Anda di halaman 1dari 7

Cara Baru Milenial Memahami Pancasila

Zaman Now

Senin,30 september 2019 I 21.11 WIB

Memperkarakan Pancasila dengan segala


masalahnya dewasa ini menjadi hal menarik karena
kita seperti terbangun dari tidur panjang. Para
pengelola negara tiba-tiba sadar, betapa kini
Pancasila yang menjadi dasar dan ideologi negara
sepertinya kusam, hampir luput dari ingatan. Kita
ingat, Pancasila adalah landasan dasar berdirinya
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Pancasila dipilih karena falsafahnya lahir


dan sesuai dengan kondisi sosial, politik, ekonomi,
dan budaya kita. Oleh para elite politik, Pancasila
dirasa cocok pada saat itu dengan pertimbangan
kemajemukan bangsa Indonesia. Hal ini tentunya
jadi pertimbangan paling menentukan. Bentuk-
bentuk penerimaan Pancasila pun hadir dengan
berbagai macam. Ada yang menerima begitu saja,
akan tetapi ada juga yang menerima dengan kritis.
Setidaknya ini tampak dari peristiwa sebelum
disahkan, di mana soreh setelah Proklamasi
dikumandangkan, ada perwakilan dari Indonesia
bagian timur (Sam Ratulangi) yang mengusulkan
kalau pada alenia ke-4 (Pancasila) yang bertuliskan
ketuhanan “dengan kewajiban menjalankan syariat
islam bagi pemeluk pemeluknya” diganti dengan
“yang maha esa”, seperti yang kita tahu kini.

Pancasila dilahirkan pada posisi netral.


Itulah yang tampak dari sejarah.Sebagai sesuatu
yang sangat urgen bagi berdirinya sebuah negara, di
sisi lain Pancasila memiliki kekuatan politik yang

1
sangat kental, dan ini bisa dilihat dari masing
masing sila yang terkandung di dalamnya. Di sisi
lain, sebagai bangsa yang baru saja merdeka pada
masa itu Pancasila adalah puncak pencapaian guna
tali pemersatu bangsa.

Hasil survei ini menunjukkan bahwa 80%


mahasiswa memilih syariah sebagai pandangan
hidup, berbangsa dan bernegara, 15,5% memilih
aliran sosialisme dengan berbagai pilihan, dan
hanya 4,5 yang masih bertahan bahwa Pancasila-lah
yang menjadi dasar dan ideologi dalam bernegara.

Dunia mahasiswa adalah dunia di mana


seseorang dihadapkan dunia pendidikan yang
memberi kelonggaran untuk sikap dan tindakan
yang sangat berbeda dengan dunia pendidikan
setaraf SMA atau SMP. Bukan sekadar permaslahan
umur, akan tetapi pada permasalahan yang paling
hakiki adalah perihal sikap dan perilaku. Dengan
menilik hasil survei ini timbul pertanyaan, di mana
letak pemikiran kita dengan melihat kondisi
Indonesia yang beraneka ragam ini? Memang tidak
dipungkiri bahwa Indonesia adalah negara
demokrasi yang mayoritas penduduknya adalah
Islam.

Akan tetapi, negara lebih cerdas dalam


membaca ini, dengan falsafah “bhineka tungggal
ika”. Itulah mengapa Pancasila penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kenyataannya,
di lapangan memang Pancasila masih mesti
dipelajari oleh mahasiswa sebagai mata kuliah
wajib. Tetapi, entah bagaimana ceritanya ketika
mahasiswa seakan menyepelakan, dengan ungkapan
ungkapan lucu, “masa sejak SD sampai SMA sudah
dicekoki Pancasila, eh saat kuliah masih juga harus”.

Hal yang aneh, tapi benar-benar terjadi.


Selain sebagai lambang, dasar, dan ideologi bangsa,

2
apa sebenarnya Pancasila itu? Menurut hemat saya,
Pancasila adalah bentuk kesadaran kita atas sila-sila
yang teraplikasikan dalam kehiduap berbangsa dan
bernegara. Bagaimana dalam bernegara dengan
kepercayaan terhadap Tuhan, menghargai
kemanusiaan, untuk persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/perwakilan guna mencapai keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Ilmu Pancasila ini harus diterapkan dalam


hidup, bukan sekadar menghafal masing-masing sila
yang ada. Pancasila adalah ilmu yang bukan sekedar
subjek mati. Seharusnya Pancasila ada dan bergerak
dalam setiap sendi cabang ilmu sosial, politik, dan
budaya yang ada di negara Indonesia. Jadi ketika
memandang Pancasila sebagai ilmu yang terpisah
dan mandiri dari ilmu-ilmu yang diajarkan, maka
akan begini yang terjadi, yakni lupa dan tak
mengamalkan Pancasila. Orang memang akan
merasa jenuh dalam melakoni hal yang sama dan
monoton. Semestinya ada cara lain yang ditawarkan
negara untuk mengemas politik kata ini mampu
menembus tiap sendi ilmu-ilmu yang ada.

Berbicara mengenai keilmuan, penyair


Mustofa Bisri dalam sajak "Ngelmu"
mengatakan, “Tapi tak boleh kau tulis, sebab ngilmu
bagai napasmu, mesti merasuk ke langsung ke
sanubari, jika kau tulis akan mati maknanya, jika
kau serap lengkap kau bisa berada di mana-mana
dalam saat yang sama, kau bisa tidur sekaligus jaga,
kau bisa dibunuh tanpa kehilangan nyawa, kau bisa
diperdaya sambil memperdaya.” Hal ini bila
dikaitkan degan keberadaan Pancasila, maka tidak
mesti sekadar menjadi catatan saja, akan tetapi
dimaknai dalam pikiran kita dan dirasakan
kehadirannya. Maka, kita akan mengerti, bagaimana

3
Pancasila itu memberi pengaruh terhadap
pandangan gerak dan tingkah laku kita dalam
berbangsa dan bernegara. Bumi pertiwi Indonesia
ini menganut sebuah ideologi penting yang dikenal
dengan sebutan “Pancasila”. Hari Pancasila ini
diperingati setiap tanggal 1 Juni, sebagai hari lahirnya
Pancasila.

Pancasila mengandung lima (5) sila penting


yang mencerminkan idealisme atau cita-cita bangsa
Indonesia. Pancasila sendiri terlahir dari pemikiran
hebat para pahlawan Indonesia, di antaranya: Ir.
Soekarno, Muhammad Yamin, Soepomo, dll yang
berjuang mati-matian secara heroik untuk
mengaktualisasikan kemerdekaan Indonesia akibat
ratusan tahun dijajah oleh kolonialisme Barat.

Melihat begitu besarnya hati dan jiwa para


pahlawan akan masa depan bangsa, di tengah
rumitnya situasi yang mencekam, kita sebagai
generasi milenial tidak bisa hanya duduk dan
menikmati kemerdekaan saat ini, namun kita kaum
milenial harus mampu berperan aktif mewujudkan
Indonesia yang harmoni/damai/adil melalui
pengahayatan nilai-nilai luhur Pancasila dalam
realitas kehidupan sehari-hari kita sebagai kaum
milenial. Jika ditinjau lebih jauh, generasi milenial kini
berada di usia produktif yang memiliki peranan
penting untuk kelanjutan kehidupan berbangsa dan
bernegara di masa depan. Berkembang pesatnya
globalisasi dan digitalisasi menjadikan generasi ini
unggul dalam hal kreativitas dan kemudahan dalam
menghubungkan dirinya dengan dunia luar dirinya.

Sayangnya, keunggulan ini banyak dilihat


milenial sebagai sesuatu yang membuka ruang untuk
menginginkan segalanya, serba instan dan interaksi
antarbudaya yang terbuka mengakibatkan generasi
ini mudah dipengaruhi oleh pikiran dan perilakunya.

4
Perilakunya dinamis dan fleksibel. Maka di titik inilah
Pancasila relevan dan berperan penting untuk kita
generasi milenial. Eksistensi Pancasila menurut
generasi milenial dapat menjadi jembatan emas untuk
kaum milenial membangun batas apa yang bisa
diterima dari pengaruh luar yang merugikan dan
tidak etis-negatif.

Dengan luar biasanya ideologi Pancasila kita


menempatkan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai
sila ke-1 berguna untuk memperingatkan generasi
milenial bahwa ada Tuhan sebagai pusat dari
kehidupan segala sesuatu dalam bentangan dunia ini.
Kecanggihan teknologi tidak akan pernah
menggantikan kehebatan Tuhan dan memiliki iman
yang kuat pada Tuhan menjadi sebuah keharusan
(keniscayaan). Generasi Milenial harus sadar bahwa
semuanya milik Tuhan, sehingga kesombongan dalam
diri manusia bisa terminimalisir dan berusaha untuk
selalu mengambil manfaat positif dalam setiap
kemudahan, bukan untuk mengambil kekuasaan
apalagi menggunakan kekuasaan secara sewenang-
wenang dalam kekuasaan.

Kekuasaan Tuhan melampaui kekuasaan


manusia. Pancasila harus dijadikan acuan bagaimana
generasi milenial juga dalam menjalani hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam
relevansinya dengan sila ke-2. Di mana kaum milenial
Indonesia harus dengan bijaksana, harus selalu adil
dalam pikiran dan perilaku etis pada sesama, tidak
menggampangkan segala sesuatu dan terus berbuat
kebaikan yang mementingkan kepentingan umum
demi cita-cita bonum commune (kebaikan bersama).

Generasi milenial harus sadar diri untuk selalu


bersinergi menciptakan persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia (sila ke-3) melalui sikap toleransi

5
akan perbedaan dan memegang teguh pendirian yang
tidak bisa diacak oleh bangsa luar. Sesama bangsa
Indonesia, generasi milenial harus bergotong royong
mengangkat derajat bangsa Indonesia lebih tinggi
darpada negara lain untuk menunjukkan bahwa
Indonesia bukan negara lemah yang gampang
terjajah, tapi negara yang kuat karena generasi
penerusnya mampu bersatu memajukan Indonesia
lebih baik di tengah tantangan global masa kini.

Generasi muda milenial juga harus bersikap


demokratis dengan mementingkan aspek
musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan
keputusan (sila ke-4). Keputusan tidak boleh diambil
secara otoriter namun hasil kesepakatan dan
musyawarah bersama. Juga sila kelima anak muda
milenial harus mengusahakan keaadilan

Melalui pendidikan, generasi milenial harus


sadar bahwa nilai-nilai Pancasila yang ditanam,
seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, gotong
royong, musyawarah untuk mufakat, keadilan sosial,
patriotisme, nasionalisme, menghormati perbedaan
bukan hanya untuk dihafal. namun terlebih dan
paling penting adalah untuk diterapkan pada diri
sendiri dan menebarkannya kepada generasi milenial
lain yang sama-sama berperan penting dalam
menciptakan Indonesia yang damai, aman dan
tentram. Marilah kita maju ke depan dengan
membawa obor yang dapat menyalakan api semangat
membangun Indonesia jaya pada kehidupan lebih
baik lagi di masa mendatang menuju .

Bagaimanapun, Pancasila tetap sebagai


ideologi bangsa. Pasalnya di dalam Pancasila
mengusung semangat Bhinneka Tunggal Ika atau
berbeda-beda namun tetap satu jua. Dan dalam
semangat tersebut ada kebersamaan gotong

6
royong dalam setiap sendi kehidupan bangsa.
Inilah yang mempersatukan kita semua dari
Sabang sampai Merauke, dari Pulau Rote sampai
Miangas. Pancasila harus bertransformasi
menjadi menjadi "Pancasila Zaman Now".
Gotong royong pun juga bertransformasi menjadi
gotong royong zaman now. Tentu harus
mengadopsi cara-cara digital dalam implementasi
ajaran Pancasila tersebut.Seperti misalnya
gerakan gotong royong penggalangan dana untuk
membantu sesama.

Adapun pantunnya:
Pagi hari panen buah kiwi
Pohonnya dekat jendela
Hari ini tanggal 1 juni
Hari lahirnya pancasila
Makan gudeg dikota surabaya
Habis makan main bola
Satukan jiwa dan raga
Demi mengamalkan pancasila

Karya:Mahasiswa “ (PAI) Pendididikan agama


islam” Di, Iain bukittinggi

penulis

(Sindi Aprilia.)

Anda mungkin juga menyukai