Anda di halaman 1dari 37

Nama : Mukhammad Zainul Muttaqin

NIM : 20194711272
Prodi : PAI semester 4
Tahun Akademik 2020-2021

RESUME AKIDAH ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

Adapun tema perkuliahan yang akan kita bahas nanti ada beberapa tema pokok yang
sangat penting untuk kita bahas yaitu di antaranya adalah menyangkut pada Harakatul
Muhammadiyah. Apa harakatul Muhammadiyah? Yaitu gerakan Muhammadiyah di sana kita
nanti akan membahas bahwa Muhammadiyah itu sebagai harakat tajdid. Kemudian
Muhammadiyah sebagai harakatul Islam. Kemudian kita juga akan membahas Muhammadiyah
itu sebagai harokatut dakwah. Kemudian sebagai harakat Muhammadiyah itu juga sebagai
harakatul ilmi. yang juga sebagai sebuah harokah Muhammadiyah itu juga diidentikkan sebagai
harakatul ijtima. Jadi, harakatul Islam, harakat tu tajdid, harakat dakwah dan harakatul ijtima.
Maka misi tajdid ini akan menjadi bahasan kita termasuk juga Muhammadiyah dan kiprah sosial
ke masyarakat sebagai gerakan sosial Harakatul Ijtima. kita akan juga membahas tentang latar
belakang berdirinya Muhammadiyah juga landasan normatif dan operasi Muhammadiyah dan
sistem gerakan dan organisasi Muhammadiyah itu seperti apa. Itu akan kita bahas nanti.
Termasuk pembaruan-pembaruan yang dilakukan di dalam Islam oleh Muhammadiyah itu
pembaharuan yang bagaimana. Maka ada istilahnya tajdid, ada yang namanya tajdid. Itu nanti
yang akan kita bahas dalam tema-tema yang saya harapkan. Karena tema ini tema-tema yang
sangat besar bila dilihat dari nama mata kuliahnya Al-Islam dan Ke-Muhammadiyah-an maka di
AIK empat ini kita lebih fokus persoalan ke-muhammadiyahannya. Jadi kalau di AIK dua itu
lebih fokus pada persoalan al Islamnya. Jadi di sini khusus nanti lebih pada ke-
muhammadiyahannya. untuk dari tema besar ini nanti akan kita breakdown menjadi satu tema-
tema kecil sub-sub tema yang kita harapkan nanti bisa tuntas untuk itu metode perkuliahan yang
kita sampaikan tentu tidak mungkin kalau hanya mengharapkan lebih pada teacher center.
Mengharapkan saya untuk menerangkan sebegitu banyak tema dalam waktu dua belas kali
pertemuan maka partisipasi dalam bentuk pemberian tugas dalam bentuk diskusi, presentasi
makalah saya kira ini akan lebih mempercepat proses penuntasan ini kita baik bisa saling
berdialekti berdiskusi antar kawan yang satu dengan yang lain. Singga sesuai dengan tema
pendidikan kita saat ini adalah merdeka belajar. Maka kita sudah harus mendorong secara terus-
menerus Cudent Center. Bahwa pembelajaran ini harus berbasis berpusat pada mahasiswa.
Untuk itulah maka dalam proses pembelajaran AIK empat ini nanti akan kita lakukan kombinasi
sistem dan model pembelajarkita selama satu semester ini.
Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil alamin. Para mahasiswa serta Muhammadiyah Tulungagung yang saya
banggakan kita akan melanjutkan tema perkuliahan kita AIK empat yang telah kita bahas pada
pertemuan yang lalu. Maka pada pertemuan kali ini kita akan membahas tentang posisi
Muhammadiyah di mazhab-mazhab dan golehongan di dalam fikih dan kalam. Maka sebelum
memulai perkuliahan kita pada kesempatan kali ini, , perlu saya sampaikan terlebih dahulu agar
apa yang kita pelajari menjadi bagian ki, dari upaya kita untuk melakukan tholehabul ilmi.
Mari kita awali dengan bacaan basmalah, bismillahirrahmanirrahim. Mahasiswa
semuanya yang saya hormati, bahwa Madya sebagai sebuah harokah di mana dalam gerakan-
gerakan yang dilakukan tidak lepas dengan misi keislaman. Ini yang pertama, dan yang utama
apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah, ini tidak lepas dari yang dibawa oleh misi keislaman.
Maka dalam memahami keislaman ini, Muhammadiyah itu selalu mengedepankan dengan cara-
cara pendekatan yang menggunakan ilmu-ilmu yang modern. Singga Muhammadiyah itu disebut
sebagai gerakan tajdid. Pasca sepeninggal Rasulullah dan para Khulafaur Rasyidin, maka Islam
berkembang begitu pesat ke seluruh Antero Jagat Raya ini dari berbagai negeri singga
perjumpaan Islam der dengan berbagai latar belakang masyarakat di belahan bumi berbeda-beda,
memiliki latar belakang geografis, ekonomi, sosial, polehitik yang dan budaya. Maka perbedaan
letak geografis karakter, pikiran, dan semuanya saja yang menjadi background umat pada saat itu
hingga saat ini akan mempengaruhi bagaimana poleha sikap poleha pikir dan perilaku seseorang
dalam memahami terhadap ajaran Islam. Islam betul bahwa Islam itu kebenarannya mutlak.
Tetapi seseorang di dalam memahami kebenaran terhadap Islam itu karenanya ada pengaruh dari
latar berbagai latar belakang yang berbeda, itu tampilan di permukaannya Itu bisa berbeda-beda.
Bahkan terkadang terjadi penyimpangan-penyimpangan karena kepentingan-kepentingan yang
bersifat polehitik, kepentingan-kepentingan kelompok, kepentingan-kepentingan golehongan,
maupun egoisme sektoral yang dimiliki oleh masing-masing umat. singga hal ini akan
berpengaruh juga terhadap pemahaman seseorang terhadap Islam dan ekspresi keagamaannya
menjadi berbeda-beda. Maka dengan berbagai latar belakang tersebut, kita telah melihat berbagai
macam firqo firqoh, mazhab, mazhab di dalam fikih dan kalam. Itu tidak lepas dari berbagai
pergulatan pemikiran yang dilatarbelakangi oleh berbagai macam latar belakang sosial ekonomi
polehitik dan kebudayaan oleh para ulama yang memformul rumusan-rumusan pikirannya baik
dalam bentuk pikiran-pikiran fikih maupun fikiran-fikiran kalem maupun teolehogi. Di sinilah
sebetulnya apa yang kita bahas dalam AIK empat ini kita akan mendu sebetulnya Dimas di mana
posisi Muhammadiyah di dalam pergumulan pikiran-pikiran mazhab-mazhab fikih. Mungkin kita
lebih fokus saja terhadap golehongan-golehongan mazhab-mazhab Ataupun di dalam fikih. Jadi,
mazhab ini sebetulnya muncul sebagai hasil dari penyidikan ulama-ulama besar yang sangat
terkenal kita melihat mazhab itu ada mazhab mazhab Maliki, mazhab Syafi'i, dan mazhab
Hambali. Jadi hasil dari jalan pemikiran ulama itu kemudian dianut oleh sekelompok umat
sebagai jalan penetapan dalam pengamalan hukum singga berkembang menjadi aliran-aliran di
dalam hukum Islam. Nama-nama mazhab ini mempergunakan nama ulama yang dijadikan
panutan oleh itu kefanatikan pengikut masing-masing mazhab. Timbullah pertentangan-
pertentangan dan perpecahan di antara mereka. Pertentangan dan bahkan perpecahan itu
kemudian terus berkembang sampai ke berbagai Pelosok negeri hingga termasuk ke Indonesia.
Ah, maka dari ulama pemikir terhadap faham keagamaan ini sebenarnya tidak menjadikan
pikirannya sebagai sebuah aliran, sesuatu yang secara biasa secara normal setiap orang memiliki
pikiran itu sesuatu yang biasa. Tetapi karena itu ada penganut membawa murid, penganut,
pengikut, singga penganut, pengikut itu Begitu kagumnya, begitu tawaduk dan taatnya terkadang
terlalu berlebihan, bahkan bisa menjadi satu , golehongan tersendiri dari pengikut pikiran
seseorang itu menjadilah, satu hukum di dalam Islam. Yang sebetulnya ketika para pemikir
mazhab itu hidup itu tidak pernah tercetuskan pikiran, bahkan menjadi suatu sekte mazhab
tersendiri, tidak. Ya seperti lahirnya Muhammadiyah itu sebenarnya kan sebagai bagian dari re
spon terhadap kondisi yang terjadi dalam pikiran-pikiran ketika Islam berkembang di berbagai
antri. Dan saya kira termasuk organisasi-organisasi lain di dalam Islam golehongan-golehong
lain itu merupakan bagian terhadap respon yang mencuap terhadap keadaan yang dialami pada
saat itu. Misalnya, kita melihat dari mazhab Hanafi, jadi mazhab Hanafi adalah yang bersumber
dari pendapat dan hasil penyelidikan Imam Abu Hanifah yang lahir pada delapan puluh dan
hidup sampai seratus lima puluh Hijriah. Atau beliau ini hidup pada tahun enam ratus sembilan
sembilan sampai tujuh puluh-enam AC. Ini agak berbeda. Jadi, Imam Abu Hanifah ini lahir
hidup antara tahun delapan puluh sampai seratus lima puluh Hijriah. Ini bisa di-cross check,
dilihat dari biografi Imam Abu Hanifah. Ya, pendapat dari Imam ini, Imam Abu Hanifah.
Kemudian diikuti kelompok kaum muslimin dan menempatkannya sebagai mazhab. Maka Imam
Hanafi dalam menetapkan hukum dalam pikiran-pikirannya itu lebih banyak bersandar pada kias
atau analogi. Ini bisa dilihat di pelajaran logika. Ini Imam Hanafi itu satu Imam yang mencoba
merefleksikan pikiran-pikiran hukumnya itu lebih bersandar pada analogi atau qiyas karena apa
munculnya analogi-analogi ini ketika Rasulullah hidup itu munculnya persoalan-persoalan yang
baru di dalam masyarakat sudah tidak ada masalah karena rujukannya jelas ketika tidak ada Al-
Qur'an tidak ada al-Hadis maka tanya kepada Rasulullah, Rasulullah bisa memberikan eksekusi
terhadap problematika yang muncul. Maka ketika Rasulullah tidak ada, tidak ada, maka yang
terjadi mau tidak mau adalah melakukan ijtihad itu. yang dilakukan Imam Hanafi itu maka apa
yang dilakukan lebih banyak bersandar pada qiyas atau analogi. Apakah tidak menggunakan Al-
Qur'an? Jelas. Al-Qur'an, Alhadis menjadi bagian dari sumber utama yang menjadikan pijak
pikiran-pikiran dalam menetapkan hukum, tetapi jika ada persoalan baru yang tidak muncul di
dalam Alquran ah Hadis, maka Imam Ham, Imam Hanafi itu menganalogikan dari formulasi-
formuyang ditetapkan di dalam Al-Qur'an maupun as-Sunnah. Ini yang dilakukan oleh Imam
Hanafi terhadap penetapan sebuah hukum yang tidak ada di dalam dua sumber tersebut.
Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahi rabbil alamin. Para mahasiswa produsta Muhammadiyah Tulungagung dengan
peserta mata kuliah Al Islam dan ke Muhammadiyah empat AIK empat yang saya cintai, kita
lanjutkan materi per yang saya sampaikan pada minggu yang lalu yaitu posisi Muhammadiyah
sebagai sebuah harakah. Jadi kemarin sudah saya jelaskan Muhammadiyah itu sebagai harakatul
Islam. Muhammadiyah sebagai harakatul dakwah sebagai Muhammadiyah sebagai harakatul ilmi
dan Muhammadiyah sebagai harakatul ijtima. Maka pada kesempatan kali ini saya akan
lanjutkan Muhammadiyah sebagai harokatul ushuliyah sebagai harokah usuliah atau sebagai
gerakan pemurnian. Muhammadiyah sebagai gerakan pemurnian atau harokah usuliah yang
dimaksud adalah Muhammadiyah dalam Misinya berupaya untuk melakukan pemurnian tauhid
di dalam Islam dari unsur-unsur unsur takhayulfat dan syi Jadi syirik ini adalah termasuk
perbuatan dosa besar dalam hal menyekutukan Allah dengan makhluknya bukan hanya batal
secara teolehogis dalam konteks sirik ini bukanlah sesuatu yang hanya bersikap batal secara
teolehogis tetapi juga secara intelektual tinda kan? Syirik. Itu juga fatal secara intelektual.
Artinya apa? Orang yang menyekutukan Allah menganggap Allah itu berbilang, Allah itu
beranak dan lain sebagainya. satu kezaliman teolehogis dan intelektual yang paling nyata. Di
mana mungkin Tuhan Yang Mahakuasa ini masih memerlukan orang lain, jadi secara intelektual,
secara rasional tidak mungkin mana mungkin Orang yang Mahakuasa atas segala suatu dia masih
membutuhkan orang lain. Membutuhkan sesuatu yang lain. Apalagi sesuatu yang lain itu adalah
makhluk ciptaannya. Ini secara intelektual sudah tidak, tidak bisa diterima. dari sisi dalil kitab
suci yang sangat otentik maupun dalil ilmiah yang mengatakan Tuhan itu bersyarikat itu tidak
bisa diterima.
Maka atas dasar inilah Muhammadiyah dalam Ushuliyah. Ini bermaksud untuk
memurnikan ketauhidan seseorang itu dari unsur-unsur syirik. Muhammadiyah berusaha dengan
sungguh-sungguh menjaga dan mengawal kemurnian tauhid ini dari syirik. misi utamanya di
mana diturunkannya para rasul di muka bumi ini adalah untuk mempertahankan dan menjaga
ketauhidan ini semurni-murninya sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Ikhlas katakanlah
Dia-lah Allah Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
tidak beranak dan tidak pula diberanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengannya.
Jadi Muhammadiyah dalam konteks kesyirikan, kemusyrikan ini misinya adalah menjaga
kemurnian tauhid dari keyakinan terkait dengan animisme. Kepercayaan kepada kekuatan roh-
roh nenek moyang, atau roh-roh orang yang telah meninggal dunia yang dipercayai bisa
memberikan keberuntungan atau kesialan. Dan dinamisme yaitu meyakini benda-benda tertentu
seperti keris, AG dan benda, benda keramat lainnya memiliki kekuatan gaib. Inilah yang ingin
dijaga kemurnian tauhid Muhammadiyah itu seperti itu. Singga Karena batas antara kesyirikan
dan keimanan itu sangat tipis sekali dan di situlah peluang setan untuk membelokkan keimanan
seseorang itu yang seakan-akan itu tindakan yang baik, tetapi sesungguhnya telah merusak
keimanan kita yang terkadang kita tidak merasa kalau itu sebagai tindakan yang menyekutukan
Allah. Dan banyak di fenomena-fenomena di masyarakat sekarang tindakan-tindakan yang
berbau syirik ini yang telah dilestarikan dalam budaya-budaya di masyarakat. Misalnya kayak
nyadran, atau labuh laut. Atau yang sering sekarang marak sekali adalah termasuk bersih desa.
