Anda di halaman 1dari 11

BAHAN AJAR AKIDAH AKHLAK

BAB II
ALIRAN DALAM ILMU KALAM

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah


lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro aktif) dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan


metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, sertamampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


1.2. Menghayati nilai-nilai positif dari adanya aliran-aliran dalam ilmu kalam
2.2. Membiasakan diri untuk menghargai perbedaan aliran-aliran yang ada dalam
kehidupan bermasyarakat.
3.2. Menganalisis pokok-pokok aliran-aliran ilmu kalam (Khawarij, Murjiah, Syi’ah,
Jabariyah, Qadariyah, Asy‘ariyah, al-Maturidiyah, dan Mu‘tazilah).
Indikator:
3.2.1. Menjelaskan pokok-pokok aliran-aliran ilmu kalam (Khawarij, Murji`ah,
Syi`ah, Jabariyah, Qadariyah, asy’ariyah, al-Maturidiyah dan Mu`tazilah)
3.2.2. Membedakan pokok-pokok aliran-aliran ilmu kalam (Khawarij, Murji`ah,
Syi`ah, Jabariyah, Qadariyah, asy’ariyah, al-Maturidiyah dan Mu`tazilah)
4.2. Menyajikan peta konsep pokok-pokok aliran-aliran ilmu kalam (Khawarij,
Murji`ah, Syi`ah, Jabariyah, Qadariyah, Asy’ariyah, al-Maturidiyah dan
Mu`tazilah) .
Indikator:
4.2.1. Menyampaikan pokok-pokok aliran-aliran ilmu kalam (Khawarij, Murji`ah,
Syi`ah, Jabariyah, Qadariyah, asy’ariyah, al-Maturidiyah dan Mu`tazilah)

C. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui pengamatan dan diskusi siswa dapat menjelaskan pokok-pokok aliran
(Khawarij, Murji`ah, Syi`ah, Jabariyah, Qadariyah, Asy’ariyah, Al-Maturidiyah dan
Mu`tazilah)
2. Melalui diskusi siswa dapat membedakan pokok-pokok aliran kalam ((Khawarij,
Murji`ah, Syi`ah, Jabariyah, Qadariyah, Asy’ariyah, Al-Maturidiyah dan Mu`tazilah)

1
BAB II
ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM

Peta Konsep Tentang Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam

JABARIYAH KHAWARIJ

QADARIYAH SYIAH

Aliran-Aliran
Dalam Ilmu
KAlam

MURJIAH
MU’TAZILAH

ASY ARIYAH MATURIDIYAH

A. Aliran Khawarij
1. Pengertian dan latar belakang timbulnya Aliran khawarij
Aliran Khawarij merupakan Aliran teologi tertua yang merupakn Aliran pertama yang
muncul dalam teologi Islam. Menurut ibnu Abi Bakar Ahmad Al-Syahrastani, bahwa
yang disebut Khawarij adalah setiap orang yang keluar dari imam yang hak dan telah di
sepakati para jema’ah, baik ia keluar pada masa sahabat khulafaur rasyidin, atau pada
masa tabi’in secara baik-baik. Menurut bahasa nama khawarij ini berasal dari kata
“kharaja” yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada mereka yang keluar dari
barisan Ali. Kelompok ini juga kadang kadang menyebut dirinya Syurah yang berarti
“golongan yang mengorbankan dirinya untuk allahdi samping itu nama lain dari
khawarij ini adalah Haruriyah, istilah ini berasal dari kata harura, nama suatu tempat
dekat kufah, yang merupakan tempat mereka menumpahakn rasa penyesalannya kapada
Ali bin abi Thalib yang mau berdamai dengan Mu’awiyah. Kelompok khawarij ini
merupakan bagian dari kelompok pendukung Ali yang memisahkan diri, dengan
beralasan ketidak setujuan mereka terhadap sikap Ali bin abi Thalib yang
menerima tahkim (arbitrase) dalam upaya untuk menyelesaikan persilisihan dan
konfliknya dengan mu’awiyah bin abi sofyan, gubernur syam, pada waktu perang
siffin. Latar belakang ketidak setujuan mereka itu, beralasan bahwa tahkim itu
merupakan penyelesaian masalah yang tidak di dasarkan pada ajaran Al-Qur’an, tapi

