Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Model Penelitian Keagamaan

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

“Metodologi Studi Islam”


Dosen Pengampu :
Pendi Khoer Ependi, M.PdI.

Disusun Oleh :
Sirojudin
Miftahul Arifin
Aryati
Neng Putri Nuraeni

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
SINGAPARNA – TASIKMALAYA
2020

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik serta Hidayah-Nya
kapada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan sesuai waktu yang
telah ditentukan dengan judul “Model Penelitian Keagamaan”.
Penyelesaian tugas ini tentunya penulis telah banyak mendapat bantuan dan motivasi dari
berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada dosen pengampu Bapak Pendi Khoer Ependi, M.PdI dan seluruh rekan-rekan
yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis menyadari penulisan ini masih banyak kesalahan dan kekeliruan, maka dari itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk
perbaikan tugas kedepannya.
Demikian yang dapat penlulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan bagi penulis sendiri khusunya. Amin.

0
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................ 0
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Arti Penelitian Agama................................................................................................... 4
B. Agama Sebagai Doktrin................................................................................................ 4
C. Agama Sebagai Produksi Budaya................................................................................. 5
D. Agama Sebagai Produk Interaksi Sosial........................................................................ 6
E. Penelitian Agama dan Penelitian Keagamaan............................................................... 7
F. Kontruksi Teori Penelitian Keagamaan........................................................................ 8
G. Model-Model Penelitian Keagamaan............................................................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebenarnya penelitian Agama sudah dilakukan beberapa abad yang lalu namun hasil
penelitiannya masih dalam bentuk aktual atau perbuatan saja belum dijadikan sebagai ilmu.
Setelah bertambahnya gejala-gejala agama yang berbentuk sosial dan budaya, ternyata penelitian
dapat dijadikan sebagai ilmu yang khusus dalam rangka menyelidiki gejala-gejala agama tersebut.
Perkembangan penelitian Agama pada saat ini sangatlah pesat karena tuntutan-tuntutan
kehidupan sosial yang selalu mengalami perubahan. Kajian-kajian agama memerluka relevansi
dari kehidupan sosial berlangsung, permasalahan-permasalahan seperti inilah yang mendasari
perkembangan penelitian-penelitian Agama guna mencari relevansi kehidupan sosial dan agama.
Dewasa ini penelitian Agama diisi dengan penjelasan mengenai kedudukan penelitian
Agama dalam konteks penelitian pada umumnya, elaborasi mengenai penelitian Agama dan
penelitian keagamaan dan konstruksi teori penelitian keagamaan, dari beberapa penjelasan singkat
tersebut maka pemakalah perlu mengkaji secara rinci terhadap penjelasan tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang, dapat dikemukakan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa arti penelitian Agama?
2. Apakah Agama sebagai Doktrin
3. Apakah Agama sebagai Produksi Budaya?
4. Apakah Agama sebagai Produk Interaksi Sosial?
5. Bagaimana perbedaan antara penelitian agama dan penelitian keagamaan?
6. Bagaimana Kontruksi Teori Penelitian Keagamaan?
7. Bagaimana model-model penelitian keagamaan?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui arti penelitian Agama
2. Untuk menetahui Agama sebagai Doktrin
3. Untuk mengetahui Agama sebagai Produksi Budaya
4. Untuk mengetahui Agama sebagai Produk Interaksi Sosial

