Anda di halaman 1dari 3

Sebelumnya saya mohon maaf, karena penyampaian materi kali ini lewat Voice note tidak

sepert biasanya lewat PPt voice atau video. Sehingga untuk mempersingkat waktu saya akan
membahas intisari atau pokok dari materi metodologi pemahaman Islam.

Untuk memahami atau mempelajari Islam sebagai sebuah agama yang menuntun kehidupan
manusia memang diperlukan sebuah metodologi atau ilmu tentang cara supaya tidak
terjerumus pada pemahaman yang salah tentang Islam. Hal ini menjadi sangat penting
mengingat realitanya terkadang banyak orang yang salah dalam memahami Islam, bahkan
hal ini sering kali terjadi dikalangan umat Islam sendiri, sehingga Islam yang merupakan
penuntun hidup dan seharusnya mampu menjawab problem kehidupan terkadang malah tidak
memberikan solusi. Ini bukan dikarenakan Islamnya, namun dikarenakan oleh pemahaman
yang kurang tepat oleh pemeluknya sendiri.

Nah, supaya pemahaman kita tentang Islam dapat benar dan tepat, maka ada beberapa metode
yang perlu kita gunakan dalam rangka untuk mendalaminya. Metode yang pertama ialah
metode komprehensif atau integral. Artinya dalam memahami Islam kita perlu pemahaman
yang menyeluruh dan terpadu, baik dari ketentuan normatif-teologis maupun juga kajian
ilmiah yang bersifat empiris, historis maupun sosiologis. Supaya tidak bingung, perlu saya
beri penjelasan dulu, apa itu yg dimaksud dengan normatif-teologis, normatif-teologis itu
ilmu-ilmu pokok yang bersumber dari agama misalnya seperti tafsir, hadis, tauhid, fiqih, serta
tasawuf. Sedangkan kajian empiris,historis sosiologis ialah ilmu bantu dalam memahami
pesan agama, seperti ilmu sosiologi, psikologi dan lain sebagainya.

Nah, realitanya terkadang seorang muslim dalam memahami Islam itu tidak komprehensif
alias parsial saja. Misalnya, mereka fokus pada ketentuan normatif-teologis saja tanpa
menggunakan kajian ilmiah yg bersifat empiris, sosiologis serta historis. Atau bahkan
kebanyakan malah parsial pada satu bidang keilmuan agama saja, misalnya seperti fiqh saja
atau tasawuf saja dan tidak mendalami dari aspek-aspek yang lainnya.

Misalnya, seorang muslim yang hanya condong pada ilmu fiqh saja, maka bila nanti ia
ditanyai tentang problematika kehidupan, maka jawabannya hanya bertumpu pada
pemahaman fiqh saja tanpa menggunakan aspek-aspek lain. Sebagai contoh misalnya bila ia
dimintai pendapat bagaimana mengatasi persoalan pelacuran/lokalisasi di suatau tempat,
maka jawabannya lokalisasi itu harus segera dimusnahkan, karena menurut fiqh pelacuran itu
hal yang haram dan dianggap sebagai tempat maksiat. Nah, apakah dengan begitu
permasalahan akan selesai? Saya kira tidak, karena masalah lokalisasi itu bukan saja urusan
normatif-teologis semata, namun ini menyangkut juga soal kesenjangan sosial, struktur
sosial, sistem ekonomi dan sebagainya, yang mana dalam mengatasinya diperlukan kajian
empiris maupun sosiologis.

Atau juga misalnya seorang muslim hanya condong pada ilmu tasawuf saja dan lebih banyak
wiridan, dzikiran, ibadah di rumah, fokusnya hanya pada kehidupan ukhrowi sehingga
persoalan sosial atau duniawinya menjadi terbengkalai. Bila kebanyakan muslim begini
Akibatnya umat Islam mengalami kemunduran dan tidak mampu menjawab persoalan hidup,
padahal Islam itu memiliki sifat shalih li kulli zaman wa makan yang artinya Islam itu
relevan serta mampu menjawab tantangan di setiap waktu dan tempat.

Selanjutnya metode kedua dalam memahami Islam ialah dengan cara membaca literatur-
literatur kitab atau buku yang mu’tabarah, artinya literatur tersebut selain dari karya
ulama/tokoh besar, juga literatur tersebut tidak mengandung kontroversi dan dapat diterima
dikalangan khalayak masyarakat pada umumnya..

Hal ini menjadi sangat penting karena dengan membaca karya dari beberapa tokoh yang
mumpuni dibidangnya maka kita akan memiliki pemahaman yang baik tentang Islam.

Jadi jangan sampai kita itu mempelajari Islam malah mambaca dari karya-karya orang yang
tidak jelas kompetensinya tentang ilmu-ilmu agama Islam Atau kita membaca buku atau
kitab-kitab yang kontroversial. Nah, pak apakah kita tidak boleh, misalnya membaca karya
orang orientalis yang karya ilmiahnya membahas agama Islam? Sebenarnya hal itu boleh-
boleh saja, asal kita sudah didasari dengan pemahaman agama yang mapan, terutama soal
ketentuan normatif-teologis tadi. Karena tidak semua orientalis dapat berperilaku jujur dalam
kajiannya mengenai agama Islam. Sehingga kita perlu untuk berhati-hati supaya tidak
terjerumus pada pemahaman dan gagasan yang salah, serta kita tidak menjadi seorang
muslim yang liberal.

Yang menjadi bahaya ialah ketika ada seorang muslim yang dari pemahaman ilmu pokok
agama Islam kurang, namun ia salah membaca buku atau ia salah memilih guru. Biasanya
orang yang begini lebih mudah didoktrin dan dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain.
Misalnya, didoktrin menjadi martir dalam kasus pengeboman, atau ia mudah mengkafirkan
dan membid’ahkan saudaranya sesama muslim.

Jadi kesimpulannya ialah, untuk memahami Islam, kita perlu mendalami dulu ilmu-ilmu
pokok agama Islam yang tergolong normatif-teologis seperti tafsir, hadis, ilmu kalam, fiqih,
tasawuf dan juga ilmu bantu lainnya atau kajian ilmiah yang bersifat empiris, historis dan
sosiologis seperti ilmu psikologi, filsafat, sosiologi antropologi dan lain sebagainya.

Selain itu juga perlu membaca literatur-literatur yang kredibel dan belajar dari seorang
tokoh/ulama yang berkompeten dibidangnya.

Demikan dari saya , bila ada pertanyaan bisa disampaikan digrup seperti biasanya. Billahi
taufiq wal hidayah Wassalamu’alaikum

Anda mungkin juga menyukai