2
ditentukan oleh manusia sendiri, dan orang yang tidak Memutuskan hukum dengan al-
quran adalah kafir. Dengan demikian, orang yang melakukan tahkim dan merimanya
adalah kafir. Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini
selanjutnya berbalik menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh pelaku
tahkim lainnya yaitu Abu Musa Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan Amr
Bin Ash.Untuk itu mereka berusaha keras agar dapat membunuh ke empat tokoh ini,
dan menurut fakta sejarah, hanya Ali yang berhasil terbunuh ditangan mereka
2. Tokoh- tokoh Khawarij
Diantara tokoh-tokoh khawarij yang terpenting adalah :
a. Abdullah bin Wahab al-Rasyidi, pimpinan rombongan sewaktu mereka berkumpul
di Harura (pimpinan Khawarij pertama)
b. Urwah bin Hudair
c. Mustarid bin sa’ad
d. Hausarah al-Asadi
e. Quraib bin Maruah
f. Nafi’ bin al-azraq (pimpinan al-Azariqah)
g. Abdullah bin Basyir
h. Zubair bin Ali
i. Qathari bin Fujaah
j. Abd al-Rabih
k. Abd al Karim bin ajrad
l. Zaid bin Asfar
m. Abdullah bin ibad
3. Sekte-sekte dan ajaran pokok Khawarij
Terpecahnya Khawarij ini menjadi beberapa sekte, mengawali dan mempercepat
kehancurannya dan sehingga Aliran ini hanya tinggal dalam catatan sejarah. Sekte-
Sekte tersebut adalah:
a. Al-Muhakkimah
b. Al-Azariqah
c. Al-Najdat
d. Al-baihasyiah
e. Al-Ajaridah
f. Al-Sa’Alibah
g. Al-Ibadiah
h. Al Sufriyah
Secara umum ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah:
a. Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir; dan harus di bunuh.

3
b. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah, Talhah, dan
zubair, dengan Ali bin abi tahAlib) dan para pelaku tahkim—termasuk yang
menerima dan mambenarkannya – di hukum kafir;
c. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat. [6]
d. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang muslim berhak
menjadi Khalifah apabila suda memenuhi syarat-syarat.
e. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan
menjalankan syari’at islam, dan di jatuhi hukuman bunuh bila zhalim.
f. Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh dari masa
kekhalifahannya Usman r.a dianggap telah menyeleweng,
g. Khalifah Ali dianggap menyelewang setelah terjadi Tahkim (Arbitrase).[7]
B. Aliran Murji’ah
1. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Murji’ah
Aliran Murji’ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam
upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagai mana hal
itu dilakukan oleh aliran khawarij. Mereka menangguhkan penilaian terhadap orang-
orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu di hadapan tuhan, karena hanya tuhanlah
yang mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melukan
dosa besar masih di anggap mukmin di hadapan mereka. Orang mukmin yang
melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui bahwa tiada tuhansealin allah dan
Nabi Muhammad sebagai Rasulnya. Dengan kata lain bahwa orang mukmin sekalipun
melakukan dosa besar masih tetap mangucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi
dasar utama dari iman. Oleh karena itu orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir.
Pandangan mereka itu terlihat pada kata murji’ah yang barasal dari kata arja-a yang
berarti menangguhkan, mengakhirkan dan memberi pengharapan.
Hal-hal yang melatarbelakangi kehadiran murji’ah antara lain adalah :
a. adanya perbedaan pendapat antara Syi’ah dan Khawarij; mengkafirkan pihak-pihak
yang ingin merebut kekuasaan ali dan mengakfirkan orang- yang terlihat dan
menyetujui tahkim dalam perang siffin.
b. adanya pendapat yang menyalahkan aisyah dan kawan-kawan yang menyebabkan
terjadinya perang jamal.
c. adanya pendapat yang menyalahkan orang yang ingin merebut kekuasaan Usman bin
Affan.
2. Ajaran-ajaran Murji’ah
Ajaran-ajaran pokok murji’ah dapat disimpulan sebagai berikut: .
a. Iman Hanya membenarkan (pengakuan) di dalam Hati
b. Orang islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir. Muslim tersebut
tetap mukmin selama ia mengakui dua kalimat syahadt.

4
c. Hukum terhadap perbuatan manusia di tangguhkan hingga hari kiamat
3. Tokoh dan sekte dalam murji’ah
Dalam perkembangannya, Murji’ah mengalami berbagai perbedaan pendapat
dikalangan pengikutnya yang mendasari lahirnya aliran-aliran,selanjutnya, aliran
murji’ah ini terpecah menjadi beberapa macam sekte, ada yang moderat, ada pula yang
ekstrem. Tokoh murji’ah Moderat antara lain adalah hasan bin Muhammad bin Ali bin
Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusufdan beberapa ahli hadits,yang berpendapat,
bagaimanapun besarnya dosa seseorang, kemungkinan mendapat ampunan dari tuhan
masih ada. Sedangkan yang ekstrem antara lain ialah kelompok Jahmiyah, pengikut
Jaham bin Shafwan. Kelompok ini berpendapat, sekalipun seseorang menyatakan
dirinya musyrik, orang itu tidak dihukum kafir.
C. Aliran Qadariyah
1. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Qadariyah
Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki kekuatan
atau kemampuan.Sedangkan sebagai suatu aliran dalam ilmu kalam, qadariyah adalah
nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan
dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham
qadariyah manusia di pandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan
kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk
kepada qadar dan qada Tuhan ]Mazhab qadariyah muncul sekitar tahun 70 H(689 M).
Ajaran-ajaran tentang Mazhab ini banyak memiliki persamaan dengan ajaran
Mu’tazilah sehingga Aliran Qadariyah ini sering juga disebut dengan aliran Mu’tazilah,
kesamaan keduanya terletak pada kepercayaan kedunya yang menyatakan bahwa
manusia mampu mewujudkan tindakan dan perbuatannya, dan tuhan tidak campur
tangan dalam perbuatan manusia ini, dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena
qada dan qadar Allah SWT. Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal
dan pikiran dari pada prinsip ajaran Al-Qur’an dan hadits sendiri. Al-Qur’an dan Hadits
mereka tafsirkan berdasarkan logika semata-mata. Padahal kita tahu bahwa logika itu
tidak bisa menjamin seluruh kebenaran, sebab logika itu hanya jalan pikiran yang
menyerap hasil tangkapan panca indera yang serba terbatas kemampuannya. Jadi
seharusnya logika dan akal pikiranlah yang harus tunduk kepada Al-Qura’n dan Hadits,
bukan sebaliknya. Tokoh utama Qadariyah ialah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan al
Dimasyqi. Kedua tokoh ini yang mempersoalkan tentang Qadar.
2. Pokok-pokok ajaran Qadariyah
Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam halaman 297/298, pokok-
pokok ajaran qadariyah adalah :
a. Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlahmukmin, tapi fasik dan
orang fasikk itu masuk neraka secara kekal.

5
b. Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah
yang menciptakannyadan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan
baik (surga) atas segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa Neraka)
atas segala amal perbuatannya yang salah dan dosakarena itu pula, maka Allah
berhak disebut adil.
c. Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam ati bahwa
Allah tidak memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat, mendengar dan
melihat yang bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka Allah SWT, itu
mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan meilahat dengan zatnya sendiri.
d. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang
baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab,
katanya segala sesuatu ada yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.
Selanjutnya terlepas apakah paham qadariyah itu di pengaruhi oleh paham luar atau
tidak, yang jelas di dalam Al-Qur’an dapat di jumpai ayat-ayat yang dapat
menimbulkan paham qadariyah .Dalam surat Al Ra’ad Ayat 11, di jelaskan
   ž
  
     
     
   
   
      
    

“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka


merobah keadaan diri mereka sendiri”
Dalam Surat Al-Kahfi ayat 29, allah menegaskan
     
   
   
   
   
  
   

6
  

29. dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia
kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan
diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah
minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. Dengan demikian
paham qadariyah memilki dasar yang kuat dalam islam, dan tidaklah beralasan jika ada
sebagian orang menilai paham ini sesat atau kelaur dari islam
D. Aliran Jabariyah
1. Pengerian, dan latar belakang Kemunculan jabariyah.
Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Sedangkan
menurut al-Syahrastani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba
secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebutkepada Allah.[18] Dan dalam
bahasa inggris disebut dengan fatalism atau predestination, yaitu paham yang
menyatakan bahwa perbuatan manusia di tentukan sejak semula oleh qada dan qadar
tuhan. Menurut catatan sejarah, paham jabariyah ini di duga telah ada sejak sebalum
agama Islam datangke masyarakat arab. Kehidupan bangsa arab yang diliputi oleh
gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar terhadap hidup mereka, dengan
keadaan yang sangat tidak bersahabat dengan mereka pada waktu itu. Hal ini kemudian
mendasari mereka untuk tidak bisa berbuat apa-apa, dan menyebankan mereka semata-
mata tunduk dan patuh kepada kehendak tuhan. Munculnya mazhab ini berkaitan
dengan munculnya Qadariyah. Daerah kelahirannya pun berdekatan. Qadariyah muncul
di irak, jabariyah di khurasan. Aliran ini pada mulanya di pelopori oleh al-ja’ad bin
dirham. Namun, dalam perkembangannya. Aliran ini di sebarluaskan oleh jahm bin
Shafwan. Karena itu aliran ini terkadang disebut juga dengan Jahmiah.
2. Pokok-pokok paham jabariyah.
Selanjutnya, yang menjadi dasar yang sejajar dengan pemahaman pada aliran jabariyah
ini dijelaskan Al-Qur’an diantaranya :
Dalam surat al-saffat ayat 96 :
žž ž ž 
ž žžž
96. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
Dalam surat al Insan ayat 30, dinyatakan

7
    
     
 
30. dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Jaham bin Shafwan mempunyai pendirian bahwa manusia itu terpaksa, tidak
mempunyai pilihan dan kekuasaan. Manusia tidak bisa berbuat lain dari apa yang telah
di lakukannya. Allah SWT, telah mentakdirkan ats dirinya segala amal perbuatan yang
mesti di kerjakannya, dan segala perbuatan itu adalah ciptaan allah, sama seperti apa
yang dia ciptakan pada benda-benda yang tidak bernyawa. Oleh karena itu, jaham
menginterpretasikan bahwa pahala dan siksa merupakan paksaan dalam arti bahwa
allah telah mentakdirkan seseorang itu baik sekaligus memberi pahala dan allah telah
mentakdirkan seseorang itu berdosa sekaligus juga menyiksanya. Sehingga, dalam
realisasinya, orang yang termakan paham ini bisa menjadi apatis dan beku hidupnya,
tidak bisa berbuat apa-apa, selain berpangku tangan, menunggu takdir Allah semata-
mata dan berusahapun tidak. Karena mereka telah berkeyakinan bahwa allah telah
mentakdirkan segala sesuatu, dan manusia tidak bisa mengusahakan sesuatu itu. Disisi
lain, aliran ini tetap berpendapat bahwa manusia tetap mendapat pahala atau siksa
karena perbuatan baik atau jahat yang dilakukannya. Paham bahwa perbuatan yang
dilakukan manusia adalah sebenarnya perbuatan tuhan tidak menafikan adanya pahala
dan siksa. Berkenaan dengan itu perlu dipertegas bahwa Jabariyah yang di kemukakan
Jaham bin Shafwan adalah paham yang ekstrem. Sementara itu terdapat pula paham
jabariyah yang moderat, seperti yang diajarkan oleh Husain Bin Muhammad al.Najjar
dan Dirar Ibn ‘Amr. Menurut Najjar dan Dirar, bahwa Tuhanlah yang menciptakan
perbuatan Manusia baik perbuatan itu positif maupun negatif Tetapi dalam melakukan
perbuatan itu manusia mempunyai bagian daya yang diciptakan dalam diri manusia
oleh tuhan, mempunyai efek, sehingga manusia mampu melakukan perbuatan itu.
Daya yang diperoleh untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan inilah yang kemudian
disebut Kasb atau acquisition. Menurut paham ini manusia tidak hanya bagaikan
wayang di gerakkan oleh dalang, tetapi manusia dan Tuhan terdapat kerja sama dalam
mewujudkan suatu perbuatan, dan manusia tidak semata-mata di paksa dalam
melaksanakan perbuatannya.
E. Aliran Mu’tazilah
1. Pengertian dan latar belakang munculnya Mu’tazilah
Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata Í’tizal” yang artinya “memisahkan diri”, pada
mulanya nama ini di berikan oleh orang dari luar mu’tazilah karena pendirinya, Washil
bin Atha’, tidak sependapat dan memisahkan diri dari gurunya, Hasan al-Bashri. Dalam
perkembangan selanjutnya, nama ini kemudian di setujui oleh pengikut Mu’tazilah dan

8
di gunakan sebagai nama dari bagi aliran teologi mereka. Aliran mu’tazilah lahir
kurang lebih 120 H, pada abad permulaan kedua hijrah di kota basyrah dan mampu
bertahan sampai sekarang, namun sebenarnya, aliran ini telah muncul pada pertengahan
abad pertama hijrah yakni diisitilahkan pada para sahabat yang memisahkan diri atau
besikap netral dalam peristiwa-peristiwa politik. Yakni pada peristiwa meletusnya
perang jamal dan perang siffin, yang kemudian mendasari sejumlah sahabat yang tidak
mau terlibat dalam konflik tersebut dan memilih untuk menjauhkan diri mereka dan
memilih jalan tengah. Disisi lain, yang melatarbelakangi munculnya kedua Mu’tazilah
diatas tidaklah sama dan tidak ada hubungannya karena yang pertama lahir akibat
kemelut politik, sedangkan yang kedua muncul karena didorong oleh persoalan aqidah.
Dalam perkembangannya, Mu’tazilah pimpinan Washil bin Atha’ lah yang menjadi
salah satu aliran teologi dalam islam.
2. Pokok-pokok ajaran Mu’tazilah
Ada lima prinsip pokok ajaran Mu’tazilah yang mengharuskan bagi pemeluk ajaran ini
untuk memegangnya, yan dirumuskan oleh Abu Huzail al-Allaf :
a. al Tauhid (keesaan Allah)
b. al ‘Adl (keadlilan tuhan)
c. al Wa’d wa al wa’id (janji dan ancaman)
d. al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)
e. amar mauruf dan Nahi mungkar.[22]
3. Tokoh-tokoh Mu’tazilah
Diantara para tokoh-tokoh yang berpengaruh pada Mu’tazilah yaitu:
a. Washil bin Atha’
b. Abu Huzail al-Allaf
c. Al Nazzam
d. Al-Jubba’i
F. Aliran Asy ariyah
1. Pokok-pokok pemikirannya
a. Sifat-sifat Tuhan. Menurutnya, Tuhan memiliki sifat sebagaiman di sebut di dalam
Alqur’an, yang di sebut sebagai sifat-sifat yang azali, Qadim, dan berdiri diatas zat
tuhan. Sifat-sifat itu bukanlah zat tuhan dan bukan pula lain dari zatnya.
b. Al-Qur’an, Manurutnya, al-Quran adalah qadim dan bukan makhluk diciptakan.
c. Melihat Tuhan, menurutnya, Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh manusia di
akhirat nanti.
d. Perbuatan Manusia. Menurutnya, perbuatan manusia di ciptakan tuhan, bukan di
ciptakan oleh manusia itu sendiri.
e. Antrophomorphisme

9
f. Keadlian Tuhan, Menurutnya, tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk
menentukan tempat manusia di akhirat. Sebab semua itu marupakan kehendak
mutlak tuhan sebab tuhan maha kuasa atas segalanya.
g. Muslim yang berbuat dosa. Menurutnya, yang berbuat dosa dan tidak sempat
bertobat diakhir hidupnya tidaklah kafir dan tetap mukmin.[26]
G. Aliran Al Maturidiyah
Pokok-pokok pemikirannya :
a. Sifat Tuhan. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari
b. Perbuatan Manusia. Menurtnya, Perbuatan manusia sebenarnya di wujudkan oleh
manusia itu sendiri, dan bukan merupakan perbuatan tuhan.
c. Al Quran. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari
d. Kewajiban tuhan. Menurutnya, tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu.
e. Muslim yang berbuat dosa. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari
f. Janji tuhan. Menurutnya, janji pahala dan siksa mesti terjadi, dan itu merupakan janji
tuhan yang tidak mungkin di pungkirinya.
g. Antrophomorphisme.
H. Aliran Syiah
1. Pengertian dan kemunculannya Syi’ah
Secara bahasa Syi’ah berarti pengikut. Yang dimaksud dengan pengikut disini ialah
para pendukung Ali bin Abi Thalib. Secara istilah Syi’ah sering di maksudkan pada
kaum muslimin yang dalam bidang spritual dan keagamaannya selalu merujuk pada
keturuan Nabi Muhammad SAW, atau yang sebut sebagai ahl al-bait.selanjutnya,
istilah yiah ini untuk pertama kalinya di tujukan pada para pengikut ali (syi’ah ali),
pemimpin pertama ahl- al bait pada masa Nabi Muhammad SAW. Para pengikut ali
yang disebut syi’ah ini diantaranya adalah Abu Dzar al Ghiffari, Miqad bin Al aswad
dan Ammar bin Yasir. Mengenai latar belakng munculnya aliran ini, terdapat dua
pendapat, pertama menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada akhir dari masa
jabatan Usman bin Affankemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan
Ali bin Abi Thalib, Adapun menurut Watt, Syi’ah bener-bener muncul ketika
berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal denganPerang siffin.
Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan ali terhadap arbitrase yang
diatwarkan Mu’awiyah, pasukan Ali di ceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok
mendukung sikap Ali –kelak di sebut Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali,
kelak di sebut Khawarij.
2. Pokok-Pokok Pikiran Syi’ah
Kaum Syi’ah memiliki lima prinsip utama yang wajib di percayai oleh penganutnya.
Kelima prinsip itu adalah :

10
a. al Tauhid Kaum Syi’ah mengimani sepenuhnya bahwa allah itu ada, Maha esa,
tunggal, tempat bergantung, segala makhluk, tidak beranak, tidak diperanakkan, dan
tidak ada seorang pun yang menyamainya. Dan juga mereka mempercayai adanya
sifat-sifat Allah.
b. al ‘adl Kaum Syi’ah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah tidak
melakukan perbuatan zhalim dan perbuatan buruk, ia tidak melakukan perbuatan
buruk karena ia melarang keburukan, mencela kezaliman dan orang yang berbuat
zalim.
c. al Nubuwwah Kepercayaan Syi’ah terhadap para Nabi-nabi juga tidak berbeda
dengan keyakinan umat muslim yang lain. Menurut mereka, Allah
mengutussejumlah nabi dan rasul ke muka bumi untnk membimbing umat manusia.
d. al imamah Menurut Syi’ah, Imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama
dan dunia sekaligus, ia pengganti rasul dalam memelihara Syari’at, melaksanakan
Hudud, dan mewujudkan kebaikan dan ketentraman umat.
e. al ma’ad Ma’ad berarti tempat kembali (hari akhirat), kaum Syi’ah sangat percaya
sepenuhnya akan adanya hari akhirat, bahwa hari akhirat itu pasti terjadi.

- Sumber : Buku Ajar siswa Aqidah Akhlak Kelas XI

11

Anda mungkin juga menyukai