Anda di halaman 1dari 5

CRITICAL REVIEW

The Shariah Islamic Bank And Accounting Concepts (Accrual Basic &
Judul
Case Basic
Penulis Muhammad Akhyar Adnan
Publikas Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Volume 1, No.01, Mei 1997.
i Hal. 47-80
Perevie
Atika Rizki / ESY1N
w
NIM 80500221035
PENDAHULUAN
Penelitian yang ditulis Adnan memaparkan beberpa konsep akuntansi pada
lembaga perbankan syariah yang menuai banyak perdebatan dikalangan Ilmuan. Secara
luas dipertanyakan baru-baru ini apakah konsep dan praktik akuntansi konvensional saat
ini dapat diterima secara Islami (Akhyar Adnan & Barizah Abu Bakar, 2009). Salah
satu dari konsep tersebut akan penulis coba paparkan dalam bentuk narasi dan Critical.
Konsep tersebut adalah Accrual Basic dan Case Basic.(Muhammad Akhyar Adnau,
1997)
Kita merasa bersyukur dan gembira karena saat ini kajian tentang ekonomi Islam
semakin meluas. Berkembangnya kajian ekonomi Islam ini tentu akan mempengaruhi
kajian mikro ekonomi seperti akuntansi (Rhamanti, 2012). Bagi kita di Indonesia, kajian
itu akan semakin terarah dengan telah disahkannya Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia (PSAK 59) tahun 2003, (PSAK 101-107)
tahun 2007 dan (PSAK 101-108) tahun 2009 yang merupakan hasil kerjasama antara
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan Bank Indonesia (BI) yang berisi aturan tentang
Akuntansi Perbankan Syariah ini telah diterapkan. (Zakaria Batu Bara, 2016)
Dalam paragraf 15 dari PSAK 59 dan paragraf 25 PSAK 101 itu disebutkan,
untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual, kecuali laporan
arus kas dan penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha (Susilowati,
2017). Hal ini juga disebutkan dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI tentang
Sistem Distribusi Hasil Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syari'ah. (FATWA DEWAN
SYARI’AH NASIONAL, 2000). Dalam penghitungan pembagian hasil usaha didasarkan
pada pendapatan yang telah direalisasikan menjadi kas (dasar kas). Dengan dasar ini,
pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian. Laporan keuangan yang
disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi
masa lalu, yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban
pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang mempresentasikan kas yang
akan diterima di masa depan.(Youdhi Prayogo dan Elyanti Rosmanidar, 2022)
PEMBAHASAN
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No; 14/DSN-MUI/IX/2000
Tentang Distribusi Hasil Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS), LKS
disarankan menggunakan sistem basis akrual dalam penyajian laporan keuangan dan
menggunakan basis kas dalam menentukan distribusi bagi hasil. Aturan yang sama
terdapat pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 101 paragraf 25 (Nur,
2015). Para akademisi akuntansi syariah lokal maupun global mengkritik penerapan
metode basis akrual pada entitas syariah karena dinilai tak sesuai dengan prinsip syariah
(Sari & Ledista, 2022). Penerapan dualisme metode akuntansi dinilai berpotensi
menimbulkan resiko seperti persepsi window dressing, tidak konsisten dan tidak efisien
(Sitorus & Siregar, 2022).
Pentingnya PSAK 59 dan PSAK 101 di perbincangkan, karena berawal dari
keberatan mantan Dirut Bank Muamalat Indonesia (BMI) A. Riawan Amin terhadap
penerapan PSAK (Putri & Mardian, 2020) . Keberatan Riawan Amin berkisar pada
penggunaan metode akrual basic dalam laporan keuangan perbankan syariah. Selama ini
BMI menggunakan Case Basic dalam laporan keuangannya (Birton, 2015). Menurut
peraih master dari University of Texas yakni A. Riawan Amin , sejak berdiri, Bank
Muamalat telah memberlakukan standar akuntansi yang menerapkan prinsip cash basis.
“Tiba-tiba kita dipaksa menggunakan acrual basis. Ini kan bisa ngibulin nasabah kita”,
tandasnya (Hasan et al., 2020).
Sebagai contoh, Riawan, menjelaskan soal pendapatan dari perseroan. Dalam
akuntansi yang menggunakan standar acrual basis, maka pendapatan yang belum nyata,
di dalam penyajian laporan keuangan dimunculkan sebagai pendapatan itu sendiri.
Sementara dengan sistem cash basis, pendapatan itu belum diakui sebagai penghasilan
bila belum jelas dipegang tangan. Sebab, lanjutnya, apa yang akan dibagihasilkan oleh
bank syariah itu adalah pendapatan yang sudah benar-benar ada di tangan, jadi bukan
pendapatan yang belum nyata (Hasan et al., 2020).
Penelitian yang juga dilakukan Rini Wahyuni menyebutkan bahwa PT. Bank
Muamalat Indonesia Tbk dalam menyajikan laporan keuangan belum sesuai dengan
PSAK No. 101 Tahun 2014, karena belum menyajikan pembagian akun-akun yang
terdapat dalam Laporan Keuangan. (Rini Wahyuni, 2020)
Sedangkan menurut penulis bahwa Bank Syariah sebagai bank yang
operasionalnya dilandasi oleh nilai-nilai yang Islami harus mempunyai sifat yang
Amanah (Nova Khairunisa, 2019). Salah satu implikasi penerapan sifat amanah adalah
pembuatan laporan yang transparan dan tidak melakukan window dressing (Tibsj et al.,
2007). Dalam kasus penerapan PSAK 59 yang menggunakan sistem accrual basis yang
menyebabkan jumlah pendapatan menjadi berbeda antara yang tercantum dalam
Laporan Laba Rugi dengan Laporan Bagi Hasil, bagi pihak-pihak yang mengetahui
ketentuan akuntansi Bank Syariah, akan mempunyai opini bahwa tidak melakukan
window dressing mengingat ketentuannya memang seperti itu. Namun karena
masyarakat dan nasabah Bank Syariah sebagian besar kurang atau bahkan tidak
mengetahui ketentuan akuntansi Bank Syariah, maka opini yang timbul akan menjadi
lain.(Hadi, 2018)
Dengan timbulnya jumlah pendapatan yang berbeda dalam dua laporan yang
dikeluarkan oleh Bank Syariah yang sama maka akan timbul opini - bagi mereka yang
tidak memahami ketentuan akuntansi Bank Syariah - bahwa Bank Syariah melakukan
window dressing (Febriansyah, 2017). Bank Syariah menggunakan metode accrual basis
sehingga jumlah pendapatan menjadi besar yang pada akhirnya menghasilkan kinerja
yang bagus. Sedangkan untuk keperluan bagi hasil kepada para deposan, bank
menggunakan metode cash basis dengan maksud agar jumlah bagi hasil yang diterima
deposan menjadi lebih kecil (Susilowati, 2017). Apabila opini di ini terbentuk dan
meluas ke sebagian besar pengguna jasa Bank Syariah, akan mengakibatkan
kepercayaan nasabah dan calon nasabah menjadi berkurang, yang pada gilirannya akan
menyebabkan laju perkembangan Bank Syariah menjadi terhambat.(Rhamanti, 2012)
Namun, dari beberapa perdebatan yang ada, implikasi yang akan terjadi jika
perbankan syariah tidak menerapkan sistem Accrual basic dan hanya menerapkan
sistem Case Basic adalah tidak sebanding (tidak comparable) dengan laporan keuangan
bank-bank mainstream yang menggunakan basic akrual . secara umum semua prinsip
yang dianut dalam laporan keuangan adalah konsep dasar akrual (Sifa_Udin, 2020).
Selain itu, penulis melihat bahwa kedua sistem ini merupan sistem yang saling
melengkapi dalam pencatatan laporan keuangan. Itulah kenapa menurut pandangan
penulis, keduanya dibolehkan berdasarkan FATWA MUI.
KESIMPULAN
Terdapat dua asumsi yang mendasari Laporan keuangan syariah, accrual basis
dan cash basic. untuk kepentingan laporan keuangan menggunakan dasar akrual
sedangkan untuk kepentingan perhitungan bagi hasil mempergunakan dasar kas, yang
dalam pelaksanaannya bukan merupakan hal mudah, karena bank syariah dituntut untuk
mempunyai administrasi yang baik dan akurat sehingga dapat membedakan pendapatan
akrual dan pendapatan yang diterima secara kas. Meskipun keduanya sama-sama
diterapkan dalam perbankan syariah sesuai dengan FATWA MUI, bagi penulis bahwa
entitas syariah sebaiknya menggunakan metode Case Basic dalam menyajikan laporan
keuangan karena case basic memiliki argumentasi yang kuat dari perspektif syariah.
Pada penerapannya, penulis melihat bahwa implementasi Accrual Basic dalam
perbankan merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan diri dengan laporan
keuangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar Adnan, M., & Barizah Abu Bakar, N. (2009). Accounting treatment for
corporate zakat: a critical review. International Journal of Islamic and Middle
Eastern Finance and Management, 2(1), 32–45.
https://doi.org/10.1108/17538390910946258
Birton, M. N. A. (2015). Maqasid Syariah Sebagai Metode Membangun Tujuan
Laporan Keuangan Entitas Syariah. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 6(3), 421–
431. https://doi.org/10.18202/jamal.2015.12.6034
Febriansyah, A. (2017). TINJAUAN ATAS PROSES PENYUSUNAN LAPORAN
KEUANGAN PADA YOUNG ENTERPRENEUR ACADEMY INDONESIA
BANDUNG. Jurnal Riset Akuntansi. https://doi.org/10.34010/jra.v8i2.525
Hadi, D. A. (2018). Pengembangan Teori Akuntansi Syariah di Indonesia. Jurnal
Akuntansi Multiparadigma, 9(1), 106–123.
https://doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9007
Hasan, A., Fahlevi, H., & Aliamin, A. (2020). Prinsip Akuntansi Syariah pada Praktik
Transaksi Tradisional Mawah dan Gala di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Kajian
Akuntansi, 4(2), 135. https://doi.org/10.33603/jka.v4i2.3994
Muhammad Akhyar Adnau. (1997). THE SHARIAH ISLAMIC BANKS AND
ACCOUNTING CONCEPTS. Jurnal Akuntansi Dan Auditing Indonesia, Volume
1 N, 47–80.
FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL, (2000) (testimony of NO:
14/DSN-MUI/IX/2000).
Nova Khairunisa, P. (2019). Etika Bisnis Dalam Islam Terhadap Transaksi Terlarang
Riba Dan Gharar. LABATILA: Jurnal Ilmu Ekonomi Islam, 3(1), 81–95.
https://ejournal.iainu-kebumen.ac.id/index.php/lab/article/view/233
Nur, E. R. (2015). Suatu Tinjauan Hukum Dan Etika. Al-Adalah Vol. XII, No. 3, 12(1),
647–662.
Putri, N., & Mardian, S. (2020). The Islamic Social Reporting Index and Investment
Account Holder in Islamic Banks. Muqtasid: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan
Syariah, 11(1), 43–54. https://doi.org/10.18326/muqtasid.v11i1.43-54
Rhamanti, V. N. (2012). Sebuah Kajian Mengapa Akuntansi Syariah Masih Sulit Tubuh
Subur di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Investasi, 13(2), 161–179.
Sari, I. N., & Ledista, L. (2022). Gharar dan Maysir dalam Transaksi Ekonomi Islam.
Izdihar : Jurnal Ekonomi Syariah, 2, 22–40.
Sifa_Udin. (2020). Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia. Ekonomi
Islam UNIDA. http://ei.unida.gontor.ac.id/sejarah-perkembangan-akuntansi-
syariah-di-indonesia/
Sitorus, A. P., & Siregar, S. S. (2022). Pengembangan Penerapan Praktek dan Teori
Akuntansi Syariah di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(1), 806.
https://doi.org/10.29040/jiei.v8i1.4288
Susilowati, L. (2017). Tanggung Jawab, Keadilan Dan Kebenaran Akuntansi Syariah.
An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah, 3(2).
https://doi.org/10.21274/an.2017.3.2.295-320
Tibsj, P. G., Bddpvoujoh, B., Jt, B., Up, T., Nfuipepmphjft, B., Fyqsftt, T., Qsjodjqmft,
B., Jefpmphz, I., Dpnjoh, W., & Tibsjab, G. (2007). Teorisasi Akuntansi Syari ’ ah
di Indonesia. I(2), 211–227.
Youdhi Prayogo dan Elyanti Rosmanidar. (2022). Problematika Penerapan Accrual
Accounting Pada Lembaga Keuangan Syariah. Iltizam Journal of Shariah
Economic Research, Vol. 6, No, 225–240.
Zakaria Batu Bara. (2016). Journal Sties Syariah Bengkalis. IMPLEMENTASI
AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA BERBASIS ACCRUAL, 1,
53–60.

Anda mungkin juga menyukai