Disusun oleh:
Muthmainnah
220701501044
Kelas H
Di Indonesia sendiri, psikologi mulai berkembang pada tahun 1952. Psikologi Indonesia
diciptakan oleh Slamet Imam Santoso, Guru Besar Psikiatri Universitas Indonesia. Tahun
itu, Slamet Imam Santoso diangkat sebagai Ketua Departemen Psikologi Universitas
Indonesia, Departemen Psikologi pertama di Indonesia. Lulusan pertama Fakultas
Psikologi adalah Fuad Hassan pada tahun 1958. Pada tahun 1960, Fakultas Psikologi
difungsikan sebagai satu fakultas dan dekan pertama adalah Slamet Imam Santoso,
kemudian digantikan oleh Fuad Hassan. Pada tahun 1961, Fakultas Psikologi Universitas
Padjadjaran Bandung didirikan oleh anggota TNI yang juga dikirim ke Belanda dan
Jerman untuk belajar psikologi kemudian diterjunkan ke TNI Angkatan Darat dan
Angkatan Udara. Universitas ketiga yang mengkhususkan diri dalam psikologi adalah
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Awalnya, bagian psikologi berada di Fakultas Ilmu
Pendidikan. Pada tahun 1964, Fakultas Ilmu Pendidikan difungsikan sebagai institut
tersendiri, namun Jurusan Psikologi tetap berada di bawah Universitas Gajah Mada dan
kemudian difungsikan sebagai fakultas. Universitas keempat adalah Universitas
Airlangga, Surabaya. Di universitas ini, psikologi awalnya berafiliasi dengan Fakultas
Ilmu Sosial. Namun pada tahun 1992 menjadi Fakultas Psikologi, dan sebagian besar staf
lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Setelah itu, semakin banyak didirikan
institut dan fakultas psikologi hingga saat ini.
Di bidang psikologi, Indonesia setidaknya memiliki dua lulusan tingkat nasional yang
mengajukan pemikiran sejarah bagi perkembangan psikologi. Kedua tokoh ini dianggap
sebagai tonggak perkembangan psikologi di Indonesia. Yang pertama adalah Slamet
Iman Santoso (1907-2004) yang kebetulan adalah pendiri psikoedukasi di Indonesia
(mantan Dekan Departemen Psikologi Universitas Indonesia, Dekan Pendidikan dan
Pedagogi Universitas Indonesia/FKIP). ..Universitas Indonesia). Dia dikenal di luar
negeri sebagai psikiater (Kline, 1963). Sebagai pendiri psikoedukasi di Indonesia,
setidaknya dia adalah penulis beberapa buku. Banyak dari karyanya yang merupakan
rangkuman pemikirannya dan telah dimuat di surat kabar atau dipresentasikan di seminar
(Santoso, 1979; Santoso, 1985). Bagian penting dari cerita ini adalah bahwa sebagai
lulusan sekolah dasar yang berbicara bahasa Belanda, Jerman, Inggris dan Perancis, dia
dianggap "lebih terhubung dengan Belanda daripada dengan kami" (Santoso, 1994).
Dapat dimengerti bahwa Belanda memperlakukan orang Indonesia dengan tidak adil
dalam hal pendidikan, dan akan mengejutkan jika mereka bisa menandingi Belanda.
Kemudian, ketika psikoedukasi lahir di Indonesia menjadi perhatian sosial.
Kebutuhannya jelas.
Karya Santoso menekankan perlunya kesiapan pendidikan dan menjelaskan secara cukup
rinci perlunya alat tulis dalam pembentukan karakter (Santoso, 1979). Banyak dari
tulisannya kemudian mempengaruhi pengajaran di kelas dengan cara yang halus. Santoso
juga mencatat penggunaan psikologi sebagai ilmu terapan, dalam hal ini seleksi militer
(dahulu TNI/ABRI). Dalam bidang psikoedukasi dan pendidikan, Santoso menunjukkan
pentingnya psikologi, landasan non-psikologis dari filologi, sosiologi, statistika, dan
filsafat. Santoso menulis dalam sebuah artikel di American Journal of Psychiatry (1959)
bahwa ada beberapa faktor munculnya psikologi di Indonesia. Terutama situasi di
Indonesia yang kekurangan tenaga medis/psikiatri, perbedaan budaya dan pengaruh sosial
(politik dunia). ). Kondisi). Indonesia), urusan keluarga, urusan agama (konservatif dan
reformis), pendidikan, reformasi pemikiran (pemikiran Barat dan tradisional berdasarkan
dokumen). Sejak awal orde baru, Santoso tak henti-hentinya bicara soal karakter. Lima
kualitas pribadi yang memungkinkan seseorang untuk menjadi bagian dari masyarakat
yang ideal:
cerdas, cakap, jujur, disiplin, sadar akan kemampuan, keterbatasan dan harga dirinya.
Sumber daya manusia, budaya, sistem sosial dan motivasi individu, agama dan
lingkungan.
Ia juga menulis sejarah psikologi pendidikan. Salah satu bagian yang terkadang penting
baginya adalah kurikulum psikologi. Dia menyimpulkan bahwa antara tahun 1953 dan
2002, antropologi, biologi, bahasa Inggris, filsafat, fisiologi, sosiologi, dan statistik serta
metode penelitian adalah mata pelajaran yang mendukung pengajaran psikologi. Ada juga
mata pelajaran wajib nasional seperti Kewirausahaan, Pancasila dan mata pelajaran dasar
seni liberal termasuk agama. Catatan lain menunjukkan bahwa ia mengusulkan konsep
psikologi konvensional pada konferensi Social Psychology Association tahun 1999.
Gagasan itu kemudian muncul sebagai mata kuliah psikologi konvensional di Jurusan
Psikologi YAI, Universitas Persia Indonesia pada tahun 2009.
Untuk menjadi Psikolog Klinis, Anda harus melanjutkan studi di tingkat Magister
– tepatnya, Magister Profesi. Setelah menyelesaikan spesifikasi mata kuliah psikologi
klinis, calon psikolog wajib mengikuti sidang profesi Himpunan Psikologi Indonesia
(HIMPSI). Beberapa Psikolog Klinis bekerja di lingkungan medis. Jadi, apa bedanya
menggunakan Psikiater? Pendekatan dan landasan keilmuan Psikologi Klinis adalah
pada perilaku manusia. Psikolog Klinis juga tidak diperkenankan memberikan
pelayanan penggunaan narkoba karena kewenangan tersebut dimiliki oleh Psikiater
yang memiliki latar belakang keilmuan Kedokteran.
c. Psikologi Perkembangan
Perkembangan mental kita dari masa kanak-kanak hingga usia tua mengalami
tahapan proses yang menarik. Setiap tahap dipelajari secara ilmiah dalam Psikologi
Perkembangan. Jadi di bidang Psikologi kita belajar tentang perkembangan remaja,
pendidikan anak, dan sebagainya.
d. Psikologi Pendidikan
Hampir sama dengan Psikologi Perkembangan, Psikologi Pendidikan juga
mengkaji kapasitas mental pada usia tertentu. Bedanya, Psikologi Pendidikan
lebih fokus pada pendekatan dan metode pendidikan yang sinkron dengan usia
dan populasi tertentu. Misalnya, keadaan, kebutuhan, dan tujuan pembelajaran
siswa SMP di perkotaan tidak sinkron dengan di daerah tertinggal, terdepan, dan
terluar. Rancangan pelatihan karyawan juga memerlukan pendekatan yang
berbeda dari latar pendidikan formal. Demikian pula, perlu dipahami kesenjangan
pembelajaran antara anak berbakat dan anak berkebutuhan khusus.
e. Psikologi Industri dan Organisasi
Psikologi yang satu ini lebih berkaitan dengan Manajemen Sumber Daya
Manusia atau HRD di dunia kerja. Psikologi Industri dan Organisasi merupakan
bidang studi yang tepat untuk menangani konflik internal perusahaan, hubungan
antar departemen, komunikasi tim kerja, hubungan atasan dan bawahan, dan
sejenisnya. Fokus Psikologi Industri dan Organisasi berarti menjaga hubungan dan
kondisi psikologis setiap orang di perusahaan dalam kondisi prima sehingga
produktivitas kerja mereka menjadi aporisme. Sistem penyaringan dan perekrutan
calon karyawan juga dipelajari di sini.
f. Psikologi Sosial
Sebagai penekanan pada Psikologi berarti makhluk sosial. Maka tidak aneh
jika Anda mengharapkan Psikologi Sosial sebagai bidang penilaian proses mental
individu dalam menghadapi kelompok atau individu lain. Bidang studi Psikologi
Sosial mencakup resolusi pertarungan, psikologi massa, dan masih banyak lagi.
Pernahkah Anda melihat demonstrasi massa damai berubah menjadi kerusuhan?
Analisis Psikologi Sosial dapat menjelaskan fenomena ini. Padahal, Psikologi
Sosial bermanfaat untuk mengorganisir massa dan mencegah kerusuhan.
Review
Meinarno, Eko A., Indrasari, Octaviani. (2021) Memulai Pemahaman Sejarah Psikologi di
Indonesia. Buletin KPIN. 7(24)