Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Al IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Ekonomi dan Bisnis Islam

Dosen pengampu : Arsyil Azwar Senja, L.C., M.E.I.

Disusun Oleh :

1. Muhammad Saifudin 63010210127

2. Maylana Rafitasari 63010210128

3. Chantika Damayanti Sukoco 63010210139

4. Sagita Bunga Karina 63010210140

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SALATIGA

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
limpahan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Ijarah Muntahiya Bittamlik “ dengan tepat waktu . Tak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Arsyil Azwar Senja, L.C., M.E.I. selaku dosen pengampu mata
kuliah Fiqh Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Salatiga yang telah memberikan tugas kepada
kelompok kami.

Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna serta
masih ada kesalahan dan kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya saran dan kritik konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan
makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat memberi
wawasan serta inspirasi kepada pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb.

Salatiga, 17 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................. 1
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 2
1.1 Pengertian Akad Al Ijarah Muntahiya Bittamlik................................................................... 2
1.2 Landasan dan Hukum Al Ijarah Muntahiyah Bittamlik ......................................................... 3
1.3 Rukun dan Syarat Al Ijarah Muntahiya Bittamlik ................................................................. 4
1.4 Skema Al Ijarah Muntahiya Bittamlik .................................................................................. 5
1.5 Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah Muntahiyah Bittamlik ................................................. 6
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................................ 8
A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 8
B. Saran ..................................................................................................................................... 8

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi
baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat tidak memiliki
cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, dalam perkembangan
perekonomian masyarakat yang semakin meningkat muncul sebuah jasa pembiayaan yang
ditawarkan oleh lembaga keuangan bank salah satunya sewa guna usaha (leasing), dimana
kegiatan pembiayaan ini berdasarkan prinsip syariah yang menggunakan akad Ijarah dan
Ijarah Muntahiyah Bittamlik.

Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) adalah bentuk inovasi baru dari produk ijarah.
IMBT ini adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual dan menghibahkan objek
sewa di akhir periode sehingga transaksi diakhiri dengan pemindahan kepemilikan objek
sewa. Ijarah Muntahiya Bittamlik atau yang sering di singkat dengan IMBT ini adalah akad
sewa menyewa di awal dan berakhir dengan pemindahan kepemilikan nantinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Al Ijarah Muntahiya Bittamlik ?
2. Apa landasan hukum yang terkait Al Ijarah Muntahiya Bittamlik?
3. Apa yang menjadi syarat serta rukun dari Al Ijarah Muntahiya Bittamlik ?
4. Bagaimana skema dalam Al Ijarah Muntahiya Bittamlik?
5. Apa saja pembatalan dan berakhirnya Al Ijarah Muntahiya Bittamlik?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian Al Ijarah Muntahiya Bittamlik.
2. Untuk mengetahui landasan hukum yang terkait Al Ijarah Muntahiya Bittamlik.
3. Untuk mengetahui syarat serta rukun dari Al Ijarah Muntahiya Bittamlik.
4. Untuk mengetahui skema dalam Al Ijarah Muntahiya Bittamlik.
5. Untuk mengetahui pembatalan dan berakhirnya Al Ijarah Muntahiya Bittamlik.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Akad Al Ijarah Muntahiya Bittamlik


Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) adalah bentuk inovasi baru dari produk ijarah.
IMBT ini adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual dan menghibahkan
objek sewa di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan pemindahan
kepemilikan objek sewa. 1

Ijarah muntahiya bittamlik memiliki susunan kata yang terdiri dari “at-ta‟jiir / al-
ijarah (sewa)” dan “at-tamliik (kepemilikan)” . At-ta‟jiir menurut bahasa diambil dari
kata al-ajr yaitu imbalan atas sebuah pekerjaan, dan juga dimaksudkan dengan pahala. 2
Sedangkan al-ijārah dalam istilah para ulama ialah suatu akad yang mendatangkan
manfaat yang jelas lagi mubah berupa suatu dzat yang ditentukan ataupun yang disifati
dalam sebuah tanggungan, atau akad terhadap pekerjaan yang jelas dengan imbalan yang
jelas serta tempo waktu yang jelas. 3
Sedangkan at-tamliik secara bahasa bermakna menjadikan orang lain memiliki
sesuatu. Dan at-tamliik bisa berupa kepemilikan terhadap suatu benda, kepemilikan dan
terhadap manfaat. Jika kepemilikan terhadap suatu barang dengan adanya pergantian
maka dia jatuh sebagai jual beli. Jika kepemilikan terhadap suatu manfaat dengan adanya
pergantian maka disebut persewaan.
Adapun menurut Habsi Ramli, ijarah muntahiya bittamlik adalah akad sewa menyewa
yang terjadi antara pemilik barang dan penyewa barang agar memperoleh imbalan atas
objek sewa yang diberikan oleh pemilik sewa, dengan tawaran akhir bisa jual beli barang
tersebut atau hibah.4

1
Ascarya akad dan produk Bank syariah(Jakarta:Rajawali Pers,2013)h.103
2
Adiwarman Kharim,Bank Islam Analisis fiqih dan keuangan(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada ,2004)h 128
3
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Inzani
dan Tazkia Cendekia, 2001) h. 117.
4
Hasbi Ramli. Teori Dasar Akutansi Syariah. (Jakarta:Renaisan 2005), hal,63

2
1.2 Landasan dan Hukum Al Ijarah Muntahiyah Bittamlik
 Pada QS.Al- baqarah ayat 233

‫ضعُ ٓۡوا اَن ا َ َردْتُّم َواِن‬ َ ‫سلَّمتُم اِذَا‬


ِ ‫علَيكُم ُجنَا َح فَ َل اَو ََلدَكُم ت َست َر‬ ِ ‫ّللا َواتَّقُوا ؕ ٰات َيتُمبِال َمع ُرو‬
َ ۡٓ ‫ف َّما‬ َٰ
‫ّللا َواعلَ ُم ٓۡوا‬
َ ٰ ‫صير ت َع َملُونَ بِ َما ا َ َّن‬
ِ َ‫ب‬

Artinya : “Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada
dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa tidak berdosa jika ingin mengupahkan sesuatu
kepada orang lain dengan syarat harus membayar upah terhadap pekerjaan tersebut.
Jika ingin anak-anak disusui oleh orang lain, maka pekerjaan seperti ini tidak berdosa
asalkan kita membayar upah. Jika dipahami lebih dalam ayat ini mengisyaratkan
kebolehan untuk menyewa jasa orang lain dalam melakukan sesuatu pekerjaan
yang kita butuhkan.
 Al Hadits
1. HR. Bukhari Muslim: “ Karena itulah beliau melarangnya. Adapun untuk sesuatu
yang diketahui secara jelas dan dijamin ,maka tidak apa apa”.
Maksud dari hadits tersebut adalah sewa-menyewa diperbolehkan asalkan
rincian diketahui secara jelas dan benar. Dan dilarang apabila dilakukan dengan cara
yang batil dan tidak benar. Sehingga dalam hal sewa-menyewa uang sewa dan
perincian tentang sewa menyewa harus jelas dan tidak dianggap sah jika tidak
diketahui secara jelas. 5
2. HR. Ibnu Majah “Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulallah saw bersabda:
Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering”.
3. HR. Abdur Razaq “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulallah saw bersabda: Apabila
kamu mengangkat pekerja maka beritahukanlah upahnya”.

5
Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam ,Syarah Hadist pilihan Bukhari-Muslim(Jakarta : Darul
Falah,2002)h,797
3
 Ijma’
Umat Islam pada masa sahabat telah ber-ijma’ bahwa ijarah dibolehkan sebab
bermanfaat bagi manusia. 6

1.3 Rukun dan Syarat Al Ijarah Muntahiya Bittamlik


Ijarah dianggap sah apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya, sebagaimana yang
berlaku secara umum dalam transaksi lainnya. Menurut ulama Hanafiyah, rukun Ijarah
adalah ijab (ungkapan menyewakan) dan qabul (persetujuan terhadap sewa menyewa).
Pada umumnya rukun Ijarah muntahiya bittamlik sama dengan ijarah pada umunya. Sesuai
dengan Fatwa DSN No. 27 tahun 2000. Sedangkan menurut Jumhur ulama berpendapat,
rukun ijarah ada empat :

• Aqid (orang yang berakad yaitu penyewa dan yang menyewakan)


