orang yang mengembangkan kekuatan-
kekuatan spiritual mereka melalui berbagai pemahaman
yang sukar, memutuskan untuk mendominasi kemampuan-
kemampuan fisik serta memaksakan tanggapan panca indera
dan menderita kelaparan, kemampuan-kemapuan spiritual
mereka menjadi kuat dan kemampuan-kemampuan
batinnya diterangi dengan obyek-obyek pengetahuan Ilahi.
Dan di mana saja scorang manusia memutuskan untuk
memperturutkan nafsu makan, minum dan memuaskan
nafsu-nafsu fisik, ia tidak ubahnya seekor binatang, dan
tercabut dari jejak-jejak berbicara, berpikir, pemahaman dan
pengetahuannya.
Tentang Cinta Harta
Ayat-ayat Al-qur’an yang memuji harta :
-Q.s. Al-baqarah 215 : “jawablah bahwa apa saja harta yang engkau nafkahkan hendaklah diberikan
kepada ibu-bapak dan kaum kerabat.”
Q.s. Al-baqarah 254 : “Hai orang-orang yang beriman! Nafkahkanlah sebagian dan rezeki yang telah
Kami berikan padamu...”
Q.s. Al-Jumu’ah 10 :”... .... dan carilah karunia Allah..”

Ayat-ayat yang mengutuk harta :


-Q.s. Al-Munafiqun 9 ; ““Hai orang-orang yang beriman, janganlah melalaikan kalian) yakni
melupakan kalian (harta-harta kalian dan anak-anak kalian dari mengingat Allah) dari melakukan
sholat lima waktu. (Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi).“
-Q.s. Al-Anfal 28 : “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan
dan susungguhnya di sisi Allah-lah pahala yan besar.”

Dari ayat-ayat di atas perlu dijelaskan titik pertemuan diatara ayat-ayat itu, yaitu :
(1) ayat-ayat yang menyangkut jiwa manusia, misalnya ilmu pengetahuan dan perilaku-perilaku luhur;
(2) yang berkaitan dengan tubuh seperti kesehatan dan keindahan; (3) yang bersifat eksternal, seperti
makanan dan minuman yang melayani tubuh, dan tubuh melayani jiwa, sedang jiwa menyempurnakan
dirinya sendiri dengan ilmu pengetahuan dan perilaku-perilaku luhur, tubuh dan jiwa pada umumnya
menjadi dua tuan rumah (kepala keluarga).(sebagian terpisah atau jauh, seperti harta) yang pada
umumnya melayani
Tentang Metode Penggunaan Harta Untuk
Mendapatkan Kebahagiaan Spiritual
Dijelaskan bahwa harta yang dibelanjakan seseorang
guna memperoleh keuntungan bagi dirinya atau bagi
seseorang selain dirinya.
pertama, manusia di ciptakan dalam bentuk tabiat
alaminya, yaitu butuh makanan, pakaian, rumah tinggal
dan pernikahan (perkawinan). Namun demikian
kebutuhan-kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi, kecuali
dengan sarana harta.
kedua adalah manakala seseorang membelajakan
hartanya demi kebaikan orang lain, baik bagi orang yang
diistimewakan (khusus) maupun tidak.
penjelasan atas sebab-sebab harta yang
menyengsarakan, hal ini dikarenakan lebih dari
satu alasan:
Nafsu badani menguasai temperamen. Manakala kemampuan
mencapai kenikmatan-kenikmatan ini tersedia, perbuatan terjadi
karena hilangnya suatu hambatan serta hadirnya kemampuan
bersama motivasi.
Manakala harta tersedia, manusia menikmati obyek-obyek yang
dengan jelas diizinkan. Karena ada motivasi dan tidak ada
hambatan, maka perbuatan itupun terjadi. Selanjutnya, ketika
menjadi ketagihan akan kenikmatan, maka hartanya menjadi
menipis, sementara tidak mungkin baginya bersabar hingga dapat
menangguhkan kenikmatannya.
Untuk menjaga harta adalah sangat sulit dan kalau manusia tidak
mengeluarkan(menggunakan) upayanya yang terbaik harta tidak
akan dapat terjaga.
Tentang Sifat Tamak Dan Kikir

