Anda di halaman 1dari 2

Islamisasi Jurusan Pada PTKIN dalam Prespektif Epistimologi

Oleh : Muhammad Ibnu Zubaer

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negri atau disingkat dengan PTKIN adalah salah satu
genre perguruan tunggi yang ada di Indonesia selain PTS (Perguruan Tinggi Swasta), PTN
(Perguruan Tinggi Negeri) dan PTK (Perguruan Tinggi Kedinasan). Dalam ranah birokrasi,
PTKIN tak hanya diawasi oleh KEMENDIKBUD saja, namun KEMENAG juga ikut andil
dalam birokrasi PTKIN. Jadi, beda halnya dengan PTN pada umumnya.
PTKIN adalah perguruan tinggi berbasis agama islam, akan tetapi, dalam PTKIN tak hanya
fokus dalam fakultas/jurusan yang mendalami tentang hal agama saja, melainkan fakultas
fakultas umum seperti psikologi, humaniora atau bahkan sampai fakultas kedokteran. Seperti
namanya, PTKIN menggunakan embel embel agama, maka dari itu, amat banyak jurusan yang
berbeda jika disandingkan dengan PTN pada umumnya, saya menyebutnya dengan Islamisasi
Jurusan. Kita ambil contoh, jika pada PTN kita mengenal jurusan Psikologi, namun, jika jurusan
tersebut masuk di PTKIN, maka jurusan tersebut berubah nama menjadi Psikologi Islam, sama
halnya dengan jurusan Sosiologi yang ada dalam PTN, jika masuk dalam PTKIN maka nama
jurusan tersebut berubah menjadi Sosiologi Islam, contoh lain ada jurusan Bimbingan
Konsenling Islam, Ilmu perpustakaan dan Informasi Islam, Perbankan Syariyah, Hukum
Ekonomi Syariyah. Bahkan ada yang lebih konyol lagi adalah jurusan di fakultas keguruan yang
semua namaya ditambahi dengan kata “Tadris”
Semua ini tidak masalah apabila hanya nama jurusanya saja yang diganti. Namun ini akan
menjadi permasalahan ketika mata kuliah atau materi yang diajarkan dalam jurusan tersebut tak
sama dengan nama jurusanya. Kita ambil contoh dalam jurusan Psikologi Islam, namun yang
dipelajari dalam jurusan tersebut adalah teori dari ilmuan-ilmuan barat seperti Sigmund Freud
yang notabenya orang atheis. Lalu, dimana letak Islamnya? Contoh lain ada dalam jurusan
perbankan syariah, lalu, apakah lulusan dari jurusan tersebut hanya dapat diterima bekerja di
bank-bank syariah saja?
Dilihat dalam ranah Filsafat Epistimologi, hal ini sangat bertolak belakang. Epistimologi
pada hakikatnya, adalah keilmuan yang menggabungkan antara berpikir secara rasional dan
berpikir secara empiris. Bagaimana bisa rasional, jika jurusan jurusan dalam PTKIN saja tidak
rasional sama sekali, mulai dari nama, bahkan sampai materi yang diajarkan. Namun, hal ini bisa
menjadi empiris, jika orang orang dalam birokrasi jurusan dapat memodifikasi jurusan yang di
islamisasi tersebut. Dan akan menjadi ilmu pengetahuan baru pada masa yang akan datang.
Contoh lain islamisasi jurusan oleh PTKIN adalah jurusan Tasawuf Psikoterapi. dari
namanya saja sudah tidak jelas, dan mungkin akan sulit untuk di akulturasikan, karena
Psikoterapi yang notabenya dari barat, dan Tasawuf yang notabenya dari timur. Namun, jurusan
ini masih memiliki peluang untuk dimodifikasi isi atau kurikulum yang akan diajarkan kepada
mahasiswanya agar jurusan ini menjadi jurusan yang lebih bersifat empiris. Jika dilihat sekarang,
masih sangat berpegang teguh atau masih berkiblat dari psikologi barat. Bahkan pelatihan terapi
yang disajikan oleh jurusan kebanyakan masuk ranah Fisiotherapy. Padahal, Seharusnya
kurikulum dari jurusan Tasawuf Psikoterapi ini bisa sedikit dirubah, sah sah saja jika dalam
jurusan tersebut mempelajari psikoterapi psikoterapi barat, namun itu hanya dijadikan sebagai
bahan acuan saja, selebihnya, materi yang dipelajari hendaklah materi materi psikoterapi islam.
Karena menurut apa yang telah saya ketahui, tasawuf memiliki banyak cara penyembuhan jiwa
atau psikis, seperti terapi dzikir, terapi sholawat, dan masih banyak lagi, karena pada dasarnya,
Tasawuf mempelajari tentang Tazqiyatun Nafs atau mensucikan diri (jiwa) untuk mendekatkan
diri kepada tuhan, dan jika dilakukan riset lebih dalam lagi, maka kita akan menemukan banyak
sekali psikoterapi yang diajarkan oleh para sufi.

Anda mungkin juga menyukai