Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“SISTEM OPERASIONAL LIFE INSURANCE DALAM


MENGELEMINIR RIBA, MAISIR DAN GHARAR”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
“Asuransi Syariah”

Dosen pengampu: Lutfi Ahmad Furqon, M.E

Disusun oleh :
Ajeng Tia
Asri Aulia Aisyah
Ela Nurlaela Sholihah
Rahim Husni
Romlah
Siti Novianti

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
2022 

2| P a g e
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’Alamin, kami panjatkan puji syukur kepada Allah
SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan karunianya kepada kita
semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat dengan waktunya.
Shalawat tak lupa kami kirimkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
menderang yang dihiasi oleh iman, islam, dan ihsan.
Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Lutfi Ahmad Furqon, M. E yang telah memberi kami tugas untuk membuat
makalah ini. Dan kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu kami. Kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Kami sepenuhnya menyadari banyak kekurangan dan keterbatasan,
meskipun telah disertai dengan usaha yang maksimal sesuai dengan kemampuan
yang telah kami miliki. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan untuk memperbaiki makalah yang akan datang. Dengan ini
kami harapkan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin Ya
Rabbal’alamin.

Tasikmalaya, November 2022

Penulis

iii| P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................5
C. TUJUAN MASALAH.................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Akad dan Kontrak......................................................................................6
B. Sahnya Akad Dalam Asuransi Syariah dan Konvensional.....................6
C. Perwujudan Ta'awun dalam Mekanisme Asuransi Syariah..................9
D. Pengertian Klaim......................................................................................11
E. Pengertian Reasuransi..............................................................................12
KESIMPULAN.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iv| P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asuransi Syari’ah, sekarang ini semakin berkembang. Sejak diperkenalkan
di Indonesia pada tahun 1994, hingga saat ini jumlah industri asuransi Syari’ah
mencapai 39 perusahaan dengan ratusan cabang yang tersebar di seluruh
Indonesia. Dengan demikian, pangsa pasarnya yang masih di bawah lima persen,
dipastikan akan terus berkembang di masa depan. Defenisi asuransi di Indonesia
telah ditetapkan dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992,
tentang : Usaha Perasuransian, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian
antara dua pihak atau lebih, dimana pihak tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggatian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum kepada pehik ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti.
Ruang lingkup asuransi merupakan usaha jasa keuangan dengan
menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, dengan
tujuan untuk memberi perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa
asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang
tidak pasti.
Dalam bahasa Arab asuransi (syari’ah Ruang) disebut at-at’min,
penanggung disebut mu’amin, sedangkan tertanggung disebut mu’aman lahu atau
musta’min. At-ta’min yaitu “menta’minkan sesuatu, artinya adalah seseorang
membayar atau menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan
sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati atau untuk mendapatkan ganti
rugi terhadap hartanya yang hilang.Asuransi dilihat dari segi teori dan sistem
sangat relevan dengan tujuan umum syari’ah dan disertakan dalil-dalilnya. Hal ini
dikarenakan asuransi dalam arti tersebut adalah sebuah gabungan kesepakatan
untuk saling menolong, yang telah diatur dengan sistem yang sangat rapi antara

5| P a g e
sejumlah besar manusia yang tujuannya adalah menghilangkan atau meringankan
kerugian dari peristiwa-peristiwa yang terkadang menimpa manusia.
Sedangkan premi pada asuransi syari’ah adalah sejumlah dana yang
dibayarkan oleh peserta yang terdiri atas dana tabungan. Dana tabungan
merupakan dana titipan dari peserta asuransi syari’ah dan akan mendapat bagi
hasil dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun. Dana tabungan
beserta alokasi bagi hasil akan dikembalikan kepada peserta yang bersangkutan
mengajukan klaim.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian akad dan Kontrak?
2. Bagaimana Sahnya akad dalam asuransi syariah dan konvensional?
3. Bagaimana Perwujudan Ta'awun dalam Mekanisme Asuransi?
4. Apa pengertian Klaim?
5. Apa pengertian Reasuransi?

C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui Pengertian dari akad dan Kontrak
2. Mengetahui bagaimana terjadi sahnya akad dalam asuransi syariah dan
konvensional
3. Mengetahui Perwujudan Ta'awun dalam Mekanisme Asuransi
4. Mengetahui Pengertian Klaim
5. Mengetahui Pengertian Reasuransi

6| P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad dan Kontrak
ْ )
Dalam kitab fiqih sunnah, kata akad di artikan dengan hubungan ( ُ‫طبّرال‬
dan kesepakatan (ْ‫) َكفِتِالا‬. kabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan
kehendak syariat yang berpengaruh kepada objek perikatan. perpindahan
pemilikan dari satu pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak yang lain nya
(yang menyatakan qabul). Sedangkan kontrak Kesepakatan bersama baik lisan,
tulisan antara dua pihak atau lebih melalui ijab qobul yang memiliki ikatan
Hukum bagi semua pihak yang terlibat untuk melaksanakan apa yang menjadi
kesepakatan bersama.
Menurut terminologi hukum islam, akad adalah pertalian antara
penyerahan (ijab) dan penerimaan (qabul) yang dibenarkan oleh syariah, yang
menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. Rukun dan syarat akad ada tiga
yaitu pelaku, objek dan ijab qabul.
Macam Macam Akad:
Wadiah
Akad penitipan batang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau
uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga
keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang.
Mudharabah
Akad kerjasama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal,
atau bank syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (‘amil,
mudharib, atau nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan
kesepakatan yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung
sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan
yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.
Musyarakah
Akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu yang
masing-masing pihak memberikan porsi dana masing-masing.
7| P a g e
Murabahah
Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan
yang disepakati.
Salam
Akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran
harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.
Istisna’
Akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dan penjual
atau pembuat (shani’).
Ijarah
Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat
dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikian barang itu sendiri.
Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik
Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat
dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan
kepemilikan barang.
Qardh
Akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.
Dan perjanjian atau kontrak atau akad dalam asuransi merupakan salah satu
bagian pokok dalam asuransi dan merupakan pokok pangkal dari tanggung jawab
yang harus dilaksanakan. Kejelasan kontrak atu akad dalam praktik muamalah
menjadi prinsip karena akan menentukan sah atau tidaknya secara syariah.
Demikan pula dengan kontrak antara peserta dengan perusahaan asuransi.

8| P a g e
Akad merupakan salah satu persoalan pokok dalam asuransi konvensional yang
menjadikannya diharamkan oleh para Ulama.

B. Sahnya Akad Dalam Asuransi Syariah dan Konvensional


Asuransi Syariah
Pada dasarnya, akad dalam asuransi syariah ada dua, sesuai dengan
keterangan dalam fatwa MUI. Kedua akad tersebut adalah akad tabarru dan akad
tijarah.
Akad tijarrah yang dimaksud adalah semua bentuk akad yang dilakukan
untuk tujuan komersial misalnya mudharabah, wakalah, dan sebagainya.
Sedangkan, akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan
dengan tujuan kebaikan dan tolong menolong, bukan semata untuk tujuan
komersial. Dalam akad tabarru’, mutabarri’ memberikan derma dengan tujuan
untuk membantu seseorang dalam kesusahan yang sangat dianjurkan dalam
syariat Islam.
MUI sendiri mendefinisikan akad dalam asuransi syariah sebagai
perjanjian tertulis yang isinya adalah kesepakatan, hak, dan kewajiban para pihak,
yang sesuai dengan prinsip aturan Islam. Masih dalam fatwa yang sama, akad
yang ditekan tidak boleh terdapat gharar (penipuan), maisir (judi), riba, zhulm
(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.
Asuransi Konvensional
Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau
perjanjian jual beli. Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli didasarkan atas
adanya penjual, pembeli, harga, dan barang yang diperjual-belikan.
Sementara itu di dalam perjanjian yang diterapkan dalam asuransi
konvensional hanya memenuhi persyaratan adanya penjual, pembeli dan barang
yang diperjual-belikan. Sedangkan untuk harga tidak dapat dijelaskan secara
kuantitas, berapa besar premi yang harus dibayarkan oleh peserta asuransi utnuk
mendapatkan sejumlah uang pertanggungan. Karena hanya Allah yang tahu kapan
kita meninggal. Perusahaan akan membayarkan uang pertanggunggan sesuai

9| P a g e
dengan perjanjian, akan tetapi jumlah premi yang akan disetorkan oleh peserta
tidak jelas tergantung usia. Jika peserta dipanjangkan usia maka perusahaan akan
untung namun apabila peserta baru sekali membayar ditakdirkan meninggal maka
perusahaan akan rugi.
Dengan demikian menurut pandangan syariah terjadi cacat karena
ketidakjelasan (gharar) dalam hal berapa besar yang akan dibayarkan oleh
pemegang polis (pada produk saving) atau berapa besar yang akan diterima
pemegang polis (pada produk non-saving).
Akad pada asuransi konvensional adalah akad muawadah karena masing-
masing dari ke dua belah pihak yang berakad, penanggung dan tertanggung
memperoleh pengganti dari apa yang telah diberikannya. Penanggung
memperoleh premi-premi asuransi sebagai pengganti dari uang pertanggungan
yang telah dijanjikan pembayarannya. Sedangkan, tertanggung memperoleh uang
pertanggungan, jika terjaadi peristiwa atau bencana, sebagai pengganti dari premi-
premi yang telah dibayarkannya.
Dalam produk asuransi konvensional juga dapat dikatakan menggunakan Akad
Idz’aan yang berarti penundukan. Artinya, dalam perjanjian pada asuransi
konvensional bisa terjadi ketidakadilan, karena tidak seimbang, di mana pihak
yang kuat adalah pihak perusahaan asuransi. Pihak penanggung lah yang
menentukan syarat-syarat yang tidak dimiliki tertanggung. Jika ia (tertanggung)
ingin asuransi, maka ia harus memenuhi syarat-syarat yang tidak dimilikinya.
Syarat-syarat tersebut umumnya bersifat baku, dan sebagiannya seringdicampuri
oleh teks-teks undang-undang asuransi yang melindungi tertanggung dari
penganiayaan dan kesewenang-wenangan penanggung (perusahaan asuransi).
Akad mulzim artinya perjanjian yang wajib dilaksanakan oleh ke dua belah
pihak, baik pihak penanggung maupun pihak tertanggung. Ke dua kewajiban ini
adalah kewajiban tertanggung membayar premi-premi asuransi, dan kewajiban
penanggung membayar uang asuransi jika terjadi peristiwa yang diasuransikan.
Husein Hamid Hisan, mengatakan bahwa akad asuransi konvensional adalah
akad gharar, karena masing-masing dari ke dua belah pihak, penanggung dan

10| P a g e
tertanggung pada waktu melangsungkan akad tidak mengetahui jumlah yang ia
akan berikan dan jumlah ia akan ambil. Pasalnya tergantung kepada terjadi dan
tidaknya peristiwa yang diasuransikan. Dan, itu hanya Allah yang mengetahui.

C. Perwujudan Ta'awun dalam Mekanisme Asuransi Syariah


Ta’awun secara bahasa diartikan sebagai tolong-menolong dalam
kebajikan. T’aawun merupakan sikap tolong-menolong untuk membantu sesama.
Islam mengajarkan Ta’awun dalam surat Al-Maidah ayat 2 dan Al-Mujadalah
ayat 9 yang artinya: “… dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggarandan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.”
Tujuan perusahaan takaful lebih mengarah kepada tolong-menolong
(ta’awwun) dan saling menjamin (tadhamun) daripada hanya mencari keuntungan
dari para peserta semata. Menurut hukum Islam ta’awwun dan tadhamun ini
hanya dapat diterapkan apabila pemberian itu atas dasar akad tabarru. Konsep
ta’awwun dan tadhamun merupakan konsep tolong menolong dan saling
menjamin atau saling menanggung satu sama lain yang ada dalam Islam. Konsep
ini juga menjadi konsep dasar dari asuransi termasuk asuransi takaful yang juga
telah menggunakan sistem yang berlandaskan ta’awwun (saling menolong) dan
tadhamun (saling menanggung).
Kedua sistem ini menurut Islam hanya dapat diterapkan apabila pemberian
dari peserta itu di landasi dengan akad tabaru’. Dengan demikian syarat wujudnya
sistem ta’awwun dan tadhamun dalam suatu ikatan pertolongan, persaudaraan dan
pengorbanan dalam perusahaan asuransi ialah dengan diaplikasikannya tabarru’.
Dengan diaplikasikannya tabarru’ ini maka tujuan perusahaan takaful lebih
mengarah kepada maksud mewujudkan ta’awwun dan tadamun daripada hanya
mencari keuntungan dari para peserta. Hal ini sesuai benar dengan ide dan maksud
daripada wujudnya asuransi di dalam masyarakat yaitu saling bantu-membantu
dan tolong-menolong antara sesama anggota masyarakat yang mengalami

11| P a g e
kesusahan yang tidak dapat ditanggung sendiri oleh yang menerima musibah.
Konsep dan ide mengenai asuransi yang hakiki adalah mewujudkan suatu
dana keuangan bersama untuk menolong anggota masyarakat yang kesusahan
dengan dasar saling menolong (mutual cooperation) dan saling menanggung
(mutual guarantee), bukan mencari keuntungan diri sendiri atau perusahaan
semata-mata.
Dengan adanya prinsip ta’awun yang dijalankan oleh lembaga asuransi
syariah dengan tujuan untuk saling tolong menolong diantara peserta asuransi
syariah, adanya rasa empati dan keinginan saling menolong jika ada diantara
peserta yang mendapatkan suatu musibah atau kesulitan yang secara syariat harus
dibantu. Dengan adanya prinsip ta’awun ini maka asuransi syariah dapat
berkembang dan membuat masyarakat tertarik untuk ikut menjadi peserta asuransi
syariah. hal ini yang memberikan gambaran bahwa sistem dan prinsip yang
dijalankan adalah dengan prinsip syariah.
Bentuk ta’awun dalam kehidupan manusia terdapat 4 macam yaitu
Almu’in wal musta’in (orang yang memberi pertolongan dan meminta
pertolongan), La yu’in wa la Yasta’in (orang yang tidak mau menolong dan tidak
mau ditolong), yasta’in wa la yu’in (orang yang hanya mau minta tolong kepada
orang lain saja tetapi tidak mau menolong orang lain), yu’in wa la yasta’in (orang
yang selalu menolong orang lain tetapi tidak pernah meminta bantuan kepada
orang lain), Al-Mu’in wa La Yasta’in (orang yang slalu menolong dan tidak
penah mengharapkan imbalan berupa pertolongan balik).
Berkaitan dengan asuransi syariah ada tiga macam bentuk ta’awun yaitu
Al-mu’in wal musta’in, yu’in wa la yasta’in dan Al-Mu’in wa La Yasta’in. Ketiga
bentuk ta’awun tersebut sangat berkaitan dengan pelaksanaan asuransi syariah
yang bertolak dari prinsip ta’awun dalam menjalankan perusahaan asuransi
syariah. Berdasarkan bentuk ta’awun, perkembangan asuransi syariah yang cukup
diminati oleh masyarakat membuat asuransi syariah tetap berjalan dengan lancar
walaupun banyak permasalahan di dalamnya.

12| P a g e
Ta’awun merupakan salah satu daya tarik minat masyarakat untuk
bergabung menjadi peserta asuransi syariah. Bahwa dengan tidak terlaksananya
prinsip ta’awun dalam menjalankan asuransi syariah tidak berpengaruh terhadap
batalnya perjanjian yang telah disepakati antara pihak perusahaan asuransi syariah
dengan pihak peserta asuransi syariah.

D. Pengertian Klaim
Klaim adalah proses yang mana peserta dapat memperoleh hak-hak
berdasarkan perjanjian didalam polis. Semua usaha yang diberikan untuk
menjamin hak-hak tersebut dihormati sepenuhnya sebagaimana yang seharusnya.
Oleh karena itu, penting bagi pengelola asuransi syariah untuk mengatasi klaim
secara efisien. Di samping itu, yang lebih penting bahwa klaim adalah hak peserta,
dan dananya diambil dari tabarru semua peserta. Maka wajib bagi pengelola untuk
melakukan proses klaim tidak hanya saja secara efisien tapi juga cepat dan tepat.
Dana tabarru itu merupakan bagian dari amanat yang harus dijalankan oleh
pengelola pengajuan klaim asuransi pada PT. Asuransi Takaful Keluarga
dilaksanakan sesuai dengan akad dan perjanjian yang sudah disepakati dari awal.
Dalam pembayaran klaim ini tidak terdapat hal-hal yang bertentangan dengan
agama dan pihak asuransi tidak mempersulit pengajuan dan pencairan dana.
Sehingga menurut tinjauan hukum islam prosedur pengajuan klaim asuransi
tersebut dapat diterima (tidak bertentangan) dengan hukum islam karena praktik
atau tindakan yang dapat mendatangkan kemaslahatan orang banyak dibenarkan
oleh agama Islam.
Prinsip kejujuran ini jika diabaikan maka bisa berdampak pada
kemungkinan terjadinya klaim yang ditolak. Jika informasi terkait produk, masih
simpang siur dan terkadang ada kecenderungan ditutup tutupi atau disembunyikan
oleh agen penjual, sedangkan pihak calon nasabah yang awam tidak paham dan
tidak mengerti apa yang harus ditanyakan terkait produk dimaksud maka akan
menjadi masalah ke depannya.

13| P a g e
Ketika perusahaan menargetkan seorang agen untuk mendapatkan nasabah
yang jujur. Perusahaan harus dapat menghargai kujujuran dari peserta, dengan
sebuah tanggung jawab. Sedapat mungkin agen atau perwakilan dari perusahaan
menyediakan 24 jam untuk mendampingi aktifitas peserta/ahli waris dalam
mengajukan klaim sebagai bentuk balasan imbal balik dari kejujuran nasabah.
Kerjasama dan keadilan antara peserta dengan sesama peserta dan antara peserta
dengan PT. Asuransi Takaful Keluarga menjadi cerminan spirit Hukum Islam
dalam mekanisme pengajuan klaim ini

E. Pengertian Reasuransi
Reasuransi serupa dengan asuransi. Hanya saja, ini adalah istilah yang
melekat pada perusahaan asuransi. Reasuransi adalah asuransinya perusahaan
asuransi. Maksudnya, perusahaan asuransi memanfaatkan reasuransi untuk
mengalihkan risiko ketidakmampuan finansialnya kepada perusahaan lain
(reasuradur). Dengan demikian, beban yang ditanggung perusahaan asuransi dapat
diminimalisir.
Secara sederhana, pengertian reasuransi berarti perusahaan asuransi dapat
melindungi aset dan keuangannya dari kerugian akibat pembayaran klaim kepada
nasabah. Karena, perusahaan asuransi ini sudah mendapatkan proteksi finansial
dari perusahaan reasuransi. Semua perusahaan asuransi dapat memanfaatkan
reasuransi. Sama seperti perusahaan asuransi, kita juga membutuhkan proteksi
keuangan sebagai bentuk antisipasi datangnya pengeluaran mendadak seperti
meninggalnya tulang punggung keluarga.
Ada dua alasan mengapa muncul kebutuhan perusahaan reasuransi.
Berikut ini beberapa kegunaan reasuransi bagi perusahaan asuransi.
1. Perlu mengalihkan risiko yang besar
Pertama, perusahaan asuransi menanggung risiko klaim yang besar
sehingga harus mengalihkan sebagian risiko tersebut. Umumnya, hal ini terjadi
ketika perusahaan asuransi merasa nilai yang ia tanggung, salah satunya uang
pertanggungan, jauh lebih besar daripada premi yang mereka kelola. Sebagai

14| P a g e
badan usaha, perusahaan asuransi ingin melindungi kestabilan keuangan dan
pendapatannya. Di sinilah peran reasuradur untuk meminimalisasi risiko kerugian
tersebut.
2. Mengelola kas perusahaan asuransi biar lebih longgar
Kedua, setiap perusahaan asuransi pasti memiliki kas cadangan klaim yang
harus tersedia, takut-takut nasabahnya bakal mengajukan klaim dalam waktu
dekat. Fungsi reasuransi adalah membantu pengelolaan kas tersebut jadi lebih
“longgar”, sehingga kuota untuk penerbitan produk asuransi yang baru juga lebih
besar.

Contoh perusahaan reasuransi di Indonesia:


Perusahaan reasuransi adalah perusahaan yang menyediakan layanan
asuransi bagi perusahaan asuransi.
1. PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk.
2. PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero)
3. PT Reasuransi Maipark Indonesia
4. PT Reasuransi Syariah Indonesia

Fungsi Reasuransi
1. Capacity boosting
Terbatasnya kapasitas perusahaan asuransi untuk menerima jumlah
pertanggungan yang tinggi, yang kemudian akan diperbesar oleh fasilitas dari
perusahaan.
2. Removal of uncertainty
Dapat membantu perusahaan asuransi menstabilkan tingkat kerugian
dengan menghilangkan beberapa ketidakpastian seperti frekuensi dan kapan
kerugian akan terjadi serta berapa besar kerugian yang akan dialami.
3. Confidence

15| P a g e
Dengan dihilangkannya ketidakpastian, maka reasuradur menciptakan rasa
yakin bagi perusahaan asuransi untuk memperbesar investasi.
4. Catastrophe protection
Melindungi perusahaan asuransi dari risiko kerugian finansial yang luar
biasa jumlahnya.
5. Spread of risk
Tujuannya sebagai mekanisme pengalihan risiko dari perusahaan asuransi
ke reasuradur, karena fungsi reasuransi adalah sebagai alat penyebar risiko.Jenis-
jenis reasuransi

KESIMPULAN
Asuransi dilihat dari segi teori dan sistem sangat relevan dengan tujuan
umum syari’ah dan disertakan dalil-dalilnya. Hal ini dikarenakan asuransi dalam
arti tersebut adalah sebuah gabungan kesepakatan untuk saling menolong, yang
telah diatur dengan sistem yang sangat rapi.
Namun Asuransi Syariah memang belum sefamiliar asuransi
konvensional, dan Akad merupakan salah satu persoalan pokok dalam asuransi
konvensional yang menjadikannya diharamkan oleh para Ulama. Kerena dengan
akad yang ada di asuransi konvensional, dapat berdampak pada munculnya gharar
dan maisir, oleh karena itu, para ulama mencari solusi bagaimana agar masalah
gharar dan maisir ini dapat dihindarkan.

DAFTAR PUSTAKA
Persaulian Baginda. 2018. Prinsip dan Sistem Operasional Asuransi
Syariah (Ta'min, Tawakal atau Tadhamun) di Indonesia. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Bukittinggi.
Afandi Setiya. 2022. Prinsip Ta'awun dan Implementasinya di Lembaga
Asuransi Syariah. STAI Binamadani.

16| P a g e
Mahfud Imam. 2021. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme
Pengajuan Klaim Asuransi Syariah. Sekolah Tinggi Agama Islam Binamadani
Tangerang
Fatmawati. 2010. Pemikiran Muhammad Syakir Sula Tentang Sistem
Operasional Asuransi Syariah. Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau.
Hodawa, Hilel. 2022. Reasuransi: Pengertian, Contoh, Jenis, dan
Manfaatnya. Diakses pada link: https://lifepal.co.id/media/reasuransi/
Anas, Irham. 2011. Konvensional & Asuransi Syariah. Diakses pada link:
https://irham-anas.blogspot.com/2011/04/paper-perbedaan-asuransi-konvensional.html?
m=1ASURANSI
Akad-akad Dalam Transaksi Perbankan Syariah. Diakses pada link:
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/akad-PBS.Aspx

17| P a g e

Anda mungkin juga menyukai