Anda di halaman 1dari 18

SYARIAH FIQIH DAN USUL FIQIH

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengantar

studi islam pada program studi perbankan syariah 1

Institut Agama Islam Negeri IAIN Bone

Oleh :
KELOMPOK 4
Citra Asmara : 612062021013
Febi Fitria Fernanda : 612062021015

Institut Agama Islam Negeri Bone


IAIN Bone
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada tuhan yang maha Esa yang telah senangtiasa
memberkatai daam menyelesaikan makalah ini, sehinggah kami menyelesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini di buat memenuhi tugas mata kuliah.
Saya menyadri bahwa dalam makalah ini kami masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan pembuatan makalah selanjutnya. Kami berharap makaah ini
dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya, khusus dibidang computer.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
membaca.

Watampone,14 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR,i
BAB I PENDAHULUAN,ii
A. Latar Belakang4
B. Rumusan Masalah4
C. Tujuan Masalah4
BAB II PEMBAHSAN
A. Syariah fiqih dan ususl fiqih6
B. Ruang lingkup kajian usul fiqih6
C. Al-hakkam dan Al-hamza

BAB III PENUTUP,12


A. Kesimpuan,12
B. Saran,12
DAFTARPUSTAKA,13
BAB I
A. Latar Belakang
Pengantar studi Islam (PSI) merupakan sebuah mata kuliah yang berupaya
mengkaji keislaman dengan wilayah telah materi ajaran agama dan fenomena
kehidupan beragama, sedangkan kajian tentang Islam yang bersifat historis-
empiris biasanya dilakukan di berbagai perguruan tinggi meliputi bukan saja
yang dianggap kebenaran oleh kaum muslimin melainkan juga yang hidup di
tengah masyarakat yang merupakan ekspresi-ekspresi keagamaan kaum
muslimin yang faktual.
Untuk penulis mencoba untuk mengkaji pengantar study Islam lewat makalah
dengan judul “ruang lingkup study Islam” yang di dalamnya terdapat asal-usul
perkembangan Islam dan pengertian tentang study Islam.

Telah disepakati oleh para ulama islam bahwa segala tindakan baik
ucapan atau perbuatan yang ada didalam ibadah dan mu’amalah, atau berupa
pidana dan perdata yang terjadi dalam soal- soal aqad (contract) atau
pengolahan ( al- Tasharuf), dalam syariat islam itu masuk dalam lapangan
hukum. Hukum- hukum itu sebagian telah dijelaskan dalam nash- nash al-
Qur’an dan as- Sunnah, sedang dan sebagian yang lain belum dijelaskan.
Dari kumpulan hukum- hukum syar’iyah yang berhubungan dengan
segala tindakan manusia, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang diambil
dari nash- nash yang ada, atau dari mengistinbath dalil- dalil syariat islam lain
bagi kasus yang tidak terdapat nashnya; terbentuklah Ilmu
Fiqih.                                          
Kata “ Fiqih” menurut bahasa berasal dari bahasa faqiha- yafqahu-
fiqhan yang berarti “mengerti atau faham”.Dari sini dapat ditarik perkataan
fiqh, yang memberi pengertian tentang kepahaman dalam hukum syariat yang
sangat dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasul-nya. Jadi, ilmu fiqh adalah suatu
ilmu yang mempelajari syariat yang bersifat amaliah ( perbuatan) yang
diperoleh dari dalil- dalil hukum yang terperinci dari ilmu tersebut. Sedangkan
fiqih menuru istilah  syara’ adalah pengetahuan tentang hukum- hukum syariat
islam mengenai perbuatan manusia yang yang diambil dari dalil- dalilnya
secara terperinci, ataupun dengan kata lain yaitu dengan yurispudensi atau
kumpulan hukum- hukum syariat islam mengenai perbuatan manusia, yang
diambil dari dalil- dalilnya secara terperinci.
Dalam buku lain dituliskan bahwa pengertian fiqh secara etimologis
berarti ‘’paham yang mendalam’’.Bila‘’paham’’ tersebut dapat digunakan
untuk hal-hal yang bersifat lahiriyah, maka fiqih berarti paham yang
menyampaikan ilmu zhahir kepada ilmu batin. Karena itulah Al- tirmizi
menyebutkan ‘’fiqh tentang sesuatu,’’ berarti mengetahui  batinya sampai
kepada kedalamnya.
Setelah dibicarakan Al- Fiqh diatas, maka dibawah ini akan membicarakan
tentang Ushul Fiqh. Sebagaimana diketahui bahwa ushull fiqih adalah akar,
atau juga dapat diartikan dasar dalam arti tamtsilan. Jadi Ushul fiqih adalah
dasar yang dipakai oleh fikiran manusia untuk membentuk hukum yang
mengatur kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Reverensi Fiqhi dan Ushul Fiqhi
2. Apa yang dimaksud Ruang Lingkup Kajian Ushul Fiqhi
3. Apa Yang dimaksud Al ahkam al Khamzah

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Reverensi Ushul Fiqhi
2. Untik Mengetahui Ruang Lingkup Kajian Ushul Fiqhi
3.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SYARIAH Fiqih dan ushuI fiqih

Terdapat tiga rumpun ilmu dalam kajian hukum Islam yang saling berkait

kelindan satu sama lain, yakni ushul fikih, fikih, dan kaidah fikih. Umat Islam

pada umumnya lebih familiar fikih dari pada dua rumpun ilmu yang lain.

Alasan sederhananya karena fikih bersinggungan dalam keseharian perilaku

kaum muslimin. Definisi yang mudah dipahami oleh semua kalangan bahwa

fikih adalah pengetahuan tentang hukum Islam. Seluruh gerak gerik dan tindak

tanduk orang mukallaf terpantau dan disorot oleh fikih. Dengan demikian,

fikih merupakan panduan praktis tentang tata cara dan perilaku sehari-hari

seorang muslim dalam berinteraksi secara vertikal (berhubungan dengan

Tuhan) yang dikenal dengan ibadah, atau interaksi horizontal (berhubungan

dengan sesama muslim, alam, dan lingkungan) yang disebut dengan

muamalah dalam arti yang luas.

Secara istilah fikih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syar’i yang


bersifat praktis yang diperoleh melalui proses istinbat (menggali dan

menelaah) dari dalil-dalil syar’i. Ungkapan yang sangat populer dalam

pembahasan fikih, nahnu nahkumu biddhawahir (kita memutuskan dan

menghukumi secara luar saja, apa yang tampak). Sehingga, fokus sorotan fikih

atau objek kajiannya adalah perbuatan orang mukallaf. Oleh karena itu, yang

dihukumi oleh fikih harus berbentuk perbuatan, bukan persoalan keyakinan

yang menjadi garapan tauhid, atau soal rasa (dzauq) yang digarap oleh ilmu

tasawuf.

Sedangkan ushul fikih secara sederhana adalah cara atau metode yang

dijadikan perantara untuk memproduksi sebuah hukum. Pengetahun tentang


metode dan tata cara memproduksi hukum-hukum syar’i melalui dalilnya itu

yang disebut dengan ushul fikih. Misalnya, membasuh muka dalam wudlu’

merupakan kewajiban dan salah satu unsur yang harus ada (rukun).

Bagaimana metode dan cara menghasilkan hukum wajib membasuh muka

dalam wudlu’ itulah garapan ushul fikih. Proses apa yang harus ditempuh oleh

seorang mujtahid melalui sumber-sumber hukum atau dalil-dalil syar’i

sehingga menghasilkan hukum wajib.

Sementara rumpun ilmu yang terakhir adalah kaidah fikih. Secara bahasa

kaidah berarti rumusan yang menjadi patokan dan asas. Kaidah fikih

didefinisikan sebagai ketentuan umum (dominan) yang dapat diterapkan

terhadap kasus-kasus yang menjadi cakupannya agar kasus tersebut dapat

diketahui status hukumnya. Kaidah fikih menghimpun persoalan-persoalan

fikih dalam satu naungan berupa rumus dan ketentuan umum. Contoh kaidah

fikih yang berbunyi: keyakinan tidak bisa dikalahkan oleh keraguan. Kaidah

ini mencakup setiap persoalan hukum yang terkait dengan keyakinan. Bahwa

keyakinan seseorang tentang suatu perbuatan tertentu tidak dapat dikalahkan

dengan munculnya keraguan.

Ketiga disiplin ilmu di atas dipertemukan dan bersinggungan dalam satu

term hukum syar’i. Secara sederhana perbedaan antara tiga rumpun ilmu

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Ushul fikih adalah rumah

produksi atau pabrik, sementara fikih merupakan produknya, sedangkan

kaidah fikih adalah pengikat yang menghubungkan produk-produk yang

bertebaran dan memiliki kesamaan jenis dalam produksi. Pendek kata, fikih

adalah hasil atau produk, ushul fikih adalah cara (proses) bagaimana

memproduksi, sedangkan kaidah fikih adalah media untuk menata dan

mengkaitkan sekaligus merawat produk yang dihasilkan. Andaikan fikih


adalah roti, maka ushul fikih adalah cara membuat roti, sementara kaidah fikih

mengelompokkan jenis-jenis produk roti.  

Perbedaan secara lebih detail antara ushul fikih dan kaidah fikih antara lain
sebagai berikut:

1. Ushul fikih berisi kaidah-kaidah yang dijadikan sarana untuk menggali


hukum syar’i dari sumber hukum Al-Qur’an dan Hadis, sedangkan kaidah
fikih berfungsi sebagai pengikat dan penghubung antara kasus-kasus fikih
yang serupa.
2. Secara hierarkis urutan kemunculannya adalah ushul fikih sebelum fikih,
sementara munculnya kaidah fikih setelah fikih.
3. Objek kajian ushul fikih adalah dalil-dalil syar’i, sedangkan kaidah fikih
sama dengan fikih, yakni perbuatan orang mukallaf.
4. Ushul fikih menggunakan pola pendekatan deduktif, sementara kaidah
fikih muncul melalui pendekatan induktif.

B . Ruang Lingkup Ushul Fiqih

Adalah sumber hukum syara’, dalil hukum yang bersifat ijmali (global)

dalam hukum syara’ tersebut, metode-metode istinbat dan ijtihad. Berbeda

dengan Fiqih, yang ruang lingkupnya adalah hukum-hukum yang bersifat

aplikatif dan furu’i (cabang). Ushul Fiqih membahas prinsip yurisprudensi

Islam, dan tidak membahas i’tiqad atau aqidah (keyakinan) dalam Islam.

Secara lebih rinci, Ruang lingkup yang menjadi objek pembahasan Ushul

Fiqih adalah: Sumber Hukum (Quran, Sunah, Ijma’ dan Qiyas), Hukum

Syara’ dan pembagiannya (Taklifi dan Wadh’i) termasuk didalamnya

membahas Mahkum Alaih (orang mukalaf atau orang yang layak dibebani

hukum taklifi) dan Mahkum Fih (perbuatan orang mukalaf dalam hokum

syara’).

1. Sumber Hukum Islam


Ruang lingkup Ushul Fiqih tentang Sumber hukum Islam (Quran,

Sunah, Ijma’ dan Qiyas) dimulai dengan membahas Pengertian dan

Kehujahan Quran dan Sunah. Pembahasan yang komprehensif / lengkap

tentang Ushul Fiqih memiliki ruang lingkup yang luas dan memuat berbagai

pandangan Ulama dan Imam Mazhab. Imam Abu Hanifah, Imam Malik,

Imam Asy- Syafi’i, Imam Ahmad Ibnu Hambal memiliki pandangan yang

berbeda terkait kehujahan Quran, petunjuk (dilalah) Quran yang Qath’i dan

Dzanni, dan petunjuk (dilalah) Sunah. Termasuk juga bagaimana menyikapi

persoalan ketika harfiah (zhahir) Quran bertentangan atau berbeda dengan

Sunah. Petunjuk (dilalah) Sunah mempelajari kedudukan Sunah terhadap

Quran, yaitu sebagai sebagai penguat (Ta’kid) Quran, penjelas Quran, dan

sebagai pembuat syariat (Musyar’i).

2. Hukum Syara’

Ruang lingkup Ushul Fiqih tentang Hukum Syara’ dimulai dengan

membahas pengertian dan pembagian Hukum Syara’. Ada dua kategori

Hukum Syara’: Pertama, Hukum Taklifi, yang membahas Wajib, Mandub,

Haram, Makruh, Mubah; dan kedua, Hukum Wadh’i, yang membahas

Sebab, Syarat, Mani’ (penghalang), Sah dan Batal, azimah, dan Rukhsah

(keringanan).

3. Ilmu Ushul Fiqih

Ruang lingkup Ushul Fiqih tentu saja juga mencakup ilmu Ushul

Fiqih itu sendiri. Bab pertama buku-buku Ushul Fiqih biasanya dimulai

dengan membahas pengertian Ushul Fiqih, ruang lingkup objek kajian Ushul

Fiqih, perbedaan mendasar antara Ushul Fiqih dan Fiqih, tujuan

mempelajari Ushul Fiqih, fungsi ilmu Ushul Fiqih, manfaat mempelajari

Ushul Fiqih baik bagi mujtahid maupun masyarakat umum, sejarah dan
perkembangan Ushul Fiqih dan peranannya dalam pengembangan

yurisprudensi islam aplikatif (Fiqih), dan aliran-aliran dalam ilmu

UshulFiqih.

4. Ijtihad

Pembahasan tentang Ijtihad dan hal-hal yang berkaitan dengannya

masuk dalam Ruang lingkup Ushul Fiqih. Pembahasannya dimulai dengan

pengertian Ijtihad dan perkembangannya. Lalu dasar hukum Ijtihad,

macam-macam Ijtihad, syarat-Syarat Ijtihad, objek yang menjadi wilayah

berijtihad, hukum melakukan Ijtihad, kualifikasi bagi mujtahid dan

tingkatan mujtahid, dan pembahasan persoalan terbuka dan tertutupnya

pintu Ijtihad.

5. Metode Ijtihad

Beberapa metode Ijtihad masuk dalam Ruang lingkup Ushul Fiqih.

Diantaranya Istihsan, Mashlahah Mursalah, Istishab, Urf, Syar’u Man

Qablana, Mazhab Sahabi, dan Dzari ‘ah. Beberapa buku Ushul Fiqih

memasukkan Ijma’, Qiyas dan Istihsan dalam ruang lingkup metode Ijtihad

dengan Ijma’ dan Qiyasi. Dan metode Ijtihad dengan Istilahi mencakup

Maqashid Syari’ah, Mashlahah, dan Sadduz Dzariah. Metode Ijtihad

dengan Istidlal mencakup ‘Urf, Istishab, dan Qaul atau Madzhab Sahabi.

Pembahasan tentang Istihsan dimulai dengan membahas pengertian

Istihsan, lalu kehujjahan Istihsan dan pandangan para ulama (Hanafiyah,

Malikiyah, Al-Hanabali, Syafi’iyah), dan pengaruh Istihsan dalam

pengembangan Fiqih. Pembahasan Mashlahah Mursalah diawali dnegan

mempelajari pengertian Maslahah, objek Mashlahah Mursalah, Mashlahah

Mursalah menurut perspektif / sudut pandang Ulama dan Imam Mazhab


(Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Asy- Syafi’i, Imam Ahmad Ibnu

Hambal). Pembahasan Istishab diawali dari pengertian Istishab, pendapat

Abu Hanifah, Malik, Imam Asy-Syafi’i, dan Ahmad Ibnu Hambal tentang

Istishhab, dan kehujahan Istishab. Pembahasan tentang ‘Urf (Adat

kebiasaan / tradisi) diawali dengan mempelajari pengertian ‘Urf dan

macam-macamnya, yaitu ‘Urf Sahih (‘Urf yang dapat dijadikan hukum) dan

Urf Fasid (‘Urf yang tidak dapat dijadikan hukum), hukum ‘Urf dan

kehujjahan ‘Urf. Pembahasan Syar’u Man Qablana dimulai dengan

mendefinisikan pengertian Syar’u Man Qablana, lalu pendapat para ulama

tentang Syar’u Man Qablana. Pembahasan Mazhab Sahabi mempelajari

keadaan atau kondisi para Sahabat setelah Rasulullah wafat dan kehujjahan

Madzhab Sahabi. Pembahasan Dzariah mencakup pengertian Dzari’ah,

Sadd Dzari’ah, macam-Macam Dzari’ah, dan kehujahan Dzari ‘ah sebagai

hukum.

6. Metode Istinbath

Beberapa metode Istinbath yang masuk dalam Ruang lingkup Ushul

Fiqih adalah Amar, Nahi, dan Takhyir; Lafal ‘Am dan Khas (Umum dan

Khusus), Mutlaq dan Muqayyad, Mantuq dan Mafhum, Qath’i dan Dzani

atau analisis lafadz dari segi jelas dan tidak jelas maknanya; ta’wil, dan

metode penetapan hukum melalui Maqasid Syariah, Ta’arud dan Tarjih.

Pengertian Ushul Fiqih: Ushul fiqih (‫الفقه‬ ‫ )أصول‬tersusun dari dua kata,

yaitu ushul (‫ )أصول‬dan fiqih (‫)الفقه‬.

Pengertian ushul (‫ول‬FFFFFFF‫)أص‬ secara bahasa: Ushul (‫ول‬FFFFFFF‫)أص‬

merupakan jamak (bentuk plural/majemuk) dari kata ashl (‫ )أصل‬yang berarti

dasar, pondasi atau akar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:


ٌ ِ‫طيِّبَ ٍة أَصْ لُهَا ثَاب‬
‫ت َوفَرْ ُعهَا فِي ال َّس َما ِء‬ َ ‫ب هّللا ُ َمثَالً َكلِ َمةً طَيِّبَةً َك َش َجر ٍة‬ َ َ‫أَلَ ْم تَ َر َك ْيف‬
َ ‫ض َر‬
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah

membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang

baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (QS.

Ibrahim [14]: 24)

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah di kitab beliau, asy-

Syakhshiyah al-Islamiyah Juz 3, menyatakan bahwa arti ashl (‫ )أصل‬secara

bahasa adalah perkara yang menjadi dasar bagi yang lain, baik pada sesuatu

yang bersifat indrawi seperti membangun dinding di atas pondasi, atau

bersifat ‘aqli, seperti membangun ma’lul diatas ‘illah dan madlul diatas

dalil.

Pengertian fiqih (‫ )الفقه‬secara bahasa:

Fiqih (‫ )الفقه‬secara bahasa berarti pemahaman (‫)الفهم‬. Allah subhanahu wa

ta’ala berfirman:

‫َواحْ لُلْ ُع ْق َدةً ِّمن لِّ َسانِي يَ ْفقَهُوا قَوْ لِي‬

Artinya: “dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka

memahami perkataanku (QS. Thaha [20]: 27-28)

Pengertian fiqih (‫ )الفقه‬secara istilah:

Fiqih (‫ )الفقه‬menurut istilah mutasyarri’in (ahli syari’ah) adalah ilmu

tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat aplikatif yang digali dari dalil-

dalil yang terperinci (‫يلية‬FF‫ة التفص‬FF‫تنبطة من األدل‬FF‫ة المس‬FF‫رعية العملي‬FF‫ام الش‬FF‫)العلم باألحك‬.

Ruang lingkup fiqih terbatas pada hukum-hukum yang bersifat aplikatif

dan furu’iy (cabang) dan tidak membahas perkara-

perkara i’tiqad (keyakinan).

Syaikh Muhammad ibn Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah memberikan

definisi yang sedikit berbeda tentang fiqih (‫)الفقه‬, yaitu: mengenal hukum-
hukum syar’i yang aplikatif melalui dalil-dalilnya yang terperinci (‫معرفة‬

‫)األحكام الشرعية العملية بأدلتها التفصيلية‬.

Beliau menggunakan kata  ma’rifah dan bukan ‘ilm untuk mencakup

makna ‘ilm dan zhann sekaligus karena hukum-hukum fiqih kadang

bersifat yaqiniy (pasti, menghasilkan ‘ilm) dan kadang zhanniy (dugaan,

menghasilkan zhann).

Pengertian ushul fiqih (‫)أصول الفقه‬:

Menurut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah: kaidah-kaidah

yang dengannya bisa dicapai istinbath (penggalian hukum) terhadap

hukum-hukum syar’i dari dalil-dalil yang terperinci.

Menurut Syaikh ‘Atha Abu ar-Rasytah hafizhahullah: kaidah-kaidah yang

diatasnya dibangun ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat

aplikatif yang digali dari dalil-dalilnya yang terperinci.

Menurut Syaikh Muhammad ibn Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah: ilmu

yang membahas tentang dalil-dalil fiqih yang bersifat ijmaliy

(global/umum), tatacara mengambil faidah (hasil pemahaman) darinya dan

keadaan mustafid (orang yang mengambil faidah). Yang dimaksud

dengan mustafid pada definisi ini adalah mujtahid.

Menurut Dr. Wahbah az-Zuhaili hafizhahullah: kaidah-kaidah yang

dengannya seorang mujtahid bisa mencapai istinbath (penggalian hukum)

terhadap hukum-hukum syar’i dari dalil-dalilnya yang terperinci.

Menurut Syaikh ‘Abdul Wahhab Khallaf rahimahullah: ilmu tentang

kaidah-kaidah dan pembahasan-pembahasan yang dengannya bisa dicapai

pengambilan faidah terhadap hukum-hukum syar’i yang bersifat aplikatif

dari dalil-dalilnya yang terperinci.


Semua definisi diatas bisa digunakan untuk mendefinisikan ushul fiqih.

Ruang Lingkup Ushul Fiqih

Ruang lingkup pembahasan ushul fiqih terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Hukum syar’i dan hal-hal yang berkaitan dengannya, dengan rincian

sebagai berikut:

(a) Pembahasan tentang al-Hakim

(b)  Khithab at-Taklif

(c)  Khithab al-Wadh’i

(d)  Qa’idah Kulliyyah

2. Dalil dan hal-hal yang berkaitan dengannya, dengan rincian sebagai

berikut:

(a) Dalil-dalil syar’i

(b) Sesuatu yang diduga sebagai dalil, padahal bukan dalil

(c) Pembahasan tentang bahasa Arab

(d) Pembahasan tentang al-Qur’an dan as-Sunnah

3. Ijtihad dan hal-hal yang berkaitan dengannya, dengan rincian sebagai

berikut:

(a) Pembahasan tentang ijtihad

(b) Pembahasan tentang taqlid

(c) Pembahasan tentang tarjih

Bahan Bacaan:

1. asy-Syakhshiyah al-Islamiyah Juz 3, karya Syaikh Taqiyuddin an-

Nabhani, Penerbit Daar al-Ummah, Beirut-Libanon (ebook)

2. Taysir al-Wushul ila al-Wushul, karya Syaikh ‘Atha Abu ar-Rasytah,

Penerbit Daar al-Ummah, Beirut-Libanon (ebook)


3. al-Ushul Min ‘Ilm al-Ushul, karya Syaikh Muhammad ibn Shalih

al-‘Utsaimin, Penerbit Daar al-Iman, Iskandariyah (ebook)

4. ‘Ilm Ushul al-Fiqh, karya Syaikh ‘Abdul Wahhab Khallaf, Penerbit

Maktabah ad-Da’wah al-Islamiyah, Syabab al-Azhar (ebook)

5. al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh, karya Dr. Wahbah az-Zuhaili, Penerbit Daar

al-Fikr, Damaskus-Suriah (ebook)

6. Studi tentang Ushul Fiqih (terjemahan), karya Iyad Hilal, Penerbit

Pustaka Thariqul Izzah, Bogor (buku cetak)

7. Ushul Fiqih (Metode Mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara

Komprehensif), karya Firdaus, Penerbit Zikrul Hakim, Jakarta (buku

cetak)

8. Ushul Fiqih 1 (Untuk Fakultas Syariah, Komponen MKDK), karya Drs.

Chaerul Uman, dkk, Penerbit Pustaka Setia, Bandung (buku cetak).

C. Al ahkam al Khamzah
Al Ahkam Al Khamsah atau biasa disebut Hukum Taklifi adalah
ketentuan hukum yang menuntut para mukallaf atau orang yang dipandang
oleh hukum cakap melakukan perbuatan hukum baik dalam bentuk hak,
kewajiban maupun larangan.
Kelima hukum taklifi antara lain :
1. Wajib (fardhu), wajib (fardhu) dalam hukum islam yakni sesuatu yang
diperintahkan oleh Allah kepada manusia mukallaf untuk
mengerjakannya.
Wajib menurut waktunya dibagi dua yaitu :
a. Waktunya luas, contohnya Shalat
b. Waktunya sempit, contohnya Puasa

2. Sunnah (mandub), Sunnah / mandup adalah suatu perbuatan yang


dianjurkan oleh Allah atau Rasulnya pada manusia atau mukallaf
namun bentuk anjuran itu diimbangi dengan pahala kepada orang
mukallaf yang mengerjakannya dan tidak mendapatkan dosa bagi
orang yang meninggalkan.

Sunnah terbagi atas :


a. Sunnah muakkad, suatu ketentuan hukum islam yang tidak
mengikat tapi penting karena rasullah senantiasa melakukannya,
contohnya Adzan
b. Sunnah zaidah, karena Nabi biasa melakukannya dan biasa
meninggalkannya, contohnya puasa pada hari senin dan kamis.
c. Sunnah fadlilah, ketentuan hukum yang mengikuti tradisi Nabi dari
segi-segi tradisi budayanya, contohnya berpakaian putih, cara
makan, cara tidur Nabi, dll

3. Haram, haram adalah suatu tuntutan hukum islam kepada orang


mukallaf untuk meninggalkannya dengan tuntutan mengikat dan bagi
yang meninggalkannya mendapat imbalan pahala dan bagi yang
melanggarnya mendapat dosa.

Haram dibagi dua yaitu :


a. Haram Lizatih, zatnya yang diharamkan contohnya mayat atau
bangkai.
b. Haram Ligairih , asalnya bukan haram contohnya wanita.

4. Makruh, makruh adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh Allah atau
Rasullnya kepada manusia mukallaf namun bentuk larangan itu tidak
sampai kepada haram, contohnya makan bawang sebelum shalat,
merokok, makan kuda, dll

5. Jaiz atau mubah, jaiz atau mubah adalah sesuatu perbuatan yang di
bolehkan untuk memilih oleh Allah dan rasullnya kepada manusia
mukallaf untuk mengerjakan atau meninggalkannya.

Ketentuan mubah ada tiga yaitu :


a. meniadakan dosa bagi suatu perbuatan
b. pengungkapan halal bagi suatu perbuatan dan
c. tidak ada pernyataan bagi suatu perbuatan
Contoh muba, makan atau tidur saat jam sholat, menikah lebih
dari satu, dll

BAB III
PENUTUP
A. Kesinpulan

1. Secara istilah fikih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syar’i

yang bersifat praktis yang diperoleh melalui proses istinbat (menggali

dan menelaah) dari dalil-dalil syar’i. Ungkapan yang sangat populer

dalam pembahasan fikih, nahnu nahkumu biddhawahir (kita

memutuskan dan menghukumi secara luar saja, apa yang tampak).

Sehingga, fokus sorotan fikih atau objek kajiannya adalah perbuatan

orang mukallaf. Oleh karena itu, yang dihukumi oleh fikih harus

berbentuk perbuatan, bukan persoalan keyakinan yang menjadi

garapan tauhid, atau soal rasa (dzauq) yang digarap oleh ilmu tasawuf.

2. Ruang lingkup Ushul Fiqih tentang Sumber hukum Islam (Quran,

Sunah, Ijma’ dan Qiyas) dimulai dengan membahas Pengertian dan

Kehujahan Quran dan Sunah. Pembahasan yang komprehensif /

lengkap tentang Ushul Fiqih memiliki ruang lingkup yang luas dan

memuat berbagai pandangan Ulama dan Imam Mazhab. Imam Abu

Hanifah, Imam Malik, Imam Asy- Syafi’i, Imam Ahmad Ibnu Hambal

memiliki pandangan yang berbeda terkait kehujahan Quran, petunjuk

(dilalah) Quran yang Qath’i dan Dzanni, dan petunjuk (dilalah) Sunah.

Termasuk juga bagaimana menyikapi persoalan ketika harfiah (zhahir)

Quran bertentangan atau berbeda dengan Sunah. Petunjuk (dilalah)

Sunah mempelajari kedudukan Sunah terhadap Quran, yaitu sebagai

sebagai penguat (Ta’kid) Quran, penjelas Quran, dan sebagai pembuat

syariat (Musyar’i).
3. Al Ahkam Al Khamsah atau biasa disebut Hukum Taklifi adalah
ketentuan hukum yang menuntut para mukallaf atau orang yang
dipandang oleh hukum cakap melakukan perbuatan hukum baik dalam
bentuk hak, kewajiban maupun larangan.
B. Saran
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi salah satu bahan
untuk dapat menambah pengetahuan Tentang Pengantar Studi Islam (PSI).
Yang Sangat bermanfaat bagoi di kalangan semua orang.

DAFTAR PUSTAKA
Syafi’I,Rahmat, Ilmu Ushul Fiqih, cv pustaka setia bandung,2007,bandung.
Hasim Kamali, Muhammad, Prinsip Dan Teori-Teori Hukum Islam,Pustaka
Pelajar Offse, 1996,Jakarta.
Djazuli, Ilmu Fiqh, Prenada Media Group,2007,Jakarta.
Zulhusaini. 2012. Makalah Ushul fiqh- Sejarah Perkembangan Ushul Fiqh.
(Online) Diakses pada tanggal 02 November 2014. Pada jam 12.00 WIB.
http://zulhusainihero.wordpress.com/2012/10/17/makalah-ushul-fiqh-sejarah-
perkembangan-fiqh/
Muhammad Dhakim Azhari. 2014. Sejarah Perkembaga dan Aliran-Aliran Ushul
Fiqh. (Online) Diakses pada tanggal 02 November 2014. Pada jam 12.00 WIB.
http://muhammadhakimazhari.blogspot.com/2014/04/sejarah-perkembangan-dan-
aliran-aliran.html

Anda mungkin juga menyukai