Maksudnya bagus dari sisi sisi narasinya yang dibangun adalah sebagai bentuk bersyukur
kepada Allah atas nikmat yang diberikan maka membawa tumpeng ke laut, atas melimpahnya
bersedekah bumi atas melimpahnya air maka kita melakukan ritual-ritual di dalam sumber atau
sering juga yang dimaksud dengan bersih desa. Itu maksudnya menghilangkan malapetaka. Jadi
kalau ini sudah menyangkut pada aspek ritual, maka hal-hal seperti itu selama tidak ada
kerujukan dan tuntunannya di dalam Alquran, mengarah pada praktik-praktik ritual ibadah, itu
mengarah pada tindakan-tindakan syirik. Meskipun seakan-akan itu dikemas dengan cara-cara
yang islami, seakan-akan. Misalnya ada ritual menyembelih kerbau atau menyembelih di sungai
ini. hal seperti inilah yang ingin dimurnikan. Karena tindakan seperti itu selama orang
mengatasnamakan diri sebagai orang yang beriman, Islam, tetapi tindakannya melakukan satu
keyakinan atau ritual kepa satu kekuatan yang di luar Allah. Itu termasuk kategori yang bisa
merusak keimanan kita. Jadi Muhammadiyah itu juga menolehak takhayul yaitu mitos-mitos
tentang suatu memiliki kekuatan tertentu. Misalnya mitos Nyai Roro Kidul, sebagai ratu atau
penguasa Pantai Selatan, Pulau Jawa, mitos wedus gembel. Ini kalau di Yogyakarta, di Gunung
Merapi itu Lahar panas Gunung Merapi. Mitos Nogodino, hitungan hari, dan lain sebagainya.
Dan banyak mitos-mitos yang terjadi di dalam masyarakat Jawa. Karena Islam masuk di
nusantara ini, , berasal dari pengaruh budaya animisme, dinamisme, budaya Hindu, Bunda,
singga sisa-sisa ajaran itu masih kental. Ah, singga cara-cara seperti itu, bukan berarti kita
istilahnya Menghargai metodolehogi yang dilakukan oleh para founding fandes yang
mengembangkan ajaran Islam di Indonesia. Bukan berarti seperti itu. Jadi ketika Wali Songo
mengajarkan Islam di Indonesia. Kepa rakyat Indonesia yang mayoritas memiliki keyakinan
animisme, dinamisme, Hindu Bunda, maka cara yang dilakukan oleh para Walisongo adalah
tidak melakukan dakwah itu secara konfrontatif. Langsung ditolehak mentah-mentah. Tapi
dengan cara yang sangat pelan. Masuk kepada , ranah umat Indonesia yang sudah memiliki
kekeyakinan, maka cara merubahnya pelan-pelan. Nah, ketika Islam sudah berkembang, dan
sudah Islam, sarusnya apa yang terjadi dilakukan pada masa awal-awal Islam itu harus sudah
ditinggalkan karena kita sudah tahu oh ini bahwa bukan berarti itu dilakukan apa sinkretisasi
atau dipadukan tradisi Hindu Buddha dengan tradisi Islam. Singga menjadi budaya. Karena ini
kalau menyangkut pada aspek ritual menyangkut aspek teolehogis, menyangkut pada aspek
ibadah. Ini jelas tidak bisa dibenarkan. Kalau bukan persoalan ibadah mungkin masih bisa
ditoleheransi. Tetapi kalau persoalan yang terkait dengan teolehogi, terkait dengan persoalan
ibadah ini sudah tidak bisa di toleheransi terkait dengan kesyirikan takhayul dan khurafat.
Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillahirrahmanirrahim.
Walhamdulillahi rabbil alamin. para mahasiswa semuanya yang saya hormati dan saya
banggakan. kita pada pertemuan kali ini akan melanjutkan tema perkuliahan kita yang terkait
dengan AIK empat. Untuk itu sebelum memulai bahasan yang akan kita lakukan pada pertemuan
kali ini. Mari kita awali kuliah kita dengan bacaan basmalah. Bismillahirrahmanirrahim.
Mahasiswa semuanya yang saya cintai dan saya tema yang kita bahas pada saat ini adalah
Muhammadiyah sebagai sebuah harakah sebagai sebuah gerakan. Maka pada kesempatan kali ini
ingin saya tegaskan Muhammadiyah itu bukanlah sebuah agama. Muhammadiyah itu adalah
sebagai sebuah harokah atau sebagai sebuah movement, sebagai sebuah harokah, maka ya
memiliki satu landasan-landasan yang dijadikan pijakan untuk melakukan gerakan-gerakannya,
maka di dalam konteks inilah sebagai sebuah harokah, sebagai sebuah movement sebagai sebuah
organisasi Muhammadiyah memiliki struktur, memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga, memiliki sebuah kepengurusan, strategi gerakan memiliki visi, misi, program kerja,
termasuk memiliki landasan ideolehogi. Ah untuk itulah Muhammadiyah sebagai sebuah
harokah, maka di sini Muhammadiyah itu ada lima sebutan yang melekat pada dirinya sebagai
sebuah harokah. Yang pertama, bahwa Muhammadiyah itu adalah sebagai harakatul Islam.
Muhammadiyah itu adalah gerakan Islam. Islamic Movement sebagai sebuah gerakan Islam
maka apa yang dilakukan Muhammadiyah itu tidak lepas dengan apa yang dibawa oleh misi
Islam makanya dalam konteks Harakatul Islam atau Islamic Movement ini terkenal
Muhammadiyah itu dengan satu jargon arruju ilal Quran wassunah. Kembali kepada Al-Qur'an
dan sunah. Kenapa Muhammadiyah menegas dirinya sebagai rokatul Islam dengan semboyan ini
karena ketika Islam sudah berkembang kepada seluruh penjuru dunia ini Islam itu bercampur
tradisi-tradisi, dengan pikiran-pikiran, dengan berbagai macam interaksi pergerakan umat Islam
ketika berjumpa dengan berbagai macam budaya. ketika Islam bertemu dengan berbagai macam
pikiran-pikiran, berbagai macam budaya-budaya dan tradisi-tradisi terkadang Islam itu justru
terkontaminasi dengan pikiran-pikiran dengan tradisi-tradisi dengan budaya daya lain. Singga di
sini perlu dilakukan rujuk ilal Quran wasunah. Ah makanya dalam konteks inilah Islam itu dalam
perspektif pemahaman Muhammadiyah dalam dia mengedepankan dalam hal akidah itu perlu
dilakukan purifikasi. Jadi dalam konteks akidah ini dimurnikan harus ada purifikasi tetapi dalam
konteks akidah ibadah ini memang harus pure, murni tidak boleh ada penambahan-penambahan,
tidak mo boleh ada pengurangan-pengurangan dan umat Islam tidak boleh kreatif dalam konteks
akidah dan ibadah. Singga perlu adanya purifikasi perlu adanya pemurnian. Dan ini tentu kita
merujuk pada Al-Qur'an dan sunah. Karena dalam hal ibadah ini sudah tentu sangat jelas
rinciannya. Tata caranya, pasti semuanya sudah ada tuntunannya di dalam Al-Qur'an dan
Alhadis. Kita hanya ketika dalam konteks akidah, dalam konteks ibadah. Tidak boleh kreatif.
boleh ditambah-tambah dan tidak boleh dikurangi. Karena dalam hal ibadah ini artinya bahwa
ibadah itu asal-usulnya haram. ibadah, di Tahrim. Kecuali ada dalil yang memerintahkan. Maka,
ketika ada firman, intruksi, ketika ada hadis intruksi, maka di situ disertai dengan adanya hadis
singga tidak mungkin ketika Allah memerintahkan itu tanpa disertai bagaimana cara melakukan
perintah tersebut. Itu sudah sangat jelas di dalam Al-Qur'an ketika tidak di ada di Al-Qur'an. Itu
hadislah yang menjelaskan. Itu kalau terkait dengan ibadah makhluk. Hal-hal inilah yang perlu
ditegaskan, Muhammadiyah itu mengedepankan purifi itu dalam hal ibadah dan akidah. Tetapi
dalam hal persoalan yang berkaitan dengan muamalah, maka di sini kita bisa melakukan kreasi,
maka terjadi dinamisasi. Ah, sing dalam hal ibadah itu rujukannya adalah antum dalam hal
muamalah maksud saya, di sinilah rujukannya kita diperbolehkan untuk melakukan kreasi,
karena tahu tentang urusan duniamu. Ah, maka dalam hal yang terkait dengan muamalah, maka
kreasi ini bisa dilakukan di sini.
Tetapi, tetap sumber rujukannya itu yang paling prinsip mengacu pada Al-Qur'an dan
sunah. Ah, di sinilah kita harus bisa memilah-milahkan, di mana kita bisa melakukan kreasi, di
mana kita perlu melakukan purifikasi. Apakah itu pers atau itu persoalan takakuli. Kita bisa
memilah-milahkan kalau persoalan ta'abuti kita hanya tetapi kalau persoalan tahakuli persoalan
muamalah, bisa melakukan kreasi-kreasi. Di mana perspektif pemahaman Muhammadiyah
dalam hal muamalah itu adalah dinamisasi. Ah, singga kidupan dunia ini bisa semakin sesuai
dengan situasi kondisi zaman. Sesuai dengan lingkungan yang selalu berubah. Karena segala
sesuatu itu tidak ada yang tetap dan yang tetap adalah perubahan itu sendiri. Maka di sinilah
Muhammadiyah memiliki satu gerakan Islam. Harakatul Islam itu yang tetap merujuk pada Al-
Qur'an dan sunah. Apakah Muhammadiyah tidak mengikuti jejak para ilmuwan para ulama?
Pasti dalam konteks memahami Al-Qur'an dan hadis itu kita tidak bisa tanpa melalui pembinaan
tanpa merujuk pada tata cara bagaimana ulama kita mengajarkan kepada ki itu kan sampainya
kepada kita itu kita kan tidak bisa langsung pada Al-Qur'an dan hadis tetap kita melalui cara atau
jalan yang ditempuh oleh para ulama. Tetapi tentu apa yang disampaikan ulama itu kan perlu kita
perlu kita istilahnya dalam memahami apa yang disampaikan oleh ulama itu perlu adanya satu
dialektika, perlu adanya satu diskos terhadap pikiran-pikiran buku terhadap buku saja, kita kan
juga harus memilah-milah. Ah, tidak sepenuhnya apa yang dikatakan tanpa bermaksud, tidak
menghormati para ilmuwan, para intelektual, para ulama kan, pikiran-pikiran ulama itu kan
macem-macem. Banyak sekali pikiran-pikiran yang dikedepankan oleh para umpama dengan
berbagai argumentasi-argumentasi. Apakah argumentasi yang dibangun yang dipikirkan ulama
itu masih berada dalam koridor Alquran dan sunah. Di sini kita akan mencoba belajar pada
ulama itu bukan semata-mata kita bersifat taklid, tetapi kita selalu dari mana Sumbernya dan
apa rujukan yang digunakan. Di sinilah kita perlu dalam belajar Islam wa Sunnah itu di sini.
Maka sebagai gerakan apa yang dilakukan Muhammadiyah itu sebetulnya bukan hanya apa yang
dikatakan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan, jadi Muhammadiyah itu bukanlah Dahlannisme, tetapi
apa yang dikatakan yang diikuti Muhammadiyah itu Apa pun adalah sebagai harakatul Islam.
Singga seluruh ajaran-ajaran yang disampaikan yang dibawa Muhammadiyah itu bukanlah ajaran
Kiai Haji Ahmad Dahlan, tetapi ajaran yang dibawa oleh Islam. Maka sebutnya Muhammadiyah
itu adalah sebagai pengikut Muhammad. Menggunakan yakni setelah itu yang dinisbahan pada
Nabi Muhammad. Maka Muhammadiyah itu sebagai pengikut Muhammad itu baik dalam
pikiran, tindakan maupun ucapan. Singga Muhammadiyah itu sebagai satu gerakan adalah
gerakan Islam. Yang merujuk pada Alquran dan sunah. Ini yang pertama, bahwa
Muhammadiyah itu sebagai Harokatul Islam, bukan gerakan-gerakan di luar itu. Muhammadiyah
adalah apa pun yang dilakukan yang dipikirkan, yang dilaksanakan dalam misinya itu tetap
membawa sebagai harakatul Islam.
Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillahi
rabbil alamin. semuanya yang saya banggakan. kita berjumpa lagi dengan kuliah Al Islam dan
ke Muhammadiyah empat. Tema yang akan kita bahas pada pertemuan kali ini adalah Spirit
Gerakan Muhammadiyah dan Kiai Haji Ahmad Dahlan. Mahasiswa semuanya yang saya
banggakan. Antara Muhammadiyah dan Kiai Haji Ahmad Dahlan. Pada dasarnya tidak bisa
dipisah antara keduanya bagaikan two side of the sim coin. Ibarat dua sisi mata uang. Ke
menyatuan antara Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah ini dapat dipahami bahwa
sebagai satu pendiri Muhammadiyah pikiran-pikiran dan gerakan yang dilakukan dalam
membangun organisasi Muhammadiyah itu tidak lepas dengan kiprah dan rekam jejak beliau
sebagai penggagas berdirinya Muhammadiyah. Jadi Muhammadiyah ini sebagai sebuah organ
secara itu berdiri pada tanggal delapan Zulhijah. Seribu tiga ratus tiga puluh Hijriah atau
bertepatan dengan delapan belas November seribu ratus dua belas. Tetapi gerakan-gerakan dan
aktivitas-aktivitas Kiai Haji Ahmad Dahlan sebelum men-declare-kan berdirinya organisasi
Muhammadiyah itu telah berkiprah jauh sebelum Muhammadiyah itu ada. Maka apa yang
dilakukan Muhammadiyah itu sebetulnya sebagai satu kelembagaan dari pikiran-pikiran,
pemahaman-pemahaman terhadap Islam yang dilakukan atas refleksi sosial dan refleksi spiritual
yang dilakukan oleh penggagasnya Kiai Haji Ahmad Dahlan. Singga Muhammadiyah sampai
bisa sebesar ini itu merupakan satu mata rantai dari perpa perjalanan panjang yang dilakukan
oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan sebelum berdirinya Muhammadiyah, berdirinya Muhammadiyah
secara saat ini. Inilah saya kira Muhammadiyah itu bukanlah suatu agama, Muhammadiyah itu
bukanlah suatu mazhab, tetapi Muhammadiyah itu sebagai harokah, sebagai movement, atau
sebagai gerakan yang disebut dengan gerakan Islam. Ah atau sering disebut dengan
persyarikatan organisasi Muhammadiyah. Ah kalau itu sebagai sebuah organisasi, artinya bahwa
Muhammadiyah itu adalah sebagai satumedia untuk dakwah, singga apa yang dilakukan tentu
tidak bisa dilepaskan dengan Islam yang menjadi misi utama kenapa Muhammadiyah itu ada.
Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillah, alhamdulillah. Mahasiswa
setay Muhammadiyah Tulungagung. , yang saya hormati Dan saya banggakan pada semester
genap semester empat untuk prodi PAI ah pada kesempatan kali ini saya diberikan tugas untuk
mata kuliah AIKA empat atau Al-Islam dan Ke-Muhammadiyah-an bagian empat. Jadi ada IK
satu, ada dua, AIK tiga, maka pada kesempatan kali ini saya akan mendampingi mahasiswa
semuanya untuk menyampaikan mata kuliah AIKA empat. sebelum acara kita mulai perkuliahan
hari ini, mari terlebih dulu kita bu perkuliahan bacaan basmalah. Bismillahirrahmanirrahim.