Di dalam istilah hukum Islam orang yang menyewakan disebut dengan"Mu'jir",
Sedangkan orang yang menyewa disebut dengan "Musta'jir".Kedua belah pihak yang
melakukan akad merupakan orang yang cakap bertindak dalam hukum yaitu
mempunyai kemampuan untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk
(berakal) serta dewasa (balig). 7
• Sighat (Ijab Qabul)
Ijab dan qabul adalah suatu ungkapan antara dua pihak dalam sewa menyewa suatu
barang atau benda. Ijab adalah permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang
yang berakad dengan menggambarkan kemauannya dalam mengadakan akad. Qabul
adalah kata yang keluar dari pihak yang lain sesudah adanya ijab untuk menerangkan
persetujuannya. 8
• Ujrah (Upah)
Uang upah atau imbalan atas pemakaian manfaat barang tersebut disebut dengan
"ujrah". Pihak penyewa dan pihak yang menyewakan mengadakan kesepakatan
mengenai harga sewa dimana antara keduanya terjadi penawaran. Pada dasarnya ujrah
diberikan pada saat terjadinya akad sebagaimana dalam transaksi jual beli. Tetapi pada
waktu akad para pihak dapat mengadakan kesepakatan seperti pembayaran boleh
diadakan dengan mendahulukan imbalan atau mengakhirkan imbalan.
• Manfaat objek ijarah

6
Rachmat Syafei fiqih muamalah(Bandung :CV Pustaka Setia,2001)h 124
7
Suhrawardi K.Lubis, Hukum Ekonomi Islam,Jakarta: Sinar Grafika, 2000, Cet I, hlm. 145
8
Hasbi Ash-Shiddieqy, Op. Cit., hlm. 27
4
Dalam kalangan ulama menjelaskan bahwa tidak boleh menyewakan barang-barang
yang tidak bermanfaat atau barang-barang yang dilarang sebab termasuk barang yang
batal. 9 Barang-barang yang dilarang tersebut adalah barang-barang yang dilarang oleh
syara, seperti menyewakan rumah untuk hal-hal kemaksiatan dan lain-lain.
Syarat pembiayaan al ijarah muntahiya bittamlik akan sah apabila syarat dalam ijarah pada
umunya telah tercukupi. Adapun syarat-syarat sah ijarah adalah :
a) Bagi ( mu‟jir dan musta‟jir )
Menurut mazhab Syafi’I dan Hanbali ,syarat bagi para pihak yang melakukan akad
adalah telah baligh dan berakal. Dengan demikian apabila pihak yang berakad belum
atau tidak berakal, seperti anak kecil atau orang gila menyewakan hartanya atau diri
mereka sebagai buruh maka akadnya tidak sah.
b) Harus adanya kerelaan antara kedua belah pihak
Masing-masing pihak menyatakan kerelaannya untuk melakukan perjanjian sewa
menyewa, kalau di dalam perjanjian sewa menyewa terdapat unsur pemaksaan maka
sewa menyewa itu tidak sah.
c) Upah atau Imbalan
Dalam akad sewa menyewa upah atau imbalan harus jelas dan sesuatu yang bernilai
harta, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya perselisihan dikemudian
hari.10

1.4 Skema Al Ijarah Muntahiya Bittamlik

9
Imam Taqiyuddin, Op. Cit., hlm. 400
10
Al Kasani, Op. Cit.juz IV hlm 176
5
Skemanya sebagai berikut :
1. Nasabah (B) mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis kepada bank (A)
terhadap objek yang dimiliki supplier (C).
2. Membuat akad IMBT antara bank dan nasabah terhadap obyek sewa.
3. Bank membeli obyek sewa dari Supplier (C)
4. Bank mencatat obyek sewa dalam aktiva ijarah.
5. Bank menyewakan obyek sewa kepada nasabah.
6. Nasabah membayar uang sewa kepada Bank.
7. Pembayaran sewa dilakukan sesuai jangka waktu pembiayaan.
8. Periode pembayaran sewa dilakukan sampai nilai buku obyek sewa adalah nol.
9. Pada saat harga buku obyek sewa adalah nol, obyek sewa dihibahkan kepada nasabah.
10. Bank dan nasabah menandatangani akad hibah obyek sewa .11

1.5 Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah Muntahiyah Bittamlik


Kontrak atau akad akan dipandang tidak sah jika:
1. Keterpaksaan
Dalam akad tidak boleh adanya unsur keterpaksaan, harus dengan asas kerelaan
sebagaimana rukun dalan transaksi itu harus diakhiri dengan adanya ijab kabul.
2. Kesalahan mengenai objek kontrak
Kesalahan ini misalnya pihak penjual yang menggambarkan dan menjelaskan objek
yang akan diperjual belikan salah atau tidak sesuai, sehingga pembeli merasa
dirugikan.
3. Penipuan/ tadlis
Salah satu pihak menyembunyikan kecatatan barang dengan cara menutup-nutupi
kekurangan barangnya, sehingga pihak yang membeli tidak tahu.
4. Ketidakseimbangan objek kontrak disertai tipuan
Tidak terciptanya kesepakatan yang berkenaan dengan harga objek, bisa terlampau
tinggi, atau terlampau rendah dari harga sebenarnya.

Adapun yang menyebabkan akad al ijarah muntahiyah bittamlik batal atau berakhir yaitu:

1. Terjadinya aib pada objek sewaan

Maksudnya adalah jika pada barang yang menjadi obyek perjanjian sewa menyewa

11
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) h. 103
6
terdapat kerusakan ketika sedang berada di tangan pihak penyewa, yang mana
kerusakan itu diakibatkan kelalaian pihak penyewa sendiri, misalnya karena
penggunaan barang tidak sesuai dengan peruntukan penggunaan barang tersebut.
Dalam hal seperti ini, pihak yang menyewakan dapat meminta pembatalan.12

2. Rusaknya objek yang disewakan.

Apabila barang yang menjadi objek perjanjian sewa menyewa mengalami kerusakan
atau musnah sama sekali, misalnya terbakarnya rumah yang menjadi objek sewa. 13

3. Berakhirnya masa perjanjian sewa menyewa

Jika apa yang menjadi tujuan sewa menyewa telah tercapai atau masa perjanjian
sewa menyewa telah berakhir sesuai dengan ketentuan yang disepakati oleh para
pihak, maka akad sewa menyewa berakhir.14

4. Adanya uzur

Merupakan salah satu penyebab berakhirnya perjanjian sewa menyewa. Meskipun


uzur tersebut hanya terjadi kepada salah satu pihak. Misalnya, seseorang yang
menyewa toko untuk berdagang ,akan tetapi barang dagangnya musnah terbakar
sebelum toko tersebut dipergunakan, maka pihak penyewa dapat membatalkan
perjanjian sewa menyewa.15

12
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, SH , op. cit., hlm. 57
13
Ibid. hlm. 58
14
Sayid sabiq, hlm. 285
15
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media pratama Kencana) 2000, h. 237-238

7
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) adalah bentuk inovasi baru dari produk ijarah.
IMBT ini adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual dan menghibahkan
objek sewa di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan pemindahan
kepemilikan objek sewa. Dasar hukum sewa yaitu al-quran, hadits dan ijma. Menurut
Jumhur ulama berpendapat, rukun ijarah ada empat : aqid (orang yang berakad yaitu
penyewa dan yang menyewakan), Sighat (Ijab Qabul), ujrah (upah). Sedangkan syarat
pembiayaan al ijarah muntahiya bittamlik akan sah apabila syarat dalam ijarah pada
umunya telah tercukupi. Adapun syarat-syarat sah ijarah adalah : Bagi ( mu‟jir dan
musta‟jir ), harus adanya kerelaan antara kedua belah pihak, dan upah atau imbalan.
Adapun yang menyebabkan akad batal atau berakhir yaitu: terjadinya aib pada objek
sewaan, rusaknya objek yang disewakan, berakhirnya masa perjanjian sewa menyewa
dan adanya uzur.
B. Saran
Berdasarkan makalah yang kami buat tentang al ijarah muntahiyah bittamlik di atas,
tentunya masih terdapat banyak kekurangan dalam hal orientasi materi maupun penulisan
makalah. Dan kami juga mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat dibutuhkan guna pembelajaran dan juga penyusunan makalah untuk
ke depannya. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas, dimengerti dan lugas.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al Usmaniyah, S. L. (2022). PENERAPAN AKAD IJARAH MUNTAHIYA BIT TAMLIK


DALAM BANK SYARIAH. AL-KHARAJ, 2(1), 1-14.
Andi, A. K. (2019). Ijarah Muntahiya Bittamlik Sebagai Solusi Ekonomi Kerakyatan.
ACTIVA: Jurnal Ekonomi Syariah, 2(2), 22-43.
Asiyah. 2015. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: Kalimedia
Ascarya. 2013. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers
Fuandy, Munir.2003. Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Buku Kedua .
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Ibrahim, I., Azmi, I. B. A. G., & Madun, A. B. IMPLEMENTASI AQAD IJARAH
MUNTAHIYA BITTAMLIK PADA PRODUK BAITI JANNATI DI BANK
MUAMALAT INDONESIA.
Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta : Kencana
Mustofa, Imam. 2016. Fiqh Muamalah Kontemporer. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai