Anda di halaman 1dari 57

PENGARUH PROMOSI TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA

BANK MUAMALAT CABANG TASIKMALAYA


(Penelitian di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Tasikmalaya
Jl. H.Z. Mustofa No. 294 Tasikmalaya)

ABSTRAK

Oleh:

DENA FUJI LESTARI


NPM. 12.0464.1/NIRM. 002.20.0561.12

FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
SINGAPARNA TASIKMALAYA
2016 M. / 1437 H.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada era globalisasi saat ini, kebutuhan untuk memperoleh informasi yang cepat,

tepat, akurat dan terpercaya sangat diperlukan guna menunjang kegiatan usaha. Maju

mundurnya suatu kegiatan perusahaan dipengaruhi oleh keadaan perekonomian pada

umumnya yaitu tersedia tidaknya peluang pasar atau permintaan potensial dan peran

serta pemerintah dalam memberikan fasilitas dan kemudahan yang diperlukan untuk

kelancaran usaha, sehingga menimbulkan minat bagi masyarakat untuk berpartisipasi

dalam mendirikan perusahaan.1 Namun dari beberapa perusahaan ada yang kurang

memperhitungkan kemampuan dalam hal melakukan promosi untuk mencapai penjualan

yang tinggi. Pada dasarnya semua jenis usaha berorientasi pada besarnya penjualan

dengan tujuan untuk memperoleh laba perusahaan.

Pada saat ini mungkin sebagian orang masih berpendapat bahwa pengetahuan

akan pemasaran tidaklah begitu penting. Pendapat ini tidaklah benar, pendapat ini hanya

berlaku pada kondisi dimana jumlah barang yang diproduksi belum banyak, disamping

itu belum banyak yang memproduksi barang yang sama sehingga tingkat persaingan pun

belum tajam. Namun saat ini keadaan itu sudah berubah, dimana banyak perusahaan

yang meproduksi secara besar-besaran untuk jenis produk yang sama sehingga

mengakibatkan persaingan semakin keras. Disinilah pentingnya pengetahuan akan

pemasaran, yaitu untuk memahami keadaan pasar dan menjadikannya peluang yang

menguntungkan bagi perusahaan. 1

1
Irwan dan Swastha Basu, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Kedua, (Yogyakarta: Liberty Offset,
2000), h. 57
Dalam pengertian pemasaran, para ahli mengemukakan definisi yang

kelihatannnya berbeda tetapi pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama. Ini

disebabkan karena masing-masing melihat dari sudut pandang yang berbeda.

Pengertian pemasaran menurut Philip Kotler, “pemasaran adalah kegiatan

manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses

pertukaran”.2 Sedangkan menurut Stoner, pemasaran adalah :

Suatu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang dirancang untuk


merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang
dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial.3

Bagi sebagian besar perusahaan, akhir-akhir ini merupakan masa yang sulit di

dalam memasarkan produknya karena berbagai kendala, seperti krisis moneter dan

ekonomi, serta gangguan stabilitas nasional yang mengakibatkan permintaan konsumen

atau pasar sering berubah-ubah (turun-naik), maka penggunaan alat komunikasi sangat

menunjang dalam memberikan informasi yang mendorong pembelian produk. Untuk

mengetahui bagaimana komunikasi itu berfungsi atau tidak.

Kegiatan di dalam bidang pemasaran dewasa ini mempunyai peranan yang sangat

penting dalam dunia bisnis. Persaingan yang semakin ketat membuat para pelaku bisnis

mau tidak mau dituntut agar mampu melakukan strategi-strategi yang tepat bagi

kelangsungan hidup bisnisnya, khususnya dalam strategi pemasaran. 4 Perusahaan harus

berupaya menghasilkan dan menyampaikan produk dan jasanya dengan menggunakan

strategi pemasaran yang ada, dimana perusahaan juga harus memahami perilaku

konsumennya demi menciptakan dan mempertahankan pelanggannya.

Bank syariah secara resmi telah diperkenalkan kepada masyarakat sejak tahun

1992, yaitu dengan diberlakukannya UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Menurut
2
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 5.
3
Stoner, James A.F., 1989, Manajemen Umum, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 4
4
Basu Swastha, 1984, Azas-azas Marketing, Edisi Ketiga, (Yogyakarta: Liberty, 2001), h. 54
UU No. 7 Tahun 1992 yang direvisi dengan UU Perbankan No. 10 Tahun 1998

mendefinisikan bank syari'ah sebagai berikut:

Bank syari'ah adalah lembaga keuangan yang pengoperasiannya dengan sistem


bagi hasil. Bank syari'ah adalah bank yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan
manusia akan jasa perbankan, dengan teknik perbankan yang dilakukan terjauh
dari yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.5

Dalam UU No. 21 tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah mengemukakan

pengertian perbankan syariah dan pengertian bank syariah, bahwa:

Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut bank syariah dan unit
usaha syariah, mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan usaha, serta tata cara
dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya dengan didasarkan pada prisnsip syariah
dan menurut jenisnya bank syariah terdiri dari BUS (Bank Umum Syariah), UUS
(Unit Usaha Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah).6

Undang-undang ini selanjutnya diinterpretasikan dalam berbagai ketentuan

pemerintah, telah memberikan peluang seluas-luasnya untuk pembukaan bank-bank yang

beroperasi dengan prinsip bagi hasil/ syariah.7 Perkembangan perbankan syariah hingga

saat ini masih menunjukan pertumbuhan yang belum menggembirakan, baik jaringan

maupun volume usaha, dibandingkan dengan pertumbuhan bank konvensional. Hal ini

ditujukan dengan populasi bank syariah yang masih kecil. Hingga pertengahan tahun

1999, hanya ada 1 (satu) bank umum syariah dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah,

sedangkan populasi bank konvensional sejumlah 206 bank umum dan 2.231 Bank

Perkreditan Rakyat.8

Perbankan syariah di Indonesia sebagai suatu lembaga yang berfungsi


menghimpun dan mengatur dana masyarkat, tidak bisa memungkiri pentingnya
melakukan strategi-strategi pemasaran yang jitu untuk mempertahankan
perusahaannya.9

5
Arbi Syarif, Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank, (Jakarta: Djambatan. 2002), h. 21
6
Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal Dalam Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Salemba Empat.
2002), h. 61
7
UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan
8
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek,( Jakarta : Gema Insani,2001 ), h.
224
9
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek,( Jakarta : Gema Insani,2001 ), h.
225
Dalam perkembangan industri perbankan syari’ah di Indonesia hingga saat ini

menunjukkan semakin banyak industri perbankan yang ingin membuka bank yang sesuai

dengan prinsip syari’ah. Ini dikarenakan perbankan syari’ah merupakan perbankan yang

memiliki sistem yang berbeda dengan perbankan konvensional, dan memiliki potensi

pasar yang cukup menjanjikan dimasa yang akan datang. Hal ini menimbulkan beberapa

alternatif kepada nasabah untuk menentukan bank mana yang menurut penilaian nasabah

dapat memberikan kepuasan bagi dirinya.

Dalam Al-Quran surat Ali-Imran ayat 159 telah memberikan pedoman kepada

mukmin (pelaku usaha) agar berlemah lembut (memuaskan) kepada obyek dakwah

(customer/pelanggan).

           
         
           

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.10

Maksud dari ayat di atas bahwa telah diatur dalam Al-Qur’an tentang urusan

peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi,

kemasyarakatan dan lain-lainnya.

Perbankan Syari'ah dikenal sebagai Islamic bangking, kata Islamic pada awalnya

dikembangkan sebagai satu respon dari kelompok ekonomi dan praktiksi. Perbankan

Muslim yang berusaha mengakomodir berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia

jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsip

Syari'ah Islam khususnya yang berkaitan dengan pelarangan praktek riba, kegiatan yang

10
Depag RI, Al-Quran dan Terjemah. (Indonesia : CV Penerbit Diponegoro, 2010). h. 110
bersifat spekulatif yang serupa dengan perjudian (maisyir), ketidakpastian (qharar) dan

pelanggaran prinsip keadilan dalam transaksi serta keharusan penyaluran dana investasi

pada kegiatan usaha yang etis dan halal secara Syari'ah. Seperti yang dijelaskan dalam

Al-Qur'an surat Al-Hud : 86 sebagai berikut :

            
Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang

beriman. dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu.11

Dalam surat Al-Baqorah ayat 275 yang berbunyi :

         


         
           
           
      
Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.12

Maksud ayat di atas, riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah

pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah

penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya

karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan

emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah

yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah. Orang

yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan. Riba

yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.

11
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Semarang: Toha. 2000), h. 338
12
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Semarang: Toha. 2000), h. 69
Saat ini perkembangan dibidang jasa, khususnya perbankan sedang pesat. Jasa

merupakan kegiatan yang dapat diidentifikasikan secara tersendiri, yang pada hakekatnya

bersifat tak teraba (intangible), yang merupakan pemenuhan, kebutuhan dan tidak harus

terikat pada penjualan produk atau jasa lain.13 Dahulu nasabah mencari bank (Bank

Oriented), sekarang bank mencari nasabah (Customer Oriented) maka bank dituntut

mampu menawarkan produk-produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan nasabah.

Dengan memanfaatkan produk yang ditawarkan, perbankan harus dapat merebut

perhatian calon nasabah tidak hanya sekedar memperkenalkan, tetapi juga mengandung

unsur persuasi.

Bank syari’ah harus selalu menjaga kepercayaan dari masyarakat dan bisa

percaya karena hal tersebut merupakan modal yang paling besar bagi sebuah lembaga

keuangan. Kepercayaan tersebut melalui keamanan, pelayanan bagi hasil yang

kompotitif serta maslahah. Bank syari’ah sebagai agen pembangunan dan pengembangan

secara ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat (terutama kalangan

menengah kebawah) harus terlihat. Hal yang sama harus juga dilakukan dalam pelayanan

yang bergerak dibidang jasa keuangan, sehingga pelayanan yang baik, cepat dan

merupakan syarat mutlak dalam memberikan layanan kepada nasabahnya maupun

masyarakat.

Bank syari’ah yang bergerak secara khusus melayani jasa perbankan nasabah

berdasarkan prinsip syari'ah menyediakan berbagai poduk antara lain Giro Wadi'ah,

Tabungan Mudharobah, Deposito Mudhorobah. Dalam hal ini penelitian mengkhususkan

penelitian mengenai produk tabungan. Alasan dilakukan penelitian di Bank syari’ah

karena adanya persaingan yang sangat ketat dikarenakan semakin banyaknya lembaga

keuangan syari'ah saat ini. Agar mampu mensosialkan ke masyarakat luas, maka

perusahaan harus mengetahui perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan untuk


13
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Edisi Milenium, (Evanston, Illinois. 2003), h. 220
memilih tabungan yang berhubungan dengan karakteristik konsumen dan karakteristik

produk tabungan.

Karakteristik konsumen terdiri dari profesi, jenis kelamin dan tingkat pendidikan

akhir. Profesi perlu diketahui karena profesi orang berbeda-beda dan mempunyai tingkat

upah atau gaji yang berbeda pula. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kemampuan

nasabah dalam menabung. Jenis kelamin perlu diketahui karena sekarang lebih banyak

wanita dari pada pria dan wanita cenderung memiliki sifat hemat selain itu dalam dunia

pekerjaan kebanyakan wanita berpenghasilan lebih kecil dari pada pria hal tersebut juga

berpengaruh pada besar kecilnya uang yang ditabung. Tingkat pendidikan akhir perlu

diketahui karena dengan tingkat pendidikan yang berbeda akan berbeda pula tingkat

tabungan dan jenis tabungan yang dipilih.

Karakteristik produk terdiri dari bagi hasil, pelayanan dan tangibles (fasilitas).

Bagi hasil perlu diketahui karena adanya keyakinan yang kuat di kalangan masyarakat

muslim bahwa bank konvensional itu mengandung unsur riba yang dilarang Islam dan

kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri dari peresoalan riba. Dengan

mengacu pada Al-Qur'an dan hadits maka diharapkan bank syari'ah dapat menghindari

praktek-praktek yang mengandung unsur riba dan melakukan usaha dengan kegiatan

investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Pelayanan perlu diketahui

karena masyarakat dalam menabung disuatu bank memerlukan pelayanan yang baik

sehingga nasabah merasa puas. Tangibles (fasilitas/bukti langsung) perlu diketahui

karena masyarakat dalam menabung memerlukan bukti langsung atau fasilitas yang baik

sehingga nasabah merasa puas.

Menurut Rosady Ruslan, dalam konsep service of excelllent ada empat pokok

unsur pelayanan yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan dan kenyamanan.14 Keempat

unsur tersebut merupakan satu kesatuan pelayanan jasa yang terintegrasi. Artinya
14
Rosady Ruslan, Management Public Relations, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006), h. 275
pelayanan atau jasa yang diberikan kepada pelanggan menjadi tidak excellent (unggul),

jika salah satu unsur kurang. Untuk mencapai tingkat suatu pelayanan prima, maka pihak

customer service harus memiliki tingkat keterampilan tertentu, keandalan, berpenampilan

baik dan rapi (good performance), bersikap ramah serta mampu berkomunikasi dan

menciptakan hubungan pelanggan yang baik (good relationship). Bank syari’ah sebagai

salah satu lembaga kepercayaan masyarakat harus mampu memberikan pelayanan yang

berkualitas untuk memberikan kepuasan bagi nasabah.

Permasalahan yang cukup mampu menjadi resiko bank adalah ketidakpuasan

konsumen atas produk-produk dan pelayanan bank syariah, padahal kepuasan pelanggan

(Customer Satisfaction) menentukan 100% produktivitas. Bahkan Customer Satisfaction

merupakan bagian utama dari marketing yang sangat menentukan kelangsungan hidup

dan ukuran keberhasilan perusahaan. Perusahaan jasa, seperti bank syariah adalah

perusahaan yang bergerak di sektor jasa yang tentu saja yang dijualnya adalah service.

Cukup banyak contoh perusahaan yang bangkrut karena tidak mencapai target penjualan,

sebagai akibat dari mengabaikan pelanggan. Oleh karena itu bank harus mampu

mengupayakan agar nasabah tertarik dan memberikan sepenuhnya kepercayaan untuk

menggunakan produk yang ditawarkan atau diperlukan adanya strategi promosi dan

kepuasan nasabah untuk meningkatkan daya jual bank syariah juga meningkatkan

perkembangan bank syariah di Indonesia.

Tiap-tiap bank syariah saling berlomba dalam menjaring nasabah dengan

berusaha menemukan dan mengembangkan produknya seperti adanya bermacam-macam

jenis tabungan, giro, penyimpanan dana deposito bahkan sampai dengan menyediakan

fasilitas ATM (Automatic Teller Machine) disertai adanya fasilitas pembayaran rekening

tagihan listrik dan telepon. Serta pelayanan jasa yang dapat memuaskan konsumen,
bersikap ramah, suasana yang menyenangkan dan pengaturan tata letak (interior) yang

dirancang nyaman dan bersahabat.

Salah satu cara yang efektif untuk memenangkan persaingan atau mendapatkan

lebih banyak konsumen, maka perusahaaan yang bergerak di bidang keuangan harus

melaksanakan kegiatan promosi dengan baik dan benar.

Di dalam melaksanakan promosi itu terdapat empat alat utama yang umumnya
dikenal dengan istilah: Iklan (advertising), penjualan pribadi (personal selling),
promosi penjualan (sales promotion) dan publisitas (publicity).15

Menurut Kotler Philip menyatakan bahwa: “Periklanan adalah bentuk-bentuk

komunikasi non-personal yang dilakukan lewat media bayaran dengan sponsor yang

jelas”.16 Selanjutnya pengertian periklanan menurut Stoner adalah sebagai berikut:

Iklan adalah semua kegiatan yang terlibat dalam penyajian suatu pesan non-
personal (tidak tertuju kepada seseorang), disuarakan atau visual, dan dibiayai
secara tebuka untuk suatu produk barang, jasa atau ide.17

Penjualan pribadi merupakan salah satu unsur promosi untuk mencapai tujuan

dalam meningkatkan penjualan. Definisi yang dikemukakan oleh Kotler menyatakan

bahwa : “Personal selling adalah penyajian lisan dan tatap muka dalam suatu

pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli untuk terjadinya penjualan”.18 Menurut

Kotler, “Promosi penjualan adalah insentif jangka pendek untuk merangsang pembelian

atau penjualan barang atau jasa”.19

Sedangkan menurut Nickels yang dikutip oleh Swasta DH sebagai berikut:

Promosi penjualan adalah kegiatan-kegiatan pemasaran selain Personal Selling,


periklanan dan publisitas, yang mendorong efektifitas pembelian konsumen dan
pedagang yang menggunakan alat-alat seperti peragaan, pameran, demonstrasi,
dan sebagainya.20
15
Saladin Djaslim, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, (Bandung: Linda Karya, 2000), h. 81
16
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 279.
17
Stoner, James A.F., Manajemen Umum, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 86
18
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 243.
19
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Jilid
II, Edisi Ketujuh, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 242.
20
Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty. 2001), h. 269
Publisitas merupakan salah satu unsur dari promosi yang mempunyai pengaruh

terhadap peningkatan jumlah penjualan. Menurut Stanton sebagai berikut :

Publisitas adalah usaha untuk merangsang permintaan dari suatu produk secara
non-operasional dengan membuat berita yang bersifat komersial tentang produk
tersebut di dalam media cetak atau bukan maupun hasil wawacara yang disiarkan
dalam media tersebut.21
Selanjutnya menurut Swasta bahwa publisitas didefinisikan sebagai berikut :

“Publisitas adalah sejumlah informasi tentang seseorang, barang atau organisasi yang

disebarkan ke masyarakat melalui media tanpa dipungut biaya, atau tanpa pengawasan

dari sponsor”.22

Melalui kegiatan promosi, perusahaan diharapkan dapat meningkatkan penjualan

atau setidak-tidaknya mempertahankan volume penjualan. Melalui promosi pula

perusahaan dapat memberikan informasi kepada konsumen akan kegunaan dan kelebihan

produk mereka, serta sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen untuk membeli

produk mereka. Kegiatan promosi yang direncanakan, diarahkan dan dikendalikan

dengan baik serta sesuai dengan rencana pemasaran keseluruhan sehingga dapat

meningkatkan penjualan produk perusahaan. Sebaliknya kegiatan promosi yang tidak

terarah dapat mengakibatkan kerugian yang besar pada perusahaan.

Dengan semakin ketatnya persaingan yang dirasakan, membuat PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Tasikmalaya berupaya untuk dapat membuat target

konsumennya lebih tertarik membeli produk yang ditawarkan daripada produk yang

ditawarkan oleh perusahaan lain dengan melakukan promosi-promosi yang lebih baik

agar nasabah tertarik dengan produk yang ditawarkan. Salah satu kegiatan meningkatkan

kepuasan konsumen yaitu melalui kegiatan promosi.

21
Stoner, James A.F., Manajemen Umum, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 137
22
Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty. 2001), h. 273
Kendala-kendala yang muncul dalam suatu perusahaan baik secara intern maupun

ekstern menuntut seorang manajer untuk mengantisipasi dan menanggulanginya.

Pemasaran (marketing mix) merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran

modern, dimana promosi merupakan salah satu elemen dari pemasaran tersebut.

Promosi adalah suatu keadaan yang digunakan untuk melukiskan kombinasi dari

empat masukan yang membentuk dasar dari sistem organisasi pemasaran. Dari keempat

unsur marketing mix, penulis mencoba membatasi permasalahan pada unsur promosinya

saja, karena promosi mempunyai kaitan yang sangat erat dan penting bagi suatu

perusahaan untuk berkomunikasi dengan konsumen dalam melaksanakan penjualan

produknya, untuk hal ini penulis melakukan suatu penelitian untuk mengetahui masalah-

masalah yang timbul dan dihadapi dalam melaksanakan promosi.

Promosi semakin banyak mendapat perhatian dalam dunia usaha yang terus

berkembang dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Promosi merupakan alat untuk

mempengaruhi orang agar mau menggunakan atau mengkonsumsi barang atau jasa yang

ditawarkan dan membantu di dalam pemilihan produk yang akan dibeli konsumen.

Sebaliknya kegiatan bidang yang lain tanpa mengkaitkan kegiatan promosi akan

mengalami kesulitan. Dengan demikian tidak ada suatu perusahaan yang akan mampu

bertahan bilamana perusahaan tidak mampu di dalam memasarkan atau menjual produk.

Promosi yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang

Tasikmalaya sebelumnya yaitu melalui mengembangkan program periklanan, manajer

pemasaran memulainya dengan mengidentifikasi segmen pasar sasaran dan motif-motif

pembeli. Dalam pelaksanaan periklanan, alat-alat atau media yang dapat digunakan

untuk mempengaruhi konsumen, antara lain: Majalah dan Surat Kabar, Televisi, Radio,

Papan Reklame, dan Spanduk. Namun iklan tidak begitu memaksa seperti tenaga

penjual. Masyarakat (konsumen) tidak merasa begitu wajib memperhatikan atau


memberi tanggapan. Iklan hanya menyampaikan suatu pesan kepada masyarakat, bukan

melakukan dialog. Sehingga volume penjualan pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Cabang Tasikmalaya kurang maksimal sesuai yang diharapkan perusahaan.

Demikian pula halnya yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Cabang Tasikmalaya yang merupakan jenis usaha yang secara khusus mendistribusikan,

memasarkan dan menjual barang atau produk langsung pada konsumen. PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Tasikmalaya dalam rangka meningkatkan kepuasan

konsumen, berusaha untuk memilih cara promosi yang tepat di dalam memasarkan

produknya di pasar, sehingga diharapkan konsumen akan merasa tertarik untuk menjadi

konsumen bankl. Hal ini yang mendorong penulis untuk memilih PT. Bank Muamalat

Indonesia Tbk. Cabang Tasikmalaya sebagai objek studi dalam melakukan penelitian

untuk dijadikan bahan penyusunan skripsi ini.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

terutama menyangkut tentang strategi pemasaran yang ada di Bank Muamalat Indonesia

Tbk dengan judul: PENGARUH PROMOSI TERHADAP KEPUASAN NASABAH

PADA BANK MUAMALAT CABANG TASIKMALAYA (Penelitian di Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Tasikmalaya Jl. H.Z. Mustofa No. 294 Tasikmalaya).

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan diatas, maka dapat di

identifikasi permasalahannya sebagai berikut :

a. Persaingan yang semakin ketat menimbulkan para pelaku bisnis berlomba-

lomba untuk melakukan strategi pemasaran kepada nasabah.

b. Ketidakpuasan nasabah atas produk-produk dan pelayanan bank syariah PT.

Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Tasikmalaya.


2. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan penjabaran di atas maka dalam penelitian ini peneliti akan

membatasi ruang lingkup permasalahannya, yaitu untuk menghindari salah

pengertian serta mempertegas ruang lingkup pembahasan. Disini penulis meneliti

pengaruh promosi terhadap kepuasan nasabah di PT.Bank Muamalat Indonesia Tbk

Cabang Tasikmalaya yang berlokasi di Jl.H.Z.Mustofa No.294 Tasikmalaya.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :

a. Bagaimana strategi promosi bank yang baik yang dilakukan PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Tasikmalaya?

b. Bangaimana kepuasan nasabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Cabang Tasikmalaya?

c. Bagaimana pengaruh promosi terhadap kepuasan nasabah pada PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Tasikmalaya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui strategi promosi bank yang baik di PT. Bank Muamalat Indonesia

Tbk. Cabang Tasikmalaya.

2. Untuk mengetahui kepuasan nasabah pada di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Cabang Tasikmalaya.

3. Untuk mengetahui pengaruh promosi terhadap kepuasan nasabah pada PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Tasikmalaya.

D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis

Dari aspek ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan seputar

permasalahan yang diteliti, sebagai bahan informasi baik bagi penulis sendiri

maupun pihak lain yang ingin mengetahui secara mendalam tentang permasalahan

tersebut.

2. Praktis

a. Bagi penulis, yaitu dalam rangka meningkatkan wawasan berfikir dan

pengetahuan penulis dalam bidang pemasaran khususnya mengenai promosi.

b. Bagi perusahaan, diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam

usaha mencari pemecahan masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam bidang

promosi.

c. Bagi pihak lain, diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pihak-pihak

yang berkepentingan, yang ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam

mengenai masalah ini dari aspek dan sudut pandang yang berbeda.

d. Bagi Institut Agama Islam Cipasung, hasil penelitian ini dimaksudkan untuk

menambah bahan referensi perpustakaan Institut Agama Islam Cipasung

Program Studi Ekonomi Syari’ah.


BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Landasan Teoritik

1. Bank Syari’ah

a. Pengertian Bank Syari’ah

Bank syari’ah adalah bank yang sistem perbankannya menganut prinsip-

prinsip dalam islam. Bank syariah merupakan bank yang diimpikan oleh para

umat Islam.

Bank Syari’ah menurut Sudarsono, Bank Syariah adalah: “Lembaga

keuangan negara yang memberikan kredit dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu

lintas pembayaran dan juga peredaran uang yang beroperasi dengan

menggunakan prinsip-prinsip syariah atau Islam”.23

Menurut Perwataatmadja, “Bank Syariah adalah bank yang beroperasi

berdasarkan prinsip-prinsip syariah (islam) dan tata caranya didasarkan pada

ketentuan Al-Qur’an dan Hadist”.24

 Siamat Dahlam mengemukakan, “Bank Syariah merupakan bank yang

menjalankan usahanya berdasar prinsip-prinsip syariah yang didasarkan pada

alquran dan hadits”.

Bank Syariah menurut Mervvyn Lewis dan Latifa, Bank Syariah adalah:

Suatu bentuk dari bank modren yang didasarkan pada hukum Islam,
yang dikembangkan pada abad pertenganhan islam dengan
menggunakan konsep bagi resiko sebagai sistem utama dan meniadakan
23
Sudarsono, Manajemen Bank Syari'ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 2005), h. 54
24
Karnaen Perwataatmadja dan M. Syafe’i Antonio, Bank Syari'ah Dari Teori Kepraktik, (Jakarta:
Gema Insani Press. 2001), 42
18
sistem keuangan yang didasarkan pada kepastian dan keuntungan yang
telah ditentukan sebelumnya.25

Menurut UU No. 7 Tahun 1992 yang direvisi dengan UU Perbankan No.

10 Tahun 1998 mendefinisikan bank syari'ah sebagai berikut:

Bank syari'ah adalah lembaga keuangan yang pengoperasiannya dengan


sistem bagi hasil. Bank syari'ah adalah bank yang didirikan untuk
memenuhi kebutuhan manusia akan jasa perbankan, dengan teknik
perbankan yang dilakukan terjauh dari yang bertentangan dengan ajaran
agama Islam.26

Dalam UU No.21 tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah

mengemukakan pengertian perbankan syariah dan pengertian bank syariah,

bahwa:

Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut bank syariah


dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan
usaha, serta tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya dengan didasarkan pada prisnsip syariah dan menurut jenisnya
bank syariah terdiri dari BUS (Bank Umum Syariah), UUS (Unit Usaha
Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah).27

Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa bank syari'ah adalah suatu

lembaga yang bertugas memenuhi kebutuhan manusia sesuai dengan syari'ah

Islam.

Masih banyak definisi mengenai bank syari'ah yang telah dikemukakan

oleh para ahli yang pada dasarnya definisi-definisi tersebut tidak berbeda antara

satu dengan yang lain yaitu cara operasionalnya sesuai dengan prinsip syari'ah

Islam. Kalau ada perbedaan hanya terlihat pada usaha bank.

Dengan demikian, Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya

mengacu pada hukum Islam dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga

25
Mervvyn Lewis dan Latifa Algaoud, Perbankan Syariah Prinsip, Praktik, Prospek, (Yakarta:
Serambi, 2001), h. 66.
26
Arbi Syarif, Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank, (Jakarta: Djambatan. 2002), h. 21
27
Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal Dalam Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Salemba Empat.
2002), h. 61
maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan bank syariah yang

diterima maupun yang dibayarkan pada nasabah tergantung dari akad dan

perjanjian yang dilakukan oleh pihak nasabah dan pihak bank. Perjanjian (akad)

yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad

sebagaimana diatur dalam syariat Islam.28

Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank

konvensional. Dalam bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada

para nasabahnya. Dalam sistem operasional bank syariah, penarikan bunga

dilarang dalam semua bentuk transaksi apapun. Bank syariah tidak mengenal

yang namanya sistem bunga, baik itu bunga yang diperoleh dari nasabah yang

meminjam uang atau bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank

syariah.29

b. Fungsi Bank Syari’ah

Berbicara mengenai fungsi bank syariah, Bank syariah memiliki tiga

fungsi utama yaitu fungsi bank syariah untuk menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi, fungsi bank syariah untuk

menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank, dan

juga fungsi bank syariah untuk memberikan pelayanan dalam bentuk jasa

perbankan syariah.

1) Fungsi Bank Syariah untuk Menghimpun Dana Masyarakat

Fungsi bank syariah yang pertama adalah menghimpun dana dari

masyarakat yang kelebihan dana. Bank syariah mengumpulkan atau

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dengan

28
M. Syafe’i Antonio, Bank Syari'ah Dari Teori Kepraktik, (Jakarta: Gema Insani Press. 2001), 43
29
M. Syafe’i Antonio, Bank Syari'ah Dari Teori Kepraktik, (Jakarta: Gema Insani Press. 2001), 54
menggunakan akad al-wadiah dan dalam bentuk investasi dengan

menggunakan akad al-mudharabah.30

Al-wadiah adalah akad antara pihak pertama (masyarakat) dengan


pihak kedua (bank), dimana pihak pertama menitipkan dananya
kepada bank dan pihak kedua, bank merima titipan untuk dapat
memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi yang
diperbolehkan dalam Islam.31

Al-mudarahbah merupakan akad antara pihak pertama yang

memiliki dana kemudian menginvestasikan dananya kepada pihak lain yang

mana dapat memanfaatkan dana yang investasikan dengan tujuan tertentu

yang diperbolehkan dalam syariat Islam.32 

2) Fungsi Bank Syariah sebagai Penyalur Dana Kepada  Masyarakat

Fungsi bank syariah yang kedua ialah menyalurkan dana kepada

masyarakat yang membutuhkan. Masyarakat dapat memperoleh

pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi semua ketentuan

dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang

sangat penting bagi bank syariah. “Dalam hal ini bank syariah akan

memperoleh return atas dana yang disalurkan. Return atau pendapatan yang

diperoleh bank syariah atas penyaluran dana ini tergantung pada

akadnya”.33

Bank syariah menyalurkan dana kepada masyarakat dengan

menggunakan bermacam-macam akad, antara lain akad jual beli dan akad

kemitraan atau kerja sama usaha. Dalamakad jual beli, maka return yang

diperoleh bank atas penyaluran dananya adalah dalam bentuk margin

keuntungan. Margin keuntungan merupakan selisih antara harga jual kepada

30
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 177
31
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 178
32
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 178
33
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 179
nasabah dan harga beli bank. Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas

penyaluran dana kepada nasabah yang menggunakan akad kerja sama usaha

adalah bagi hasil.34 

3) Fungsi Bank Syariah memberikan Pelayanan Jasa Bank

Fungsi bank syariah disamping menghimpun dana dan menyalurkan

dana kepada masyarakat, bank syariah memberikan pelayanan jasa

perbankan kepada nasabahnya. Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan

dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan

aktivitasnya. Pelayanan jasa kepada nasabah merupakan fungsi bank

syariah yang ketiga. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat

diberikan oleh bank syariah antara lain jasa pengiriman uang (transfer),

pemindahbukuan, penagihan surat berharga dan lain sebagainya.35

c. Produk Bank Syari’ah

Ekonomi yang berdasarkan syari'ah Islam ditentukan oleh hubungan

akad yang terdiri dari lima konsep akad. Bersumber dari kelima konsep dasar

inilah dapat ditemukan produk-produk lembaga keuangan bank syari'ah dan

lembaga keuangan bukan bank syari'ah untuk dioperasionalkan.

Sama seperti halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga

menawarkan nasabah dengan bank konvensional adalah dalam produk

perbankan. Hanya saja bedanya denga bank konvensional adalah dalam hal

penentuan harga, baik terhadap harga jual maupun harga belinya. Produk-

produk yang ditawarkan sudah tentu sangat Islami., termasuk dalam

memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Berikut ini jenis-jenis produk bank

syariah yang ditawarkan adalah sebagai berikut:36


34
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 179
35
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 180
36
Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN Yogyakarta. 2005), h. 84
1) Prinsip simpanan murni (al-wadi'ah)

Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh

bank Islam untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan

dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al wadi'ah.

Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan,


merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik
perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikain kapan saja bila si penitip menghendaki. Penerima
simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan amanah. Si pe-
nyimpan tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan dan keru-
sakan yang terjadi pada titipan selama hal itu bukan akibat dari kela-
laian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara
barang titipan. Penggunaan uang titipan harus terlebih dulu meminta
izin kepada si pemilik uang dan dengan catatan si pengguna uang
menjamin akan mengembalikan uang tersebut secara utuh. Dengan
demikian prinsip yad al-amanah (tangan amanah) menjadi yad adh-
dhamanah (tangan penanggung).37

Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah

yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadh’ah dhamanah berbeda

dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah harta titipan tidak boleh

dimanfaatkan oleh yang dititipi, sedangkan dhamanah yang dititipi (bank)

boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Implikasi hukumnya sama

dengan qardh, dimanan nasabah meminjamkan uang kepada bank. Pemilik

dana tidak mendapat imbalan tapi insentif yang tidak diperjanjikan.38

2) Bagi Hasil (syirkah)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian

hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil

usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara

bank dengan nasabah penerima dana.

a) Al-musyarakah (Partisipasi Modal)

37
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 185
38
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 187
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau le-

bih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan

dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan

ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.39

Al-Musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal

pembiayaan proyek. Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank

sama-sama menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut.

Keuntungan dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank

setelah terlebih dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al-

musyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada

lembaga keuangan modal ventura.40

b) Al-mudharabah

Pengertian Mudharabah dapat didefinisikan sebagai sebuah akad

atau perjanjian diantara dua belah pihak, dimana pihak pertama sebagai

pemilik modal (shahib al-mal atau al-mal), memercayakan kepada pihak

kedua atau pihak lain (pengusaha), untuk menjalankan suatu aktivitas

atau usaha.41 Apabila mengalami kerugian maka akan ditanggung

pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola,

maka sipengelolalah yang bertanggug jawab.

Di dalam prktiknya mudharabah terbagi menjadi 2 macam,

yakni:

(a) Mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama


dan pihak lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak
dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis.

39
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 188
40
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 191
41
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 192
(b) Mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah
muthlaqah di mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha
dan daerah bisnis.42

Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya diaplikasikan

pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal

kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan

berjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat

dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan.

c) Al-muzara’ah

Pengertian AI-muzara’ah adalah kerja sama pengolahan

pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap.

Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk


ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari
hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan
untuk pembiayaan bidang plantation atas dasar bagi hasil panen.43

Pemilik lahan dalam hal ini menyediakan lahan, benih, dan

pupuk. Sedangkan penggarap menyediakan keahlian, tenaga, dan waktu.

Keuntungan diperoleh dari hasil panen dengan imbalan yang telah

disepakati.

d) Al-musaqah

Pengertian AI-musaqah merupakan bagian dari al-muza’arah

yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pe-

meliharaan dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri.

Imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil panen pertanian.44

42
Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN Yogyakarta. 2005), h. 95
43
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 195
44
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 197
3) Prinsip jual beli (at tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual

beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan

atau pengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian atas

nama bank kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan

harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).

4) Prinsip sewa (al ijarah)

Prinsip ini secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis :

a) Ijarah sewa murni, seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat


produk lainnya (operating lease). Dalam teknis perbankan, bank dapat
membeli dahulu equipment yang dibutuhkan nasabah kemudian
menyewakan dalam waktu dan harga yang telah disepakati kepada
nasabah.
b) Ijarah al muntahiyah bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan
beli, dimana sipenyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada
akhir masa sewa (finansial lease).45

5) Prinsip jasa (al ajr walumullah)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan

bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain bank garansi,

kliring, inkaso, jasa, transfer dan lain-lain. Secara syari'ah prinsip ini

didasarkan pada konsep al ajr wal umulah.46

6) Bai’as-Salam

Bai’as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian

hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut

45
Muhammad Antonio Syafe’i, Manajemen Bank Syari'ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Yogyakarta. 2005), h. 102
46
Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN Yogyakarta. 2005), h. 105
adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan

hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang.47

7) Bai’al Istishna’

Bai’ Al istishna’ merupakan bentuk khusus dari akad Bai’assalam,

oleh karena itu ketentuan dalam Bai` Al istishna’ mengikuti ketentuan dan

aturan Bai’as-salam.

Pengertian Bai’ “Al istishna’ adalah kontrak penjualan antara


pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak
harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan
sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-
menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau
secara angsuran per bulan atau di belakang.48

8) Al-Wakalah (Amanat)

Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau

pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus

dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.49

9) Al-Hawalah

Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang

kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain

pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia

keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau

factoring.50

10) Ar-Rahn

47
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 199
48
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 204
49
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 207
50
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 208
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si

peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan

seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.51

Dengan demikian, secara umum adalah melarang melakukan transaksi

yang mengandung unsur-unsur riba, maisir, gharar, dan jual beli barang haram.

Prinsip bank syariah ini diterapkan untuk mencapai tujuan sesuai jalur syariah.

Pada artikel sebelumnya, telah dijelaskan bahwa setidaknya ada 10 macam

prinsip bank syariah, yaitu Mudharabah, Musyarakah, Wadi’ah, Murabahah,

Salam, Istishna’, Ijarah, Qardh, Rahn, Hiwalah/Hawalah, dan Wakalah. Namun,

pada kesempatan ini sementara kami paparkan 3 macam prinsip bank syariah

dahulu yakni mudharabah, musyarakah, dan wadiah.

2. Strategi Promosi

a. Pengertian Promosi

Promosi merupakan salah satu variabel dari bauran pemasaran yang

sangat berperan didalam mengkomunikasikan produk yang dihasilkan

perusahaan kepada konsumen sasaran. Pada saat penjualan produk akan

mengalami penurunan atau hambatan dalam memasarkannya. Hal ini

disebabkan banyaknya pesaing dari perusahaan yang memproduksi produk

sejenis. Salah satu cara yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi

masalah tersebut adalah dengan cara melaksanakan promosi secara terpadu dan

terencana. Promosi tidak hanya sebagai sarana informasi tetapi juga dapat

mengarahkan seseorang atau organisasi untuk melakukan tindakan pembelian

dan mendapatkan kesan baik terhadap produk yang dihasilkannya.

51
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 209
Menurut Stoner pengertian promosi adalah sebagai berikut : “Promosi

adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan,

penjualan perorangan, dan alat-alat promosi lain yang kesemuanya dirancang

untuk mencapai tujuan penjualan”.52

Menurut Swasta DH. “Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu

arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan

yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran.”53 Sedangkan menurut

Handoko, “Promosi adalah suatu informsi komunikasi antara penjual dan

pembeli untuk mempengaruhi sikap dan kelakukan.”54

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa dasar

kegiatan promosi adalah komunikasi. Prinsip utama yang dipakai dalam proses

komunikasi tersebut adalah bahwa pengirim harus menentukan terlebih dahulu

pendengarnya (penerima) yang ingin dicapai atau dituju. Dengan demikian

harus direncanakan dan ditentukan mengenai apa yang akan disampaikan, serta

siapa yang akan menerimanya. Penyampaian pesan dilakukan dengan bahasa

dan cara yang mudah dimengerti dan dapat dicapai oleh penerima (audience).

Tidaklah mudah bagi pemasar untuk menentukan tanggapan dari

penerima pesan (target audence). Tetapi hal tersebut diperlukan dalam rangka

mengembangkan suatu program komunikasi yang baik. Disamping itu juga

promosi sangat tergantung pada strategi promosi yang dilaksanakan oleh

perusahaan. Adapun strategi promosi menurut Stoner adalah sebagai berikut :55

1) Strategi mendorong (Push strategy)


Push strategy adalah strategi produsen untuk meningkatkan penjualannya
dengan cara pendistribusian produk melalui tenaga penjual. Artinya,

52
Stoner, James A.F. Manajemen Umum, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 37
53
Basu Swastha, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty. 2001), h. 237
54
Handoko, Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: BPEE Yogyakarta.
2000), h. 6
55
Stoner, James A.F. Manajemen Umum, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 39
produsen mula-mula mendorong penjualan melalui pedagang besar,
selanjutnya pedagang besar membujuk pengecer, dan akhirnya pengecer
mendorong konsumen untuk membeli.
2) Strategi menarik (Pull strategy)
Adalah strategi yang digunakan produsen melalui kegiatan periklanan, yang
langsung berusaha membujuk konsumen atau pasar untuk membeli
produknya. Arus yang terjadi adalah konsumen mencari produk tersebut
kepada pengecer, kemudian pengecer mencari produk ke pedagang besar,
dan pedagang besar mencari produk kepada produsen.
3) Combination strategy
Adalah menggabungkan antara Push strategy dengan Pull strategy. Disini,
produsen berusaha membujuk atau mendorong konsumen untuk melakukan
pembelian produk melalui kegiatan periklanan, dan juga mendistribusikan
produknya dengan menggunakan tenaga penjual.

b. Alat-alat Promosi

Perusahaan selalu mencari cara untuk bisa mencapai efektivitas dalam

melaksanakan promosinya dengan mencoba dari setiap alat-alat promosi karena

nilai ekonominya dipandang lebih baik. Banyak perusahaan meningkatkan

pembiayaan promosi untuk mencapai tingkat penjualan yang ditargetkan.

Penggunaan alat promosi ini tergantung dari kebutuhan perusahaan di dalam

memasarkan produknya yang dianggap paling sesuai dengan produk yang

dihasilkannya. Oleh karena itu alat promosi mempunyai kekuatan dan

kelemahan masing-masing, maka dalam penggunaannya perlu pertimbangan

serta diperhitungkan mana yang paling efektif. Untuk lebih jelasnya penulis

akan menguraikan alat-alat promosi yang terdiri dari empat unsur, yaitu

menurut Kotler Philip antara lain :56

1) Iklan (advertising)

Iklan merupakan salah satu cara yang penting dari empat unsur

promosi dalam usahanya untuk melakukan komunikasi dengan konsumen.

Di dalam perekonomian modern dan situasi yang bersaing, penggunaan

media periklanan adalah sangat tepat untuk memperkenalkan atau


56
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 242-243.
mengingatkan tentang produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan,

ataupun dalam usahanya untuk mempertahankan produknya agar tetap

berkenan diingatan konsumen.

Lebih jelasnya lagi, beberapa ahli ekonomi memberikan definisi

tentang iklan, diantaranya menurut Nickels yang dikutip Basu Swasta

adalah: “Iklan adalah komunikasi non-individu, dengan sejumlah biaya

melalui berbagai media yang dilakukan perusahaan, lembaga-lembaga non-

laba, serta individu-individu”.57

Sedangkan menurut Kotler Philip menyatakan bahwa: “Periklanan

adalah bentuk-bentk komunikasi non-personal yang dilakukan lewat media

bayaran dengan sponsor yang jelas”.58

Selanjutnya pengertian periklanan menurut Stanton “Iklan adalah

semua kegiatan yang terlibat dalam penyajian suatu pesan non-personal

(tidak tertuju kepada seseorang), disuarakan (oral) atau visual, dan dibiayai

secara tebuka untuk suatu produk barang, jasa atau ide”.59

Setiap perusahaan sebelum melaksanakan iklan harus menetapkan

terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari kegiatan periklanan

menurut Kotler Philip adalah :

a) Memberikan informasi, antara lain :


(1) Memperkenalkan produk baru perusahaan
(2) Memberi informasi mengenai perubahan harga
(3) Menerangkan jenis-jenis fasilitas dan pelayanan yang tersedia
(4) Merubah persepsi konsumen yang salah
(5) Membangun citra perusahaan yang baik
(6) Menjelaskan cara kerja suatu produk
(7) Mengurangi ketakutan konsumen
b) Membujuk antara lain :
57
Basu Swastha, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty. 2001), h. 245
58
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 279.
59
Stanton, Management Public Relations, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006), h. 86
(1) Memilih merk tertentu
(2) Menganjurkan untuk membeli merk tertentu
(3) Membujuk konsumen supaya menerima produk tertentu
(4) Membujuk konsumen untuk melakukan pembelian produk
(5) Membujuk konsumen untuk menerima
c) Mengingatkan antara lain :
(1) Mengingatkan konsumen bahwa produk tersebut mungkin akan
dibutuhkan dalam waktu dekat
(2) Mengingatkan konsumen dimana produk tersebut dapat
diperoleh
(3) Mengingatkan konsumen untuk melakukan pembelian ulang.60

Tercapainya tujuan suatu periklanan itu sangat tergantung dari

media-media yang digunakan. Karena masing-masing media tidak sama

kemampuannya baik dalam mempengaruhi konsumen, usahanya dalam

menjangkau konsumen yang jauh dan tersebar, maupun kecepatan dan

ketepatan waktu yang digunakan. Dalam pelaksanaan periklanan, alat-alat

atau media yang dapat digunakan untuk mempengaruhi konsumen, antara

lain:

a) Majalah dan Surat Kabar

b) Televisi

c) Radio

d) Papan Reklame

e) Spanduk

2) Penjualan pribadi (personal selling)

Penjualan pribadi merupakan salah satu unsur promosi untuk

mencapai tujuan dalam meningkatkan penjualan. Definisi yang

dikemukakan oleh Kotler menyatakan bahwa : “ Personal selling adalah

penyajian lisan dan tatap muka dalam suatu pembicaraan dengan satu atau

60
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 282.
beberapa pembeli untuk terjadinya penjualan”.61 Menurut Swasta DH

sebagai berikut:

Personal Selling adalah interaksi antar individu, saling bertemu


muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai
atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling
menguntungkan dengan pihak lain.62
Penjualan pribadi mempunyai beberapa sifat yang berbeda atau

mempunyai tiga kualitas khusus dibandingkan dengan alat promosi lainnya,

yaitu:63

a) Berhadapan langsung secara pribadi


Penjualan perorangan melibatkan hubungan sesuatu yang hidup,
langsung dan interaktif antar dua orang atau lebih. Masing-masing
pihak bisa melihat dari dekat kebutuhan dan ciri masing-masing, serta
bisa segera melakukan penyesuaian.
b) Keakraban
Penjualan perorangan memungkinkan berkembangnya segala macam
hubungan yang bermula dari sekedar hubungan penjualan bisa kesuatu
hubungan pribadi yang lebih jauh. Seorang penjual bisa mengingat-
ingat kesenangan serta kebutuhan pembeli bila menghendaki hubungan
itu berlangsung lebih lama.
c) Tanggapan
Penjualan perorangan membuat pembeli merasa wajib mendengarkan
penjual. Sehingga konsumen terdorong untuk mendengarkannya.

Jadi penjualan pribadi merupakan suatu penyajian yang bersifat

personal, dimana sifat inilah yang membedakan penjualan pribadi dengan

periklanan. Tujuan dari penjualan pribadi sebenarnya adalah untuk

menciptakan penjualan barang dan jasa yang ditawarkan atau dihasilkan

oleh perusahaan secara cepat.

3) Promosi penjualan (sales promotion)

61
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 243.
62
Basu Swastha, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty. 2001), h. 260
63
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 266.
Promosi penjualan merupakan insentif jangka pendek untuk

merangsang pembelian atau penjualan suatu produk.:

Sales Promotion adalah kegiatan-kegiatan pemasaran, diluar


penjualan perorangan, periklanan da publisitas, yang menstimulasi
pembelian oleh konsumen dan keefektifan dealer, misalnya
pameran, pertunjukan dan eksposisi, demonstrasi serta berbagai
kegiatan penjualan luar biasa yang bukan kerja rutin.64

Pengertian menurut Kotler, “Promosi penjualan adalah insentif

jangka pendek untuk merangsang pembelian atau penjualan barang atau

jasa”.65

Sedangkan menurut Nickels yang dikutip oleh Swasta DH sebagai

berikut:

Promosi penjualan adalah kegiatan-kegiatan pemasaran selain


Personal Selling, periklanan dan publisitas, yang mendorong
efektifitas pembelian konsumen dan pedagang yang menggunakan
alat-alat seperti peragaan, pameran, demonstrasi, dan sebagainya.66

Sebenarnya prinsip kerja promosi penjualan ini sama dengan

periklanan, yaitu merupakan alat penghubung antar produsen dengan

konsumen untuk memberikan informasi kepada kedua belah pihak.

Demikian juga dalam hal tujuannya, promosi penjualan adalah untuk

memperkenalkan suatu produk dan mempengaruhi calon pembeli agar mau

membeli. Selain itu, promosi penjualan ini dilakukan dengan biaya yang

lebih sedikit dibandingkan dengan periklanan. Promosi penjualan ini dapat

dilakukan dengan cara :

a) Mengadakan potongan harga


b) Hadiah dari setiap pembelian
c) Mengadakan penjualan khusus atau pemberian contoh barang secara
gratis
64
Stanton, Management Public Relations, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006), h. 202
65
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 242.
66
Basu Swastha, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty. 2001), h. 269
d) Menjadi sponsor dari kegiatan tertentu.67

4) Publisitas (publicity)

Publisitas merupakan salah satu unsur dari promosi yang

mempunyai pengaruh terhadap peningkatan jumlah penjualan. Untuk

memberikan gambaran berikut ini definisi yang dikemukakan oleh Stanton

sebagai berikut :

Publisitas adalah usaha untuk merangsang permintaan dari suatu


produk secara non-operasional dengan membuat berita yang bersifat
komersial tentang produk tersebut di dalam media cetak atau bukan
maupun hasil wawacara yang disiarkan dalam media tersebut.68

Sedangkan menurut Kotler Philip adalah :

Publisitas adalah suatu stimulasi non-personal terhadap permintaan


suatu produk, jasa atau unit dagang dengan menyebarkan berita-
berita komersial yang penting mengenai kebutuhan akan produk
tertentu disuatu media yang disebarkan atau menghasilkan suatu
sosok kehadiran yang menarik mengenai produk itu di radio, televisi
atau panggung yang tidak dibayar oleh pihak sponsor.69

Selanjutnya menurut Swasta DH, “Publisitas adalah sejumlah

informasi tentang seseorang, barang atau organisasi yang disebarkan ke

masyarakat melalui media tanpa dipungut biaya, atau tanpa pengawasan

dari sponsor”.70 Oleh karena itu publisitas merupakan bagian dari hubungan

masyarakat.

67
Sigit Suhardi, Pemasaran Praktis, (Yogyakarta: BPFE. 2002), h. 67
68
Stanton, Management Public Relations, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006), h. 137
69
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 269.
70
Basu Swastha, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty. 2001), h. 273
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Promosi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan promosi menurut Stanton

adalah sebagai berikut:71

1) Besarnya dana yang digunakan untuk promosi


Jumlah dana yang tersedia merupakan faktor penting yang mempengaruhi
promosi. Perusahaan yang memiliki dana lebih besar, kegiatan promosinya
akan lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki dana lebih
kecil.
2) Sifat Pasar
Beberapa sifat pasar yang mempengaruhi promosi ini adalah meliputi :
a) Luar pasar secara geografis
Perusahaan yang memiliki pasar lokal sering mengadakan kegiatan
promosi yang berbeda dengan perusahaan yang memiliki pasar
nasional atau internasional
b) Jenis konsumen
Strategi promosi dipengaruhi dua jenis sasaran yang hendak dicapai
perusahaan, pemakai industri, konsumen rumah tangga atau perantara.
c) Konsentrasi pasar
Konsentrasi pasar ini dapat mempengaruhi strategi promosi yang
dilakukan perusahaan. jumlah keseluruhan calon pembeli merupakan
suatu pertimbangan dalam melaksanakan promosi.
d) Jenis Produk
Faktor lain yang mempengaruhi promosi adalah produk yang
dihasilkan oleh perusahaan.
e) Tahap-tahap dalam siklus kehidupan produk
Tahap dalam siklus kehidupan produk, yang dimulai dengan tahap
perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan dan kejenuhan, ini akan
mempengaruhi dalam menentukan pelaksanaan promosi yang berbeda-
beda.

3. Kepuasan Konsumen

a. Pengertian Kepuasan Konsumen

Kepuasan konsumen merupakan tujuan utama semua peruahaan

pelayanan konsumen. Hal itu merupakan keputusan konsumen, yang tidak dapat

diatur oleh petugas pelayanan konsumen atau orang lain di dalam perusahaan.

Hal yang dapat diatur adalah kegiatan petugas pelayanan konsumen yang

ditujukan kepada kepuasan konsumen.

71
Stanton, Management Public Relations, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006), h. 154
Menurut Mangkunegara, dalam bukunya "Manajemen Sumber Daya

Manusia Perusahaan" mengemukakan :

Kepuasan adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong


dari diri seseorang yang berhubungan dengan pekerjaannya,
pelayanannya, mapun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang
berhubungan dengan dirinya merupakan perasaan dari hasil yang
diterima dari produk perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada
dirinya.72

Sedangkan menurut Kotler, “kepuasan konsumen adalah tingkat dimana

seseorang merasakan hasil dari produk-produk dan hubungannya dengan

harapan-harapan seseorang tersebut”.73

Berdasarkan pengertian di atas, bahwa kepuasan konsumen adalah

seseorang yang dapat merasakan hasil dari kualitas pelayanan yang diberikan

perusahaan dan sebagai respon dari konsumen terhadap evaluasi

ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual

produk yang dirasakan setelah pemakaian.

Strategi kepuasan konsumen menyebabkan para pesaing harus berusaha

keras dan memerlukan biaya tinggi dalam usahanya merebut konsumen suatu

perusahaan. Satu hal yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa kepuasan

konsumen merupakan strategi jangka panjang yang membutuhkan komitmen,

baik menyangkut dana maupun sumber daya manusia. Ada beberapa strategi

yang dapat dipadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan konsumen :

1) Strategi pemasaran berupa Relationship Marketing

Strategi dimana transaksi pertukaran antara pembeli dan penjual

berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai. Dengan kata lain,

72
Anwar Prabu Mangkunegoro. Manajemen Sumber Daya Perusahaan, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.
117
73
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 36.
dijalin suatu kemitraan dengan pelangan secara terus-menerus yang pada

akhirnya akan menimbulkan kesetiaan konsumen sehingga terjadi bisnis

ulangan (repeat business). Betapa pentingnya hubungan ini bahwa

"semakin banyak kegiatan ekonomi dunia yang dilakukan melalui

hubungan jangka panjang antara pembeli dan penjual".

Agar relationship marketing dapat di implementasikan, perlu


dibentuk customer database, yaitu daftar nama konsumen yang oleh
perusahaan dianggap perlu dibina hubungan jangka panjang dengan
mereka. Database tersebut tidak sekedar berisi nama konsumen,
tetapi juga mencakup hal-hal penting lainnya, misalnya frekuensi
dan jumlah pembelian, preferensi, dan lain sebagainya.74

Dengan tersedianya informasi semacam itu, maka diharapkan

perusahaan dapat memuaskan para konsumennya secara lebih baik, yang

pada gilirannya dapat menumbuhkan loyalitas konsumen sehingga terjadi

pembelian ulang. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa dampak kepuasan

konsumen terhadap loyalitas konsumen dan pembelian ulang berbeda-beda

untuk setiap perusahaan. Konsumen yang loyal belum tentu berarti mereka

puas. Sebaliknya konsumen yang puas cenderung untuk menjadi konsumen

yang loyal.

2) Strategi superior customer service

Menawarkan pelayanan yang lebih baik dari pada pesaing. Hal ini

membutuhkan dana yang lebih besar, kemampuan sumber daya manusia,

dan usaha gigih agar dapat tercipta suatu pelayanan yang superior. Oleh

karena itu, sering kali (tetapi tidak harus) perusahaan yang menawarkan

customer service yang lebih baik akan membebankan harga yang lebih

tinggi pada produk-produknya. Akan tetapi bisaanya mereka memperoleh

74
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 517.
manfaat besar dari pelayanan yang lebih baik tersebut, yaitu berupa tingkat

pertumbuhan yang cepat dan besarnya laba (gain) yang diperoleh.75

3) Strategi unconditional guarantees atau extraordinary guarantees

Strategi ini berintikan komitmen untuk memberikan kepuasan

kepada konsumen yang pada gilirannya akan menjadi sumber dinamisme

penyempurnaan mutu produk atau jasa dan kinerja perusahaan. Selain itu

juga akan meningkatkan motivasi para karyawan untuk mencapai tingkat

kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.

4) Strategi penanganan keluhan yang efisien

Penanganan keluhan memberikan peluang untuk mengubah seorang

konsumen yang tidak puas menjadi konsumen produk perusahaan yang

puas (atau bahkan merasa "konsumen abadi"). Proses penanganan keluhan

yang efektif di mulai dari identifikasi dan penentuan sumber masalah yang

menyebabkan konsumen tidak puas dan mengeluh. Langkah ini merupakan

langkah yang sangat vital, karena menentukan efektivitas langkah-langkah

selanjutnya. Sumber masalah ini perlu diatasi, ditindaklanjuti, dan

diupayakan supaya dimasa mendatang tidak timbul masalah yang sama.76

Dalam langkah ini, kecepatan dan ketepatan penanganan merupakan

hal yang kruasial. Ketidakpuasan bisa menjadi lebih besar apabila

konsumen yang mengeluh merasa keluhannya tidak diselesaikan dengan

baik. Kondisi ini dapat menyebabkan mereka berprasangka buruk dan sakit

hati. Yang terpenting bagi konsumen adalah bahwa pihak perusahaan harus

75
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 518.
76
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 287.
menunjukan rasa perhatian, keprihatinan, dan penyesalannya terhadap

kecewanya konsumen dan berusaha memperbaiki situasi. Oleh karena itu,

para karyawan perusahaan (terlebih karyawan lini depan yang berhadapan

langsung dengan konsumen) perlu dilatih dan diberdayakan untuk

mengambil keputusan dalam rangka menangani situasi-situasi seperti itu.

5) Strategi survai atau salesmanship

Berbagai upaya seperti melakukan pemantauan dan pengukuran

kepuasan konsumen secara berkesinambungan, memberikan pendidikan dan

pelatihan menyangkut komunikasi, salesmanship, dan public relationship

kepada pihak manajemen dan karyawan, memasukan unsur kemampuan

untuk memuaskan konsumen (yang penilaiannya bisa didasarkan pada

survai konsumen) ke dalam sistem penilaian prestasi karyawan, dan

memberikan empowerment yang lebih besar kepada para karyawan dalam

melaksanakan tugasnya.

Bahwa dengan melakukan sales dimaksudkan sebagai koordinasi

semua metode baik langsung maupun tidak langusng dalam rangka untuk

meningkatkan jumlah penjualan, salah satunya melalui cara personal

selling, adalah merupakan sutau pendekatan secara lisan di dalam suatu

percakapan dengan seorang atau lebih calon pembeli dengan maksud untuk

melakukan penjualan. Dengan demikian personal seller berhubungan

langsung secara pribadi kepada calon pembeli dengan harapan dapat terjadi

kontak melalui penjualan barang maupun jasa.

b. Ukuran Kepuasan Konsumen

Pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan telah menjadi hal yang

sangat esensial bagi setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan hal tersebut dapat
memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan

implementasi strategi peningkatan kepuasan konsumen. Pada prinsipnya

kepuasan konsumen itu dapat diukur dengan berbagai macam metode dan

teknik. Pada bagian ini akan dibahas beberapa di antaranya.

Kotler, mengidentifikasikan 3 metode untuk mengukur kepuasan

konsumen, yaitu sebagai berikut:77

1) Sistem Keluhan dan Saran

Setiap organisasi yang berorientasi pada konsumen (customer-

oriented) perlu memberikan kesempatan yang puas kepada para

konsumennya untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka.

Media yang digunakan bisa berupa kotak saran yang diletakan ditempat-

tempat strategis (yang mudah dijangkau atau sering dilewati konsumen),

kartu komentar (yang bisa diisi langsung maupun yang bisa dikirim lewat

via pos kepada perusahaan), saluran telepon khusus bebas pulsa, dan lain-

lain.78

2) Lost Customer Analysis

Perusahaan seyogyanya menghubungi para konsumen yang telah

berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami

mengapa hal itu terjadi dan supaya bisa mengambil kebijakan

perbaikan/penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanya exit interview saja

yang perlu, tetapi pemantauan customer loss rate juga penting, dimana

peningkatan customer loss rate menunjukan kegagalan perusahaan dalam

memuaskan konsumennya.

77
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 35.
78
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 428.
3) Survai Kepuasan Konsumen

Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan konsumen yang

dilakukan dengan penelitian survai, baik dengan survai melalui pos, telepon

maupun wawancara pribadi. Melalui survai perusahaan akan memperoleh

tanggapan dan umpan balik (feedback) secara langsung dari konsumen dan

juga memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh

perhatian terhadap para konsumennya.

Sebagaimana dijelaskan didepan bahwa metode survai merupakan

metode yang paling banyak digunakan dalam pengukuran kepuasan

pelangan. Metode survai kepuasan konsumen dapat menggunakan

pengukuran dengan berbagai cara sebagai berikut :

a) Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan


seperti" Ungkapan seberapa puas saudara terhadap pelayanan sebuah
perusahaan pada skala berikut : sangat tidak puas, tidak puas, netral,
puas, sangat puas" (directly reported satisfaction).
b) Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka
mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka
rasakan (derived faction).
c) Responden diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka
hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan juga diminta
untuk menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka sarankan
(problem analisis).
d) Responden dapat diminta untuk meranking berbagai elemen (atribut)
dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan
seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen
(importance/performance ratings). Teknik ini dikenal pula dengan
isttilah importance-performance.79

Dalam hospitality industry (industry jasa pelayanan) agar konsumen

semakin melekat erat dan konsumen tidak berpaling pada pelayanan lain,

penyedia pelayanan perlu menguasai lima unsur yang disingkat dengan CTARN

(Cepat, Tepat, Aman, Ramah tamah, dan Nyaman).

1) Cepat
79
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 77.
Yang dimaksud dengan kecepatan adalah waktu yang digunakan dalam
melayani tamu minimal sama dengan batas waktu standar pelayanan yang
ditentukan oleh perusahaan.
2) Tepat
Kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan
konsumen, sehingga timbul ketidak puasan dalam pelayanan.
3) Aman
Para petugas pelayanan harus memberikan rasa aman kepada konsumen.
4) Ramah Tamah
Pada saat melayani konsumen, hendaknya konsumen diperlakukan seperti
raja yang harus dihormati dan dihargai oleh penjual.
5) Nyaman
Rasa nyaman timbul apabila seseorang merasa diterima apa adanya.80

B. Kerangka Pemikiran

Suatu perusahaan atau organsiasi yang didirikan mempunyai maksud dan tujuan,

yaitu membuat dan menjual berbagai barang atau menawarkan jasa-jasa tertentu yang

dapat menarik konsumen untuk meningkatkan kualitas pelayanannya terhadap konsumen

sehingga kepuasan konsumen tercapai. Kepuasan konsumen akan tercapai apabila

kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen sangat baik.

Secara umum pelayanan merupakan kerja yang dilakukan untuk memberi

manfaat kepada yang lainnya. Menurut Kotler, mengemukakan: “Pelayanan (service)

adalah setiap tindakan/kegiatan atau penampilan/ manfaat yang ditawarkan oleh suatu

pihak pada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud serta tidak menghasilkan

kepemilikan terhadap sarana yang menghasilkan pelayanan itu”.81

Berdasarkan definisi di atas, maka pelayanan yang baik akan dapat memenuhi

kepuasan konsumen atas produk yang dibelinya sehingga akan menciptakan kesetiaan

konsumen dan mendekatkan pasar dengan perusahaan yang berakibat terjadi peningkatan

permintaan. Kualitas pelayanan terpusat pada upaya penentuan kebutuhan dan keinginan

konsumen serta penyampaiannya untuk mengimbangi konsumen.


80
Anwar Prabu Mangkunegoro. Manajemen Sumber Daya Perusahaan, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.
67
81
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Jilid Kedua, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 455.
Salah satu tujuan utama perusahaan khususnya perusahaan jasa dalam hal ini

adalah menciptakan kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen sebagai hasil penilaian

konsumen terhadap apa yang diharapkannya dengan membeli dan mengkonsumsi suatu

produk/jasa. Kemudian harapan tersebut dibandingkan dengan kinerja yang diterimanya

dengan mengkonsumsi produk/jasa tersebut. Apakah keinginan yang diterimanya lebih

besar (minimal sama) daripada harapannya, maka konsumen puas, sebaliknya kinerja

yang diberikan dari pemakaian produk/jasa tersebut lebih kecil dari apa yang

diharapkannya maka konsumen tidak puas.

Adapun ciri-ciri konsumen yang puas terhadap produk/jasa adalah sebagai

berikut :

1. Loyal terhadap produk.

2. Adanya komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat positif.

3. Perusahaan menjadi pertimbangan utama ketika membeli merek lain.

4. Terjadinya hubungan yang harmonis antara konsumen/nasabah dengan perusahaan.

5. Terciptanya loyalitas konsumen/nasabah terhadap perusahaan, sehingga ia tidak

akan berpaling kepada perusahaan lain.

6. Terjadinya pembelian ulang.

Namun nasabah pun seringkali merasa tidak puas atas pelayanan yang diberikan

oleh perusahaan. Sebab-sebab timbulnya ketidakpuasan pada nasabah antara lain :

1. Tidak sesuai antara manfaat atau hasil yang diharapkan dengan kenyataan atau apa

yang didapat oleh konsumen.

2. Layanan selama proses menikmati jasa tidak memuaskan.

3. Perilaku personil atau karyaawan perusahaan atau bank yang kurang memuaskan

atau mengecewakan konsumen.


4. Suasana dan kondisi fisik lingkungan tidak menunjang, misalkan lay outgedung

yang tidak tertata rapi.

5. Biaya terlalu tinggi, misalkan biaya administrasi bulanan yang terlalu tinggi di atas

bank lain atau tingkat bagi hasil yang terlalu membebankan nasabah.

6. Promosi iklan yang terlalu berlebihan, sehingga seringkali tidak sesuai dengan

kenyataan.

Bank muamalat salah satu dari macam-macam Bank Islam, untuk memahami

lebih jelas pengertian dari Bank Muamalat maka tidak bisa dipisahkan dari pengertian

Bank Islam. Bank Islam adalah bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata

cara bermuamalat secara Islam, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur'an

dan Al-Hadits. Sedangkan pengertian muamalat adalah ketentuan-ketentuan yang

mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan secara pribadi maupun

antar perorangan dengan masyarakat.

Untuk meningkatkan pelayanan terhadap nasabah suatu perusahaan melakukan

salah satu kegiatan promosi guna meningkatkan kepuasan konsumen. Promosi

merupakan kegiatan marketing mixyang terakhir setelah produk, harga, dan tempat, serta

inilah yang paling sering diidentikan sebagai aktivitas pemasaran dalam arti sempit.

Dalam kegiatan ini setiap bank berusaha untuk mempromosikan seluruh produk

dan jasa yang dimilikinya baik langsung maupun tidak langsung. Tanpa promosi jangan

diharapkan nasabah dapat mengenal dan mengetahui bank apalagi produk-produknya.

Oleh karena itu, promosi merupakan sarana yang paling ampuh untuk menarik dan

mempertahankan nasabahnya.82

Tujuan dilakukannya promosi adalah :83

1. Memperkenalkan dan menjual jasa-jasa dan produk yang dihasilkan.


82
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 58
83
Herry Achmad Buchorie dan Djaslim Saladin, Dasar-dasar Pemasaran Bank, (Bandung: Linda
Karya, 2006), h. 79
2. Agar bank dapat menghadapi saingan dalam pasar yang semakin kompetitif.
3. Menjual goodwill image dan idea yang baik tentang bank bersangkutan.

Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut ada hal yang perlu dimiliki oleh

perbankan demi keefektifan promosi, yaitu dengan melakukan komunikasi yang efektif

pula. Berikut langkah-langkah komunikasi :

1. Mengidentifikasi khalayak sasaran.


2. Menentukan tujuan-tujuan komunikasi, dengan menentukan tanggapan apa yang
dikehendaki dari khalayak sasaran.
3. Merangsang pesan, dengan menyusun pesan yang efektif agar mampu
merangsang perhatian audiens, dengan menggunakan pesan-pesan yang ideal.
4. Menyeleksi saluran-saluran komunikasi.
5. Menentukan jumlah anggaran promosi
6. Memilih bauran promosi, dengan empat bauran yaitu periklanan, promosi
penjualan, wiraniaga dan publikasi.
7. Mengukur hasil promosi, perusahaan harus memiliki target yang ingin dicapai
dari suatu kegiatan promosi sehingga mampu melakukan pengukuran atas
pencapaian promosi yang telah dilakukan oleh perusahaan apakah efektif atau
tidak.
8. Mengolah dan mengkoordinasikan proses keseluruhan komunikasi pemasaran.84

Dengan demikian, dalam hal pelayanan konsumen, PT. Bank Muamalat

Indonesia Tbk. Cabang Tasikmalaya hakekatnya adalah memberikan pelayanan yang

berkualitas kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan. Pelayanan publik

berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan layanan yang baik dan professional.

Pelayanan yang diberikan akan dikategorikan sesuai bila kinerja pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat lebih besar daripada harapan mereka.

Untuk mencapai kualitas pelayanan yang baik, maka tentunya pelayanan juga

harus baik dan maksimal. Mengukur tingkat kepuasan masyarakat dapat dilakukan

dengan mencari tingkat kesesuaian antara nilai kinerja pelayanan yang diberikan dengan

nilai kepentingan atau harapan nasabah itu sendiri. PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Cabang Tasikmalaya harus mengetahui apa yang dianggap sangat penting oleh

masyarakat sehingga mereka puas. Adapun gambaran kerangka pemikiran yaitu:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


84
Philip Kotler. Marketing Management. (New Jersey: Prentice Hall. 2000), h. 39
Promosi Kepuasan Nasabah
Alat-Alat Promosi
- Tangibles (bukti langsung)
- Iklan
- Empathy (pemahaman)
- Promosi penjualan
- Reliability (keandalan)
- Publisitas
- Responsiveness (daya tanggap)
- Assurance (jaminan)

C. Hasil Penelitian Yang Relevan

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap

penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu, diperoleh

beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu:

Penelitian oleh Elyas Arjunanta S.J (207046100197) tahun 2011 Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah

dan Hukum dengan judul “Pengaruh Karakteristik Konsumen terhadap Produk

Tabungan Bank BNI Cabang Syariah Bumi Serpong Damai”. Hasil penelitian terdapat

pengaruh karakteristik konsumen terhadap karakteristik produk tabungan pada bank BNI

Cabang Syariah Bumi Serpong Damai serta karakteristik bagi hasil mempunyai pengaruh

yang paling dominan yang menjadi daya tarik konsumen dalam memilih produk

tabungan di Bank BNI Cabang Syariah Bumi Serpong Damai.

Penelitian oleh Sri Mulyani (30.02.1.5.034) tahun 2007 Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri Surakarta Jurusan Ekonomi Islam Prodi Manajemen Syariah dengan judul

“Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Produk Tabungan Perbankan Syariah (Studi

Kasus pada BRI Syariah Cabang Solo”. Hasil penelitian terdapat ketertarikan antara

karakteristik konsumen yang terdiri dari jenis kelamin, profesi, dan pendidikan dengan

karakteristik produk jasa perbankan syariah di bank BRI Syariah Cabaang Solo serta

sistem bagi hasil merupakan karakteristik produk perbankan syariah yang berpengaruh
dominan terhadap ketertarikan konsumen untuk menabung di bank BRI Syariah Cabang

Solo.

Dari pemasaran di atas telah jelas mengenai perbedaan antara penelitian yang

akan dilakukan dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan. Oleh karena itu

penelitian yang berjudul “Pengaruh Promosi terhadap Kepuasan Nasabah pada PT. Bank

Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Tasikmalaya” dapat dilakukan karena bukan duplikasi

orang lain.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dijadikan penilitian yaitu di Bank Muamalat Tbk Indonesia Cabang

Tasikmalaya Jl. H.Z. Mustofa No. 294 Tasikmalaya. Waktu penelitian selama dua bulan

dimulai dari bulan Juli sampai dengan Bulan Agustus 2016. Subjek yang akan diteliti

adalah Bank Muamalat Tbk Indonesia Cabang Tasikmalaya Jl. H.Z. Mustofa No. 294

Tasikmalaya.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Menurut Suharsimi,

“studi kasus merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun

waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk lingkungan dan

kondisi masa lalunya”.85 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis. Penelitian ini hanya dilakukan pada objek tertentu dan kesimpulan

yang ditarik hanya berlaku pada objek yang diteliti.

85
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Bandung: Rineka Cipta.
2006), h. 107
Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific

inquiry) yang didasari oleh filsafat positivisme logikal (logical positivism) yang

beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum,

dan prediksi.86 Fokus penelitian kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses kerja yang

berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian

yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-angka. Penelitian ini dilaksanakan untuk

menjelaskan, menguji hubungan antar variabel, menentukan kasualitas dari variabel,


55
menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif (untuk

meramalkan suatu gejala).

Langkah-langkah penelitian kuantitatif adalah operasionalisasi metode ilmiah

dengan memperhatikan unsur-unsur keilmuan. Penelitian kuantitatif sebagai kegiatan

ilmiah berawal dari masalah, merujuk teori, mengemukakan hipotesis, mengumpulkan

data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Penelitian kuantitatif berawal dari

adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris dan teoretis, sebagai suatu

aktivitas penelitian pendahuluan (prariset). Agar masalah ditemukan dengan baik

memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi dengan penguasaan teori yang diperoleh dari

mengkaji berbagai literatur relevan.87

Kegiatan penelitian dimulai dengan mengidentifikasikan permasa- lahan atau isu-

isu yang penting, aktual dan menarik. Dan yang paling penting adalah manfaat yang

dihasilkan bila masalah itu diteliti. Masalah dapat digali dari berbagai sumber empiris

ataupun teoretis sebagai aktivitas penelitian pendahuluan (pra-penelitian). Agar masalah

ditemukan dengan baik diperlukan fakta-fakta empiris diiringi penguasaan teori yang

diperoleh melalui pengkajian berbagai literatur relevan. Pada tahap selanjutnya, penelitian

melihat tujuan sebagai suatu permasalahan. Masalah yang telah ditemukan


86
Danim, Sudarwan. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. (Jakarta: Bumi Aksara. 2000), h. 51
87
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta. 2007), h. 84
diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah. Pada umumnya rumusan masalah

penelitian kuantitatif disusun dalam bentuk pertanyaan. Rumusan masalah merupakan

penentuan faktor-faktor atau aspek-aspek yang terkait dengan lingkup kajian penelitian.88

Dalam praktiknya faktor-faktor serta aspek-aspek yang berkaitan dengan kajian

permasalahan sangat banyak dan kompleks. Oleh karena itu diperlukan pembatasan pada

faktor atau aspek yang dominan saja. Penelitian membagi permasalahan menjadi sub-sub

permasalahan yang dapat dikelola dalam arti layak dan terjangkau untuk diteliti. Setiap

sub permasalahan dicari kemungkinan jawabannya secara spesifik dalam bentuk hipotesis

yang sesuai. Dalam hal inilah diperlukan studi kepustakaan yaitu kegiatan untuk mengkaji

teori-teori yang mendasari penelitian. Dalam kegiatan ini juga dikaji hal-hal empiris yang

bersumber dari penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian menahan sementara hipotesis

atau pertanyaan sampai semua data terkumpul dan diinterpretasikan.89

Pada tahap selanjutnya, penelitian diarahkan untuk mencari data didasari oleh

rumusan masalah dan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya. Dalam hal ini diperlukan

desain penelitian yang berisi tahapan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan

data, sumber data (populasi dan sampel), serta alasan mengapa menggunakan metode

tersebut. Sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan, terlebih dahulu harus ditetapkan

teknik penyusunan dan pengujian instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan

data. Data yang diperoleh kemudian di analisis menggunakan teknik statistik. Hasil

analisis data merupakan temuan yang belum diberi makna.

Pemaknaan hasil analisis data dilakukan melalui interpretasi yang mengarah pada

upaya mengatasi masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Dalam tahapan ini

dikemukakan tentang penerimaan atau penolakan hipotesis. Interpretasi dibuat dengan

88
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta. 2007), h. 85
89
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta. 2007), h. 86
melihat hubungan antara temuan yang satu dengan temuan lainnya. Kesimpulan

merupakan generalisasi hasil interpretasi. Terhadap kesimpulan yang diperoleh maka

diciptakanlah implikasi dan rekomendasi serta saran dalam pemanfaatan hasil penelitian.

C. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif adalah data

yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung, yang diperoleh dari

perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara peninjau langsung terhadap

suatu objek penelitian dan hasil wawancara dengan pihak terkait. Juga diperoleh

hasil pengumpulan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan topik suatu

penelitian.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak luar perusahaan yang menjadi

objek penelitian. Data ini dapat diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu mencari

literatur-literatur yang berhubungan dengan topik permasalahan.90

D. Populasi dan Sampel

“Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. 91 Dalam penelitian ini yang dijadikan

populasi adalah karyawan dan nasabah Bank Muamalat Tbk Indonesia Cabang

Tasikmalaya yang berjumlah 252, dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1
Populasi Penelitian

90
Irwan Suhartono. Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Eresco, 2005), h. 85
91
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Bandung: Rineka Cipta.
2006), h. 117
No Populasi Jumlah
Kepala Bank Muamalat Tbk Indonesia Cabang
1 1
Tasikmalaya
Bagian Staf Administrasi Bank Muamalat Tbk
2 6
Indonesia Cabang Tasikmalaya
Bagian Pemasaran Bank Muamalat Tbk
3 15
Indonesia Cabang Tasikmalaya
Bagian Tugas Lapangan Bank Muamalat Tbk
4 50
Indonesia Cabang Tasikmalaya
5 Nasabah 180

Jumlah 252

Adapun penentuan sampel penelitian dilakukan dengan mengambil 20% dari

populasi, yakni 252 x 20% = 50 orang. Dengan demikian diperoleh jumlah sampel 50

sebagai sampel penelitian, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2
Sampel Penelitian

No Sampel Jumlah
Staf Bank Muamalat Tbk Indonesia Cabang
1 72 x 20% = 14
Tasikmalaya
2 Nasabah 180 x 20% = 36
Jumlah 50

Adapun penentuan sampel penelitian dilakukan dengan mengambil sebagian dari

populasi, yakni sebuah sampel yang dipandang representatif terhadap populasi itu. Dalam

pengambilan ini penulis menggunakan cara mengambil total dari populasi yaitu 50 orang

sebagai sampel penelitian. Hal ini didasari oleh pendapat Suharsimi yang mengatakan

bahwa: “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya

apabila subyeknya lebih dari 100, maka diambil 20%, 25%, atau lebih”.92

E. Teknik Pengumpulan Data


92
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Bandung: Rineka Cipta.
2006), h. 120
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah :

1. Teknik Observasi (Pengamatan)

Observasi yang dilakukan yaitu observasi partisipasi aktif yang bertujuan

untuk memperoleh informasi dan data tentang kondisi objektif sekolah dengan

alasan banyaknya informasi dan data yang berkaitan dengan lokasi penelitian yang

dikumpulkan. Teknik ini juga dimaksudkan untuk mengamati benda-benda di lokasi

penelitian seperti sarana dan prasarana, proses belajar mengajar, dan data tertulis

yang ada di lokasi penelitian.

2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara penulis pergunakan hanya untuk mengumpulkan data-

data yang berhubungan dengan kondisi objektif penelitian. Dalam hal ini penulis

mengajukan beberapa pertanyaan secara garis besar kepada kepala sekolah dan guru.

Oleh karenanya pedoman wawancara yang digunakan tidak terstruktur artinya

pedoman wawancara hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi ini dilakukan dengan cara mengadakan penelaahan terhadap

dokumen-dokumen, naskah-naskah atau laporan-laporan tertulis yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti serta mendukung terhadap penulisan skripsi ini.

4. Teknik Angket

Berupa daftar pertanyaan yang langsung diberikan kepada seluruh sampel

yang sudah ditentukan. Daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden yaitu

tentang pengaruh promosi terhadap kepuasan nasabah pada PT. Bank Muamalat

Indonesia Tbk. Cabang Tasikmalaya. Angket yang digunakan dalam penelitian ini

bersifat tertutup, artinya alternatif jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu dan

responden tinggal memilih mana yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Adapun respon yang diharapkan dari responden tentang pernyataan-pernyataan yang

diajukan, yakni rentang jawaban menurut skala likert. Di dalam angket ini penulis

menggunakan bentuk pertanyaan yang tertutup dengan beberapa alternatif jawaban

dengan huruf a, b, c, d dan e.93

5. Kepustakaan

Kepustakaan yaitu bahan kepustakaan dapat mengarahkan peneliti dalam

menciptakan pemahaman dan perumusan masalah yang tepat. Hal ini sangat penting

karena tanpa mempunyai orientasi yang jelas terhadap masalah yang diteliti, tidak

dapat dijuruskan atau dirumuskan pertanyaan kearah yang tepat, sehingga

mengakibatkan penelitian yang dilakukan kehilangan arah. Dengan kepustakaan

yang baik, dapat membantu menghindari pengutipan pendapat yang tidak tepat, dan

dapat menghindari pelaksanaan penelitian yang kemungkinan tidak mencapai hasil.94

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan memakai sejumlah

pertanyaan dan pernyataan secara tertulis dengan mencantumkan alternatif jawabannya

sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban yang tersedia. Angket tersebut

dibagikan kepada responden untuk dijadikan data penelitian yang akan dianalisis melalui

analisis statistik.95 Teknik pertimbangan data untuk menentukan pembobotan jawaban

responden dilakukan dengan menggunakan skala Likert untuk jenis pertanyaan tertutup

yang berskala normal. Setiap jenis responden dinilai sesuai arah pertanyaan sebagai

berikut :

Tabel 3.3
93
Irwan Suhartono. Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Eresco, 2005), h. 87
94
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Bandung: Rineka Cipta.
2006), h. 142
95
Irwan Suhartono. Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Eresco, 2005), h. 92
Tabel Distribusi Relatif dan Skor (n = 50)

Alternatif Jawaban Frekuensi Skor F (Skor) %


Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Pernah 2
Tidak pernah 1
Jumlah 50 100%

Bentuk ini digunakan untuk mengetahui pendapat responden mengenai promosi

dan kepuasan nasabah. Cara ini digunakan dengan menetapkan bobot jawaban terhadap

tiap-tiap item pertanyaan yang ditetapkan.

- Untuk jawaban sangat setuju (sangat tinggi) diberi skor 5

- Untuk jawaban setuju (tinggi) diberi skor 4

- Untuk jawaban kurang setuju (sedang) diberi skor 3

- Untuk jawaban tidak setuju (rendah) diberi skor 2

- Untuk jawaban sangat tidak setuju (sangat rendah) diberi skor 1

Selanjutnya ditentukan range dan panjang interval kelasnya, adalah sebagai

berikut:

a. Menentukan range, yaitu selisih antara skor kriteria maksimum (nilai indeks

maksimum) dengan skor kriteria minimum (nilai indeks minimum).

b. Menentukan panjang interval kelas, melalui rumus:

Range
Jumlah Kategori Jawaban
Berdasarkan ketentuan tersebut, indeks maksimum dan indeks minimum dari total

tanggapan responden tentang promosi adalah sebagai berikut:

Rumus yang digunakan adalah:

Jumlah skor x jumlah item pertanyaan x jumlah responden

a. Nilai indeks maksimum : 5 x 10 x 50 = 2500


b. Nilai indeks minimum : 1 x 10 x 50 = 500

c. Range : Nilai maksimum – nilai minimum = 2.500 - 500 = 2.000

d. Panjang interval kelas : 2.000 : 5 = 400

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui jarak interval untuk kategori

tiap pertanyaan, sebagai berikut:

Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi

500 900 1.300 1.700 2.100 2.500

Adapun Indeks maksimum dan indeks minimum dari total tanggapan responden

tentang kepuasan nasabah adalah sebagai berikut:

Rumus yang digunakan adalah:

Jumlah skor x jumlah item pertanyaan x jumlah responden

a. Nilai indeks maksimum : 5 x 10 x 50 = 2.500

b. Nilai indeks minimum : 1 x 10 x 50 = 500

c. Range : Nilai maksimum – nilai minimum = 2.500 - 500 = 2.000

d. Panjang interval kelas : 2.000 : 5 = 400

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui jarak interval untuk kategori

tiap pertanyaan, sebagai berikut:

Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi

500 900 1.300 1.700 2.100 2.500

Langkah terakhir dari penelitian ini adalah menganalisis data yang telah

terkumpul. Data yang bersifat kualitatif akan dianalisis dengan cara berfikir logis, baik

induktif maupun deduktif.

Tabel 3.4
Tabulasi Silang

Kepuasan Nasabah
Sangat
Sangat Renda
Promosi Tinggi Sedang Renda
Tinggi h F %
h
f % f % f % f % f %
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Jumlah

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah terhimpun kemudian diolah dalam proses editing data, yaitu

proses pengklasifikasian data. Kemudian dianalisis secara kualitatif dengan

menggunakan data logika dengan pola induktif dan deduktif, yaitu menguraikan data

yang berbentuk khusus ke umum dan umum ke khusus untuk selanjutnya diuraikan

secara kuantitatif dalam pembahasan penulisan skripsi ini. Data-data yang telah

terkumpul, baik dari hasil angket, dapat penulis kategorikan ke dalam jenis data

kualitatif. Data kualitatif maksudnya data yang tidak berbentuk angka. Data ini dapat

diperoleh dari pengamatan dan wawancara atau bahan tertulis.96

Setelah terkumpul data yang diperlukan, maka untuk memperoleh kejelasan ada

atau tidak adanya hubungan antara dua variabel, berikutnya melakukan pengolahan data

agar penelitian ini mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun cara mengolah data

tersebut, menggunakan statistik dengan teknik:

1. Analisis Linieritas Regreasi

Analisa regresi merupakan analisa yang dilakukan untuk membahas serta

membuktikan pengaruh antara variabel X (promosi) dengan variabel Y (kepuasan

nasabah), bentuk persamaan regresi linier adalah:

96
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. (Bandung: Alfabeta. 2005), h. 91
Y^ =a+bx

(∑ Y ) ( ∑ X 2 ) −( ∑ X )( ∑ XY )
a= 2
n ( ∑ X 2 ) −( ∑ X )

n ( ∑ XY )− ( ∑ X )( ∑ Y )
b= 2
n (∑ X 2 )−( ∑ X )

Keterangan :

Y = Kepuasan Nasabah

a = Nilai Y pada titik 0

b = Koefisien Arah Regresi

X = Promosi

2. Analisis Koefisien Korelasi

Koefesien korelasi dengan rumus korelasi product moment apabila kedua

variabel yang diteliti itu berdistribusi dan beregresi linter. Rumusnya ialah :

n ∑ X i Y i−(∑ X i )( ∑ Y i )

r = √{ ∑
X =( ∑ X ) }{n ∑ Y =( ∑ Y ) }
2 2 2 2
n i i i i

Keterangan :

r = Koefisien Korelasi

N = Jumlah Sampel

X = Promosi

Y = Kepuasan Nasabah

Untuk menghitung interprestasi dari korelasi secara sederhana terdapat angka

indeks korelasi "r" product moment (rxy). Pada umumnya dipergunakan pedoman

atau perencanaan sebagai berikut :

0,00 – 0,20 : Korelasi sangat lemah atau sangat rendah


0,21 – 0,40 : Korelasi yang lemah atau rendah
0,41 – 0,70 : Korelasi yang sedang
0,71 – 0,90 : Korelasi yang tinggi
0,91 – 1,00 : Korelasi yang sangat kuat.97

3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dan koefisien non determinasi yaitu alat yang

digunakan untuk mengukur dan mengetahui persentase pengaruh promosi terhadap

kepuasan nasabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Tasikmalaya,

rumus koefisien determinasi adalah:

Kd = r2 x 100%

Keterangan :

Kd = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi

97
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Bandung: Rineka Cipta.
2006), h. 147

Anda mungkin juga menyukai