Untuk selanjutnya, sebelum perkuliahan memasuki pada tema-tema pokok yang akan menjadi
bahasan. Maka, pada pertemuan pertama ini, saya akan melakukan desain atau perencanaan
terhadap perkuliahan kita yang akan kita ampuh dalam waktu satu semester ini. Berdasarkan
jadwal yang saya terima, maka perkuliahan kita pada kesempatan kali ini kita diberikan alokasi
waktu untuk bisa bersama-sama pada hari Sabtu jam ketiga yaitu jam enam belas tiga puluh
sampai lima belas sampai tujuh belas tiga puluh. Jadi dari alokasi waktu yang tersedia satu
semester ini kita memiliki waktu sebanyak empat belas kali pertemuan karena tanggal tiga belas
Mei kita sudah Raya Idulfitri maka praktis perkuliahan kita harus kita efisiensikan agar tidak
menerjang hari raya Idulfitri. Singga per bulannya kita padatkan sampai tanggal delapan. Jadi
satu minggu sebelum Idulfitri, insyaallah kita sudah melaksanakan UAS singga kita tidak punya
beban dan tugas lagi perkuliahan pada masa-masa Idulfitri. Hal ini kenapa? karena sesuai
dengan standar perkuliahan di S satu pertemuan atau jam tatap muka, perkuliahan itu harus
dilakukan lebih dari sepuluh pertemuan. Jadi standarnya sebenarnya empat, enam belas. Tetapi
karena sesuatu hal insyaallah kita bisa padatkan selama masih lebih dari tig, sepuluh kali
pertemuan itu masih memenuhi standar perkuliahan. Untuk jenjang S satu. Dalam Satu semester.
Jadi kita mulai hari ini Sabtu tanggal enam Januari, kemudian berikutnya tanggal tiga bela,
tanggal enam Februari, kemudian tanggal tiga belas Februari, tanggal Februari dan tanggal dua
tujuh Februari. Ada empat kali pertemuan pada bulan Februari dan empat kali pertemuan di
bulan Maret. Empat kali pertemuan di bulan April. Dan satu kali per di bulan Mei. Jadi, minggu
pertama di bulan Mei. Ah kita sudah melakukan ujian akhir semester. pada bulan Maret itu kita
kuliah tanggal enam tanggal tiga belas dua puluh dan tanggal dua tujuh. Kemudian di bulan
Aprilnya kita kuliah tanggal tiga tanggal sepuluh, tanggal tujuh belas dan tanggal tujuh empat.
Dan terakhir itu tang, Mei. Kita lakukan perkuliahan pada tanggal delapan adalah UAS. Jadi dari
empat belas kali pertemuan nanti kita ambil dua kali pertemuan untuk UAS Ut dan UTS. Ujian
akhir semester dan ujian tengah semester, jadi praktis wak kita untuk membahas materi akan kita
padatkan di dua belas kali pertemuan. Nah singga dari dua belas pertemuan itu nantinya kita
akan maksimalkan supaya target yang kitatempuh selama satu semester ini bisa terpenuhi.
Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillahirrahmanirrahim,
alhamdulillahirabbil alamin. Yang saya hormati dan saya banggakan, para mahasiswa PAI
semester empat STEI Muhammadiyah Tulungagung kita bertemu kembali dan melanjutkan
mata kuliah kita, Al-Islam dan Ke-Muhammadiyah empat. Sebelum kita mulai, mari kita awali
perkuliahan kita pada kali ini dengan bacaan basmalah bismillahirrahmanirrahim tema yang kita
bahas pada kesempatan kali ini adalah terkait posisi Muhammadiyah di antara aliran filsafat dan
tasawuf. merefleksikan dari Pelajar mata kuliah yang kita bahas pada minggu yang lalu tentang
posisi Muhammadiyah di antara mazhab-mazhab di dalam fikih. Di sini perlu kami pertegas
kembali bahwa mazhab-mazhab atau po ataupun ulama ulama mazhab di dalam fikih itu
merupakan satu hasanah intelektual yang memperkaya pemikiran di dalam Islam karenanya
kekayaan khasanah intelektual Islam yang terformulasi Ikan menjadi ulama-ulama mazhab itu
adalah bagian dari disiplin keilmuan yang muncul pada saat itu untuk merespon terhadap
kebutuhan umat pada zamannya. Karenanya hasanah, pemikiran-pemikiran ulama mazhab itu
bukan sesuatu yang harus kita terima begitu saja, termasuk bukan sesuatu yang harus kita tolehak
begitu saja tetapi posisi kita sebagai umat. tetap menghormati karya intelektual mereka, tetapi
bukan berarti menerima tanpa syarat ataupun menolehak tanpa syarat. Yang kita inginkan
Mensikapi terhadap perbedaan-perbedaan pendapat di antara ulama. Mazhab itu adalah
bagaimana kita mampu memahami terhadap pikiran-pikiran tersebut dengan argumentasi-
argumentasi yang bangun berbasis pada Al-Qur'an dan sunah. singga dalam menerima mazhab
ataupun menolehak mazhab itu kita tetap memiliki satu sudut pandang pemikiran bahwa
khasanah intelektual di dalam Islam itu di bagian yang bisa memperkaya referensi untuk
keilmuan di dalam pemikiran Islam. Kemudian bagaimana Muhammadiyah mensikapi terhadap
posisi tersebut? Maka Muhammadiyah tidak berafiliasi terhadap satu mazhab apa pun. Tetapi
Muhammadiyah tanpa melihat mazhabnya apa selama itu argumentasi yang dibangun adalah
berdasarkan Alquran dan Hadis, pikiran-pikiran mereka lebih akurat itulah yang kita ikuti.
Tetapi yang kita ikuti itu sebenarnya bukan mazhabnya, yang kita ikuti itu bukanlah orangnya.
Karena apa? Kalau kita terjebak pada satu pemikiran sebuah mazhab, maka yang terjadi kita
akan fanatis buta terhadap sebuah mazhab, singga dari situ kita terjebak pada pikiran-pikiran
yang fanatik, tidak mampu open minded terhadap khasanah pemikiran Pemikiran yang lain.
Padahal fikiran ulama di dalam mazhab ataupun aliran-aliran ilmu di dalam fikih maupun aliran-
aliran kalam adalah fikiran-fikiran seperti halnya yang dilakukan oleh ulama-ulama lain. Tetapi
kalau kita terjebak pada fikiran orang per orang, yang terjadi akan melakukan pengkultusan
terhadap individu, hah dan itu tidak diperkenankan. Kita mengikuti itu karena bukan orangnya
bukan karena pikiran itu tetapi ki yang kita ikuti itu adalah satu ajaran bahwa itu berdasarkan
rujukan sumber yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan berdasarkan Al-Qur'an dan hadis.
Ah maka di sinilah posisi Muhammadiyah bermazhab tidak terjebak pada pikiran-pikiran
personal, tidak terjebak pada pikiran-pikiran ulama mazhab, tetapi yang kita anut adalah rujukan
singga kita tidak terjebak pada persoal personalisasi ataupun afiliasi pada mazhabnya. Karena
kalau kita mengikuti mazhab A yang kita anggap benar, kita akan terjebak mazhab yang lain,
salah atau tidak sesuai, padahal bisa jadi pikiran yang oleh mazhab lain itu justru lebih akurat,
ataupun itu juga memiliki rujukan yang sama dari sudut Al-Qur'an dan hadis. Maka posisi kita
bukan dalam kategori brafiliasi terhadap mazhabnya. Tetapi terhadap rujukan yang
digunakanOleh ulama tersebut apakah sesuai dengan Al-Qur'an, alhadis atau tidak. Ini yang saya
pertegaskan terkait dengan posisi Muhammadiyah di antara mazhab-mazhab di dalam fikih.
Baik kita lanjutkan perkuliahan kita al-Islam dan ke-Muhammadiyah terkait dengan
posisi Muhammadiyah di antara pikiran-pikiran filsafat dan tasawuf. Kemudian kita punya
pikiran Muhammadiyah itu yang diikuti filsafat aliran apa? Atau kalau tasawuf, tasawufnya
siapa. Ini yang perlu kita jelaskan seperti halnya yang kita sikapi di dalam Muhammadiyah di
antara mazhab-mazhab. Maka dalam mensikapi aliran-aliran dalam filsafat Muhammadiyah
sama seperti halnya ketika kita menghadapi beraneka ragam pikiran-pikiran dalam ulama Al-
Mazhab. kita mengikuti cara berpikir filsafat itu adalah sebagai bagian dari upaya untuk
memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur'an singga kita tidak grafilasi terhadap pikiran aliran
filsafat tertentu tetapi filsafat adalah sebagai satu cara untuk memahami terhadap ayat-ayat mau
hadis yang disampaikan oleh Rasulullah. Karena kalau kita grafilasi atau terjebak pada pikiran
filsafat tertentu, maka yang terjadi kita akan tertimbun satu fanatisme. Seperti halnya fanatisme
yang terjadi pada mazhab terte ah maka dalam hal filsafat inilah Muhammadiyah juga sama,
posisinya tidak berafiliasi dan melibatkan diri pada satu aliran filsafat mana pun. Tetapi selama
pikiran-pikiran yang diusung filsafat itu sejalan dan sebangun dengan spirit pemahaman yang
dituangkan di dalam Alquran dan Hadis dalil-dalil aqli, dalil-dalil naqli, maka di situlah posisi
Muhammadiyah bukan berarti filsafatnya yang diikuti, tetapi sebagai sebuah cara, sebagai
sebuah alat bahwa yang kita ikuti itu bukan filsafatnya atau juga bukan mazhabnya, tetapi ajaran
Islam itulah yang kita ikut dengan merujuk pemahaman melalui wasilah filsafat. Nah, kemudian
tasawuf. Jadi dalam perspektif historis, munculnya tasawuf itu pada dasarnya sebagai sebuah
reaksi atas Dominasi, pikiran filsafat yang sangat mengagum. Yang sangat diagung-agungkan.
Singga dengan mendewakan, bahkan ada sampai yang menuhankan akal, karena demi pikiran-
pikiran yang dibangun berdasarkan argumentasi filosofis tersebut, Maka di sini terjadi splight
personality. Telah terjadi kekeringan spiritual. Maka orang yang hidup pada saat itu yang pada
saat itu didominasi oleh dominannya, pikiran-pikiran yang berbasis pada akal semata Maka
terjadi kekeringan spiritual. Maka di antara orang yang hidup dalam suasana seperti itu mereka
melakukan pengasingan diri mereka melarikan diri untuk mencari ketenangan yang bersifat
spiritualmemasuki di dalam dunia suhu. Ah singga dia meninggalkan dunia meninggalkan semua
kenikmatan yang dibangun oleh duniawi untuk mencari kesenangan ukhrawi.
Baik mahasiswa semuanya yang saya hormati, bahwa secara hakikat untuk mendapatkan
sebuah kebenaran, maka perlu dilakukan dengan cara berpikir atau memikirkan sesuatu secara
mendalam dan menyeluruh. Berpikir secara mendalam adalah memikirkan sesuatu sampai pada
akarnya. Atau intinya atau core-nya. Inti persoalan yang menyebabkan adanya atau eksistensi
dari sesuatu untuk menemukan inti dari hakikat sesuatu ini tidak berhenti pada fenomena yang
tampak atau yang terlihat, tetapi harus mampu memfok pada nomen atau sesuatu yang tidak
tampak tetapi menjadi sebab dari yang tampak. Maka berpikir secara menyeluruh adalah berpikir
melalui berbagai sudut pandang. Berbagai perspektif dan berbagai pangkal tolehak atau yang
disebut dengan starting point. Maka sebagai sebuah realita sosial fenomena yang tampak dari
Muhammadiyah adalah organisasi dan kegiatan-kegiatan yang dise dalam bidang keagamaan,
sosial, kemasyarakatan termasuk amal usaha Muhammadiyah. Seperti yang terkenal adalah
feeding hiling dan seguling, lembaga, layanan sosial kesatan dan lembaga pendidikan.
Masyarakat awam biasanya memahami Muhammadiyah itu dari apa yang tampak. Dan supaya
lebih jelas biasanya dengan membandingkannya dengan organisasi keagamaan yang lainnya
misalnya kalau Muhammadiyah itu begini dan kalau NU itu begitu bahkan ada yang
menyamakan Muhammadiyah itu dengan Protestan, karena apa yang dilakukan itu ada kemirikan
dengan melakukan gerakan amal lusa itu yang Dulu makanya pernah dikritik. Itu mag webber.
Itu dalam bukunya. The protestan etik and the spree of kapitalisme. Mengatakan bahwa untuk
berbuat satu kebajikan itu orang itu harus kaya dulu dengan kekayaannya, maka dia akan bisa
berbuat kebajikan. Dan Muhammadiyah itu dari sisi gerakan untuk menopang dakwahnya, maka
yang dilakukan adalah amal usaha melakukan amal ilmiah dan ilmu yang amaliah gitu. Jadi yang
dilakukan itu amal yang ilmiah dan ilmu yang amaliah. Dari inilah maka apa yang dilakukan
Ahmad Dahlan itu hampir mirip dengan spirit Protestan etik. Raya agar berbuat kebajikan. Maka
kalau dari sisi historis, Kiai Haji Ahmad Dahlan itu adalah seorang pengusaha, maka usaha yang
dilakukan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan itu ternyata berbeda dengan protestan etik Karna apa?
Yang dilakukan Muhammadiyah usaha oleh Ahmad Dahlan, usaha dagang itu hanya sebagai
alat. Karena dalam ceritanya, Kiai Ahmad Dahlan itu keliling ke pelosok-pelosok itu selalu
membawa dagangan. Justru dagangannya kalau dikredit istilahnya bahasa segar. Itu malah,
malah senang. Karena dengan gitu dia bisa kembali lagi datang ke tempat itu untuk dakwah. Jadi
berdagang adalah sebagai sebuah alat untuk dakwah jadi intinya Ahmad Dahlan dalam dagang
itu yang penting bisa kulakan lagi. Jangan sampai bangkrut itu saja. Karena yang beliau lakukan
dagang itu adalah sebagai alat dakwah. Tetapi kalau dalam spirit protestan etik itu lebih
mengedepankan bagaimana kita itu bisa menumpuk kekayaan, karena spiritnya adalah spirit
kapitalisme. Dengan modal yang sekecil-kecilnya keuntungan yang besar-besarnya dengan
menumpuk akumulasi modal dan kekayaan itu nanti diharapkan akan bisa berbuat kebajikan.