0
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Penelitian Agama


Penelitian (research) adalah upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari suatu
masalah dan menemukan prinsip-prinsip umum. Selain itu, penelitian juga berarti upaya
pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan. Pengetahuan manusia
tumbuh dan berkembang berdasarkan kajian-kajian sehingga terdapat penemuan-penemuan,
sehingga ia siap merevisi pengetahuan-pengetahuan masa lalu melalui penemuan-penemuan
baru. Penelitian itu sendiri dipandang sebagai kegiatan ilmiah karena menggunakan metode
keilmuan. Sedangkan metode ilmiah sendiri adalah usaha untuk mencari jawaban tentang fakta-
fakta dengan menggunakan kesangsian sistematis.
Sedangkan penelitian agama sendiri menjadikan agama sebagai objek penelitian yang
sudah lama diperdebatkan. Harun Nasution menunjukkan pendapat yang menyatakan bahwa
agama, karena merupakan wahyu, tidak dapat menjadi sasaran penelitian ilmu sosial, dan
kalaupun dapat dilakukan, harus menggunakan metode khusus yang berbeda dengan metode
ilmu sosial.
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Ahmad Syafi’i Mufid dalam Hakim dan Mubarak
menjelaskan bahwa agama sebagai objek penelitian pernah menjadi bahan perdebatan, karena
agama merupakan sesuatu yang transenden. Agamawan cenderung berkeyakinan bahwa agama
memiliki kebenaran mutlak sehingga tidak perlu diteliti.
B. Agama Sebagai Doktrin
Kata doktrin berasal dari bahasa inggris doctrine yang berarti ajaran. Dari kata doctrine itu
kemudian dibentuk kata doktina;, yang berarti yang berkenaan dengan ajaran atau bersifat ajaran.
Selain kata doctrine sebgaimana disebut diatas, terdapat kata doctrinaire yang berarti yang
bersifat teoritis yang tidak praktis. Contoh dalam hal ini misalnya doctrainare ideas ini berrati
gagasan yang tidak praktis.
Islam di definisikan oleh sebagian ulama sebagai berikut: "al-Islamu wahyun ilahiyun
unzila ila nabiyyi Muhammadin Sallahu`alaihi wasallam lisa`adati al-dunya wa al-akhirah"
(Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat).
Berdasarkan pada definisi Islam sebagaimana di kemukakan di atas, maka inti dari Islam
adalah wahyu. Sedangkan wahyu yang dimaksud di atas adalah al-Qur`an dan al-Sunnah. Al-
Qur`an yang kita sekarang dalam bentuk mushaf yang terdiri tiga puluh juz, mulai dari surah al-
Fatihah dan berakhir dengan surah al-Nas, yang jumlahnya 114 surah.
Sedangkan al-Sunnah telah terkodifikasi sejak tahun tiga ratus hijrah. Sekarang ini kalau
kita ingin lihat al-Sunnah atau al-Hadist, kita dapat lihat di berbagai kitab hadist. Misalnya kitab

0
hadist Muslim yang disusun oleh Imam Muslim, kitab hadist Shaleh Bukhari yang ditulis Imam
al-Bukhari, dan lain-lain.
Dari kedua sumber itulah, al-Qur`an dan al-Sunnah, ajaran Islam diambil. Namun meski
kita mempunyai dua sumber, sebagaimana disebut diatas, ternyata dalam realitasnya, ajaran
Islam yang digali dari dua sumber tersebut memerlukan keterlibatan tersebut dalam bentuk
ijtihad.
Dengan ijtihad ini, maka ajaran berkembang. Karena ajaran Islam yang ada di dalam dua
sumber tersebut ada yang tidak terperinci, banyak yang diajarkan secara garis besar atau global.
Masalah-masalah yang berkembang kemudian yang tidak secara terang disebut di dalam dua
sumber itu di dapatkan dengan cara ijtihad.
Dengan demikian, maka ajaran Islam selain termaktub pula di dalam penjelasan atau
tafsiran-tafsiran para ulama melalui ijtihad itu.
Hasil ijtihad selama tersebar dalam semua bidang, bidang yang lain. Semua itu dalam
bentuk buku-buku atau kitab-kitab, ada kitab fiqih, itab ilmu kalam, kitab akhlaq, dan lain-lain.
Sampai disini jelaslah, bahwa ternyata ajaran Islam itu selain langsung diambil dari al-
Qur`an dan al-Sunnah, ada yang diambil melalui ijtihad. Bahkan kalau persoalan hidup ini
berkembang dan ijtihad terus dilakukan untuk mencari jawaban agama Islam terhadap persoalan
hidup yang belum jelas jawabannya di dalam suatu sumber yang pertama itu. Maka ajaran yang
diambil dari ijtihad ini semakin banyak.
C. Agama Sebagai Produksi Budaya
Agama merupakan kenyataan yang dapat dihayati. Sebagai kenyataan, berbagai aspek
perwujudan agama bermacam-macam, tergantung pada aspek yang dijadikan sasaran studi dan
tujuan yang hendak dicapai oleh orang yang melakukan studi.
Cara-cara pendekatan dalam mempelajari agama dapat dibagi ke dalam dua golongan
besar, yaitu model studi ilmu-ilmu social dan model studi budaya. Untuk yang pertama telah
dibahas didalam sub bab yang lalu, sedagkan yang kedua akan menjadi pembahasan saat ini.
Tujuan mempelajari agama Islam juga dapat dikategorikan ke dalam dua macam, yang
pertama, untuk mengetahui, memahami, menghayati dan mengamalkan. Kedua, untuk obyek
penelitian. Artinya, kalau yang pertama berlaku khusus bagi umat Islam saja, baik yang masih
awam, atau yang sudah sarjana. Akan tetapi yang kedua berlaku umum bagi siapa saja, termasuk
sarjana-sarjana bukan Isalam, yaitu memahami. Akan tetapi realitasnya ada yang sekedar sebagai
obyek penelitian saja.
Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus melalui dua model, yaitu
tekstual dan konstektual. Tekstua, artinya memahami Islam melalui wahyu yang berupa kitab
suci. Sedangkan kontekstual berarti memahami Islam lewat realitas social, yang berupa perilaku
masyarakat yang memeluk agama bersangkutan.

0
Studi budaya di selenggarakan dengan penggunaan cara-cara penelitian yang diatur oleh
aturan-aturan kebudayaan yang bersangkutan.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai
mahkluk social yang isinya adalah perangkat-perangkat model-model pengetahuan yang secara
selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterprestasi lingkungan yang di hadapi, dan
untuk mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan.
Islam merupakan agama yang diwahyukan Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad
SAW.sebagai jalan hidup untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Agama islam
disebut juga agama samawi . selain agama Islam, Yahudi dan Nasrani juga termasuk ke dalam
kategori agama samawi. Sebab keduanya merupakan agama wahyu yang diterima Nabi Musa dab
Nabi Isa sebagai utusan Allah yang menerima pewahyuan agama Yahudi dan Nasrani.
Agama wahyu bukan merupakan bagian dari kebudayaan. Demikian pendapat Endang
Saifuddin Anshari yang mengatakan dalam suatu tulisannya bahwa:“Agama samawi dan
kebudayaan tidak saling mencakup; pada prinsipnya yang satu tidak merupakan bagian dari yang
lainnya; masing-masing berdiri sendiri. Antara keduanya tentu saja dapat saling hubungan dengan
erat seperti kita saksikan dalam kehidupan dan penghidupan manusia sehari-hari. Sebagaimana
pula terlihat dalam hubungan erat antara suami dan istri, yang dapat melahirkan putra, namun
suami bukan merupakan bagian dari si istri, demikian pula sebaliknya.”
D. Agama Sebagai Produk Interaksi Sosial
Islam sebagai sasaran studi social ini dimaksudkan sebagai studi tentang Islam sebagai
gejala social. Hal ini menyangkut keadaan masyarakat penganut agama lengkap dengan struktur,
lapisan serta berbagai gejala social lainnya yang saling berkaitan.
Dengan demikian yang menjadi obyek dalam kaitan dengan Islam sebagai sasaran studi
social adalah Islam yang telah menggejala atau yang sudah menjadi fenomena Islam. Yang
menjadi fenomena adalah Islam yang sudah menjadi dasar dari sebuah perilaku dari para
pemeluknya.
Menurut M. Atho Mudzhar, agama sebagai gejala social, pada dasarnya bertumpu pada
konsep sosiologi agama. Sosiologi agama mempelajari hubungantimbal balik antara agama dan
masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agam, dan agama mempengaruhi masyarakat. Tetapi
menurutnya, sosiologi sekarang ini mempelajari bukan masalah timbale balik itu, melainkan lebih
kepada pengaruh agama terhadap tingkah laku masyarakat. Bagaimana agama sebagai system nlai
mempengaruhi masyarakat.
Meskipun kecenderungan sosiologi agama. Beliau member contoh teologi yang dibangun
oleh orang-orang syi`ah, orang-orang khawarij, orang-orang ahli al-Sunnah wa al-jannah dan lain-
lain. Teologi-teologi yang dibangun oleh para penganut masing-masing itu tidak lepas dari
pengaruh pergeseran perkembangan masyarakat terhadap agama.

0
Persoalan berikutnya adalah bagaimana lita melihat masalah Islam sebagai sasaran studi social.
Dalam menjawab persoalan ini tentu kita berangkat dari penggunaan ilmu yang dekat dengan ilmu
kealaman, karena sesungguhnya peristiwa-peristiwa yang terjadi mengalami keterulangan yang
hampir sama atau dekat dengan ilmu kealaman, oleh karena itu dapat diuji.
Jadi dengan demikian menstudi Islam dengan mengadakan penelitian social. Penelitian
social berada diantara ilmu budaya mencoba memahami gejala-gejala yang tidak berulang tetapi
dengan cara memahami keterulangan.
Sedangkan ilmu kealaman itu sendiri paradigmanya positivism. Paragdima positivism
dalam ilmu ini adalah sesuatu itu baru dianggap sebagai ilmu kalau dapat dimati (observable),
dapat diukur (measurable), dan dapat dibuktikan (verifiable). Sedangkan ilmu budaya hanya dapat
diamati. Kadang-kadang tidak dapat diukur atau diverifikasi. Sedangkan ilmu social yang diangap
dekat dengan ilmu kealaman berarti juga dapat diamati, diukur, dan diverifikasi.
E. Penelitian Agama dan Penelitian Keagamaan
Penelitian agama (research on religious) lebih ditekankan pada aspek pemikiran (thought)
dan interaksi sosial. Pada aspek pemikiran, menggunakan metode filsafat dan ilmu-ilmu
humaniora. Sedangkan pada aspek interaksi sosial, yakni penelitian keagamaan sebagai produk
interaksi sosial, menggunakan pendekatan sosiologi, antropologi, historia atau sejarah sosial yang
biasa berlaku dan sebagainya. Misalnya : penelitian tentang perilaku jama’ah haji di daerah
tertentu, hubungan ulama dengan keluarga berencana, penelitian tentang perilaku ekonomi dalam
masyarakat muslim.
M. Atho Mudzhar menyatakan bahwa perbedaan antara penelitian agama dengan penelitian
keagamaan perlu disadari karena perbedaan tersebut membedakan jenis metode penelitian yang
diperlukan. Untuk penelitian agama sebagai doktrin, pintu bagi pengembangan suatu metodologi
penelitian tersendiri sudah terbuka, bahkan sudah ada yang pernah merintisnya. Adanya ilmu
ushul al-fiiqh sebagai metode untuk istinbath hukum dalam agama islam dan ilmu mushthalah al-
hadits sebagai metode untuk menilai akurasi sabda Nabi Muhammad saw. merupakan bukti
bahwa keinginan untuk mengembangkan metdologi penelitian tersendiri bagi bidang pengetahuan
agama ini pernah muncul.
M. Atho Mudzhar mengatakan bahwa perbedaan antara penelitian agama dengan
penelitian keagamaan perlu disadari karena perbedaan tersebut membedakan jenis metode
penelitian yang diperlukan. Untuk penelitian agama yang sasarannya adalah agama sebagai
doktrin, pintu bagi pengembangan suatu metodologi penelitian tersendiri sudah terbuka, bahkan
sudah ada yang merintisnya. Adanya ilmu ushul fiqh sebagai metode istinbath hukum dalam
agama Islam dan ilmu musthalahul hadist sebagai metode untuk menilai akurasi sabda Nabi
Muhammad saw merupakan bukti bahwa keinginan untuk mengembangkan metodologi penelitian
tersendiri bagi bidang pengetahuan agama ini pernah muncul. Persoalan berikutnya ialah, apakah

0
kita hendak menyempurnakannya atau meniadakannya sama sekali dan menggantinya dengan
yang baru, atau tidak menggantinya sama sekali dan membiarkannya tidak ada
Sedangkan untuk penelitian keagamaan yang sasarannya agama sebagai gejala sosial, kita
tidak perlu membuat metodologi penelitian tersendiri. Ia cukup meminjam metodologi
penelitian sosial yang telah ada.
F. Konstruksi Teori Penelitian Keagamaan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta mengartikan konstruksi
adalah cara membuat (menyusun) bangunan-bangunan (jembatan dan sebagainya); dan dapat pula
berarti susunan dan hubungan kata di kalimat atau di kelompok kata. Sedangkan teori berarti
pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian); dan
berarti pula asas-asas dan hukum-hukum umum yang dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan.
Selain itu, teori dapat pula berarti pendapat, cara-cara, dan aturan-aturan untuk melakukan
sesuatu.
Selanjutnya, dalam ilmu penelitian teori-teori itu pada hakikatnya merupakan pernyataan
mengenai sebab akibat atau mengenai adanya suatu hubungan positif antara gejala yang diteliti
dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam masyarakat, misalnya kita ingin meneliti gejala
bunuh diri. sudah mengetahui tentang teori integrasi atau kohesi sosial dari Emile Durkheim
(seorang ahli sosiologi Perancis kenamaan), yang mengatakan adanya hubungan positif antara
lemah dan kuatnya integrasi sosial dan gejala bunuh diri dari pengertian-pengertian tersebut, kita
dapat memperroleh suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Ksnstruksi teori adalah
susunan atau bangunan dari suatu pendapat, asas-asas atau hukum-hukum mengenai sesuatu yang
antara suatu dan lainnya saling berkaitan, sehuingga membentuk suatu banunan.
Dengan demikian, penelitian mengandung arti upaya menemukan jawaban atas sejumlah
masalah berdasarkan data-data yang terkumpul. Berikutnya, sampailah kita kepada pengertian
agama. Telah banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan seperti antropologi, psikologi, sosiologi, dan
lain-lain yang mencoba mendefinikan agama. R.R. Maret salah seorang ahli antropologi Inggris,
menyatakan bahwa agama adalah yang paling sulit dari semua perkataan untuk didefinisikan
karena agama adalah menyangkut lebih daripada hanya pikiran, yaitu perasaan dan kemauan juga,
dan dapat memanifestasikan dari menurut segi-segi emosionalnya walaupun idenya kabur.

G. Model-Model Penelitian Keagamaan


Model-model penelitian keagamaan disesuaikan dengan perbedaan antara penelitian
agama dan penelitian hidup keagamaan. Djamari, menjelaskan bahwa kajian sosiologi agama
dengan menggunakan metode ilmiah. Pengumpulan data dan metode yang digunakan antara lain:
1. Analisis Sejarah
Dalam hal ini, sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah
dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu lembaga, dan

0
pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan inti karakter agama dengan meneliti sumber
klasik sebelum dicampuri yang lain.
Pendekatan sejarah dalam memahami agama dapat membuktikan apakah agama itu masih
tetap pada orisinalitasnya seperti ketika ia baru muncul atau sudah bergeser jauh dari prinsip-
prinsip utamanya. Bila hal itu dihubungkan dengan agama islam maka ia dapat dimasukkan pada
kategori agama yang bertahan konsisten dengan ajaran seperti pada masa awalnya.
2. Analisis lintas budaya
Analisis lintas budaya bisa diartikan dengan ilmu antropologi, karena dilihat dari definisi
antropologi sendiri secara sederhana dapat dikatakan bahwa antropologi mengkaji kebudayaan
manusia.
Islam sebagai agama yang dibawa oleh Muhammad saw sampai saatnya kini telah melalui
berbagai dimensi budaya dan adat-istiadat. Masing-masing negeri memiliki corak budayanya
masing-masing dalam mengekspresikan agamanya. Karena itu dari segi antropologi kita dapat
memilah-milah mana bagian islam yang merupakan ajaran murni dan mana ajaran islam yang
bercorak lokal budaya setempat.
3. Eksperimen
Penelitian yang menggunakan eksperimen agak sulit dilakukan dalam penelitian agama.
Namun, dalam beberapa hal,eksperimen dapat dilakukan dalam penelitian agama, misalnya untuk
mengevaluasi perbedaan hasil belajar dari beberapa model pendidikan agama.
4. Observasi partisipatif
Dengan partisipasi dalam kelompok, peneliti dapat mengobservasi perilaku orang-orang
dalam konteks relegius. Baik diketahui atau tidak oleh orang yang sedang diobeservasi. Dan
diantara kelebihannya yaitu memungkinkannya pengamatan simbolik antar anggota kelompok
secara mendalam. Adapun kelemahannya yaitu terbatasnya data pada kemampuan observer.

5. Riset survei dan analisis statistik


Penelitian survei dilakukan dengan penyusunan kuesioner, interview dengan sampel dari
suatu populasi. Sampel bisa berupa organisasi keagamaan atau penduduk suatu kota atau desa.
Prosedur penelitian ini dinilai sangat berguna untuk memperlihatkan korelasi dari karakteristik
keagamaan tertentu dengan sikap sosial atau atribut keagamaan tertentu.
6. Analisis isi
Dengan metode ini, peneliti mencoba mencari keterangan dari tema-tema agama, baik
berupa tulisan, buku-bukukhotbah, doktrin maupun deklarasi teks, dan lainnya. Umpamanya sikap
kelompok keagamaan dianalisis dari substansi ajaran kelompok tersebut.

0
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian yang dikemukakan pada pembahasan, dapat dikemukakan beberapa poin penting
sebagai kesimpulan, yaitu:
1. Penelitian agama bukanlah meneliti hakikat agama dalam arti wahyu, melainkan meneliti manusia
yang menghayati, meyakini, dan memperoleh pengaruh dari agama. Dengan kata lain, penelitian
agama bukan meneliti kebenaran teologi atau filosofi tetapi bagaimana agama itu ada dalam
kebudayaan dan sistem sosial berdasarkan fakta atau realitas sosial-kultural.
2. Penelitian agama (research on religious) lebih ditekankan pada aspek pemikiran (thought) dan
interaksi sosial. Pada aspek pemikiran, menggunakan metode filsafat dan ilmu-ilmu chomaniora.
Sedangkan pada aspek interaksi sosial, yakni penelitian keagamaan sebagai produk interaksi sosial,
menggunakan pendekatan sosiologi, antropologi, historia atau sejarah sosial yang biasa berlaku
dan sebagainya.
3. Adapun model penelitian yang ditampilkan di sini disesuaikan dengan perbedaan antara penelitian
agama dan penelitian hidup keagamaan. Pengumpulan data dan metode yang digunakan antara
lain: 1) Analisis sejarah, 2) Analisis lintas budaya, 3) Eksperimen, 4) Observasi partisipatif, 5)
Riset survey dan analisis statistik, dan 6) Analisis isi.
4. Penelitian keagamaan mengandung arti upaya menemukan jawaban atas sejumlah masalah
berdasarkan data-data yang terkumpul tentang permasalahan-permasalahan keagamaan.

0
DAFTAR PUSTAKA

A. Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991)

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005)

Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi IslamCet. X; (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008)

Didin Saefuddin Buchori, Metodologi Studi Islam (Cet. I; Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005)

Djamari, Agama dalam Perspektif Sosiologi (Jakarta: Depdikbud DIKTI, 1988)

Endang Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.cet. 1 9 (Bandung: C.V. Pelajar.
1996)

Harun Nasution, Islam Rasional (Bandung: Mizan, 1995)

M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999)

M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam;dalam Teori dan Praktek. 1998 (Pustaka Pelajar,
Yogyakarta)

Masyhur Amin, Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam dan Empirik, (Yogyakarta,
LAKPESDAM. cet. I, 1993)

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)

Anda mungkin juga menyukai