PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Wahyu Frastiyo
NIM: 1903806131001
2023
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
DAFTAR TABEL....................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................5
DAFTAR GRAFIK..................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
Pelaku usaha makanan dan minuman juga banyak kita jumpai di Jawa
Timur, salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa. Kepala Dinas Koperasi dan
UMKM Jawa Timur Andromeda Qomariah menjelaskan, total UMKM di
Jawa Timur sebanyak 9,78 juta dan lebih dari 50% UMKM telah go digital.
Yakni mereka bekerja sama dengan beberapa e-commerce yang ada, seperti
contoh Lazada (Jawa Pos, 2022). Besarnya jumlah tersebut menunjukkan
3
Dari beberapa kota di Jawa Timur, Jember merupakan salah satu kota yang
memiliki usaha di bidang makanan dan minuman yang beraneka macam. Bisa
kita jumpai baik di desa terlebih di kota banyak sekali rumah makan dan
pedagang kaki lima yang turut meramaikan jalanan kota. Beragam pula jenis
makanan yang mereka sajikan, baik makanan pokok maupun makanan siap
saji. Banyaknya usaha makanan yang dibuka saat ini menimbulkan persaingan
4
yang sangat ketat, oleh sebab itu pelaku usaha diharapkan bisa melakukan
inovasi tanpa henti. Sehingga sesuai dengan selera para konsumen dan trend
zaman. Ciri makanan yang digemari pelanggan saat ini adalah menu makanan
dengan citarasa pedas, gurih dan manis (Ultraindonesia, 2021).
Salah satu menu makanan di Jember yang kerap ramai dengan pelanggan
adalah gerai Mie Gacoan, Sumbersari. Mie Gacoan adalah gerai yang
menyajikan menu mie pedas berlevel-level. Hal ini sangat sesuai dengan
selera konsumen. Mie Gacoan sendiri pertama kali berdiri pada tahun 200000
tepatnya di kota Malang.
Hal ini mendapat respon positif dari konsumen, yang mana tingkat
konsumsi mie di Jember selalu mengalami kenaikan. Banyak dijumpai olahan
makanan yang berbahan dasar mie di Jember seperti mie ayam, mie pangsit,
cwie mie dan kwetiau.
Berdasarkan grafik di atas dapat kita lihat banyaknya konsumen mie dalam
setiap minggunya. Selama masa pandemi Covid-19 laju pertumbuhan
konsumen mie mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh terbatasnya
mobilitas masyarakat. Namun kembali mengalami kenaikan saat kondisi mulai
membaik yakni di tahun 2021, dan naik pesat di tahun 2022 saat semua
aktifitas sudah kembali normal seperti sebelum pandemi Covid-19.
5
Mie Teror Jln. Sunan Bonang No. 18, Talangsari, Kec. Kaliwates
Mie Sakera Jln. Danau Toba No. 12-10, Tegal Gede, Kec. Sumbersari
Mie Mertua Jln. Sunan Giri No. 19, Telengsah, Kec. Kaliwates
Daftar di atas adalah beberapa gerai mie pedas yang banyak diminati
konsumen. Meski dengan bahan dasar yang sama, setiap gerai mie memiliki
ciri khas mereka tersendiri, baik dari segi menu, pelayanan, fasilitas,
kebersihan dan kenyamanan.
Mie Gacoan di Jember buka pertama kali pada bulan februari 2018 yang
bertempat di Jl. Sumatra No. 88, kec. Sumbersari, Jember. Mie Gacoan buka
mulai pukul 10.00-22.00 WIB. Meski Mie Gacoan bukan usaha olahan mie
pedas yang pertama kali ada di Jember, namun Mie Gacoan dapat bersaing
dalam dunia kuliner dan cukup mendapat tempat di hati konsumennya. Mie
Gacoan tidak hanya menyediakan olahan mie saja, tetapi dilengkapi dengan
pelengkapnya seperti dimsum, siomay dan aneka minuman lainnya.
6
Bersadarkan tabel diatas adalah menu yang disajikan oleh Mie Gacoan
disertai dengan harga yang terjangkau. Selain itu pelanggan juga dimanjakan
dengan cita rasa makanan yang memuaskan. Harga yang dibandrol Mie
Gacoan sudah mampu memberikan kualitas rasa pedas yang khas serta tekstur
mie yang lebih kecil, toping pangsit full daging ayam dan rasa bumbu yang
meresap pas dilidah konsumen yang sudah banyak diketahui sehingga
membuat para konsumen memutuskan untuk membeli produk di Mie Gacoan.
Selain itu konsumen yang membeli mie dapat menentukan sendiri takaran
pedas dengan memilih level yang telah tersedia.
7
Menurut Kotler dan Armstrong (2014) harga yaitu sejumlah uang yang
dibebankan atas suatu barang atau jasa atau jumlah dari nilai uang yang
ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan
produk atau jasa tersebut. Penetapan harga dalam suatu produk dilihat dari
standar kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan
harus menentukan harga sesuai dengan daya beli konsumen dan kualitas
makanan yang disajikan.
Mie Gacoan sejak grand opening hingga saat ini selalu ramai oleh
pelanggannya. Hal ini dapat kita lihat dari panjangnya antrean pelanggan Mie
Gacoan, yang bahkan antrean tersebut mencapai ke area parkir di luar gerai.
Meski demikian hal itu tidak mengurangi minat para pelanggan untuk tetap
membeli Mie Gacoan. Selain antrean panjang dari pelanggan yang hendak
makan di tempat, banyak pula antrean dari pelanggan yang memesan melalui
aplikasi online food yang sudah bekerjasama dengan Mie Gacoan.
9
10
2. Product-based Approach, pendekataan ini menganggap kualitas sebagai
karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur.
11
11
yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang atau
hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu
dimaksudkan. Beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas produk merupakan kemampuan suatu produk dalam memenuhi
keinginan pelanggan. Keinginan pelanggan tersebut diantaranya keawetan
produk, keandalan produk, kemudahan pemakaian serta atribut bernilai
lainnya.
Menurut Kotler dan Armstrong (2014) kualitas produk (product quality)
adalah salah satu sarana positioning utama pemasar. Kualitas mempunyai
dampak langsung pada kinerja produk atau jasa. Oleh karena itu, kualitas erat
hubungannya dengan nilai dan kepuasan pelanggan. Dalam arti sempit,
kualitas dapat didefinisikan sebagai bebas dari kerusakan. Sementara itu
menurut Purba (2019) apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan
kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja
yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual
perusahaan tersebut dengan produk pesaing.
Kualitas produk merupakan salah satu nilai utama yang sangat
diharapkan oleh konsumen dari pihak produsen untuk menciptakan kualitas
produk atau jasa yang memiliki nilai tinggi atau baik. Kualitas produk yang
tinggi atau baik dapat memberikan sesuatu yang dapat memuaskan konsumen.
Kualitas produk adalah hal penting yang harus di terapkan oleh setiap
perusahaan jika ingin bersaing dengan perusahaan lainnya untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.1.4 Pelayanan
Pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh
imbalan (uang) atau jasa. Menurut AS. Moenir (2015) pelayanan adalah proses
pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung. Menurut Agus
Sulastiyono (2016) Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik, kebutuhan
sosial, dan kebutuhan psikologis. Endar Sugiarto menyatakan bahwa pelayanan
adalah tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain
(konsumen, pelanggan, tamu, klien, pasien, penumpang dan lain-lain) yang
14
tingkat kepuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani atau
dilayani. Perilaku pelayanan karyawan adalah tindakan individu (karyawan)
untuk memenuhi kebutuhan orang lain (tamu atau konsumen). Pelayanan yang
optimal akan memberikan kepuasan kepada orang lain. Patokan pelayanan yang
baik melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan tamu. Penilaian kualitas
layanan ditentukan oleh tamu sebagai pengguna layanan.
Menurut Kotler (2014), pengertian pelayanan yaitu setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain pada dasarnya
tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Menurut Fandy
Tjiptono (2015) pelayanan (service) bisa dipandang sebagai sebuah sistem yang
terdiri atas dua komponen utama, yakni service operations yang kerap kali tidak
tampak atau tidak diketahui keberadaannya oleh pelanggan (back office atau
backstage) dan service delivery yang biasanya tampak (visible) atau diketahui
pelanggan (sering disebut pula front office atau frontstage).
Dari definisi di atas, dapat dilihat bahwa dalam pelayanan selalu ada aspek
interaksi antara konsumen dan produsen, meskipun pihak-pihak yang terlibat
tidak selalu sadar. Layanan bukanlah suatu barang, tetapi proses atau aktivitas
yang tidak berwujud.
2.1.5 Kualitas Pelayanan
Menurut Fandy Tjiptono (2015) mendefinisikan kualitas pelayanan atau
kualitas jasa sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan
mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Sedangkan menurut Parasuraman
dalam Arni Purwani dan Rahma Wahdiniwaty (2017) menyebutkan bahwa
kualitas pelayanan adalah perbandingan antara layanan yang dirasakan
(persepsi) pelanggan dengan Kualitas pelayanan yang diharapkan pelanggan.
Menurut Leon G Schiffman (2015) menyatakan bahwa lebih sulit bagi
konsumen untuk mengevaluasi Kualitas pelayanan daripada kualitas produk,
karena karakteristik pelayanan yang khas: mereka tidak berwujud, mereka
berupa variabel, mereka mudah rusak karena harus mempertahankan reputasi,
dan mereka secara bersamaan diproduksi dan dikonsumsi.
Menurut Kotler dalam Etta Mamang Sangadji (2013) menyatakan bahwa
kualitas pelayanan atau jasa merupakan kondisi dinamis yang berhubungan
15
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan. Sedangkan menurut Atep Adya Brata (2014) menyatakan
bahwa berbicara mengenai kualitas pelayanan, ukuran nya bukan hanya
ditentukan oleh pihak yang melayani saja tetapi lebih banyak ditentukan oleh
pihak yang dilayani, karena mereka lah yang menikmati layanan sehingga
dapat mengukur kualitas pelayanan berdasarkan harapan-harapan mereka
dalam memenuhi kepuasan nya.
Dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah perbandingan
layanan jasa yang berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses yang
diberikan oleh produsen untuk memenuhi harapan konsumen.
Menurut Garvin dalam Fandy Tjiptono (2015) menyatakan bahwa
setidaknya ada lima perspektif kualitas yang berkembang saat ini:
transcendental approach, product-based approach, user based approach,
manufacturing-based approach, dan value based approach.
1. Transcendental Approach
Dalam perspektif ini, kualitas dipandang sebagai innate excellence, yaitu
sesuatu yang secara intuitif bisa dipahami, namun nyaris tidak mungkin
dikomunikasikan, contohnya kecantikan atau cinta. Perspektif ini
menegaskan bahwa orang hanya bisa belajar memahami kualitas melalui
pengalaman didapatkan dari esposur berulang kali (repated exposure).
Misalkan produk atau jasa seni musik, drama, lukis, tari dan rupa.
2. Product based approach
Perspektif ini mengasumsikan bahwa kualitas merupakan karakteristik,
komponen atau atribut obyektif yang dapat dikuantitatifkan dan dapat
diukur. Misalkan produk laptop yang memiliki spesifikasi mikro prosesor,
kapasitas memori, RAM, fitur tambahan (Wifi, web cam), harga, ukuran
dan berat yang berbeda-beda.
3. User based approach
Perspektif ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada
orang yang menilainya (eyes of the beholder), sehingga produk yang
paling memuaskan preferensi seseorang (maximum satisfaction)
16
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa harga yang adil adalah harga yang
setara. Artinya harga itu harus senilai dengan barang yang diperjual belikan
dan alat ukur yang diberikan harus seharga dengan barang yang dibeli,
kemudian dilanjutkan dengan serah terima yang sah dan disertai saling ridho
meridhoi, maka terjadilah keadilan harga. Ibnu Taimiyah selalu merujuk pada
Al-qur’an sebagai sumber hukum utama dalam menetapkan harga. Adapun
ayat yang menjadi rujukan Ibnu Taimiyah dalam menetapkan harga adalah
surat An-nisa’ ayat 29.
اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل َ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج
ٍ ارةً ع َْن ت ََر
hal ini, perusahaan harus menentukan harga sesuai dengan daya beli
konsumen dan kualitas makanan yang disajikan.
Setiap konsumen pasti memiliki sejumlah harapan (expectation).
Pengaruh kualitas produk, kualitas pelayanan, dan harga diharapkan dapat
meningkatkan kepuasan konsumen dan mempertahankan loyalitas konsumen
terhadap produk atau jasa yang digunakan. Kepuasan dan loyalitas konsumen
terhadap produk atau jasa dapat dilihat dari kebiasaan konsumen dalam
melakukan pembelian secara berulang. Perusahan perlu mengamati kepuasan
dan loyalitas konsumen untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen,
serta tercapainya tujuan dari perusahaan.
Harga merupakan salah satu variabel dari pemasaran atau penjualan.
Islam memberikan kebebasan dalam harga yang artinya segala bentuk konsep
harga yang terjadi dalam transaksi jual beli diperbolehkan dalam ajaran islam
selama tidak ada dalil yang melarangnya, dan selama harga tersebut terjadi
atas dasar keadilan dan suka sama suka antara penjual dan pembeli. Harga
menjadi sesuatu yang sangat penting, artinya bila harga suatu barang terlalu
mahal dapat mengakibatkan barang menjadi kurang laku, dan sebaliknya bila
menjual terlalu murah, keuntungan yang didapat menjadi berkurang.
Penetapan harga yang dilakukan penjual atau pedagang akan mempengaruhi
pendpatan atau penjualan yang akan diperoleh atau bahkan kerugian yang
akan diperoleh jika keputusan dalam menetapkan harga jual tidak
dipertimbangkan dengan tepat sasaran. Menurut Soemarsono (2016) Dalam
menetapkan harga jual dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:
1. Penetapan harga jual oleh pasar yang artinya penjual tidak dapat
mengontrol harga yang dilempar dipasaran. Harga ditentukan oleh
mekanisme penawaran dan permintaan dalam keadaan seperti ini penjual
tidak dapat menetapkan harga jual yang diinginkan.
2. Penetapan harga jual yang dilakukan oleh pemerintah, artinya pemerintah
berwenang menetapkan harga barang dan jasa terutama menyangkut
masyarakat umum. Perusahaan tidak dapat menetapkan harga jual barang
sesuai kehendaknya.
19
Loyalitas dalam arti secara harfiah berarti setia, atau dapat dikatakan
sebagai suatu kesetiaan. Kesetiaan ini pun timbul tanpa adanya paksaan
melaikan timbul karena kesadaran diri akan masa lalu. Konsep loyalitas
konsumen atau pelanggan lebih menekankan kepada perilaku pembeliannya,
pembentukan sikap dan pola perilaku seorang pelanggan terhadap pembelian
dan penggunaan produk merupakan hasil dari pengalaman sebelumnya.
Loyalitas dapat diartikan dengan kesetian.
2.1.8 Pelanggan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelanggan memiliki arti
membeli atau menggunakan barang secara tetap.
Menurut Greenberg (2016), pelanggan atau customer adalah individu
atau kelompok yang terbiasa membeli sebuah produk atau jasa berdasarkan
keputusan mereka atas pertimbangan manfaat maupun harga yang kemudian
melakukan hubungan dengan perusahaan melalui telepon, surat, dan fasilitas
lainnya untuk mendapatkan suatu penawaran baru dari perusahaan.
Menurut Daryanto dan Setyobudi (2014) Pelanggan adalah orang-orang
yang kegiatannya membeli dan menggunakan suatu produk, baik barang
maupun jasa secara terus menerus. Pelanggan atau pemakai suatu produk
adalah orang-orang yang berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan perusahaan-perusahaan bisnis.” Menurut Haryono Budi
(2016) “Pelanggan adalah individu atau organisasi yang sudah efektif
melakukan pembelian”. Definisi pelanggan adalah setiap orang yang menuntut
pemberian jasa (perusahaan) untuk memenuhi suatu standar kualitas
pelayanan tertentu, sehingga dapat memberi pengaruh pada performa
(performance) pemberi jasa (perusahaan) tersebut. Dengan kata lain,
pelanggan adalah orang-orang atau pembeli yang tidak tergantung pada suatu
produk, tetapi produk yang tergantung pada orang tersebut. Oleh karena
pelanggan ini pembeli atau pengguna suatu produk maka harus diberi
kepuasan.
21
Nama Peneliti
No. Judul Hasil Penelitian
dan Tahun
Daniel I Nyoman Produk, Harga, Dan bahwa kualitas produk, harga dan
berpengaruh terhadap
loyalitas pelanggan (Y) Hotel
Emersia di Bandar Lampung.
Sumber: data diolah dari penelitian terdahulu
3. Pengolahan data
menggunakan SPSS
Pengaruh Harga 1.Menggunakan variabel 1.tidak ada
Dan Kualitas Jasa yang sama yaitu kualitas variabel
Terhadap layanan/ jasa, harga dan kualitas produk
Andri
Loyalitas loyalitas pelanggan 2.Lokasi
Winata,
Pelanggan Hotel penelitian
5. Isnawan 2.Menggunakan
Emersia Di Bandar 3.Objek
Ahlul Fiqri pendekatan kuantitatif
Lampung penelitian
(2017) deskriptif.
3. Pengolahan data
menggunakan SPSS
Sumber: data diolah dari penelitian terdahulu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
deskriptif, dimana penelitian ini bermaksud untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Tujuan
penelitian ini adalah peneliti ingin menjelaskan, memaparkan secara objektif
mengenai “Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan dan Harga
Terhadap Loyalitas Pelanggan pada Mie Gacoan Sumbersari, Jember”
Kualitas Kualitas
Harga kualitas.
No Jawaban Skor
1 Sangat tidak setuju 1
2 Tidak setuju 2
3 Ragu-ragu 3
4 Setuju 4
5 Sangat setuju 5
Sumber: Sugiyono (2017)
Umumnya terdapat lima jenis pilihan yang sering digunakan dalam
skala Likert, di antaranya adalah sebagai berikut.
38
Keterangan :
R11 =Reliabelitas Instrumen
Σσb2 = Jumlah butir varian
k = Banyaknya butir pertanyaan
σl2 = Varian total
3.6.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan pengujian yang bertujuan untuk
memastikan bahwa data yang diperoleh dapat dianalisis dengan metode
analisis regresi linier berganda. Uji asumsi klasik terdiri dari Uji Normalitas,
Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas.
40
1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2018) Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Pada prinsipnya
normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.
Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan analisis grafik adalah:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah hubungan linier antar variabel bebas. Ghozali
(2018) menyatakan bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna
antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak ada
korelasi diantara variabel. Bila ada korelasi yang tinggi diantara variabel
bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat
menjadi terganggu.
a. Jika nilai matriks korelasi antar dua variabel independen lebih besar dari
(>) 0,90 maka terdapat multikolinearitas.
b. Jika nilai matriks korelasi antar dua variabel independen lebih kecil (˂)
0,90 maka tidak terdapat multikolinearitas.
41
3. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2018) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik plot
antara nilai prediksi variabel terikat atau dependen yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang
telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dengan dasar analisis sebagai
berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
produk (X1), kualitas pelayanan (X2), harga (X3) dan variabel dependen (Y)
adalah loyalitas pelanggan.
Menurut Sugiyono (2017) persamaan regresi linier berganda dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏3𝑋3 + 𝜀
Keterangan :
Y = Variabel loyalitas pelanggan
𝑎 = Konstanta
𝑏1, 𝑏2, b3= Koefisien regresi variabel independen
𝑋1 = Variabel kualitas produk
𝑋2 = Variabel kualitas pelayanan
X3 = Variabel harga
𝜀 = standar error
3.6.5 Uji Koefisien Determinasi ( R2 )
Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien
determinasi ini berfungsi untuk mengetahui persentase besarnya pengaruh
variabel X terhadap variabel Y. Menurut Gujarati (2012) untuk melihat besar
pengaruh dari setiap variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial,
dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus berikut:
Keterangan:
Kd = Koefisien determinasi
Zero Order = Koefisien korelasi
β = Koefisien βeta
Sementara itu R adalah koefisien korelasi majemuk yang mengukur tingkat
hubungan antara variabel dependen (Y) dengan semua variabel independen
yang menjelaskan secara bersama-sama dan nilainya selalu positif.
Selanjutnya untuk melakukan pengujian koefisien determinasi (adjusted R2)
digunakan untuk mengukur proporsi atau presentase sumbangan variabel
dependen.
43
Koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Hal
ini berarti R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen, bila adjusted R2 semakin besar
mendekati 1 maka menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dan bila adjusted R2 semakin kecil
bahkan mendekati nol, maka dapat dikatakan semakin kecil pula pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus koefisien determinasi
Menurut Sugiyono (2008) adalah sebagai berikut:
Kd = r2 x 100
Keterangan:
Kd = Koefisien determinasi
R2 = Koefisien korelasi
3.6.6 Uji Hipotesis
3.6.6.1 Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang terdapat di dalam model secara bersama-sama (simultan)
terhadap variabel dependen. Uji F dalam penelitian ini digunakan untuk
menguji signifikasi pengaruh kualitas produk, kualitas pelayanan dan harga
Terhadap loyalitas pelanggan secara simultan dan parsial. Menurut Sugiyono
(2014) dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
Jika terjadi penerimaan H0, maka dapat diartikan tidak berpengaruh signifikan
model regresi berganda yang diperoleh sehingga mengakibatkan tidak
signifikan pula pengaruh dari variabel-variabel bebas bebas secara simultan
terhadap variabel terikat.
Keterangan:
t = Nilai uji t
r = Koefisien Korelasi
r2 = Koefisien Determinasi
n = Jumlah Sampel
Hasil t-hitung dibandingkan dengan t-tabel, dengan kriteria :
H0 diterima Ha ditolak, jika t-hitung < t-tabel
H0 ditolak dan Ha diterima, jika t-hitung > t-tabel
DAFTAR PUSTAKA
BUKU