Tetapi Ahmad Dahlan berbeda ternyata. Dalam buku yang mengkaji tentang misi dakwah
Ahmad Dahlan itu dikomporrasikan dengan spirit kapitalisme ternyata Ahmad Dahlan dagang itu
sebagai sebuah alat untuk dakwah. Karena kenyataannya Ahmad Dahlan tidak kaya. Dia keliling
membawa dagangannya justru itu sebagai alat media untuk dakwah. Dikridit Seneng. Karena dia
justru bisa kembali lagi ke situ untuk menyampaikan misi dakwahnya. Yang penting dalam
dagangnya dia bisa lagi. Tidak sampai bangkrut. Itu saja. Masih semuanya yang saya Cintai dan
saya banggakan, sebagai sebuah fenomena, sebagai sebuah harakah usuliah, maka
Muhammadiyah itu mengedepankan misinya adalah misi pemurnian. Menunaikan, menemukan
hakikat dengan cara membandingkan dengan yang lain, tidak dapat disalahkan. Tetapi juga tidak
akan dapat menemukan kebenaran. Maka untuk memahami terhadap kiprah Muhammadiyah,
kita perlu menggunakan cara berpikir yang obyektif tidak membawa subyektivitas kita. Ya,
kesulitan kita biasanya dalam melakukan penilian terhadap satu itu membawa subyektivitas
dalam dirinya. Karena di dalam diri kita ada satu keyakinan yang susah untuk dirubah itu. Singga
kita dalam melihat persoalan itu tidak objektif. Yang terjadi adalah fanatisme egoisme individu,
singga menutup obyektivitas di dalam diri kita itu mesti pun benar karena dilakukan bukan oleh
kelompoknya. Maka itu adalah sesuatu yang salah. Maka di sinilah cara berpikir yang obyektif,
rasional, kritis, dan integral itu menjadi bagian cara berpikir yang harus digunakan oleh umat
manusia Supaya kita tidak diejek oleh Allah demikian mahasiswa semuanya yang saya cintai dan
saya banggakan. ada kurang lebihnya mohon maaf sila ada pertanyaan disampaikan lewat chat
WA grup dan jangan lupa untuk mengisi daftar hadir manual untuk nanti saya masukkan di
dalam aplikasi Siakad. Mari kita tutup perkuliahan kita pada kesempatan kali ini dengan bacaan
hamdalah.Kalam warahmatullahi wabarakatuh.
Baik mahasiswa semuanya yang saya hormati. dalam konteks harokah ushuliah ini.
Maka di sini perlu kami tegaskan Muhammadiyah itu bukanlah sebagai satu Aliran sebagai satu
mazhab, sebagai sekte atau agama baru, tetapi Muhammadiyah itu adalah sebagai state of mind.
Artinya bahwa Muhammadiyah itu adalah sebagai berpikir atau poleha pemikiran kepada Islam
yang benar. Jadi dalam upaya inilah maka untuk memahami Islam yang benar itu,
Muhammadiyah berupaya melalui satu pergumu atau perjuangan yang tidak henti untuk berislam
yang benar. Artinya apa? Bahwa setiap upaya menuju pemahaman dan pengalaman Islam yang
benar maka Muhammadiyah berupaya bagaimana agar kemurnian Islam itu tidak dicampur
baur dengan keyakinan dan akidah-akidah yang lain. Karena ber-Islam atau menjadi Islam
adalah sebuah proses dinamis atau sebuah pergumulan bahkan perjuangan yang tidak mengenal
nanti, maka itulah sebabnya salah satu jargon Muhammadiyah adalah Islam yang berkemajuan.
Jadi, bukan berarti Islam-nya yang, yang keliru, tetapi yang dipahami itu adalah pemahaman
terhadap Islam itu yang keliru. Jadi, Islam itu tetap murni. Tetapi Implementasi terhadap
pemahaman Islam itu akan melahirkan pikiran-pikiran, pendapat-pendapat yang berbeda-beda
antara umat satu dengan umat yang lainnya. Antara ulama satu dengan umat ulama yang lainnya.
Hal ini apakah berarti kita tidak menghargai para ulama? Tidak. Ah, kalau kita ngomong sering
terjadi pemahaman, bahwa tidak mungkin bagaimana kita akan bisa langsung merujuk kepada
Alquran dan hadis. karena nabi sudah tidak ada. Kita tidak pernah hidup pada zaman nabi,
bagaimana mungkin kita bisa langsung kepada Alquran dan sunah. Berarti kita tidak menghargai
ulama, berarti kita tidak berguru kepada ulama, betul bahwa ulama itu memiliki satu keilmuan
yang bisa sampai kepada kita itu kita melalui guru, melalui ulama, bukan berarti bahwa kita
menolehak terhadap keberadaan Lama. Langsung sampai kepada nabi, bukan seperti itu. Tetapi
dalam konteks pemahaman keislaman yang dianun Muhammadiyah, kita untuk bisa sampai pada
sumber rujukan yang benar itu memang melalui pengajaran yang dilakukan oleh guru, oleh
Ustad, oleh para dai, oleh para ulama, ilmuan-ilmuan Islam. Maka dalam konteks ini, yang
namanya ilmuwan, ulama agamawan, itu adalah bukan nabi. Maka kita Harus mencari guru yang
tepat. Dan jangan sampai mengkultuskan terhadap pendapat seorang ilmuwan, seorang guru,
seorang ulama. Tetapi kita harus mampu berpikir secara kritis apakah pendapat sumber
rujukannya itu sesuai dengan ajaran Islam. Apakah sesuai dengan rujukan Alquran dan hadis?
Ah di situlah Muhammadiyah itu mengajarkan sebagai sebuah harakat Harakatul Ushuliyah.
Gerakan pemurnian. Maka, yang dilakukan minimal kita itu adalah sebagai muqallid. Minimal
kita sebagai itibak, bukan taklid. Jangan sampai kita itu menjadi orang yang taklid. Tetapi kita itu
adalah itibak kepada para ulama. Artinya apa? Dalam hal itibak kepada para ulama itu kita
mengikuti pelajaran pelajaran yang disampaikan oleh para ulama, tetapi kita harus tetap kritis.
Ha, karena manusia diberikan akal pikiran itu adalah untuk melakukan verifikasi. Jadi, kalau
dalam filsafat itu berpikir itu harus secara rasional. Secara intega ah dan menyeluruh bukan
hanya sekedar melihat dari satu aspek saja, bukan melihat dari pendapatnya seorang ulama,
tetapi bagaimana ulama lain bagaimana ilmuwan lain dilihat Dari berbagai sudut pandang
berbeda. Karena kita itu tidak tahu secara persis terhadap apa yang diamalkan oleh Rasulullah.
Maka satu-satunya cara kita harus mengikuti para ulama. Dengan cara sebagai bukan hanya
sebagai muqallid. Nah, sangat berbeda jauh dengan taklid. Karena kalau itibak mengikuti, tetapi
juga memahami dasar-dasar hukumnya, alur-alur pikirnya secara kritis, tetap bisa mengkritik tapi
kalau taklid itu kita akan terjebak pada pengkultusan terhadap individu seorang ulama. Dan itu
tidak diperbolehkan di dalam Islam. Bukan berarti kita tidak menghargai. Karena apa? Karena
ulama itu kan selain Nabi, para sahabat itu kan tidak maksum. Tidak luput dari dosa dan salah.
Bisa jadi pikiran mereka memang benar, tetapi bisa jadi pikiran mereka ada ruang untuk keliru.
Karena mereka tidak maksum tidak dijaga ketika keliru kalau nabi langsung diingatkan oleh
Allah. Turun wahyu. Sementara di luar nabi itu tidak lepas dari kekeliruan. Nah, untuk
menghindari kekeliruan itulah kita harus menggunakan cara berpikir kita secara kritis. Maka
poleha pikir yang dibangun oleh Muhammadiyah itu adalah sejalan dengan pendapat Imam
Syafi'i tentang kebenaran. Jadi Imam Syafi'i itu berkata dile, di dalam Majmu al-Fatawa halaman
dua sebelas. Jika pendapat hadis yang jika terdapat hadis yang sahih maka lemparlah pendapatku
ke dinding. Jika engkau melihat hujah diletakkan di jalan maka itulah pendapatku. Jadi pikiran
Imam Syafi'i menggambarkan bahwa seorang yang tawadu dan mencari dan pecinta kebenaran
sejati. Jadi Imam Syafi'i tidak mengklaim pendapatnya sebagai pendapat yang paling benar.
Imam Syafi'i memberikan ruang yang kepada siapa saja untuk benar dan sama-sama berpeluang
untuk benar atau salah, tetapi terhadap Al-Qur'an yang sahih sikap Imam Syafi'i sangat jelas,
yaitu mengutamakan Al-Qur'an dan hadis bukan mempertahankan pendapatnya. Dan inilah yang
sering kali terjadi di dalam pemikir-pemikir Islam. Karena itu sebagai pendapat terkadang ketika
ada Alquran justru ditentang ada hadis terkadang lebih mengutamakan pendapatnya maka sikap
Muhammadiyah jelas bukan berarti Muhammadiyah itu tidak mengikuti para ulama dalam
memahami Islam, tetapi karena kita sebagai orang yang jauh dari nabi, bisa sampai kepada
pemahaman Alquran Hadis itu melalui jasa peran yang sangat penting dari para ulama, tetapi kita
diharapkan untuk tetap kritis setidak-tidaknya kita menjadi bukan sebagai Karena ini bila
dibiarkan Allah memberikan ruang yang luar biasa. apakah kamu tidak berpikir, apakah kamu
tidak menggunakan akal Anda? Apakah kamu tidak ingat kepada Allah? Apakah kamu tidak
melihat? Ini kan satu pernyataan yang keras, bahwa kita diharapkan untuk melakukan satu yang
kritis dalam melihat satu persoalan tidak boleh hanya menjadi orang yang ikut-ikutan tetapi
tanpa memahami dasar berpikir dan sumber rujukan yang digunakan. Maka Muhammadiyah
sebagai state of mind itu menganggap bahwa dia bukanlah Muhammadiyah itu sebagai aliran
baru, sebagai mazhab baru, sebagai sekte baru atau agama baru. Tetapi Muhammadiyah itu
adalah stead of mind. Yaitu kerangka berpikir atau poleha pemikiran kepada Islam benar. Tetapi
Muhammadiyah itu bukan Islam. Tetapi state of mind, Islam, ya Islam, bukan Islam, ini Islam
itu. Makanya Muhammadiyah itu adalah state of mindbukan mazhab, bukan aliran, bukan sekte
atau apalagi agama baru.
Baik mahasiswa semuanya yang saya hormati, saya banggakan. Kemudian muncul satu
pertanyaan mungkin dari Anda. Kalau Muhammadiyah itu tidak bermazhab, tidak mengikuti satu
aliran tertentu, tidak mengikuti pada paham filsafat dan tasa tertentu tetapi Muhammadiyah itu
kenapa kok mengikuti Ahmad Dahlan? Baik, saya jelaskan, Muhammadiyah di dalam beragama,
Muhammadiyah itu adalah sebagai sebuah organisasi yang didirikan oleh Ahmad Dahlan, yang
diikuti oleh Muhammadiyah, pengikut Muhammadiyah saat ini adalah bukanlah Dahlannisme.
Bukanlah Dahlanniah kita, tetapi kita itu adalah Muhammadiyah sebagai satu pemahaman itu
Nabi Muhammad Diah itu pakai yak nisbah itu adalah pengikut Nabi Muhammad, sebagai
sebuah organisasi yang menisbahkan diri sebagai satu pengikut Nabi Muhammad. Tetapi kita
bukanlah Dahlaniah. Makanya pikiran-pikiran fikih, pikiran Fikiran Pemahaman di dalam
Muhammadiyah itu selalu terjadi satu dinamisasi. Ada kelembagaan majelis tarjih di mana di
dalam tarjih itu ya semacam ijtihad jamai. Di sana berkumpul para ahli ulama dari berbagai sudut
keahlian pengetahuan tetapi dari pemahaman yang berbeda-beda itu dikomkumpulkan untuk
membahas satu persoalan dari berbagai perspektif. tidak paham dari orang per orang. Makanya
muncul satu pemahaman yang sering kali dikritik dialamatkan kepada Muhammadiyah itu
terkait dengan pemahaman fikih. Loh awalnya Muhammadiyah itu kan juga pakai kunut,
Muhammadiyah itu salatnya dua puluh tiga. Muhammadiyah itu juga, kan ada yang, yang
mengalamatkan seperti itu, terhadap adanya buku fikih. Itu kita tidak bisa pungkari. Tidak bisa
kita pungkiri. Di masa-masa awal mungkin karakter fikih yang dipahami oleh umat Islam pada
saat itu memang karakternya adalah fikih-fikih yang bernuansa seperti itu, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya, ketika di dialektikakan dengan pemahaman-pemahaman ilmu-ilmu
yang lebih luas, maka posisi Muhammadiyah mengambil satu dalil yang menempatkan bahwa
salat yang dianut oleh Muhammadiyah itu subuhnya tidak pakai kunut. Tetapi tidak berarti
Muhammadiyah melarang orang lain untuk memakai itu, karena itu satu pilihan bahwa hukum
Islam itu kan berbagai macam ada dalil-dalil yang bisa digunakan. Ini persoalan pilihan, bukan
persoalan benar dan salah. Hah, dengan argumentasi masing-masing, maka di subuh
Muhammadiyah tidak pakai kunut. Di dalam tarwih kita memakai sebelas rakaat, ini bukan
sesuatu istilahnya tidak memakai yang sana karena kita menyalahkan tapi ini terhadap alternatif
alternatif telah dilakukan oleh Rasulullah. Dan itulah hasanah kekayaan Muhammadiyah
memiliki argumentasi. Kenapa kok milih sebelas? Kenapa kok milih tidak kunut? Ini bagian dari
ijatihad yang dilakukan oleh Muhammadiyah terhadap pilihan-pilihan hukum yang beraneka
ragam singga posisinya bukan dalam arti kita itu statis di dalam pemahaman keagamaannya.
Makanya di dalam Muhammadiyah itu sangat dinamis karena kita tidak ingin terjebak pada
Pengkuldusan satu tokoh tertentu. Singga kalau sudah terjadi pengkultusan terhadap satu tokoh,
maka kita akan lepas kontroleh ketika terjadi kekurangan-kekurangan atau kekeliruan-kekeliruan
bahwa manusia itu tidak lepas dari dosa dan salah. Karena yang pasti benar seratus persen dan
dijaga kebenarannya. Tidak, tidak dosa karena maksum itu hanya nabi. Di luar itu pasti sudut
pandang yang bisa jadi dekat kepada kebenaran, bisa jadi juga mendekati pada kekeliruan. Maka
di sinilah adalah dalam hal pemikiran-pemikiran di dalam Islam itu terjadi dinamisasi. Bahkan
apa yang dilakukan Muhammadiyah di awal periodenya Kiai Haji Ahmad Dahlan, dengan
sekarang itu terjadi dinamisasi, artinya kita itu memang tidak menjadi Dahlaniah. karena kita
Muhammadiyah bukan menganut apa yang dilakukan Kiai Haji Ahmad Dahlan, kalau toh
memang itu yang dilakukan Kiai Haji Ahmad Dahlan itu sudah mungkin tidak sesuai dengan
perkembangan, ya, pikiran itu akan direvisi. Selama itu bukan terkait dengan perso ibadah
mahdhah. Itu akan selalu dinamis. Loh kalau gitu kunut terus tarwih itu kan juga ibadah. Nah,
ini kan persoalan persoalan sunah. Jadi, bukan berarti kalau tidak kunut itu menjadi salatnya
Tidak sah. Ataupun kalau kunut itu menjadi haram kan? Kalau salat dua puluh tiga itu bukan
berarti tidak sah. Kalau sebelas itu haram atau sebaliknya. Tidak seperti itu. Karena itu alternatif-
alternatif pilihan yang dilakukan ulama pada saat itu. Singga kita bisa memilih dengan
argumentasi-argumentasi. Ah, demikian penjelasan saya terkait dengan posisi Muhammadiyah di
antara filsafat dan tasawuf. Seperti halnya mensikapi di antara mazhab-mazhab di dalam Islam.
Maka posisi Muhammadiyah sekali lagi saya tegaskan tidak berada dalam posisi mendukung dan
berafiliasi terhadap mazhab pikiran fikih tertentu, terhadap tasawuf ter terhadap filsafat tertentu
tetapi Muhammadiyah. Siapa pun yang menyampaikan selama argumentasinya berbasis pada
pemahaman yang bersumber pada Al-Qur'an dan hadis-hadis yang sahih, maka di situlah
Muhammadiyah mengikuti. Jadi kita tidak terjebak pada pendapat-pendapat individu-individu.
Karena kalau sudah terdebjebak pada pendapat ini akhirnya akan menutup kemungkinan
menutup ruang bahwa pendapat lain itu salah. Ah, makanya kita ngikuti itu bagi Muhammadiyah
itu harus mengetahui tentang dasar hukum yang dilakukan. Demikian penjelasan saya, terkait
dengan posisi Muhammadiyah di antara aliran-aliran tasawuf dan filsafat sebagai bagian dari
pembahasan untuk membahas posisi Muhammadiyah di antara mazhab-mazhab di dalam
pinggih. sekian saya kira ada kurang lebihnya mohon maaf, mari kita akhiri kuliah kita dengan
bacaan hamdalah. Alhamdulillahirabbilalamin. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Baik, pertanyaan dari Rahayu Kusumaning Diaz, bagaimana langkah-langkah menjadi
mahasiswa ideal untuk berilmu yang amaliah dan beramal ilmiah? Saya kira ini sudah jelas
dicontohkan oleh Ki Haji Ahmad Dahlan. sebagai pendiri Muhammadiyah. Beliau di dalam
mengajarkan satu materi itu belum pindah ke materi lain sebelum siswanya, sebelum santrinya,
mengerti memahami dan itu sudah sangat jelas sekali persoalannya di kita itu yang menjadi
kendala dalam problem belajar kita lebih banyak didominasi oleh aspek kognitif singga
pembelajaran itu tidak sampai aspek-aspek implementasinya. Padahal kalau kita mengacu pada
taksonominya Benyamin Sblum bahwa pembelajaran itu harus mengintegrasikan tiga aspek
kemampuan siswa yaitu kemampuan kognitif kemampuan efektif, sikap, dan kemampuan
psikomotorik. Nah, Kiai Haji Ahmad Dahlan menerapkan itu bagaimana agar di dalam belajar
itu benar-benar mengimplementasikan ilmu yang amaliah dan juga sebaliknya amal yang ilmiah.
Jadi apa yang kita lakukan itu didasarkan satu dasar keilmuan yang jelas termasuk ilmu yang kita
lakukan itu bukan berhenti pada aspek pemahaman kognitif, tetapi pada aspek pemahaman yang
melangkah ke arah siku motorik. Ilmu adalah amal. Karena agama itu adalah amal. Singga Kiai
Haji Ahmad Dahlan disebut dengan men of action. Jadi, agama itu agama tindakan, agama itu
adalah agama amal. Ah, dalam riwayat atau cerita atau sejarah yang di awal-awal perkuliahan
saya sampaikan, Kiai Haji Ahmad Dahlan itu mengajarkan surat al-Ma'un itu tiga bulan, sampai
diprotes oleh santrinya. Kenapa kok itu-itu saja yang diajarkan? Bahkan surat Al-Asri waal Asri
itu diajarkan sampai delapan bulan. Ndak pernah ganti tema dan materi sebelum santrinya
mampu mengamalkan tentang Surat tersebut. Singga ketika santrinya protes, apakah sudah bisa
kamu sudah, apakah sudah saya amalkan itu sudah kiai, bagaimana Anda mengamalkan, saya
baca waktu salat. Ah, kemudian itu belum pengamalan. Tetapi, kamu sekarang pergilah ke Pasar
Bring pergilah ke alun-alun cari gelandangan fakir miskin yang pengemis di sana, ajaklah ke
rumahmu. Berilah mandikan dulu dengan sabun, berikanlah pakaian terbaikmu, dan berikanlah
makan yang enak yang kamu makan dan berilah tempat tidur di rumahmu. Itu baru kamu sudah
mengamalkan itulah agama, itulah Islam. Bahwa Islam itu bukan untuk dijadikan pengetahuan
tetapi Islam disyariatkan oleh Allah itu untuk menjadiPedoman hidup sekaligus menjadi
landasan ucapan tindakan dan perilaku manusia dalam hidup di dunia. Saya kira itu jawaban saya
untuk rayukusumaningbias.
Dalam perbincangan di masyarakat biasanya juga muncul pikiran atau stigma bahwa
Muhammadiyah itu tidak menggunakan ijek mak dan kias. Itu adalah satu pemahaman yang juga
keliru Karena apa? Muhammad. Ije, mak dan qiyas itu adalah product dari ijaqiha. Justru di sini
Muhammadiyah adalah sebagai pelopor untuk menggunakan ijamat dan kias. Karena Kiai Haji
Ahmad Dahlan termasuk ulama yang berkeyakinan mengikuti bahwa ijtihad itu tidak tertutup.
Karena dalam hal-hal yang berkaitan dengan persoalan bukan ta'abudi berkaitan dengan
muamalah itu selalu berkembang singga di situlah kita melakukan ijtihad itu di ibadah mahdhah.
Itu Kiai Haji Ahmad Dahlan cukup membuka peluang yang sangat lebar bahwa pintu ijatih itu
tidak tertutup, maka Muhammadiyah itu menggunakan ijma dan kias. Bukan tidak menggunakan
ijma dan kias. Tetapi dan kias yang di Muhammadiyah itu adalah bukan kias dalam arti untuk
ibadah. Kalau ibadah tidak bisa dihiaskan. Tapi di luar ibadah, maka Muhammadiyah tetap
menggunakan terhadap hal-hal yang terkait dengan persoalan-persoalan yang muncul belakangan
tetapi tidak ada rujukannya di dalam Al-Qur'an dan hadis. Kalau selama masih ada dalam Al-
Qur'an dan hadis, ya kita tidak menggunakan karena sudah jelas. Ketika tidak ada di dalam Al-
Qur'an dan hadis, maka itu karena ijab dan kias termasuk dari produk. maka dalam menetapkan
hukum tarjih itu menggunakan ijtihad dan itibak. Oleh karena, kelangkaan seorang yang dimiliki
kemampuan tadi, yang tadi maka Muhammadiyah memperkenalkan yang disebut dengan ijtihad
jamai. Yaitu musyarah pak, musyawarah, para ahli, untuk mencari dalil-dalil yang lebih kuat.
Jalan demikian merupakan usaha untuk mentarjihkan sumber hukum dijadikan dasar dari
pendapat-pendapat tersebut dengan mengikuti dalil-dalil yang berasal dari Al-Qur'an dan sunah.
Siapa bilang bahwa dengan metode ini tidak mengikuti ulama. Sangat kopi sangat tetapi dia tidak
mengikatkan diri pada satu mazhab tertentu. Tetapi semua mazhab-mazhab itu selama
pendapatnya lebih kuat, lebih sesuai, lebih masruk itulah yang diikuti oleh Muhammadiyah.
Kemudian setelah perkuliahan nanti kita lakukan, kita akan ada satu proses pengayaan-
pengayaan silakan ketika saya, saya telah memaparkan sebagai percikan pemikiran untuk
memancing diskusi di antara kita ada persoalan yang belum jelas bisa saling ditanyakan dan
didiskusikan supaya kita memiliki gambaran yang utuh. untuk itu kami persilah kepada
mahasiswa semuanya kalau ada hal-hal yang ingin ditanyakan terkait dengan mata kuliah dan
bagaimana cara kita untuk kuliah pada kesempatan kali ini bagaimana desainnya kurang lebih
seperti yang saya katakan di depan tadi. Untuk itu apabila ada hal-hal yang kurang jelas silakan
ditanyakan bisa lewat chat via WA grup yang sudah kita miliki ini. Nanti saya akan memberikan
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh mahasiswa semuanya.
Demikian kuliah kita perdana pada kesempatan kali ini. saya sampaikan ada kurang lebihnya
mohon maaf, mari kita tutup kuliah kita dengan bacaan hamdalah..
Mahasiswa semuanya yang saya hormati dan saya banggakan, dari pendapat-pendapat dan
rujukan-rujukan yang dijadikan dasar untuk melakukan pemahaman terhadap Islam yang
dirumuskan dalam hukum-hukum fikih oleh para imam-imam yang empat. Termasuk juga
ulama-ulama yang lain. Ini sebetulnya tidak lepas dari perdebatan persoalan kalam, filsafat
hukum, pemikiran Islam di sekitar dua belas dalam menghadapi tantangan baru oleh adanya
perkembangan keyakinan mayoritas muslimin mengenai tertutupnya pintu ijtihad. Jadi, pada saat
itu Ibnut Taimiyah salah seorang pemikir yang sangat berjasa mendobrak terhadap kemandikan
ijtihad dalam pemikiran Islam. Kenapa pintu ijtihad itu tertutup pada saat itu? Karena semakin
berkembangnya Islam ke seluruh pelosok penjuru dunia. Maka tidak ada lagi satu orang yang
ahli segala hal, ahli bahasa Arab, ahli, kalam, ahli fikih ala ahli nahu balagho dan semuanya
padahal untuk melakukan ijtihad itu diperlukan kemampuan-kemampuan multidisiplin keilmuan
singga bisa memahami sebuah teks dalam Al-Qur'an dan hadis itu secara utuh dari berbagai
perspektif. Maka ketika itu ditutup pintu ijtihad itu tidak diperbolehkan, kita hanya terpaku pada
rujukan pada imam-imam tertentu mazhab-mazhab tertentu, ulama-ulama tertentu, padahal
perkembangan pemikiran itu dengan adanya perkembangan budaya termasuk sosial, polehitik
yang melatarbelakangi terhadap di mana berkembangnya Islam itu terus berkembang hingga saat
ini. Maka jika pintu ijtihad itu ditutup karenanya ada pen kendala teknis oleh para mujatahib
yang tidak ahli dalam segala hal. Itu bisa menimbulkan stagnasi pemikiran Islam. Sementara
pikiran-pikiran yang dihasilkan ulama terdahulu mungkin belum tentu bisa mencukupi terhadap
kebutuhan tantangan zaman yang berada pasca ulama tersebut. Maka kalau ini yang terjadi
ditutup maka bisa menjadikan stuck nasi pikiran-pikiran dan hukum Islam yang harus
diputuskan agar menjadi guidan oleh umat pada zamannya. Maka Ibnu Taimiyah adalah seorang
yang sangat berjasa mendobrak. Kemandekan ijatihad di dalam Islam. Nah, perbedaan pendapat,
ahli fikih dan kalam serta filsafat di atas telah menimbulkan pertentangan yang menyebabkan
perpecahan di antara umat Islam sendiri. Dalam menghadapi pertentangan umat, dalam
memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang juga ini sampai juga perkembangannya di
Indonesia. Maka Muhammadiyah mendirikan majelis yang disebut majelis tarjih. Karena antara
ulama satu dengan ulama lain dalam memahami teks hukum yang sama itu bisa menghasilkan
satu pikiran yang berbeda. Maka majelis tarjih ini sebagai satu bentuk Lembaga untuk membahas
mendiskusikan terhadap pikiran-pikiran, terhadap pemahaman-pemahaman, termasuk
merumuskan pemecahan terhadap masalah yang belum kita dapatkan pada rujukan ulama dahulu
maupun juga pertentangan di antara para ulama. Maka jauh sebelum itu Kiai Dahlan dengan
gigih menyebarluaskan pandangannya mengenai kemerdekaan dan keterbukaan pemikiran di
dalam Islam. Maka demi Muhammadiyah meyakinkan masyarakat bahwa pintu ijtihad itu tidak
pernah tertutup. Nah, persoalannya adalah bagaimana ijtihad itu kok bisa dibuka sementara
syarat-syarat ijtih itu kan harus mengeluasai disiplin ilmu. Terus siapa yang memiliki otoritas
budget? Sebagai seorang mujtahid? Maka di sinilah lahir majelis tarjih ini, yang merupakan
kumpulan dari ulama-ulama dari berbagai disiplin ilmu yng berbeda untuk membicarakan satu
persoalan kemudian diperdebatkan di adu argumentasinya. Singga ijatihad yang dilakukan
Muhammadiyah itu adalah ijatihad jamai. Ah, ijab berjamaah. Karena apa? Kalau ijtihad i
faktanya memang harus tetap dilakukan untuk memecahkan kebutuhan atau stagnasi pikiran
sementara tidak ada satu pun orang yang menguasai segala hal. Ah jika ada pun satu orang, maka
pikiran individu-individu itu sangat ber dengan pikiran-pikiran yang melibatkan orang banyak.
Betul seorang ulama itu memiliki satu otoritas dan gede, disiplin keilmuan tertentu. Tetapi belum
tentu memiliki otoritas disiplin keilmuan yang lain. Maka di sinilah ijatihad jamai itu di sini.
Nah, kalau dikatakan, loh Muhammadiyah itu kan tidak bermazhab, kan gitu biasanya bertanya.
Muhammadiyah itu tidak bermazhab katanya dalam memahami Islam itu langsung kepada
Rasulullah, padahal bagaimana kita akan bisa sampai memahami pikiran Rasulullah. Kalau tanpa
melalui perantaraan para ulama. Jadi, , stigmatisasi yang seperti itu adalah keliru.
Muhammadiyah itu memang tidak menganut satu mazhab tertentu tetapi kita jadikan pikiran-
pikiran ulama yang ada itu tanpa menutup diri hanya pada satu ulama atau mazhab tertentu.
Karena semua pikir-pemikir-pemikir itu mazhab-mazhab itu termasuk ulama-ulama lain itu pada
zamannya mereka memiliki konteks pemikiran yang harus bisa kita jadikan rujukan singga
mereka memiliki kekayaan intelektual, memiliki otoritas keilmuan yang sangat cocok dan pas
sesuai dengan zamannya. Ini semuanya oleh ya, dijadikan rujukan, dijadikan referensi, tetapi kita
tidak menautkan diri pada satu karya pemikiran oleh ulama mazhab tertentu. Tetapi semuanya
mana yang cocok, yang lebih sesuai lebih kuat kan itu, makanya ditarjih. Itu artinya seperti itu.
Kita tidak menautkan diri pada satu ulama, satu mazhab, tetapi kita menjadikan siapa pun ulama
itu selama itu lebih kuat di dibanding ha kitalah akan mengikuti dari pendapat ulama itu. Bukan
berarti kita tidak berguru kepada ulama. Kita sangat takzim dan hormat pada ulama, tetapi ulama
itu sama halnya manusia yang tidak maksum. Itu saja. Sangat berbeda dengan Rasulullah
mereka masih punya peluang kekeliruan memiliki peluang untuk dosa dan salah. Singga dari
pikiran-pikirannya bukan tidak bisa dija jadikan oleh sumber hukum. Tetapi pikiran-pikirannya
adalah sebagai rujukan sebagai referensi sebagai cara kita untuk belajar untuk kita gunakan
sebagai rujukan fancy. Jadi tugas ulama utama di majelis tarjih itu adalah menetapkan hukum
mengenai persoalan-persoalan yang dipertentangkan umat. Dalam mengamalkan ajaran Islam.
Singga dapat dijadikan pedoman umat danhindar dari pertentangan. Maka dalam
perkembangannya, kemudian tarjih ini juga menetapkan hukum mengenai persoalan yang
muncul dalam kidupan modern.
Mahasiswa semuanya yang saya hormati, kemudian imam yang berikutnya yang sangat terkenal
di dalam mazhab mazhab fikih adalah Imam Maliki. Jadi, mazhab Maliki ini lahir dari
sekelompok umat Islam yang ikuti pendapat Imam Malik Ibnu Annas yang hidup antara
sembilan tujuh sampai seratus tujuh sembilan Hijriah. Jadi, Imam Maliki ini berbeda dengan
Hanafi. Di mana Imam Maliki dalam menu menetapkan hukum lebih didasarkan pada ijma. Jadi,
pada kesepakatan. Jadi pada ijmak ini adalah menjadi bagian dasar hukum yang ditetapkan oleh
Imam Hanafi, Imam Maliki, saya maksud jika di dalam Alquran, Alhadis itu tidak diketemukan.
Kemudian yang ketiga, yang sangat di dalam mazhab fikih adalah mazhab Syafi'i. Adalah
mazhab yang besar pengikutnya itu termasuk di Indonesia. Jadi, orang Indonesia rata-rata itu
mengikuti mazhab fikihnya kepada mazhab Syafi'i. Ini diakibatkan dari para pengikutnya yang
mengikuti paham keagamaannya dari hasil nyelidikan hukum yang dihasilkan oleh Ahmad Idris
asy-Syafi'i. Jadi Imam Syafi'i lahir dan hidup itu antara tahun seratus lima puluh Hijriah sampai
dua ratus empat Hijriah. Maka beliau ini sangat luar biasa, seorang ulama yang memiliki
kemampuan di bidang hukum Islam yang luar biasa dan terkenal sebagai Ilmu Ushul Fikih dan
ia juga menyempurnakan metode ijma. Jadi imam-imam ini adalah seorang ulama yang sangat
luar biasa yang banyak memberikan inspirasi dan terobosan-terobosan hukum yang banyak jadi
acuan oleh umat Islam. Yang keempat yang juga sangat terkenal itu adalah mazhab Hambali.
Merupakan satu mazhab fikih yang lahir dari muslim yang mengikuti pendapat dari hasil
penyelidikan Imam Ahmad Ibnu Hambal. Jadi Imam Hambali ini lahir pada lahir dan hidup
tahun seratus enam puluh-empat Hijriah sampai dua empat puluh satu Hijriah. Maka dalam
menetapkan hukum Imam Hambali ini, lebih berpegang pada arti bahasa dari sumber hukum
Islam. Jadi, kajiannya lebih pada kajian bahasa kajian teks-teks hukum yang terdapat di dalam
Alquran dan hadis. Mahasiswa semuanya yang saya hormati, jadi dari imam-imam ini, imam
mazhab empat ini, ini hanyalah yang sangat terkena sampai pada mazhab fikih di Indonesia,
tetapi di luar itu masih banyak pemikir-pemikir lain, mazhab-mazhab, golehongan-golehongan
yang dianggap oleh pengikutnya yang sebetulnya imam sendiri, imam mazhab ini tidak pernah
mendirikan mazhab tidak. Tetapi Ini pengikutnya yang menganggap ini sebagai sebuah aliran.
banyak di luar itu ulama-ulama lain yang juga bisa kita jadikan acuan pikiran-pikirannya untuk
memperkaya dalam memahami itu luar biasanya Islam itu. Tetapi tidak mungkin akan kita bahas
satu per satu dalam pembahasan kuliah yang sangat singkat ini. Tetapi saya ingin mengatakan
bahwa peran ulama-ulama ini sebagai satu tuntunan sebagai panutan yang bisa kita jadikan
sumber referensi. tetapi dalam memahami terhadap pikiran-pikiran ini, bukan berarti ini satu-
satunya. Bukan berarti ini mutlak. Karena di antara imam-imam itu sendiri mengatakan bahwa
mereka jika pikiran-pikirannya itu bertentangan dengan Alquran maka pikirannya harus dibuang,
pikiran. Tetapi Alquran dan Hadis itulah harus dijadikan acuan, karena mereka semuanya adalah
ulama-ulama yang sangat mulia, yang sangat terhormat, yang sangat bisa kita jadikan rujukan,
tetapi perlu kita ingat bahwa imam-imam mazhab dan ulama-ulama itu semuanya sama-sama
manusia yang tidak lepas dari dosa dan salah. Tidak maksum seperti apa yang dikatakan yang
disetigmakan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wasallam sebagai panutan yang Apabila keliru
itu harus kita kalau keliru nabi langsung dikoreksi oleh Allah. Ah ini semuanya adalah bagian
dari pengayaan yang luar biasa dalam pengkajian hukum di dalam Islam.
Mahasiswa semuanya yang saya cintai dan saya banggakan. yang keempat adalah
Muhammadiyah itu sebagai harakatul ilmi. Jadi kalau yang pertama adalah Rakatulus Islam,
yang kedua rokatu tajwid, yang ketiga harakatut dakwah, yang keempat adalah Muhammadiyah
itu sebagai harakatul ihmi, sebagai gerakan ilmu. Perlu sa, saya kedepankan dan saya sampaikan
kepada mahasiswa semuanya Maka dalam misi Muhammadiyah, itu terkenal dengan satu karya
ilmiah dan amal ilmu yang amaliah. Jadi, karya ilmiah dan ilmu yang amaliah, apa artinya?
Dalam konteks inilah bahwa misi gerakan yang di bawah Muhammadiyah itu pasti membawa
misi keilmuan misi, misi bagaimana apa yang dilakukan itu harus mendasarkan pada satu disiplin
keilmuan. Singga gerakannya itu bersifat gerakan il, ilmi gerakan keilmuan. Ah singga dalam
konteks inilah sering saya sebut kemarin sebagai jargonnya, sebagai gerakan ilmu itu, sering
disebut dengan feeding, hiling, dan schoolehing. Itu terkenal dengan itu. Makanya kita di dalam
Muhammadiyah itu di mana pun pasti memiliki lembaga-lembaga pendidikan yang paling
banyak. Jadi amal usahanya Muhammadiyah itu yang paling dominan itu adalah lembaga
pendidikan. Baik itu lembaga pendidikan PAUD, Gustanul Athfal, sampai pendidikan
pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Jadi, karena apa yang dibangun itu adalah gerakan
pencerahan. Bagaimana agar masyarakat itu bisa mengejar ketertinggal Salam. Maka cara untuk
mengejar ketertinggalan itu adalah satu-satunya adalah dengan sumber daya manusia. Dengan
mengedepankan sumber daya manusia, saya kira apa yang dilakukan tuntutlah ilmu walaupun
sampai Negeri Cina. Maka di sini Muhammadiyah dalam membangun misinya itu gerakan
keilmuan, gerakan ilmu itu menjadi satu harokah yang menjadi prinsip-prinsip perjuangan yang
harus dilakukan oleh Muhammadiyah. Karena hanya dengan ilmu inilah kalau kita membuka di
dalam rujukan-rujukan Al-Qur'an dan Hadis, maka kita akan bisa laksanakan satu amal yang
ilmiah. Kita akan bisa melakukan satu zikir yang berkualitas. Jadi dalam ber, berzikir itu
dilandasi dengan pikir supaya zikir kita berkualitas. Tetapi jika zikir kita tidak dilandasi dengan
pikir, maka zikir kita akan tidak berkualitas. Ah, demikian juga ilmu yang tidak amalkan itu
seperti halnya pohon yang tidak berbuah. Maka Ahmad Dahlan, dalam membangun fondasi
dasar keilmuan di Muhammadiyah itu, yang lakukan adalah mendidik mengajar. Dan itu tidak
cukup apa yang diajarkan yang dilakukan dalam pemahaman pendidikan itu harus menjadi
gerakan amal. Jadi ilmu yang amaliah amal yang ilmiah. Landasannya begitu, ilmu yang
amaliah, dan amal yang ilmiah. Singga dengan gerakan keilmuan ini, apa yang dilakukan
Muhammadiyah mampu melintasi zaman, mampu memasuki hidup sampai abad kedua ini
karena apa yang dilakukan Muhammadiyah itu pasti memiliki kajian-kajian yang ilmiah. Dan
apa yang dilakukan dalam Muhammadiyah dalam bentuk amal itu pasti amal yang ilmiah.Dan
ilmu yang dilakukan Muhammadiyah itu pasti ilmu yang amaliah. Inilah yang dimaksud dengan
yang dilakukan dalam Muhammadiyah itu, seperti itu.
Mahasiswa semuanya yang saya hormati dan saya banggakan sebagai sebuah harakah yang
ketiga Muhammadiyah itu adalah harakat dakwah. Jadi Muhammadiyah itu selain hara Islam,
Harakatutajdid. Muhammadiyah itu juga mengemban harakatut dakwah atau gerakan dakwah.
Jadi seluruh aktivitas langkah-langkah program-program yang dilakukan Muhammadiyah itu
pada dasarnya adalah membawa misi dakwah. Untuk syiar Islam, mengembangkan Islam. Jadi
bukan misi-misi yang lain. Seluruh aktivitas yang dilakukan baik dalam amal usaha atau disebut
dengan aum. Yang dilakukan Muhammadiyah itu sepenuhnya membawa misi dakwah. Baik di
dalam pendidikan, di dalam kesatan, masjid, musala, maupun amal-amal usaha. Makanya,
disebutnya seluruh aset-aset Muhammadiyah itu dinamakan aum, amal usaha Muhammadiyah.
Jadi, bukan satu perusahaan atau hal-hal yang bersifat profit tetapi apa yang dilakukan
Muhammadiyah itu bukan merupakan profit. Bukan gerakan profit, bukan profit oriented,
meskipun di dalam mengeloleha amar syaikh itu membutuhkan profit karena untuk
keberlangsungan untuk mengurus karyawan maka itu yang dilakukan Muhammadiyah itu
bukanlah organisasi profit. Tetapi Harakatul Muhammadiyah itu adalah sebagai harakat dakwah.
Semua aktivitas yang dilakukan di dalam amal usaha itu semuanya tidak lepas dengan misi-misi
yang digunakan untuk dakwah. Dakwah melalui pendidikan, dakwah melalui rumah sakit.
Dakwah ekonomi dan dakwah dengan menggunakan berbagai macam kegiatan yang
terdistribusikan di dalam seluruh amal usaha Muhammadiyah. Maka di dalam struktur
kepengurus di dalam Muhammadiyah itu ada satu majelis yang namanya majelis tarjih dan
tablig. Jadi terkait dengan bagaimana strategi dan misi dakwah yang dilakukan Muhammadiyah
itu semuanya adalah membawa misi tablig. Membawa misi dakwah untuk mengembangkan
ajaran Islam. singga tetap sebagai harakatul Islam dengan cara yang dan apa yang dilakukanitu
pada dasarnya sebagai misi dakwah. Maka Muhammadiyah itu sebagai harakat tuh dakwah.
Mahasiswa semuanya yang saya hormati dan saya banggakan. Yang kedua, bahwa
Muhammadiyah itu adalah sebagai harakat tajdid. Apa yang dis, maksud dengan harokat tajdid?
Adalah Gerakan Pembaharuan. Apa yang diperbaharui di dalam gerakan Muhammadiyah? Jadi
yang diperbarui ini bukanlah Islam, karena Islam itu adalah sebagai suatu agama, yang bersifat di
mana kebenarannya bersifat mutlak. Tetapi pemahaman terhadap ajaran Islam itu terkadang itu
tidak sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Maka sebagai sebuah harokah, harokatul
Islam, maka dalam misi pemahamannya, misi gerakan-gerakannya itu selalu mengusung terjepit.
Satu, mengusung satu pembaharuan-pembaruan. Dalam hal ini Pembaruan-pembaroan yang
dilakukan oleh Muhammadiyah itu bukan terkait dengan persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan akidah, bukan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan ibadah, tetapi pembaruan-
pembaruan yang dilakukan oleh Muhammadiyah itu sebagai harakat untuk tajedit adalah terkait
dengan poleha kidupan tentang masalah duniawiah terhadap masalah-masalah muamalah, maka
apa yang dilakukan itu selalu mengikuti perkembangan menyesuaikan dengan perkembangan
situasi dan kondisi mengikuti perkembangan budaya yang ada di sekitar kita. Tetapi tetap
dibingkai dalam kerangka Islam. Contoh, apa yang dilakukan Pemburuan dalam
Muhammadiyah. Pembaruan-peruan yang dilakukan Muhammadiyah adalah terkait dengan
persoalan-persoalan pendidikan. Dalam pertemuan yang lalu, pernah saya lakukan, pernah saya
jelaskan bahwa pembaharuan di bidang pendidikan dilakukan Muhammadiyah pada saat itu
adalah pembaruan dalam pendidikan dengan menggunakan sistem persekolehahan, seperti yang
dilakukan sekolehah-sekolehah pada saat ini. Jadi sistem pendidikan yang dilakukan
Muhammadiyah pada saat itu dengan mengacu sistem persekolehahan seperti yang dilakukan
oleh Barat. Pada saat itu adalah satu langkah yang luar biasa. Dan banyak di paha, tidak
dipahami oleh seseorang, oleh umat pada saat itu. Itu sebagai satu lompatan yang luar biasa pada
saat itu. Meskipun pada zaman sekarang, sistem persekolehan seperti ini kan sudah biasa. Karena
semua orang sudah melakukan hal yang sama. Singga bukan sesuatu yang baru lagi untuk
konteks saat ini. Termasuk juga Pembaruan yang dilakukan dalam membangun satu pemahaman
masyarakat untuk berobat ke rumah sakit ketika sakit. Bukan ke dukun-dukun. Maka
didirikannya rumah sakit. Itu juga satu lompatan sejarah yang luar biasa yang dilakukan gerakan
tajdid Muhammadiyah. Termasuk juga kepelupurannya dalam memperjuangkan untuk
mengalokasikan tempat ibadah di tempat-tempat umum terminal di stasiun di bandara-bandara.
Itu juga bagian dari apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah saat itu. Termasuk juga dalam
dakwah dengan menggunakan organisasi, seperti Muhammadiyah itu. Itu belum lazim dilakukan
oleh umat pada saat itu. Dengan menggunakan sistem organisasi modern seperti yang dilakukan
kebanyakan harokah-harokah pada saat ini, itu belum merupakan satu langkah yang modern.
Belum merupakan langkah dianggap sebagai satu gerakan yang bagus pada zamannya. Inilah
yang dilakukan oleh Muhammadiyah itu maka apa yang dilakukan dalam gerakan Islam-nya
dalam misi-misi keislamannya, dengan misi dakwahnya selalu melakukan tajdid pembaharuan
pembaharuan. Maka sekarang ini dalam konteks pendidikan Muhammadiyah sudah menggagas
dan pilot project-nya adalah di Universitas Muhammadiyah Sukart, Surakarta ingin membangun
online university. Jadi, ke depan apalagi sekarang itu sudah ada kampus merdeka dan merdeka
belajar. ke depan sampai tahun dua ribu dua satu ini sudah dicanangkan itu dalam perkuliahan
itu empat puluh SKS di luar kampus dan dua puluh SKS di luar program studi. Itu harus diikuti
oleh mahasiswa. Dan Muhammadiyah sudah menyiapkan tentang rencana itu bagaimana dalam
agar harakatul Islam ini benar-benar dilakukan pembaharuan pembaruan. Inilah yang dimaksud
dengan misi tajdid yang dibawa oleh Harakatul Islam Muhammadiyah itu adalah pembaruan-
pembaruan dalam halduniawiah. Dan masih banyak lagi saya kira yang dilakukan pembaharuan-
pembaruan yang dilakukan dalam misi dakwah Muhammadiyah.
Mahasiswa semuanya yang saya hormati dan saya banggakan jadi kiprah Kiai Haji Ahmad
Dahlan, dalam mengembangkan misi dakwah dan keumatannya. Itu selalu berangkat pada ah rea
yang ada di masyarakat. Beliau berdakwah itu selalu berangkat dari kondisi obyektif di
masyarakat. Setempat. Ah dan beliau dalam praktis dakwah itu mampu melakukan antisipasi
terhadap perubahan zaman. singga dia bukan hanya berpikir pada kearifan masa lalu, tetapi
juga menjadikan kearifan masa lalu itu sebagai bahan pijakan untuk membaca realitas hari ini
dan membaca kemungkinan yang terjadi pada yang akan datang. Maka ketika saat itu beliau
mendirikan satu pengajian satu pendidikan di masyarakat itu beliau juga melihat realitas pada
saat itu. Karena sekolehah atau pendidikan yang maju pada saat itu itu kan pendidikan yang
berasal dari Barat. dan barat itu kan identik dengan Kristen, bahkan orang melapelnya adalah
kafir. Termasuk sejarah kenapa terjadi identitas antara pakai sarung dan pakai celana? dasi itu
sebetulnya ada sejarahnya yang melekat pada saat itu. Jadi pada saat itu Kiai Haji Ahmad Dahlan
sudah berpikir yang melampaui zamannya. Beliau menyelenggarakan pendidikan pada saat itu
tidak umumnya yang dilakukan oleh pendidikan pada saat itu. Karena dalam pengajiannya beliau
menggunakan bangku, menggunakan meja di ruang kelas, ada papan tulis, ya seperti lembaga
pendidikan saat ini yang terjadi saat ini. Jadi pada saat itu lembaga pendidikan sistem
persekoleham seperti saat ini itu ndak umum. Tidak biasa yang dilakukan orang pada saat itu,
singga banyak dikecap. Seng sampai Kiai Hajah Madalan itu dijuluki sebagai kiai kafir. Pada
suatu saat dia didatangi oleh seorang tokoh dari Magelang yang menghujat habis-habisan
terhadap sistem pengajian atau pendidikan yang Dilakukan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan. Jadi
santrinya pakai pengajiannya, pendidikannya pakai meja pakai bangku, juga tidak pakai sarung,
kan gitu. Dihujat sebagai kiai, kafir kiai palsu. Maka dengan tenang Kiai Haji Ahmad Dahlan
menjawabnya. Panjenengan tadi ke sini dari Magelang ke Yogyakarta itu naik apa? Naik kereta.
Apa ini? Tanya-tanya, ya. Berarti Kan juga kafir itu. Karena kereta itu adalah buatan orang barat.
Yang itu kafir. Ha inilah cara menjawab Kiai Ahmad Dahlan terhadap realitas yang menjadi
perdebatan yang tidak Umumnya pada saat itu. Singga dengan muka yang masam, seorang tokoh
tadi, kembali tidak bisa menjawab apa-apa. Kenapa ini dilakukan dan menjadi perdebatan pada
masyarakat pada saat itu? Karena dari satu hadis yang mengatakan barang siapa yang
menyerupai suatu kaum maka ia bagian dari kaum itu. Karena apa? Pakai celana, pakai dasi,
pakai jas. Pada saat itu adalah dari dari penjajah dan penjajah itu adalah Belanda, Belanda itu ya,
agamanya Kristen. Maka orang yang berpakaian mirip dengan penjajah itu dianggap bagian dari
penjajah itu adalah kafir. Termasuk pendidikan itu juga saat itu Kiai Haji Ahmad Dahlan bukan
hanya mengajarkan materi agama. Tetapi juga mengajarkan materi IPA, matematika termasuk
ilmu falak. Ilmu astronomi. Itu Diajarkan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan. Ah, maka hal-hal
seperti itu dianggap tidak lumrah pada saat itu. Dan banyak cerita-cerita lain termasuk pengajian
Kiai Ahmad Dahlan itu kan mendatangi masyarakat. Tablig. Ah, pada saat itu umumnya
pengajian itu adalah santrilah yang mendatangi kiai, tetapi ini justru Kiai Haji Ahmad Dahlan itu
tablig yang dilakukan itu adalah mendatangi murid-muridnya. Ah, hal seperti ini termasuk umum
pada saatnya. Maka apa yang sudah kita lakukan saat ini pada saat itu dianggap sesuatu yang
sangat tabuh. Maka pikiran Ahmad Dahlan sebetulnya melampaui dan bisa dipahami hanya
orang yang setelah MAN-nya. Tapi sekarang hal-hal seperti ini kan sebagai sesuatu yang biasa.
Pada saat itu sebagai sesuatu yang luar biasa. Karena ndak umum. Inilah salah satu cara
bagaimana mengantisipasi terhadap perubahan itu memang perlu Realitas Yahman dan
antisipatif terhadap perubahan. Mahasiswa semuanya yang saya hormati dan saya banggakan.
Demikianlah kuliah kita hari ini terkait dengan spirit Muhammadiyah yang dibangun oleh Kiai
Haji Mandalan itu pada prinsipnya bukanlah sebagai satu spirit pembacaan terhadap teks yang
bersifat tekstual. Tetapi harus teks itu dilakukan secara kontekstual. Mungkin itu yang bisa saya
lakukan padaKesempatan kali ini ada kurang lebihnya mohon maaf asalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Mahasiswa semuanya yang saya banggakan. Di samping itu, spirit-spirit yang menjadi etos kerja
Kiai Haji Ahmad Dahlan itu sering juga dilabeli beliau itu mendasarkan gerakan Muhammadiyah
itu pada teolehogi al-Ma'un. Tetapi belakangan terungkap bahwa spirit yang dibangun itu bukan
hanya teolehogi al-Ma'un. Tetapi juga ada teolehogi al-Asyr. Karena apa? Kalau di dalam
catatan sejarah Kiai Haji Ahmad Dahlan itu ternyata itu mengajarkan surah Al-Asr, surah Al-
Asri, bahkan itu menjadi nama dari pengajiannya. Beliau miliki pengajian yang namanya
pengajian wal Asri. Beliau mengajarkan surah Al-Asri itu sampai delapan bulan tidak ganti-
ganti. Ah kalau yang sangat melegendakan, mengajarkan Surah al-Ma'un itu sampai diprotes
oleh santrinya. Kenapa kok itu-itu saja yang diajarkan? Ah, itu ternyata al-Ma'un itu hanya beliau
ajarkan selama tiga bulan. Sementara Al-Ashr ini ah beliau ajarkan surat pendek ini sampai
delapan bulan. Ah, jadi tiga bulan delapan, tapi yang melegenda saat ini adalah lebih lekat
dengan al-Ma'un. Kenapa? Kiai Haji Ahmad Dahlan mengajarkan sesuatu berulang-ulang dan
sampai santrinya bosan. Kok tetap itu-itu saja? Yang di diajarkan. Karena Kiai Haji Ahmad
Dahlan itu kita ketahui sebagai monman of action. Jadi pada ngaji praktek. Karena Alquran,
Islam itu sebetulnya bukan hanya sebagai pengetahuan. Alquran, Hadis, dan syariat itu bukanlah
satu pengetahuan, tetapi sebagai satu Jaran yang untuk diamalkan. Singga Kiai Haji Ahmad
Dahlan meskipun sudah paham seperti yang diceritakan di dalam surat al-Ma'un itu ketika ngaji
sampai tiga bulan itu santrinya protes kok tetap itu-itu saja. Mohon materi ganti Kiai. Ah terus
kemudian Kiai apakah kamu sudah bisa, sudah kiai, saya sudah hafal di luar kepala. Apakah
sudah Anda lakukan kyai? Sudah setiap salat itu saya membaca surat itu. Oke, saya tidak akan
pindah materi ngaji ini sebelum Anda semua mempraktikkan, mengamalkan dari surat ini. Maka
sekarang pergilah ke Pasar Beringharjo, pergilah ke alun-alun dan temuilah para fakir miskin
gelandangan, pengemis di sana. Ajaklah ke rumahmu, tidur di rumahmu, berikanlah pakaian
terbaikmu, dan berikan sabun untuk mandi dan berilah makan yang enak. Itu baru kamu sudah
mempraktikkan dari pengajian ini. Sebelum itu bisa Anda lakukan ah, maka saya tidak akan
pindah untuk ngaji dari tema surah al-Ma'un maupun surat Al Asri ini. Inilah saya kira satu
pelajaran yang menarik dari Kiai Haji Ahmad Dahlan, kenapa Muhammadiyah itu lebih
memiliki amal usaha. Lebih banyak memiliki karya amaliah, bukan karya hanya sebatas karya
ilmiah. Karena agama itu adalah praktik. Agama itu bukan teori Agama itu bukan pengetahuan,
tetapi agama itu adalah amal. Buat apa memiliki ilmu yang tinggi kalau tidak diamalkan? Murka
Allah amat besar terhadap apa yang Anda katakan, tetapi Anda bisa mengamalkan. Maka Kiai
Haji Ahmad Dahlan dalam bangunan spiritual sosial yang dilakukan itu selalu mendasarkan pada
santri-santrinya bahwa agama itu adalah praktikagama itu adalah pengamalan, tetapi agama itu
bukan menjadi pengetahuan.
Mahasiswa semuanya yang saya hormati, apa sebetulnya yang menjadi spirit dan Etos kerja yang
dibangun oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan dalam membangun gerakan Muhammadiyah. Maka
beliau diinspirasi dengan satu ayat di dalam Al-Qur'an khususnya surat Ali 'Imran ayat seratus
empat. Jadi, itulah spirit yang dibangun oleh gerakan Muhammadiyah itu Kiai Haji Ahmad
Dahlan ada satu spirit teolehogis yang didasarkan pada Al-Qur'an surat Al-Imran ayat seratus
empat. Dan hendaklah ada segolehongan umat yang menyeru kepada kebaikan dan
menghentikan kemungkaran. Jadi, segolehongan umat ini diterjemahkan atau sebagian umat kan
tentu bukan hanya satu orang, tetapi lebih dari satu orang. Singga dari spirit itulah beliau
mengambil langkah-langkah taktis dan strategis harus melakukan Satu bentuk organisasi. Untuk
dakwah untuk memperjuangkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Itu tidak bisa dilakukan
secara individu. Tetapi harus terlembaga, harus sistematis, terorganisasi ah maka dibentuknya
Muhammadiyah itu tidak lain adalah untuk menyerukan syiar dakwah, menyerukan kepada
kebajikan dan mencegah kepada kemungkaran, dan itu hanya bisa dilakukan dengan organisasi.
Jadi kalau kata Abu Thalib itu kan kebaikan yang tidak terorganisasi dengan baik akan
dikalahkan dengan kejahatan yang terorganisasi dengan baik. Iya spirit ini memang kalau kita
lihat di dalam Alquran ya memang tidak ada. Mendirikanlah Muhammadiyah, mendirikanlah
organisasi untuk tidak ada. Tetapi ini ranahnya adalah di ranah pada Taakuli. Ta, ranahnya ranah
pada persoalan dakwah singga dalam upaya mengorganisir terhadap gerakan atau harokah itu
untuk menyerukan kepada kebajikan dan mencegah kepada kemungkaran itu langkah-langkah
praktis, strategis, dan di sinilah perlunya sebuah organisasi. Maka Kiai Haji Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah itu sebagai sebuah organisasi dalam rangka untuk menyerukan
kebajikandan mencegah kemungkaran.
Mahasiswa semuanya yang saya hormati dan saya banggakan. Selama ini apa yang dilakukan
Mahmud Muhammadiyah itu pada dasarnya sebagai mata rantai yang panjang dari refleksi
historis sosiolehogis ah dari apa yang dibaca terhadap realitas zaman. Ketika berdiri
Muhammadiyah maka dari reflek terhadap realitas masyarakat yang terjadi pada saat itu, maka
Muhammadiyah mengambil langkah untuk melakukan dakwah yang bersifat mencerahkan
singga sekarang itu Muhammadiyah brand image-nya. Itu selalu dilabeli bahwa Muhammadiyah
itu terkait dengan skuling, terkait dengan pendidikan. kesatan dan feeding itu sosial. Ini juga
diakui seperti apa yang ditulis di dalam disertasinya Alwi Shihab. Nah, pada abad kedua ini,
maka Muhammadiyah Klarasikan bukan hanya pada tiga ranah tersebut, tetapi Muhammadiyah
pada abad kedua ini pasca usianya satu abad. Muhammadiyah mendeklarasikan sebagai
satuwiriah sebagai gerakan pencerahan. Artinya Muhammadiyah menjadikan Islam yang
berkemajuan sebagai spirit dan etos yang berpotensi menjadi Peradaban. Tantangannya adalah
hari ini Muhammadiyah berada di tengah-tengah arus putaran globalisasi yang bukan hanya
berada pada tataran praktis tetapi globalisasi dalam sisi teori. Sekaligus praktek. Karena dalam
hidup kesarian kita selalu berada pada situasi yang dinamis baik di bidang transpor komunikasi,
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknolehogi yang begitu dahsyat. Ditopang dengan budaya-
budaya yang terus berkembang. Untuk itulah, maka untuk mengantisipasi terhadap peradaban
yang begitu cepat berubah itulah. Saat ini kita tidak hanya berada dalam local citizen, maka kita
semua saat ini berada pada global citizen. Sebagai warga dunia. sudah barang tentu kita dalam
hidup di era ini harus mampu menghadapi perjumpaan antara local and global citizen ini dalam
pergumulan identitasyang tidak mudah. Maka Muhammadiyah sebagai satu harakat dalam
gerakan dakwahnya selalu berbasis pada realitas yang terjadi di dalam masyarakat.
Mahasiswa semuanya yang saya hormati, untuk memperkaya wawasan kita dalam proses
perkuliahan IKA empat ini, maka kita akan mengacu pada rujukan buku-buku yang saya kira
banyak sekali bukunya tetapi yang paling pokok kita akan merujuk pada buku Al Islam dan Ke-
Muhammadiyah-an untuk perguruan tinggi Muhammadiyah. Jilid empat. Di sana kita akan
dapatkan Tematema dan materi yang berkaitan dengan pokok bahasan kita. Kita juga bisa
merujuk pada buku Abu Mujahid bagian satu yang berjudul Muhammadiyah Gerakan Tajdid di
Indonesia. Ini ada tiga jilid bukunya dengan tema yang berbeda-beda. Tetapi Anda juga bisa
menggunakan berbagai buku-buku lain yang saya kira banyak sekali termasuk di dalam RPS itu
saya sebutkan refe referensinya karena Muhammadiyah sebagai sebuah harakah memiliki
landasan-landasan yang terkait dengan apa itu MKCH keyakinan dan cita-cita hidup. Ada
pedoman hidup Islam Muhammadiyah, ada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan juga
banyak sekali kalau Anda akan membaca buku sejarah tentang Muhammadiyah yang dalam
perkembangannya itu memang sering ada buku yang ditulis Nuhamadiyah bukunya Bin Khan
Nur Rohmat. Ada juga buku yang berjudul Muhammadiyah itu NU. juga banyak sekali buku-
buku lain yang menggambarkan sebuah tokoh ketokohan Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Hasyim
Asy'ari itu sebagai kakak beradik berasal dari guru yang dan silsilahnya ketemu dari silsilah
yang sama. Beliau keduanya adalah keturunan dari Rasulullah, untuk itulah dalam perkuliahan
AIKA ini, kita akan memberikan satu gambar RAN dan ikut memberikan pembelajaran kepada
masyarakat bahwa organisasi yang dianut Muhammadiyah itu bukanlah satu Islam yang sesat
bukanlah suatu organisasi teroris dan juga bukanlah satu perkumpulan yang disebut dengan
Islam fundamentalis, tetapi Muhammadiyah adalah Islam yang moderat, Islam yang toleheran,
bahwa Muhammadiyah itu sebagai sebuah harakah, sebagai suatu movement, sebagai satu
gerakan yang saya sebutkan, harakatul Islam, harakatut dakwah, harakatun ijtimak, harakatul i
dan harokah-harokah yang lain yang berkembang begitu banyak sekali. mungkin itu referensi-
referensi yang bisa kita pelajari dan silakan Anda memperkaya membaca dari buku lain yang
saya kira banyak sekali Ah sekarang dalam bentuk E-book maupun juga buku-buku yang sudah
diterbitkan dan dicetak. Ataupun artikel-artikel yang membahas tentang Muhammadiyah. Kita
berikan kebebasan mahasiswa untuk membaca buku apa pun yangkait dengan mata kuliah kita.
Mahasiswa semuanya yang saya banggakan, bahwa desain perkuliahan kita pada semester ini
hingga selesai di semester genap ini karena masih situasi pandemi belum berakhir kita belum
diperbolehkan untuk melakukan perkuliahan secara luring, maka perkuliahan kita tetap kita
laksanakan dengan daring. Jadi meskipun ada beberapa metode dan ini ya nampaknya sangat
berbeda. lebih enak perkuliahan itu kita lakukan secara louring tetapi karena ada suatu kendala
maka kita laksanakan kuliah masih tetap menggunakan metode daring. Adapun media yang kita
gunakan itu ada beberapa alternatif, ada zoom, ada Google mid. Tetapi saya merekomendasikan
supaya perkuliahan ini begitu memberatkan. saya akan menggunakan voice record seperti yang
saya lakukan pada pergulilan kemarin. Hal ini saya kira lebih mudah. silakan nanti diikuti sesuai
dengan jam dan waktu yang terjadwalkan bisa diputar diulang-ulang dan dipelajari di luar
perkuliahan, tetapi kami sangat mengharapkan setiap kali pertemuan sesuai dengan jadwalnya
semua mahasiswa ikut hadir melalui grup WA yang kita miliki. dengan menggunakan voice
record yang sampaikan. untuk itu dalam kaitan ini semuanya aplikasi yang telah digunakan
dalam siakad, sistem informasi akademik di sana RPS rencana perkuliahan semester, itu sudah
saya upload di sana, dan juga daftar kadiran mahasiswa, waktu kuliah juga bisa langsung
melakukan presensi, mengisi daftar hadir di CA masuk pada website-nya STM Muhammadiyah
Tulungagung. Ambil di fitur apa si akad, nanti masukkan username, username dan password
Anda. Nanti silakan di situ Anda bisa mengisi daftar secara mandiri. dari sinilah maka
perkuliahan ini memang akan sangat menentukan apakah kita nanti kuli ikut kuliah atau tidak itu
ad, ak terdeteksi jejak digital kita di dalam aplikasi Siakat. untuk itu dalam kaitannya ini mohon
benar-benar kadiran itu menjadi salah satu perhatian utama. Jangan sampai kadiran ini kurang
dari delapan puluh persen. Jadi, minimal delapan puluh persen harus ikut hadir karena itu akan
menentukan lulus atau tidak lulus. Ah jadi metik pun nilainya bagus tingkat kadirannya kurang
dari delapan puluh persen itu akan mempengaruhi dan menyulitkan kita untuk membuat satu
keputusan nanti. Ah untuk itu mohon kerja samanya kadiran ini menjadi salah satu poin penting
untuk melakpertimbangan dalam mengambil keputusan kelulusan mahasiswa semuanya.
Mahasiswa semuanya yang saya hormati, kita sudah bisa memahami bahwa ijtihad jamai yang
dilakukan Muhammadiyah itu terlembagakan menjadi satu majelis yang disebut majelis tarjih.
Maka proses penetapan hukum yang dilakukan Muhammadiyah itu pertama-tama adalah dia
menggunakan , rujukan pada Al-Qur'an dan sunah. Jika di situ sudah ada maka itulah yang
diikuti. Maka jika di situ tidak ada, maka disi peran ijtihad itu dilakukan dengan merujuk pada
pendapat-pendapat para ulama yang terdahulu ditimbang-timbang, diteliti, diverifikasi dari
rujukan pendapatan pendapatnya itu menggunakan dalil-dalil yang mana. di sini kita akan
bersinggungan. Terkait dengan peran akal atau rakyu dalam memahami sumber hukum. Namun
Demikian, tidak dapat dijadikan sebagai sumber hukum. Atau akal pikiran itu tidak bisa
dijadikan sumber hukum yang berdiri sendiri. Karena fungsi rakyu atau akal itu hanya untuk
mengungkap pengertian tentang kebenaran yang kandung di dalam Al-Qur'an dan sunah. Maka
penggunaan akal dalam mengungkap kebenaran atau pengertian Al-Qur'an dan sunah itulah yang
dikenal dengan ijati dekat. Maka di kalangan ulama dikenal lima metode ijtihad. Yang pertama,
kias kedua. Yang ketiga yang keempat yang keempat adalah. Di antara kelima metode ijtihad
tersebut maka Muhammadiyah menetapkan qiyas sebagai metode dengan persyaratan tertentu.
Maka syarat penggunaan kias itu ialah, satu, mengenai masalah-masalah yang sudah terjadi.
Kedua, diperlukan untuk pedoman amal. Yang ketiga, termasuk masalah ibadah mahdhah.
Sementara ijek ma. Sebagai kesepakatan mujtahid sesudah wafat rasul, menurut pendapat umum
merupakan dasar penetapan hukum dan harus ditaati. Dalam praktiknya mengenai ijma tersebut.
Muhammadiyah belum pernah menggunakan sebagai satu sumber hukum Sebagai dasar
penetapan hukum. Ijma itu. Karena ijma ulama itu ulama yang, yang mana dan kapan dan
masalahnya itu terkadang kan belum, belum tentu sesuai dengan apa yang menjadi kesepakatan.
Ah, maka itu sesuai dengan apa yang diputuskan di dalam Al-Qur'an dan hadis itu akan diikuti.
Kalau toh tidak menggunakan itu pun kalau sudah ada rujukannya di dalam Al-Qur'an hati kan
jelas. Tetapi terhadap persoalan-persoalan yang muncul ini hah itu terkadang kan belum ada,
ijema itu, ijemak para ulama, ulama yang mana ulama metode pemikiran seperti apa? Ini kan
bermacam-macam kalau kita ijamah lama itu. Maka Muhammadiyah demikian yang demikian
itu membuat Muhammadiyah dikenal sebagai tidak bermazhab. Karena tidak ada ulama mazhab
secara khusus dijadikan panutan. Dalam bidang kalam dan filsafat Muhammadiyah dikatakan
lebih dekat pada ahli sunah waljamaah. Ah, ini. Jadi sama sebetulnya. Pikiran-pikiran yang
dibangun sebenarnya lebih dekat dengan ahli sunah waljamaah, tetapi dia tidak mengikatkan diri
pada ulama pada mazhab tertentu. Karena semua ulama itu memiliki kelebihan masing-masing.
Yang sangat kita hormati, yang sangat kita junjung tinggi ajaran-ajarannya untuk kita jadikan
sebagai referensi untuk menjadi kita sebagai seorang yang jauh dari Rasulullah banyak belajar
kepada beliau-beliau para ulama yang telah mendahului kita. Jadi, intinya Muhammadiyah itu
dalam proses menetapkan hukum, memahami hukum Islam, tidak bisa lepas dari ulama terdahulu
dan juga tidak bisa lepas dari ijtihad. singga karena ijma kias itu adalah produk ijatih maka
harus selalu ada ijtihad dalam ijtih yang dilakukan, bukan berarti hasil ijab ulama itu sebagai
sesuatu yang final, maka dalam perkembangan selanjutnya harus ada ija pihak dalam hasil ijab
ihak, kan gitu, jadi terus menerus karena ikiran manusia itu berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Maka di sinilah perlunya kita memahami poleha pikir dalam
keberagamaan bahwa pikiran-pikiran yang dibangun menggunakan rak you itu bukanlah sumber
hukum, tetapi pemahaman yang digunakan sebagai alat tetapi itu bukan hasil atau yang bersifat
final. Yang harus kita tutup di luar itu tidak boleh, maka harus mengikut pada satu itu. Itu
sebagai proses untuk memahami benar sesuai dengan zamannya mungkin tidak sesuai dengan
saat ini atau bahkan masih tetap sesuai. Itu yang harus terus di-update. Istilahnya di komputer itu
harus di-upgrade. Terus menerus. Wong pikiran itu perkembangannya tidak di, bisa dibatasi oleh
ruang dan waktu. Demikian mahasiswa semuanya yang saya cintai dan saya banggakan,
mungkin demi bisa kita akhiri, , perkuliahan kita pada kesempatan kali ini ada kurang lebihnya
mohon maafMari kita tutup dengan bacaan alhamdulillah. Alhamdulillahi rabbil alamin.
Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Model pemikiran yang dibangun oleh tasawuf ini sebetulnya sebagai satu bentuk akumulasi dari
kekecewaan terhadap gagalnya pikiran filsafat yang mengagumkan akal, tetapi tidak mampu
membawa seseorang pada kepuasan spiritual. singga dari situ kita bisa memahami di dalam
Islam sendiri itu sesungguhnya kan kita harus ada satu keseimbangan. Harus ada equalibrium
antara duniawi dan ukhrawi. Kerjalah untuk urusan duniamu seakan-akan Anda akan hidup
selama-lamanya dan kerjalah untuk kepentingan akhiratmu seakan-akan Anda akan mati besok
pagi. Dari ha, Hadis ini sesungguhnya memberikan satu pemahaman kepada kita, kita tidak boleh
meninggalkan duniawi tetapi dunia Itu harus dicari secara bersama-sama untuk meraih kidupan
di akhirat. Demikian juga sebaliknya, tidak diperkenankan, hidup ini mementingkan kepentingan
ukhrawi dengan meninggalkan dua ne, duniawi, tetapi bagaimana akal duniawi dan ukhrawi itu
bisa dicari secara bersama-sama. Nah, orang tasawuf, orang sufi itu lebih cenderung banyak
mengacu pada peng, pengalienasian, untuk melarikan diri kepada spiritualitas tetapi dia
meninggalkan segala macam hal-hal yang terkait dengan duniawi. Nah, dalam konteks inilah
posisi Muhammadiyah tidak bertasawuf. Jika tasawuf itu di A, dipahami sebuah akhlak, sebuah
karakter, sebagai sebuah sikap, maka itulah sufi yang di Muhammad dianut Muhammadiyah itu
lebih pada sufi akhlaki, karena akhlak yang sesuai dengan rujukan Alquran dan hadis itu menjadi
satu cita-cita dari kidupan setiap Islam. Karena di dalam perkembangannya, tasawuf itu bukan
hanya berhenti pada satu aliran tasawuf saja, tetapi sudah masuk dan berkembang pada satu
thariqoh-t tertentu di mana di dalam tariqah-tarikah tersebut terkadang ada yang menyimpang
dari tuntunan yang diajarkan oleh Islam. Kalau tasawuf dalam pengertian akhlaku untuk
membangun satu karakter yang dimiliki oleh seorang sebagai satu bentuk cerminan hasil
penyerapan terhadap energi ilahiah di dalam salat itu melalui nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai
keindahan dan nilai-nilai kebenaran, terinternalisasi dalam diri sanubari ki akhirnya
memproduksi satu sikap karakter yang disebut akhlakul karimah. Di situlah posisi
Muhammadiyah dalam bertasawuf adalah sufi akhlaku yang menjadi karakter dan wajib dimiliki
oleh seseorang sebagai hasil penerimaan dari penyerapanEnergi ilahiahnya.
Nah spirit yang dibangun Kiai Haji Ahmad Dahlan, ketika berdirinya Muhammadiyah ini tentu
tidak bisa lepas dari realitas yang dialami oleh masyarakatnya. Maka ketika pada saat itu Kiai
Haji Ahmad Dahlan, melihat kondisi obyektif di masyarakat pada umumnya ketika masyarakat
sedang mengalami kemiskinan maka jawabannya Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah bukan hanya
beretorika, tetapi beliau menjawabnya dengan mendirikan panti-panti asuhan, panti panti jompo,
dan juga lembaga-lembaga sosial yang bisa secara praktis mengentaskan terhadap kemiskinan.
Ketika realitas pada saat itu pada masa pra kemerdekaan, masa penjajahan, kondisi masyarakat
dilanda dengan keterbelakangan dan kebodohan Kiai Haji Ahmad Dahlan dalam dakwahnya
bukan menghujat atau menstigma terhadap kebodohan dan keterbelakangan masyarakat. Maka
jawabannya secara konkret beliau mendirikan sekolehah-sekolehah. Demikian juga ketika
melihat realitas empirig di masyarakat bahwa masyarakat yang mengalami sakit pada saat itu
pergi ke dukun-dukun maka Kiai Haji Ahmad Dahlan dalam bukan melakukan stigmatisasi
dengan tindakan-tindakan yang menghujat atau menghakimi masyarakat yang pergi ke dukun-
dukun itu dengan label yang syirik dan takhair. Tetapi dia menjawabnya dengan mendirikan
PKO, penolehong kesejahteraan umum yang itu sekarang menjadi rumah sakit. Inilah yang
dilakukan bahwa hadirnya Muhammadiyah yang dibangun Haji Ahmad Dahlan pada dasarnya
merupakan satu jawaban atas problem yang dialami umat saat itu. Singga melintas zaman sampai
di abad kedua ini Muhammadiyah tetap bisa eksisMuhammadiyah itu basis gerakannya lebih
merupakan pada jawaban atas problematika umat yang dirasakan dalam kidupan sari-hari.
null singga dalam perspektif ini a misi Harakatul Ijtima itu selalu memiliki satu tradisi yang
mengakar dalam Muhammadiyah. Maka ketika terjadi bencana biasanya Muhammadiyah itu
berada di garda depan dalam upaya memberikan bantuan sosial dalam segala aspeknya. Inilah
yang dimaksud dengan harakatul ijtima atau gerakan sosial yang dibangun Muhammadiyah.
Demikian kira-kira yang bisa saya sampaikan pada perkuliahan kali ini dengan harakatul
Muhammadiyah Muhammadiyah sebagai harokah, sebagai movement, maka Muhammadiyah itu
memiliki lima gerakan yang dibangun di dalam misinya. Mungkin itu yang bisa saya sampaikan
pada pergulihan kali ini. Silakan ada pertanyaan-pertanyaan yang belum jelas disampaikan lewat
chat di WA grup, jangan lupa mengisi daftar hadir manual yang nanti akan saya isikan di dalam
presensi daftar hadir menggunakan aplikasi Siaga kurang lebihnya mohon maaf,Kita tutup
dengan bacaan hamdalah. Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai