Anda di halaman 1dari 19

PUASA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Fiqhi Ibadah Perbankan Syariah 1

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone

DOSEN PENGAJAR
AMINUDDIN, S.Pd.I.,M.Pd

Oleh :

KELOMPOK 6

ANGGI ARDIAWANTI
NIM : 612062021018

ASNATANG
NIM : 612062021005

SRI WILDA NENGSI


NIM : 612062021004

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumalaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan khadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Puasa” ini dapat

diselesaikan dalam waktu yang semestinya.

Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada sang revolusioner sejati,

nabi yang telah menggulung tikar-tikar kejahiliaan dan membentangkan tikar-tikar

kebenaran, yakni Nabi Muhammad SAW.

Terima kasih pula kami sampaikan kepada semua pihak yang berpartisipasi

dalam menyelesaikan makalah ini, karena tidak mungkin makalah ini bisa

terselesaikan tanpa adanya dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Semoga

makalah ini bisa menjadi salah satu sumber pembaca dalam menambah ilmu

pengetahuan.

Wallahul muafieq ilaa aqwamith thorieq

Wassalamualaikumalaikum warahmatullahi wabarakatuh

Watampone, 15 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................5

A. Pengertian Puasa dan Dasar Hukumya..........................................................5

B. Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa............................................................10

C. Rukun Puasa dan Hal-hal yang Membatalkan Puasa..................................14

BAB III PENUTUP....................................................................................................17

A. Kesimpulan..................................................................................................17

B. Saran............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................18


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat

sekarang,tetapi juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu bagi orang yang

beriman ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa,dan

salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan pahala

kebaikan,dan pengangkatan derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus

untuk diri-Nya diantara amal-amal ibadah lainnya. Puasa difungsikan sebagai benteng

yang kukuh yang dapat menjaga manusia dari bujuk rayu setan.

Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab, karena segala sesuatu yang

menciptakan tidak ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan –Nya pasti

demi kebaikan hambanya. Kalau kita mengamati lebih lanjut ibadah puasa

mempunyai manfaat yang sangat besar karena puasa tidak hanya bermanfaat dari segi

rohani tetapi juga dalam segi lahiri.

Puasa mempunyai pengaruh menyeluruh baik secara individu maupun masyarakat

dalam hadits telah disebutkan hal-hal yang terkait dengan puasa seperti halnya

mengenai kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam menjalankan puasa secara tidak

langsung telah diajarkan perilaku-perilaku yang baik seperti halnya sabar, bisa

mengendalikan diri dan mempunyai tingkah laku yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian puasa dan dasar hukumnya?
2. Apa saja syarat wajib dan syarat sah puasa?
3. Apa saja yang termasuk rukun puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu puasa dan dasar hukumnya.
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk syarat wajib dan syarat sah puasa.
3. Untuk mengetahui rukun puasa dan hal-hal yang membatalkannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa dan Dasar Hukumya


1. Pengertian puasa

Puasa atau As-shoum adalah salah satu rukun islam yang mulai disyariatkan

pada tahun II Hijriah. Pengertian puasa secara terminology berasal dari bahasa arab

As-shoum yang bermakna (‫ )اإلمساك‬berarti menahan. Dan secara terminology, Puasa

adalah :

‫اهر من حيض‬HH‫ل ط‬HH‫لم عاق‬HH‫وم من مس‬HH‫ل للص‬HH‫إمساك عن مفطر بنية مخصوصة جميع نهار قاب‬
‫اس‬HHHHHHHH‫و نف‬.
(Menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa dengan niat yang khusus

pada seluruh siang harinya,orang yang melakukan puasa yang berakal suci, dan suci

dari haid dan nifas).1

Sedangkan menurut istilah agama islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang

membatalkannya satu hari lamanya,mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya

matahari dengan niat dan beberapa syarat”.2


Firman Allah Swt ;

‫وكلواوشربواحتىي يتبين لكم الخيط االبيض من الخيط االسو دمن الفجر‬

“Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,

yaitu fajar”.(Al-baqarah;187)

2. Dasar Hukum Puasa

1
Syeikh M. Qasim Al Gazi, Fathul Qarib, hal.25 “pengertian Puasa”, dalam makalah Fiqih Bab
Puasa. 2013
2
Muh Bagir Al-Habsyi, hal. 341 “pngertian Puasah”, dalam makalah Fiqih Ibadah Bab puasa.
2013
Adapun hukum melakukan puasa Ramadlan adalah Wajib Ain,
berdasar-kan Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’.

Seperti pada firman Allah SWT :

١٨٣ َ‫ب َعلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ۡبلِ ُكمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ تَتَّقُون‬
َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ۡي ُك ُم ٱل‬ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَاٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
َ ِ‫وا ُكت‬
Artinya : Hai orang – orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu, agar kamu
betaqwa (Al-Baqarah: 183 )

Hadist Rasulullah Saw:

‫ الصالة وإيتاءالزكاة‬H‫ شهادة أن الإله إالهللا وأن محمدا رسول هللا وإقام‬: ‫بني اإلسالم على خمس‬
‫ رمضان‬H‫ وحج الــبيت وصيام‬.

Artinya: Islam itu didirikan atas lima perkara: 1) bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah, 2) mendirikan sholat
lima waktu, 3) menunaikan zakat, 4) mengerjakan haji, 5) mengerjakan puasa
pada bulan Ramadhan. (H.R. Bukhari dan Muslim dan Ahmad)

Puasa itu ada beberapa macam, yaitu puasa wajib, puasa sunnah, puasa
makhruh dan puasa haram sebagaimana uraian berikut:

1). Puasa wajib, yaitu puasa pada bulan suci Ramadhan sebagaimana firman Allah
Swt:

‫ان فَ َمن‬ ٖ َ‫اس َوبَيِّ ٰن‬


ِ ۚ َ‫ت ِّمنَ ۡٱلهُد َٰى َو ۡٱلفُ ۡرق‬ ُ ‫نز َل فِي ِه ۡٱلقُ ۡر َء‬
ِ َّ‫ان هُ ٗدى لِّلن‬ ُ ٓ ‫ضانَ ٱلَّ ِذ‬
ِ ‫يأ‬ َ ‫َش ۡه ُر َر َم‬

. . . . ُ‫َش ِه َد ِمن ُك ُم ٱل َّش ۡه َر فَ ۡليَصُمۡ ۖه‬


Artinya: Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-
Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu,
barangsiapa di antara kamu menyaksikan bulan itu, berpuasalah….

(QS Al- Baqarah : 185)3.

3
Dr. K.H. Ma’ruf Amin, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’i, Hal. 250
2). Puasa Sunah adalah Puasa apabila dikerjakan mendapat pahala jika
ditinggalkan tidak mengapa yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw. yaitu pada
hari hari berikut ini :

a. Enam Hari Pada Bulan Syawwal


Sabda Rasulullah Saw:
‫ من صام رمضان ثم اتبعه ستا من‬: ‫عن أبي أيوب قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
)‫ (رواه مسلم‬.‫ الدهر‬H‫شوال كان كصيام‬

Artinya: Dari Abu Ayyub, Rasulullah Saw telah berkata: barang siapa yang
puasa pada bulan Ramadhan, kemudian dia puasa enam hari dalam bulan
Syawal, adalah seperti puasa sepanjang masa. (H.R. Muslim).

b. Puasa Hari ‘Asyura (Tanggal 10 Muharam)

Sabda Rasulullah :
) ‫(رواه مسلم‬.‫ صوم يوم عاشراء يكفر سنة ماضية‬: ‫م‬.‫عن أبي قتادة قال رسول هللا ص‬
Artinya: Dari Abu Qatadah, Rasulullah Saw berkata: Puasa hari’Asyura
itu menghapuskan dosa satu tahun yang telah lalu. (H.R. Muslim)

c. Puasa Hari ‘Arafah (tanggal 9 bulan haji), kecuali bagi orang yang sedang

haji.

Sabda Rasulullah :
‫ صوم يوم عرفة يكفر سنتين ماضية و مستقبلة‬: ‫م‬.‫عن أبي قتادة قال رسول هللا ص‬
(‫)رواه مسلم‬
Artinya: Dari Abu Qatadah, Nabi Saw, telah berkata: Puasa haru ‘Arafah
itu menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang lalu dan satu tahun
yang akan datang (H.R. Muslim).

d. Puasa bulan Sya’ban

Sabda Nabi Saw. :


‫ هللا صلى هللا عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إال‬H‫ ما رأيت رسول‬,‫عن عائشة‬
)‫ و مسلم‬H‫رمضان وما رأيته في شهر أكثر منه صياما في شعبان (رواه البخاري‬
Artinya: Kata Aisyah, Saya tidak melihat Rasulullah menyempurnakan
puasa satu bulan penuh selain bulan Ramadhan, dan saya tidak melihat
beliau dalam bulan-bulan lain yang lain berpuasa lebih banyak dari bulan
Sya’ban (H.R. Bukhari dan Muslim)

e. Puasa hari Senin dan hari Kamis

Sabda Rasulullah SAW :

‫ يتحرى صيام اإلثنين والخميس‬H‫عن عائشة كان النبي صلى هللا عليه وسلم‬.

(‫)رواه الترمذي‬

Artinya : Dari ‘Aisyah, bahwa Nabi Saw memilih waktu puasa hari Senin
dan hari Kamis (H.R. Tirmizi).

f. Puasa tengah bulan (tanggal 13,14,15) dari tiap-tiap bulan Qamariah

Sabda Rasul SAW :


‫ يا أبا ذر إذا صمت من الشهر ثالثة فصم ثالث‬: ‫م‬.‫عن أبي ذر قال رسول هللا ص‬
)‫عشرة و أربع عشرة وخمس عشرة (رواه أحمد و النسائي‬
Artinya: Dari Abur Zar, Rasulullah Saw berkata:”Hai Abu zarr, apabila
kamu hendak berpuasa tiga hari dalam satu bulan, hendaklah kamu
tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas”. (H.R Ahmad dan Nasai).4

3). Puasa Makruh yang berarti melakukan suatu hal yang dapat mengurangi
pahala puasa., yaitu puaa yang dilakukan:

a. Puasa pada hari yang diragukan, apakah bulan ramadhan sudah tiba atau
belum.

Ammar bin yassir pernah berkata :

4
Dr. H.Zurinal Z, Fiqih Ibadah Hal : 145
‫ من صام اليوم الذي شك فيه فقد عصى أبا القاسم‬: ‫عن عمار بن ياسر رضي هللا عنه‬
‫ صلى هللا عليه وسلم‬.

Artinya : “Barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukannya berarti ia


telah durhaka kepada Abul Qasim SAW (Muhammad SAW)”

b. Puasa yang dilakukan dari jum’at sendiri, atau hari Sabtu sendiri, yaitu

tidak didahului dengan puasa sehari sebelum atau sesudahnya.

4). Puasa Haram, yaitu puasa yang dilakukan pada hari raya Idhul Fithri, Idhul
Adha dan hari-hari Tasyrik, yaitu tiga hari sesudah Idhul Adha.

Sesuai Hadits:
‫م نهى عن صوم هذين اليومين أما يوم الفطر‬.‫ هللا ص‬H‫قال عمر بن الخطاب أن رسول‬
‫ وعيد المسلمين و أما يوم األضحى فكلوا من لحوم نسككم‬H‫ففطركم من صومكم‬
(‫)رواه األحمد واألربعة‬

Artinya: “Sesunggguhnya Rasululllah SAW melarang puasa pada hari ini.


Mengenai hari Raya Fitri karena hari itu merupakan saat berbukamu dari
puasamu(Ramadlan), sedangkan Hari raya Adha, Agar kamu memakan hasil
kurbanmu. (H.R. Ahmad Dan Al Arba’ah)” 5

5
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah jilid II Hal :45
B. Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa
Syarat wajib dan syarat sah puasa harus dipenuhi setiap muslim yang ingin
menunaikan ibadah ini. Dalam hadits-nya, Rasulullah Saw. Telah mengajarkan
besarnya pahala yang diperoleh hambanya yang puasa. “Setiap amalan kebaikan yang
dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal
hingga tujuh ratus kali lipat. Allah taalah berfirman “kecuali amalan puasa. Amalan
puasa tersebut adalah unukku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia
telah meninggalkan syahwat dan makanan karenaku. Bagi orang yang berpuasa akan
mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan
ketika berjumpa dengan Rabb-nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih
harum disisi allah dari pada bau minyak kasturi”.(HR. Bukhari)

Sekilas syarat wajib dan syarat sah puasa terlihat sama, namun hakikat
keduanya berbeda. Syarat sah harus dipenuhi umat islam yang hendak puasa. Jika tak
dipenuhi maka ibadah menjadi tidak sah. “Ulama fiqih membedakan syarat sah dan
syarat wajib puasa. Syarat wajib yang tidak terpenuhi tak lantas membatalkan puasa.
Namun tidak demikian dengan syarat sah puasa”6

Berikut syarat sah dan syarat wajib puasa

1. Syarat wajib puasa

Syarat wajib puasa adalah segala sesuatu yang mengakibatkan seseorang


berkewajiban untuk melaksanakan puasa.

a. Beragama Islam
Jumhur ulama sepakat bahwa syarat wajib puasa yang pertama adalah
beragama islam,sementara umat lain tidak diwajibkan. Seruan wajib
untuk berpuasa adalah menjalankan ibadah puasa selama bulan
ramadhan. Sebagaimana disebutkan dalam al-qur`an bahwa seruan
untuk berpuasa ditujukan kepada orang-orang yang beriman. Bagi
seseorang yang murtad namun kembali lagi memeluk agama
islam,selama murtad ia tidak puasa maka wajib mengganti
(mengqadha).

6
Muhammad Muhzin Muis, “Ramadhan-Rembulan yang di Rindu”,2021
b. Baligh
Syarat kedua yang menjadikan seorang wajib untuk menunaikan
ibadah puasa wajib adalah usia baligh. Mereka yang belum ampai usia
baligh seperti anak kecil tidak ada kewajiban untuk berpuasa
ramadhan.
c. Bearakal (Mumayiz)
Syarat ketiga dari syarat wajib puasa adalah berakal, dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Sudah
menjadi ijma ulama bahwa orang gila adalah orang yang tidak berakal
sehingga tidak diwajibkan untuk berpuasa.
d. Sehat
Orang yang sedang sakit tidak diwajibkan untuk berpuasa wajib.
Namun harus menggantinya di hari lain saat sudah sembuh kembali.
“Dan barangsiapa yang dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari
yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain”
e. Mampu
Syarat wajib puasa selanjutnya adalah orang yang berpuasa harus
dalam keadaan mampu untuk melaksanakannya. Allah Swt.
Mewajibkan puasa bagi orang yang mampu melakukannya. Orang tua
yang sudah lemah atau jompo yang tidak memungkinkan untuk
berpuasa maka boleh meninggalkannya.namun,wajib menggantinya
dengan membayar fidyah-fidyah sebagaimana firmannya dalam surah
al-baqarah ayat 184.
f. Menetap pada suatu tempat (mukim bukan musafir)
Orang sedang dalam perjalanan jauhboleh meninggalkan puasa tapi
wajib baginya untuk mengganti di lain hari sejumlah puasa yang
ditinggalkan.
g. Suci dari Haid dan Nifas
Menurut ijma’para ulama, wanita yang sedang haid dan nifas tidak
diwajibkan untuk berpuasa. Bahkan haram hukumnya apabila mereka
menjalankan puasa.
Dalilnya adalah hadits dari Mu’adzah, ia pernah bertanya pada ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha. Dari Mu’adzah dia berkata, “Saya bertanya kepada
Aisyah seraya berkata, ‘Kenapa gerangan wanita yang haid
mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ shalat?’ Maka Aisyah
menjawab, ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah? ‘ Aku menjawab,
‘Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.’ Dia
menjawab, ‘Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami
diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk
mengqadha’ shalat’.”7 Berdasarkan kesepakatan para ulama pula,
wanita yang dalam keadaan haidh dan nifas tidak wajib puasa dan
wajib mengqodho’ puasanya.8

2. Syarat sah puasa

a. Beraga Islam

Beragama islam merupakan syarat wajib sekaligus syarat sah ibadah


puasa hanya dijalankan untuk penganut agama islam.

b. Bearakal (Mumayiz)

Syarat kedua dari syarat sah puasa adalah berakal, dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang tidak baik. Sudah menjadi ijma ulama
bahwa orang gila adalah orang yang tidak berakal sehingga tidak
diwajibkan dan disahkan untuk berpuasa.

c. Suci dari Haid atau Nifas

Menurut ijma’para ulama, wanita yang sedang haid dan nifas tidak
diwajibkan dan tidak sah untuk berpuasa. Bahkan haram hukumnya
apabila mereka menjalankan puasa.

d. Memasuki waktu wajib dan sunnah puasa

Puasa tidak boleh dilakukan pada saat idul fitri 1 syawal,idul adha 10
Dzulhijjah, serta hari-hari tasyrik pada 11,12, dan 13 Dzulhijjah.
7
Shahih Fiqh Sunnah, 2/ 97 dan Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/ 9917
8
HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari ‘Umar bin Al Khottob
e. Berniat

Niat merupakan syarat sah puasa karena puasa adalah ibadah


sedangkan ibadah tidaklah sah kecuali dengan niat sebagaimana ibadah
yang lain. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya.” Niat
puasa ini harus dilakukan untuk membedakan dengan menahan lapar
lainnya. Menahan lapar bisa jadi hanya sekedar kebiasaan, dalam
rangka diet, atau karena sakit sehingga harus dibedakan dengan puasa
yang merupakan ibadah. Namun, para pembaca sekalian perlu ketahui
bahwasanya niat tersebut bukanlah diucapkan (dilafadzkan). Karena
yang dimaksud niat adalah kehendak untuk melakukan sesuatu dan niat
letaknya di hati.9 Semoga Allah merahmati An Nawawi rahimahullah –
ulama besar dalam Syafi’iyah- yang mengatakan “Tidaklah sah puasa
seseorang kecuali dengan niat. Letak niat adalah dalam hati, tidak
disyaratkan untuk diucapkan. Masalah ini tidak terdapat perselisihan di
antara para ulama.”

9
HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari ‘Umar bin Al Khottob
C. Rukun Puasa dan Hal-hal yang Membatalkan Puasa
1. Rukun puasa
Rukun puasa adalah menahan diri dari berbagai pembatal puasa mulai

dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Macam – macam rukun puasa
yaitu :

1). Niat

Niat ini harus diperbaharui setiap harinya. Karena puasa setiap hari di
bulan Ramadhan masing-masing hari berdiri sendiri, tidak berkaitan satu
dan lainnya, dan tidak pula puasa di satu hari merusak puasa hari lainnya.10

Niat puasa harus ditegaskan (jazm) bahwa akan berniat puasa Ramadhan.
Jadi, tidak boleh seseorang berniat dalam keadaan ragu-ragu, semisal ia
katakan, “Jika besok tanggal 1 Ramadhan, saya niatkan puasa sunnah”. Niat
semacam ini tidak dibolehkan karena ia tidak menegaskan niat puasanya. 11
Niat itu pun harus dikhususkan (dita’yin) untuk puasa Ramadhan saja tidak
boleh untuk puasa lainnya.12 Adapun tempat niat adalah di hati. Dan apabila
dilafafdzkan maka salah satu redaksinya adalah sebagai berikut:

‫ هلل تعالى‬H‫ غد عن أداء فرض الشهر رمضان هذه السنة فرضا‬H‫نويت صوم‬

2). Menahan Diri dari sesuatu yang membatalkan puasa.

Sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan


kesepakatan para ulama, rukun puasa adalah menahan diri dari berbagai
pembatal puasa mulai dari terbit fajar (yaitu fajar shodiq) hingga terbenamnya
matahari[23]. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala “Dan makan minumlah
hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al Baqarah: 187).
Yang dimaksud dari ayat adalah, terangnya siang dan gelapnya malam dan
bukan yang dimaksud benang secara hakiki. Dari ‘Adi bin Hatim ketika turun
surat Al Baqarah ayat 187, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padanya,
10
Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/9922
11
Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah. Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/9918
12
Jumhur (mayoritas ulama). Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/9918
“Yang dimaksud adalah terangnya siang dari gelapnya malam”[24]. bin Hatim
karena sebelumnya ia mengambil dua benang hitam dan putih. Lalu ia menanti
kapan muncul benang putih dari benang hitam, namun ternyata tidak kunjung
nampak. Lantas ia menceritakan hal tersebut pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, kemudian beliau pun menertawai kelakukan ‘Adi bin
Hatim.13

2. Hal-hal yang membatalkan puasa

1). Makan dan Minum


Firman Allah Swt :

‫ يتبين لكم الخيط االبيض من الخيط االسو دمن الفجر‬H‫وكلواوشربواحتىي‬


Artinya : “Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dan
benang hitam, yaitu fajar.”(Al-baqarah : 187)
Makan dan minum yang membatalkan puasa ialah dilakukan dengan sengaja.
Kalau tidak sengaja, misalnya lupa, tidak membatalkan puasa.
Sesuai Sabda Rasulullah Saw. “Barang siapa lupa, sedangkan ia dalam
keadaan puasa, kemudian ia makan atau minum, maka hendaklah puasanya
disempurnakan, karena sesungguhnya Allah-lah yang memberinya makan dan
minum.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Memasukan sesuatu kedalam lubang yang ada pada badan, seperti
lubang telinga, hidung, dan sebagainya, menurut sebagian ulama sama dengan
makan dan minum, artinya membatalkan puasa. Mereka mengambil alas an
dengan qias, diqiaskan (disamakan) dengan makan dan minum. Ulama yang
lain berpendapat bahwa hal itu tidak membatalkan karena tidak dapat
diqiaskan dengan makan dan minum. Menurut pendapat yang kedua itu,
kemasukan air sewaktu mandi tidak membatalkan puasa, begitu juga
memasukkan obat melalui lubang badan selain mulut, suntik, dan sebagainya,
tidak membatalkan puasa karena yang demikian tidak dinamakan makan atau
minum.

2). Muntah yang disengaja


13
Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/ 9916-9917
Muntah yang disengaja sekalipun tidak ada yang kembali kedalam. Muntah
yang tidak disengaja tidaklah membatalkan puasa.
Sabda Rasulullah Saw :
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw, telah berkata, “ Barang siapa
terpaksa muntah, tidaklah wajib mengqada puasanya, dan barang siapa yang
mengusahakan muntah, maka hendaklah dia mengqada puasanya. “ Riwayat
Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).
3). Bersetubuh
Firman Allah Swt :
‫احل لكم ليلة الصيا م الرفث ال نسا بكم‬
Artinya:“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur
dengan istri-istri kamu.” (Al-baqarah :187)
Laki-laki yang membatalkan puasanya dengan bersetubuh diwaktu
siang hari dibulan Ramadhan, sedangkan dia berkewajiban puasa, maka ia
wajib membayar kafarat. Kafarat ini ada 3 tingkat :
a.    Memerdekakan hamba
b.    Kalau tidak sanggup memerdekakan hamba puasa dua bulan berturut-
turut.
c.   Kalau tidak kuat puasa bersedekah dengan makanan yang mengenyangkan
kepada enam puluh fakir miskin, tiap-tiap orang ¾ liter.
4). Keluar darah haid (kotoran) atau nifas (darah sejabis melahirkan).
“Dari Aisyah. Ia berkata, “Kami disuruh oleh Rasulullah Saw.
Mengqhada puasa, dan tidak disuruhnya untuk mengqada shalat. “(Riwayat
Bukhari)
5). Gila, jika gila itu datang waktu siang hari, batallah puasa.
6). Keluar mani dengan sengaja (karena bersentuhan dengan perempuan atau
lainnya).
Karena keluar mani itu adalah puncak yang dituju orang pada
persetubuhan, maka hukumnya disamakan dengan bersetubuh. Adapun keluar
mani karena bermimpi, mengkhayal, dan sebagainya, tidak membatalkan
puasa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Puasa adalah salah satu rukun islam yang wajib dikerjakan oleh hamba
Allah yang bertakwa, didalamnya banyak terdapat manfaat bagi jasmani dan
rohani, puasa sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu puasa wajib dan puasa
sunah.
Puasa haruslah dilakukan pada selain hari-hari yang telah diharamkan dan
dalam menjalankannyapun harus menghindari hal-hal yang dapat
membatalkan puasa.diantaranya muntah dengan sengaja,ragu, berubah niat,
danlain sebagainya.Puasa mengandung banyak hikmah baik dalam segi
kejiwaan seperti membiasakan sabar dan berprilaku baik. Dalam segi social
seperti sikap saling tolong menolong.dalam segi kesehatan seperti,
membersihkan usus. aupun dalam segi rohani yaitu selalu berdzikir kepada
allah.
Di dalam Ibadah Puasa terutama bulan Ramadhan banyak sekali
manfaat manfaat dana amalan – amalan yang dapat kita kerjakan agar Puasa
kita lebih bermanfaat dan mendapat Ridha-Nya.Dengan Ibadah Puasa juga
dapat mencegah kita berbuat yang melanggar apa yang telah dilarang oleh
Allah SWT, dan juga kita dapat lebih mendekatkan diri kita kepada Allah
SWT.

B. Saran
Sebagai umat islam hendaknya menelaah dengan cermat terkait materi yang

kami paparkan guna sebagai bahan analisis maupun perbandungan studi. Dan untuk

memperoleh pemahaman yang lebih komperensif maka disarankan agar mengakses

berbagai literature terkait topic tersebut. Adapun jika itu sesuai tentu bimbingan dari

allah swt. Dan kekeliruan didalamnya adanya pada makalah. Terimakasih.


DAFTAR PUSTAKA
Z, Zurinal dkk, Fiqih Ibadah, Jakarta, Lembaga Penelitian UIN Syarif hidayatullah,
2008.

Muhanmad Nasir, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo,


Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Jakarta, Pena Pundi Aksara,2006

Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung,


Al-Bugha, Musthafa Dib, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’i, Damaskus, Darul
Musthafa, 2009

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Pustaka Amani, Jakarta,


Ayyub, Syeikh Hasan, Fikih Ibadah, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2008

Anda mungkin juga menyukai