Sifat tamak adalah senang mengumpulkan harta dan


mendapatkan harta.
Sedangkan bakhil adalah senang menjaga harta. Bisa
dikatakan cinta harta.
disebabkan karena ada dua alasan, yang pertama,
penyebab kekuasaan dan yang kedua, menuntut
pelepasan keinginan atau juga disebut dengan hasrat.
perlakuan terhadap sifat bakhil dengan sejumlah
alasan seperti berikut:
Pertama, seorang manusia selayaknya berusaha mengurangi
berbagai kebutuhannya.
Kedua, dia selayaknya mempertimbangkan secara seksama ayat-
ayat Allah swt dan sunah-sunah nabi saw
Ketiga, manakala manusia tidak dapat membelanjakan hartanya,
ia tetap bagaikan seorang narapidana yang berada dalam
genggaman tangan(kekuasaan) cinta harta.
Keempat, orang yang bermurah hati dipuji dan dihargai oleh
sesama, sedangkan sibakhil tidak disukai dan dipandang dengan
rasa jijik.
Kelima, perlu diketahui bahwa tidak ada batasnya harta yang
dapat memuaskan manusia.
Di era yang serba modern ini, banyak manusia yang berlimang duniawi. Akan tetapi
banyak di antara mereka yang tidak mengetahui untuk apa duniawi itu sebenarnya, dan
bagaimana cara menggunakannya yang sesuai dengan syari’at islam yang sebagaimana
telah diajarkan oleh rasulullah saw dan yang telah di tuliskan oleh Allah swt dalam
kitabnya Al-Qur’an.

PENGERTIAN
FUNGSI

ALASAN YANG
KEDUDUKAN
TEPAT
PENGERTIAN
 duniawi bisa diartikan sebagai harta yang sifatnya duniawi,
rohani dan tahta. Harta menurut ulama: sesuatu yang
berwujud dan dapat dipegang dalam penggunaan dan manfaat
pada waktu yang diperlukan. Harta merupakan bagian penting
dari kehidupan yang tidak dipisahkan dan selalu diupayakan
oleh manusia dalam kehidupannya terutama di dalam Islam.
Dalam istilah ilmu fiqih, dinyatakan oleh kalangan Hanafiyah
bahwa harta itu adalah sesuatu yang digandrungi oleh tabiat
manusia dan mungkin disimpan untuk digunakan saat
dibutuhkan. Namun harta tersebut tidak akan bernilai kecuali
bila dibolehkan menggunakannya secara syariat.
KEDUKUKAN
 Dalam pandangan Islam, segala sesuatu ada kedudukannya
baik dihadapan Allah SWT dan Rasul-Nya maupun
dihadapan manusia, demikian pula hanya dengan harta.
Kedudukan harta dalam pandangan yang dimaksud penulis
ada 4 yaitu:1. Sebagai amanah. 2. Sebagai perhiasan
hidup.3. Ujian Keimanan. 4. Sebagai bekal Ibadah 5.
Sebagai Penyelamat dari azab Allah
FUNGSI
 1. fungsi untuk menyempurnakan pelaksnaan ibadah yang khas
(mahdhah)
 2. untuk meningkatkan keimanan (ketaqwaan) kepada Allah
 3. untuk meneruskan kehidupan dari satu period eke periode
berikutnya
 4. untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan
dunia dan akhirat
 ) 5. untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu Karena
menuntut ilmu tanpa modal akan terasa sulit
 6. untuk memutarkan (mentasharuf) peranan-peranan kehidupan
 7. untuk menumbuhkan silaturrahim
 KEDUNIAWIAN itu selalu beriringan dengan kehidupan
manusia. Sehingga manusia itu sendiri harus bisa
memahami apa itu harta dan bagaimana cara
menggunakannya yang sesuai dengan syari’at islam. Dan
harta bukanlah semata-mata hanya untuk kesenangan
dunia, justru harta juga menjadi penentu kita kelak di akhirat.
Hubungan Kemampuan dengan
Substansi Jiwa
 "aktivitas bentuk adalah juga dikondisikan oleh cahaya
gnosis (ma'rifat) Usaha jiwa yang terpenting adalah
memperoleh (mendapatkan) gnosis (ma'rifat).
BUKU RUH DAN JIWA
TINJAUN FILOSOFIS & PRESPEKTIF ISLAM
BAB X & XI

X.penjelasan tentang alasan senang dipuji


dan disanjung serta membenci sindiran dan
kesalahan

XI.Tentang Penyembuhan terhadap cinta


pada kedudukan duniawi
B U K U R U H D A N J I WA
TINJAUN FILOSOFIS & PRESPEKTIF ISLAM
B A B X P E N J E L A S A N T E N TA N G A L A S A N S E N A N G D I P U J I D A N
D I S A N J U N G S E RTA M E M B E N C I S I N D I R A N D A N K E S A L A H A N

Imam Fakhruddin ar Razi


dalam bukunya banyak membahas tentang keseimbangan ruh dan jiwa dari berbagai sisi.

Beberapa bab yang terangkum dalam pemaparan beliau


diantaranya adalah penjelasan tentang mencari kedudukan
itu kadang diperlukan, terpuji, dan diperbolehkan, kadang
tidak dikehendaki dan terlarang, serta pembahasan tentang
alasan senang dipuji dan disanjung serta membenci sindiran
dan kesalahan
B U K U R U H D A N J I WA
TIN J A U N F ILO S O FI S & P R ES P EK T I F I SL A M
BA B X PE N J EL A S A N T EN TA N G A LA SA N SE N A N G D I PU JI
D A N D IS A N J U N G S ERTA M EM BEN C I SI N D I R A N D A N
K ES A L A H A N

Mengenai cara mencari harta dan kedudukan,


Imam ar Razi membagi menjadi 5 tingkatan dengan penjelasan yang sangat
mudah dipahami;

1. Tingkatan pertama adalah tingkatan yang sangat penting


dan tidak dapat dihindarkan. Adakalanya bersifat akhirat dan
adakalanya bersifat duniawi.
2. Tingkatan kedua Ar Razi menjelaskan jika pada poin
pertama kedudukan didapatkan berdasarkan kebutuhan, maka
tingkatan kedua kedudukan diperoleh oleh sebab keinginan,
dimana kedudukan yang nantinya diperoleh akan
menyebabkan datangnya pengetahuan bagi dirinya
B U K U R U H D A N J I WA
TINJAUN FILOSOFIS & PRESPEKTIF ISLAM
B A B X P E N J E L A S A N T E N TA N G A L A S A N S E N A N G D I P U J I D A N
D I S A N J U N G S E RTA M E M B E N C I S I N D I R A N D A N K E S A L A H A N

3. Tingkatan ketiga adalah kedudukan yang dicari sebab tuntutan


itu diperbolehkan. Manusia yang senang akan kedudukan akan
cenderung mencari lebih. Namun sisi negatifnya adalah tidak
mungkin kedudukan lebih didapatkan dengan kejujuran, dan hal
ini sangat sulit untuk didapatkan. Oleh karenanya akan muncul
kepalsuan dan kecurangan dalam meraihnya.
4. Tingkatan keempat adalah kedudukan yang tidak diingini.
Manusia sebenarnya sadar sifat dasarnya adalah menyukai
kedudukan yang bersifat duniawi, maka ia akan berusaha
mendapatkan kedudukan dengan cara kecurangan dan tidak
menyukai kejujuran.
5. Tingkatan terakhir dalam buku yang ditulis oleh Imam Ar Razi
adalah tingkatan yang dilarang, sebab kedudukan didapatkan
dengan tujuan pamer dan dusta
B U K U R U H D A N J I WA
TIN J A U N FIL O S O FI S & P R ES P EK TI F I S L A M
BA B X I P EN J EL A S A N TEN TA N G PEN Y E M BU H A N TER H A D A P
C IN TA PA D A K EH I D U PA N D U N IAW I

Pembahahasan kedua yang dipaparkan oleh Imam Ar Razi adalah


mengenai alasan menyukai pujian dan tidak menyukai sindiran.
Alasan mengapa seseorang menyukai pujian adalah ketika ia
mendapatkan pujian, ia sadar akan kesempurnaannya.
Kesempurnaan itu adalah sesuatu yang ia kehendaki sendiri, dan
sesuatu yan dikehendaki adalah suatu kenikmatan apabila hal
tersebut terwujud.
Manusia memiliki beberapa sifat yang tampak pada dirinya.
Namun ia tidak senang mendengar segala sifatnya yang tampak.
Ia hanya senang mendengarkan sebagian sifatnya. Karenanya,
manusia lebih suka dipuji dengan keseluruhan sifatnya daripada
dipuji dengan masing-masing sifat yang terpisah yang ada dalam
dirinya
B U K U R U H D A N J I WA
TIN J A U N FIL O S O FI S & P R ES P EK TI F I S L A M
BA B X I P EN J EL A S A N TEN TA N G PEN Y E M BU H A N TER H A D A P
C IN TA PA D A K EH I D U PA N D U N IAW I

Imam Ar Razi menjelaskan dengan bahasa yang


sederhana bahwa ada beberapa alasan mengapa sebuah
pujian adalah hal yang menyenangkan;
1. Pribadi yang dipuji sering dikaitkan dengan keraguan
yang menyangkut pribadi seseorang. Seseorang yang
dipuji medapatkan bukti bahwa ia telah memperoleh
pencapaian kesempurnaan. Namun orang yang terpuji
akan merasa senang jika pujian datang dari orang yang
tidak berkata bohong dan tidak bertentangan. Namun jika
pujian itu datang dari seorang pembohong, maka pujian
itu tidak menyebabkan kesenangan baginya.
B U K U R U H D A N J I WA
TIN J A U N FIL O S O FI S & P R ES P EK TI F I S L A M
BA B X I P EN J EL A S A N TEN TA N G PEN Y E M BU H A N TER H A D A P
C IN TA PA D A K EH I D U PA N D U N IAW I

2. Pujian oleh seorang pemuji. Pujian ini


memungkinkan pemuji memikat hati orang yang dipuji
melalui sarana-sarana pujian.
3. Pujian didengarkan oleh mereka yang hadir dan
sampai kepada mereka yang tidak hadir. Pujian ini
disampaikan karena pemuji sangat takut kepada
orang yang dipuji. Dalam hal ini, kedudukan orang
yang dipuji sangat kuat sedangkan orang yang
memuji sangat lemah. Sementara kekuasaan adalah
kesempurnaan yang dicintai.
WACANA TENTANG
RIYA’
Dalam hal ini, penulis berkata bahwa
sarana-sarana riya’ itu banyak dan dapat
diringkas menjadi lima jenis:
Tubuh fisik
Pakaian dan penampilan
Ekspresi (kata)
Aksi.
Perbuatan lahiriah
RIYA’ YANG TERSEMBUNYI

Penulis memaparkan menjadi tiga


bagian dari tanda-tanda riya’
tersembunyi diantaranya:
 Merasa senang di dalam hati jika
orang-orang diberitahu tentang
ketaatannya
 Menunjukkan perbuatan atas dasar
kebiasaannya yang berlebihan
 Menyembunyikan sesuatu
PENJELASAN ATAS RIYA’ TERSEMBUNYI DAN TERANG-
TERANGAN YANG MENIADAKAN DAN TIDAK MENIADAKAN
AMAL PERBUATAN

Pada bagian ini penulis membagi menjadi dua


jenis kasus:
 Peristiwa yang tidak mengandung
sesuatu apa pun, kecuali kebahagiaan
belaka
 Peristiwa yang mempengaruhi perasaan
karena melakukan perbuatan, bukan
karena sumber perbuatan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai