Anda di halaman 1dari 19

I. PENGANGKATAN UTSMAN BIN AFFAN RA.

MENJADI KHALIFAH KE-3

1. KISAH MUSYAWARAH DAN KESEPAKATAN UNTUK BAIAT

Umar ra. menetapkan perkara pengangkatan khalifah di bawah Majelis Syura yang
beranggotakan enam orang, mereka adalah: Utsman bin Affan ra., Ali bin Abi Thalib ra.,
Thalhah bin Ubaidillah ra, Az-Zubair bin Awwam ra, Saad bin Abi Waqqash ra. Dan Abdur
Rahman bin Auf ra. Umar ra. merasa berat untuk memilih salah seorang di
antara mereka.697 Beliau berkata, Aku tidak sanggup untuk bertanggung jawab tentang
perkara ini baik ketika aku hidup maupun setelah aku mati. Jika Allah SWT. menghendaki
kebaikan terhadap kalian maka Dia akan membuat kalian bersepakat untuk menunjuk seorang
yang terbaik di antara kalian sebagaimana telah membuat kalian sepakat atas penunjukan orang
yang terbaik setelah nabi kalian.

Di antara yang menunjukkan kesempurnaan kewaraan beliau, beliau tidak memasukkan dalam
anggota majelis syura tersebut Said bin Zaid bin Amr bin Nufail karena ia adalah anak paman
beliau. Beliau khawatir dia akan diangkat karena posisinya sebagai anak paman beliau dan dia
adalah salah seorang yang diberitakan masuk surga, bahkan pada riwayat al-Madainy dari para
Syaikhnya bahwa ia (Said bin

Zaid) mendapat pengecualian di antara mereka, Umar ra. katakan, Kamu tidak termasuk
anggota majelis syura. Umar ra. berkata kepada anggota majelis syura, Apakah Abdullah
(anak beliau) ikut hadir? Dia tidak termasuk dalam keanggotaan majelis ini. Bahkan beliau
memberikan pendapat dan nasehat kepada anggota tersebut agar dia (Abdullah) jangan diberi
jabatan tersebut.

Beliau juga mewasiatkan agar Shuhaib bin Sinan ar-Rumy mengimami shalat selama tiga hari
sampai musyawarah itu tuntas dan majelis syura mempunyai kesepakatan atas urusan tersebut.
Mereka bermusyawarah di rumah membicarakan tentang urusan ini hingga akhirnya hanya
terpilih tiga kandidat saja. Zubair ra. menyerahkan jabatan khalifah tersebut kepada Ali ra. bin
Abi Thalib ra., Saad ra. kepada Abdur Rahman bin Auf ra. dan Thalhah ra. kepada Utsman
bin Affan ra. Abdur Rahman bin Auf ra. berkata kepada Ali ra. dan Utsman ra., Sesungguhnya
aku melepaskan hakku untuk salah seorang di antara kalian berdua yang berlepas diri dari
perkara ini, Allah SWT. sebagai pengawasnya. Sungguh akan diangkat sebagai khalifah salah
seorang yang terbaik di antara dua orang yang tersisa. Ucapan ini membuat Utsman ra.dan Ali
ra. terdiam.

Kemudian Abdur Rahman ra. melanjutkan, Aku akan berusaha untuk menyerahkan jabatan
tersebut kepada salah seorang di antara kalian berdua dengan cara yang benar. Mereka berdua
berkata, Ya. Kemudian masing-masing mereka memberikan khutbahnya yang menyebutkan
tentang keistimewaannya dan berjanji jika mendapat jabatan tersebut tidak akan menyimpang
dan jika ternyata tidak maka ia akan mendengar dan mentaati orang yang diangkat. Mereka
berdua menjawab, Ya. Lantas mereka pun bubar.698 Abdur Rahman ra. berusaha selama tiga
hari tiga malam tidak tidur dan hanya melakukan shalat, doa dan istikharah serta bertanya-tanya
kepada mereka yang mempunyai pendapat tentang dua kandidat ini dan tidak dijumpai seorang
pun yang tidak condong kepada Utsman ra..

1
Ketika tiba pagi hari yang keempat setelah wafatnya Umar. bin Khaththab ra, Abdur Rahman
mendatangi rumah kemenakannya al-Miswar bin Makhramah dan berkata, Apakah engkau
tidur ya Miswar? Demi Allah SWT. aku sangat sedikit tidur sejak tiga hari yang lalu. Pergilah
untuk memanggil Ali ra. dan Utsman ra.! al- Miswar berkata, Siapa yang pertama harus
kupanggil? beliau berkata, Terserah padamu. Maka aku pun pergi menemui Ali ra. dan
kukatakan, Pamanku tadi memanggilmu. Ali ra. bertanya, Apakah ia juga memanggil yang
lain selainku? Jawabku, Benar. Ali ra. bertanya, Siapa? Jawabku, Utsman bin Affan ra..
Ali ra. bertanya lagi, Siapa yang ia panggil pertama kali. di antara kami? Jawabku, Beliau
tidak menyuruhku seperti itu, tetapi ia katakan terserah padamu siapa yang terlebih dahulu
engkau panggil dan akhirnya aku mendatangimu. Maka Ali ra. pun pergi keluar bersamaku.

Tatkala kami melintasi rumah Utsman bin Affan ra., Ali ra. duduk dan aku masuk ke dalam
rumah, aku dapati beliau sedang melaksanakan shalat witir ketika menjelang fajar. Lantas ia
bertanya sebagaimana yang ditanyakan Ali ra. kepadaku, lantas ia pun keluar. Kemudian kami
menghadap kepada pamanku yang sedang melaksanakan shalat. Ketika selesai mengerjakan
shalat, beliau mendatangi Ali ra. dan Utsman ra.seraya berkata, Sesungguhnya aku telah
bertanya kepada masyarakat tentang kalian berdua dan tidak seorang pun dari mereka yang
lebih mengistimewakan antara kalian berdua. Kemudian beliau mengambil perjanjian dari
mereka berdua jika menempati jabatan tersebut harus bersikap adil dan jika tidak maka ia harus
mendengar dan mentaati.

Lantas Abdur Rahman membawa mereka ke masjid. Waktu itu Abdur Rahman memakai serban
yang dipakaikan Rasulullah saw. sambil membawa pedang. Beliau mengutus ketengah-tengah
masyarakat Muhajirin dan Anshar lalu diserukan untuk shalat berjama-ah. Maka masjid
menjadi penuh dan orang-orang saling berdesakkan sehingga tidak ada tempat bagi
Utsman ra.untuk duduk kecuali di tempat paling belakang -beliau adalah seorang pemalu-.
Kemudian Abdur Rahman bin Auf ra naik ke atas mimbar Rasulullah saw. dan berdiri sangat
lama sambil berdoa dengan doa yang sangat panjang dan tidak terdengar oleh orang banyak
lalu berkata, Wahai sekalian manusia! Aku telah menanyakan keinginan kalian baik secara
pribadi maupun di depan umum, namun aku tidak dapati seorang pun yang condong kepada
salah seorang dari mereka berdua baik Ali ra. maupun Utsman ra. Wahai Ali ra. kemarilah!
Maka bangkitlah Ali ra. dan berdiri di bawah mimbar kemudian Abdur Rahman memegang
tangannya seraya berkata, Apakah engkau mau di baiat untuk tetap setia menjalankan al-
Quran, Sunnah NabiNya dan apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar ra. dan Umar ra.? Ali
ra. Menjawab, Tidak, akan tetapi akan aku jalankan sesuai dengan kemampuanku. Lalu
Abdur Rahman melepaskan pegangannya699 dan me-manggil Utsman, Wahai Utsman ra.
kemarilah! Maka Utsman pun bangkit dan tangannya dipegang oleh Abdur Rahman lalu
bertanya, Apakah engkau mau dibaiat untuk tetap setia menjalankan al-Quran, Sunnah
NabiNya dan apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar ra. dan Umar ra.? Utsman
ra.menjawab, Ya! Lantas Abdur Rahman menengadahkan kepalanya ke atap masjid sambil
memegang tangan Utsman ra. dan berkata, Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah
dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah dengarkanlah dan saksikanlah, Ya Allah sesungguhnya
aku telah

Alihkan beban yang ada di pundakku ke pundak Utsman bin Affan ra.. Maka orang-orang pun
berdesak-desakan untuk membaiat sehingga beliau dikerumuni oleh orang-orang di bawah
mimbar. Abdur Rahman duduk di tempat yang biasa diduduki oleh Rasulullah saw. dan

2
mendudukkan Utsman ra. di bawahnya yakni di tangga mimbar yang ke-dua. Berdatanganlah
orang-orang kepada Utsman ra. untuk membaiatnya dan Ali ra. Adalah orang pertama yang
membaiatnya. Dan disebutkan pula bahwa ia adalah orang yang terakhir
membaiat Utsman.700

Adapun yang disebutkan oleh para ahli sejarah, seperti Ibnu Jarir701 dan Iain-lain dari riwayat
orang-orang yang tidak diketahui bahwa Ali ra. berkata kepada Abdur Rahman, Engkau telah
menipuku, engkau mengangkatnya karena ia familimu dan karena ia sering meminta
pendapatmu tentang setiap permasalahannya. Kemudian Ali ra. enggan untuk membaiatnya
hingga Abdur Rahman menyebutkan ayat: Maka barangsiapa yang melanggar janjinya
niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati
janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar. (Al-Fath:10).

Dan berita lainnya yang bertentangan dengan berita-berita yang shahih, maka berita tersebut
tertolak. Adapun sangkaan bahwa para sahabat pada waktu itu berselisih pendapat tentang
pengangkatan tersebut adalah sangkaan yang bersumber dari orang-orang Rafidhah, para
pendongeng bodoh yang tidak dapat membedakan antara berita shahih dan dhaif, yang lurus
dan yang bengkok.

2. KELENGKAPAN KISAH PEMBAIATAN UTSMAN RA. DARI KITAB SHAHIH AL-


BUKHARI 702

Mereka berkata, Ya Amirul mukminin berikanlah wasiat, kepada siapa kekhalifahan akan
diberikan. Umar ra. menjawab, Aku tidak dapati orang yang berhak untuk mengembannya
selain mereka yang mendapat keridhaan dari Rasulullah saw. hingga beliau wafat. Kemudian
Umar ra. menyebutkan nama mereka, Ali ra., Utsman, Zubair, Thalhah, Saad dan Abdur
Rahman ra. Beliau berkata, Dan Abdullah bin Umar ra. akan menjadi saksi atas kalian tapi dia
bukanlah sebagai kandidat -sebagai penenang hati beliau-703 jika khalifah ini dilimpahkan
kepada Saad maka harus dilaksanakan, jika tidak maka kalian harus berusaha siapa di antara
kalian yang patut mengemban perkara ini. Aku memecat Saad bukan karena ia seorang yang
lemah atau karena ia berkhianat, dan aku wasiatkan kepada khalifah setelahku terhadap orang-
orang muhajirin yang lebih dahulu masuk Islam, berikanlah hak mereka, jagalah kehormatan
mereka dan aku juga mewasiatkannya agar bersikap baik terhadap orang-orang Anshar yang
telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum datangnya orang-orang Muhajirin
dan menghargai sikap baik mereka serta memaafkan segala kekeliruan mereka. Dan aku juga
mewasiatkannya agar berbuat baik terhadap seluruh rakyat, sebab mereka adalah pembela
Islam, aset negara yang membuat musuh jengkel,704 jangan diambil dari mereka kecuali dari
sisa harta mereka dan atas kerelaan mereka.

Aku mewasiatkan kepadanya agar bersikap baik terhadap orang-orang Arab Badui, karena
mereka adalah asalnya orang arab dan salah satu unsur Islam, agar diambil dari harta yang
bukan kesayangan mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Aku
wasiatkan kepadanya agar menepati janji yang telah diberikan kepada orang-orang kafir yang
ada dibawah kekuasaan negara Islam dan memerangi musuh yang bermaksud hendak

3
menyerang mereka serta jangan bebankan kepada mereka pajak yang tidak sanggup untuk
mereka bayar.

Ketika Umar ra. wafat kami berjalan mengusung jenazahnya,705 Abdullah bin Umar ra.
mengucapkan salam dan berkata, Umar ra. bin Khaththab meminta izin. Aisyah ra. berkata,
Silahkan masuk dan bawa jenazah itu masuk. Kemudian dimakamkan di samping kedua
temannya (Rasulullah saw. dan Abu Bakar ra.). Setelah selesai memakamkannya, berkumpullah
orang-orang yang telah disebutkan namanya. Abdur Rahman berkata, Pilihlah di antara kalian
tiga orang calon! Zubair berkata, Aku Memilih Ali ra.. Thalhah berkata, Aku memilih
Utsman, dan Saad berkata, Aku memilih Abdur Rahman bin Auf. Abdur Rahman bin Auf
berkata, Siapa di antara kalian berdua yang mau mengundurkan diri dari pencalonan maka aku
akan menjadikan urusan ini untuknya dan Allah SWT. yang akan mengawasinya dan Islam,
hendaklah lihat siapa yang paling utama di antara kalian? Ali ra. dan Utsman ra. terdiam.
Abdur Rahman berkata, Apakah kalian menyerahkan perkara pemilihan ini kepadaku untuk
memilih siapa yang terbaik di antara kalian berdua? mereka menjawab, Ya! Maka Abdur
Rahman memegang tangan Ali ra. seraya berkata kepadanya, Engkau adalah kerabat dekat
Rasulullah saw. dan orang pertama masuk Islam dan hal itu sudah engkau ketahui. Demi Allah
jika engkau yang diangkat maka berlaku adillah dan jika Utsman ra.yang diangkat maka dengar
dan taatilah dia.

Kemudian ia mendekati Utsman ra.dan mengucapkan dengan ucapan yang sama. Setelah
mereka berdua berjanji, Abdur Rahman berkata, Angkat tanganmu wahai Utsman! lantas ia
membaiatnya kemudian disusul oleh Ali ra. dan diikuti oleh semua penduduk.

3.TANGGAL PEMBAIATAN UTSMAN BIN AFFAN RA.

Para ulama sejarah berselisih pendapat tentang penentuan hari dibaiat-nya Utsman bin Affan
ra. Al-Waqidi meriwayatkan dari guru-gurunya bahwa beliau dibaiat pada hari senin dua puluh
tiga Dzul Hijjah dan memegang jabatan khalifah mulai bulan Muharram tahun dua puluh
empat Hijriyah.706 Ini adalah pendapat yang aneh.

Al-Waqidi juga meriwayatkan dari Ibnu Juraij dari Abi Mulaikah, ia berkata, Utsman bin
Affan ra. dibaiat pada tanggal sepuluh Muharram tiga hari setelah terbunuhnya Umar ra.707.
Pendapat ini lebih aneh dari pada pendapat yang pertama.

Saif bin Umar ra. meriwayatkan dari Umar ra. bin Syubbah dari Amir asy-Syabi bahwa ia
berkata, Dewan Syura bersepakat untuk memilih Utsman bin Affan ra. Pada tanggal tiga
Muharram tahun dua puluh empat Hijriyah. Ketika itu telah masuk waktu shalat Ashar dan
adzan dikumandangkan oleh Shuhaib. Berkumpullah manusia antara adzan dan iqamat,
kemudian beliau keluar dan mengimami mereka shalat. Kemudian beliau menambahkan hadiah
yang diberikan kepada masyarakat sebanyak seratus, lalu mengutus delegasi keseluruh pelosok.
Beliau adalah orang pertama yang melakukan hal tersebut.

Ibnu Katsir berkata, Dari konteks yang telah kita sebutkan bahwa baiat tersebut dilakukan
sebelum tergelincirnya matahari dan pembaiatan belum selesai kecuali setelah Zhuhur. Pada
waktu itu Shuhaib bertindak sebagai imam shalat Zhuhur di masjid Nabawi. Shalat pertama
4
yang diimami oleh khalifah Utsman bin Affan ra. adalah shalat Ashar, sebagaimana yang telah
disebutkan oleh asy-Syabi dan Iain-lain.

4. KHUTBAH UTSMAN BIN AFFAN RA. KETIKA DIBAI AT

Khutbah pertama beliau di hadapan kaum muslimin, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Saif
bin Umar ra. dari Badr bin Utsman ra.dari pamannya berkata, Ketika dewan syura membaiat
Utsman bin Affan ra., dengan keadaan orang yang paling sedih di antara mereka, beliau keluar
dan menaiki mimbar Rasulullah saw. dan memberikan khutbahnya kepada orang banyak.
Beliau memulai dengan memuji Allah SWT. dan bersalawat kepada Nabi dan berkata,
Sesungguhnya kalian berada di kampung persinggahan dan sedang berada pada sisa-sisa usia
maka segeralah melakukan kebaikan yang mampu kalian lakukan. Kalian telah diberi waktu
pagi dan sore. Ketahuilah bahwa dunia di-lapisi dengan tipu daya oleh karena itu maka
janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kalian, dan jangan (pula) penipu (setan)
memper-dayakan kamu dalam (mentaati) Allah SWT.. Ambillah pelajaran dari kejadian masa
lalu kemudian bersungguh-sungguhlah dan jangan lalai, karena setan tidak pernah lalai terhadap
kalian.

Mana anak-anak dunia dan temannya yang terpengaruh dengan dunia akan menghabiskan
usianya untuk bersenangsenang. Tidakkah mereka jauhi semua itu!! Buanglah dunia
sebagaimana Allah SWT. membuangnya, carilah akhirat karena sesungguhnya Allah SWT.
telah membuat permisalan dengan yang lebih baik. Allah SWT. berfirman, Dan berilah
perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang
Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuhtumbuhan di muka bumi,
kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang di terbangkan oleh angin. Dan adalah
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasaan kehidupan
dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Al-Kahfi: 45-46). Maka berdatanganlah manusia
untuk membaiatnya.708

Ibnu Katsir berkata, Khutbah ini disampaikan setelah shalat Ashar atau sebelum tergelincirnya
matahari dan Abdur Rahman duduk di tangga mimbar yang paling atas. Yang lebih mendekati
kebenaran adalah yang kedua yakni sebelum tergelincir matahari. Allahu alam.

Ketika berkhutbah Abu Bakar ra. berdiri di bawah anak tangga mimbar yang biasa dipakai
Rasulullah saw. H untuk berdiri. Ketika Umar ra. menjadi khalifah beliau berdiri di bawah anak
tangga yang biasa dipakai Abu Bakar ra., ketika Utsman bin Affan ra. Menjadi khalifah ia
berkata, Perkara ini akan berkepan-jangan. Maka ia naik dan berdiri pada anak tangga yang
biasa dipakai oleh Rasulullah saw.

5
II. BIOGRAFI UTSMAN BIN AFFAN

Utsman bin Affan bin al- Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay al-
Amawi Al- Quraisy dilahirkan pada tahun 573 M dari kelahiran Rasulullah SAW. Ibunya bernama
al-Baida binti Abdul al- Muthalib, bibi Rasulullah SAW, yakni saudari kembar Abdullah ayah
Rasulullah SAW. Berdasarkan silsilah ini, Utsman bin Affanmasih memiliki jalinan keluarga
dengan Rasulullah, yakni silsilah keturunan yang bertemu pada Abdul al-Manaf bin Qushay al-
Amawi al-Quraisy. Bahkan jalinan kekerabatan ini diperkuat lagi dengan tali pernikahan yang
menempatkan Dia sebagai menantu Rasulullah. Karena itu, hubungannya dengan Rasulullah
bukan hanya dalam hal keagamaan,tetapi juga Dia dihadapan Rasulullah adalah seorang keluarga,
menantu dan saudara seagama. Utsma bin Affan masuk Islam melalui Abu Bakar dan termasuk
kelompok pertama yang masuk Islam. Rasulullah sangat mengaguminya karena keserderhanaan,
kesalehan, kedermawaan dan kepandaiannya menjaga kehormatan diri (Iffal), serta dikenal
sebagai dahabat yang terbaik dalam bacaan al-Quran menurut kaca mata Rasulullah SAW,
sehingga Rasulullah memberikan dua putrinya untuk dinikahi secara olehnya berurutan. Setelah
istrinya yang pertama dan ke dua meninggal dunia, Rasulullah berkata, Seandainya beliau
mempunyai putri yang lain, pasti Dia telah menikahkannya dengan Utsman bin Affan.

A. Istri Dan Putra-putri Utsman bin Affan

Semasa hidup beliau menikah dengan beberapa orang dan dianugerahi putra putri yaitu :

1. Ruqayah binti Rasulullah saw. Dan dianugrahi seorang Anak Yang Bernama Abdullah Dan
menjadikannya sebagai kuniyah. PADA Masa jahiliyah beliau berkuniah Abu Amr.

2. Setelah Ruqayah wafat, beliau menikahi adiknya Yang Bernama Ummu Kaltsum Dan
kemudian. Ummu Kaltsum pun wafat.

3. Kemudian beliau menikahi Fakhitah binti Ghazwan bin Jabir Dan dianugrahi seorang Anak
Yang Bernama Abdullah al-Ashghar.

4. Lantas beliau menikahi Ummu Amr binti Jundub bin Amr al-Azdyah Dan dianugrahi
beberapa orang anak Yang Bernama Amr, Khalid, Aban, Umar ra. Dan Maryam.

5. Lalu beliau menikah Fathimah binti Al-Walid bin Abdusy Syamsy bin al-Mughirah al-
Makhzumiyah Dan lahirlah Al-Walid, Said Dan Ummu Utsman.

6. Kemudian menikahi Ummu al-Banin binti Uyainah bin Hishn al-Fazariyah Dan dianugerahi
seorang Anak Yang Bernama Abdul Malik Dan dikatakan Utbah.

7. Lantas beliau menikahi Ramlah binti Syaibah bin Rabiah bin Abdusy Syamsy bin Abdul
Manaf bin Qushay Dan lahir beberapa orang Anak Yang Bernama Aisyah, Ummu Aban,
Ummu Amr Dan Banat Utsman.

8. Lalu beliau menikahi Nailah binti al-Farafishah bin al-Ahwash bin Amr bin Tsalabah bin
Harits bin al-Hishn bin Dhamdham bin Ady bin Junab bin Kalb Dan dianugerahi seorang Anak
Yang Bernama Maryam Dan dikatakan juga Anbasah .

6
B. Utsman Bin Affan Sebagai Khalifah

Ketika Umar sedang sakit akibat dari tikaman seorang budak Persia yang bernama Fairuz yang
lebih dikenal dengan nama Abu Luluah, sekelompok sahabat datang menjenguknya dan
sekaligus menanyakan dan mendiskusikan penggantinya Dia sebagai khalifah, pertanyaan dari
para sahabat ini tidak mendapatkan jawaban pasti dari.Umar bin Khattab, sesudah itu, sahabat
beranjak meninggalkan Khalifah Umar bin Khattab.

Para sahabat Rasulullah merasa takut andai Umar wafat tanpa meninggalkan pesan tentang
penggantinya. Oleh karena itu, mereka mendatangunya lagi untuk mendesak Umar bin
Khattabmenentukan penggantinya.

Di tempat tidurnya, Umar mengambil keputusan dengan menunjuk badan musyawarah yang terdiri
dari orang-orang yang diridhoi dan dijanjikan oleh Rasulullah sebagai orang-orang yang masuk
surga tanpa hisab. Mereka itu adalah Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Saad bin Waqah,
Adurahman bin Auf, Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah bin Umar. Untuk memeilih
seorang khalifah diantara mereka. Namun khusus untuk Abdullah bin Umar tidak dicalonkan
apalagi dipilih berdasarkn wasiat khalifah Umar. Adapun kriteria pemilihan telah ditetapkan oleh
khalifah Umar bin Khattab yaitu :

Khalifah yang di pilih adalah dari anggota Syura kecuali Abdullah bin Umar yang tidak punya hak
pilih dan bertindak sebagai penasihat. Bilamana suara dari anggota tim sama hendaknya keputusan
diserahkan kepada Abdullah bin Umar sebagai anggota tim tersebut. Jika keputusan Abdullah bin
Umar tidak disetujui oleh anggota mengikuti keputusan yang diambil oleh Abdurrahman bin Auf.
Bila ada anggoat tim yang tidak mau mengambil bagian dalam pemilihan maka anggota tersebut
harus dipenggal kepalanya. Bila dua calon mendapatkan dukungan yang sama maka calon yang
didukung oleh Abdurrahman bin Auf yang dianggap menang. Apabila seorang telah terpilih dan
minoritas (satu atau dua) tidak mau mengikutinya maka kepala mereka harus dipenggal. Jadwal
pelaksanaan musyawarah selama tiga hari ke empat sudah ada pemimpin.

Tatkala Umar wafat, berkumpullah orang-orang yang dipilihnya menjadi formatur dikepalai oleh
Abdurrahman bin Auf di dalam salah satu rumah kepunyaan mereka. Tiga hari lamanya
musyawarah yang amat penting itu, dan sudah tiga hari rupanya belum juga dapat diputuskan
karena sejak awal jalannya pertemuan itu sangat alot, maka Abdurrahman bin Auf berusaha
memperlancar dengan himbauan agar sebaiknya mereka dengan sukarela mengundurkan diri dan
menyerah kepada orang yang lebih pantas (memenuhi syarat) untuk dipilih sebagai khalifah.
himbauan ini tidak berhasil, tidak ada satupun yang mau mengundurkan diri, kemudian
Abdurrahman bin Auf sendiri menyatakan mengundurkan diri tetapi tidak ada seorang pun dari
empat sahabat Nabi yang mengikutinya.

Dalam kondisi macet itu, Abdurrahman bin Auf berinisiatif melakukan musyawarah dengan
sahabat dan tokoh-tokoh masyarakat selain yang termasuk dalam anggota badan musyawarah, dan
suara terbelah menjadi dua kubu yaitu pendukung Ali dan pendukung Utsman. Pada pertemuan
berikutnya, Abdurrahman bin Auf menempuh cara dengan menanyakan masing-masing angggota
formatur dan di dapatlah skor suara tiga banding satu, dimana Zubair, dan Ali mendukung Utsman,
sedangkan Utsman mendukung Ali.

7
Meskipun suara terbanyak dari anggota formatur jatuh pada Utsman, namun Abdurrahman tidak
serta merta membaiat Utsman. Tetapi pada subuh hari sesudah semalaman ia berkaliling
memantau pendapat masyarakat, ia berdiri setelah kaum Muslimin memenuhi mesjid dan
menyampaikan pengantar tentang pelaksanaan pemilihan khalifah. Di sini terlihat kembali
persaingan dua kubu yaitu kubu Ali dan kubu Utsman.

Pada saat itu Abdurrahman menunjukkan keahliannya menghadapi masalah yang sulit ini. Dia
memanggil Ali dan Utsman secara terpisah untuk dimintai kesanggupannya bertindak berdasarkan
al- Quran dan sunnah Rasul-Nya serta berdasarkan langkah-langkah yang diambil oleh dua
khalifah sebelumnya. Ali bin Abi Thalib bertindak sesuai dengan pengetahuan dengan kekuatan
yang ada pada dirinya, sedangkan Utsman bin Affan menyanggupinya, sehingga Abdurrahman
mengucapkan baiatnya dan diikuti oleh orang banyak menyatakan baiat, termasuk juga Ali pada
akhirnya juga menyatakan bai;atnya kepada Utsman bin Affan.

Orang keenam tim formatur, Thalha bin Ubaidillah tiba di Madinah setelah pemilihan itu berakhir.
Dia juga menyatakan sumpah setia kepada Utsman bin Affan.[

Mencermati proses pemilihan tersebut, nampak dengan jelas upaya pemilihan khalifah dilakukan
secara musyawarah dengan memperhatikan suara dari berbagai pihak, dan hal ini pula yang
membedakan antar proses pengangkatan Abu Bakar al-Siddiq, Umar bin Khattab dan Utsman bin
Affan.

Karena itu Utsman bin Affan ditetapkan menjadi khalifah, pada hari Senin, akhir bulan Dzulhijjah
tahun 23 H. dan resmi menjadi khalifah yang ketiga dari Khulafa al-rasyidin pada tanggal 1
Muharram tahun 24 H.

Pada tahun pertama dari Khilafah Ustman, yaitu tahun 24 Hijriah negeri Rayyi berhasil ditaklukan.
Sebelumnya, negeri ini pernah ditaklukan tetapi kemudian dibatalkan. Pada tahuny ang sama
berjangkit wabah demam berdarah yang menimpa banyak orang. Khalifah Ustman sendiri terkena
sehingga beliau tidka dapat menunaikan ibadah Haji. Pada tahun ini Ustman mengangkat SAad
bin Abi Waqash menjadi gurbernur Kufah menggantikan Mughirah bin Syubah.

Pada tahun 26 Hijri, Ustman melakukan perluasan Masjidil Haram dengan membeli sejumlah
tempat dari para pemiliknya lalu disatukan dengan masjid. Pada tahun 27 Hijri Muawwiyah
melancarkan serangan ke Qubrus (Siprus) dengan membawa pasukannya menyeberangi lautan.
Diantara pasukan ini terdapat Ubadah bin Shamit dan istrinya, Ummu Haram binti Milham al
Anshariyah. Dalam perjalanan Ummu Haram jatuh dari kendaraannya kemudian syahid dan
dikuburkan disana. Nabi saw pernah memberitahukan kepada Ummu haram tentang pasukan ini
seraya berdoa agar Ummu Haram menjadi salah seorang dari anggota pasukan ini.

Pada tahun ini Ustman menurunkan Amru bin Al Ash dari jabatan Gurbernur Mesir dan sebagai
gantinya diangkat Abdullah bin SaAd bin Abi Sarh. Kemudian dia menyyerbut Afrika dan
berhasil menaklukkannya dengan mudah. Di tahun ini pula Andalusia berhasil ditaklukan.

Tahun ke 29 Hijri negeri-negeri lain berhasil ditaklukan. Pada tahun ini Ustman memperluas
Masjidil Madinah Munawarrah dan membangunnya dengna batu-batu berukir. Ia membuat
tiangnya dari batu dan atapnya dari kayu (tatal). Panjangnya 160 depa dan luasnya 150 depa.

8
Negeri-negeri Khurasan ditaklukan pada tahun 30 Hijri sehingga banyak terkumpul kharaj (infaq
penghasilan) dan harta dari berbagai penjuru. Allah memberikan karunia ynag melinpah dari
semua negeri kepada kaum Muslimin.

Di tahun 35 Hijri Ustman memecat Saad bin Abi Waqash dari jabatannya gurbernur sebagai
gantinya diangkatlah Walid bin Uqbah bin Abi Muith seorang sahabi dan saudara seibu dengan
Ustman. Inilah sebab pertama dituduhnya Ustman melakukan nepotisme.

Seperti diketahui, Ustman ra mengangkat para kerabatnya dari Banu Umaiyah menduduki
berbagai jabatan. Kebijaksanaan ini mengakibatkan dipecatnya sejumlah sahabat dari berbagai
jabatan mereka dan digantikan oleh orang-orang ynag diutamakan dari kerabatnya. Kebijksanaan
ini mengakibatkan rasa tidak senang orang banyak terhadap ustman. Hal inilah yang dijadikan
pemicu dan sandaran utama oleh orang Yahudi Abdullah bin Saba dan teman-temannya untuk
membangkitkan fitnah.

Ibnu Katsir meriwayatkan. Penduduk Kufah umumnya melakukan pemberontakan dan konspirasi
terhadap Said bin Al Ash, Amir Kufah. Kemudian mereka mengirimkan utusan kepada Ustman
guna menggugat kebijaksanananya dan alasan pemecatan sejumlah besar para sahbat yang
kemudian digantikan oleh sejumlah orang dari Banu Umaiyah. Dalam pertemuan ini, utusan
tersebut berbicara kepada Ustman dengan bahasa ynag kasar sekali sehingga membuat dada
Ustman sesak. Beliau lalu memanggil semua Amir pasukan untuk diminta pendapatnya.

Maka berkumpullah di dahapannya Muawwiyah bin Abu Sofyan Amir negeri Syam, Amer bin al
Ash Amir negeri Mesir, Abdullah bin Saad bin Abi Sarh Amir negeri Maghribi, Saad bin al Ash
amer negeri Kufah dan Abdullah bin Amir amer negeri Basra.

Kepada mereka Ustman meminta pandangan mengenai peristiwa yang terjadi dan perpecahan yang
muncul. Kemudian masing-masing dari mereka mengemukakan pendapat dan pandangannya.
Setelah mendengar berbagai pandangan dan mendiskusikannya, akhirna Ustman memutuskan
untuk tidak melakukan penggantian para gurbernur dan pembantunya. Kepada masing-masing
mereka, Ustman memerintahkan agar menjinakan hati para pemberontak dan pembangkang
tersebut dengan memberi harta dan mengirim mereka ke medan peperangan lain dan pos-pos
perbatasan.

Setelah peristiwa ini, Di Mesir muncul satu kelompok dari anak-anak para sahabat. Mereka
menggerakkan massa untuk menentang Ustman dan mengguggat sebagian besar tindakannya.
Kelompok ini melakukan tindakan tersebut tentu setelah Abdullah bin Saba berhasil menghasut
sekitar 600 orang untuk berangkt ke Madinah dengan berkedok melakukan ibadah umrah. Ttepi
sebenarnya mereka bertujuan untuk menyebarkan fitnah dalam masyarakat Madinah. Tatkala
mereka hampir memasuki Madinah, Ustman mengutus Ali untuk menemui mereka dan berbicara
kepada mereka. Kemudian Ali berangkat menemui mereka di Juhfah. Mereka ini mengaungkan
Ali dengan sangat berlebihan, karena Abudllah bin Saba telah berhasil mempermainakn akal
pikiran mereka dengan berbagai kurafat dan penyimpangan. Tetapi setelah Ali ra membantah
semua penyimpangan pemikiran yang sesat itu, mereka menyesali diri seraya berkata :Orang
inikah yang kalian jadikan seagai sebab dan dalih untuk memerangi dan memprotes Khalifah
(Ustman)? Kemudian mereka kembali dengan membawa kegagalan.

9
Ketika menghadap Ustman, Ali melaporkan kepulangan mereka dan mengusulkan agar Ustman
menyampaikan pidato kepada orang banyak guna meminta maaf atas tindakannya mengutamakan
sebagian kerabatnya dan bahwaia bertaubat dari tindakan tersebut. Usulan ini diterima oleh
Ustman, kemudian Ustman berpidato di hadpaan orangbanyak pada hari Jumat. Dalam pidato ini
diantaranya Ustman mengatakan :Ya Allah aku memohon ampunan kepada-Mu dan aku
bertaubat kepada-Mu. Ya Allah , aku adlah orang yang pertama kali bertaubat dari apa yang telah
aku lakukan.

Pernyataan ini diucapkan sambil menangis sehingga membuat orang ikut menangis. Kemudian
Ustman menegaskan kembali baha ia akan menghentikan kebijakan yang menyebabkan timbulkan
protes tersebut. Ditegaskannya baha ia memecat Marwan dan kerabatnya.

Tetapi setelah penegasan tersebut Marwan bin Hakam menemui Ustman. Dia menghamburkan
kecaman dan protes. Kemudian berkata :Andaikan ucapanmu itu engkau ucapkan pada waktu
engkau masih sangat kuat, niscaya aku adalah orang yang pertama-tama meneriman dan
mendukunya, tetapi engkau mengucapkan ketika banjir bah telah mencapai puncak gunung. Demi
Allah , melakukan suatu kesalahan kemudian meminta ampunan darinya adalah lebih baik darirapa
taubat karena takut kepadanya. Jika suka, engkau dapat melakukan taubat tanpa menyatakan
kesalahan kami.

Kemudian Marwan memberitahukan kepadanya bahwa di balik pintu ada segerombolan orang.
Ustman menunjuk Marwan berbicara kepda mereka sesukanya. Marwan lalu berbicara kepda
mereka dengan suatu pembicaraan yang buruk sehingga merusak apa yang selama ini diperbaiki
oleh Ustman. Dalam pembicaraan nya, Marwan berkata :Kalain datang untuk merebut kerajaan
dari tangan kami, Keluarlah kaian dari sisi kami, Demi Allah, jika kalian membangkang kepada
kami niscaya kalian akan menghadapi kesulitan dan tidak akan menyukai akibatnya.

Setelah mengetahui hal ini, Ali segera datang menemui Ustman dan dengan nada marah ia berkata
:Kenapa engkau meridhai Marwan sementara dia tidak menghendaki kecuali memalingkan
engkau dari agama dan pikiranmu? Demi Allah, Marwan adalah orang yang tidak layak dimintai
pendapat tentang agama atau dirinya sekalipun. Demi Allah, aku melihta bahwa dia akan
mendhadirkan kamu kemudian tidak akan mengembalikan kamu lagi. Saya tidak akan kembali
setelah ini karena teguranku kepadamu.

Setelah Ali keluar, Nailah masuk menemui Ustman (ia telah mendengarkan apa yang diucapkan
Ali kepada Ustman) kemudian berkata :Aku harus bicara atau diam.? Ustman menjawab :
Bicaralah! Nailah berkata :Aku telah mendengar ucapan Ali bahwa dia tidak akan kembali lagi
kepadamu karena engkau telah mentaati Marwan dalam segala apa yang dikehendakinya. Ustman
berkata :Berilah pendapatmu kepadaku: Nailah memberikan pendapatnya. Bertaqwalah
kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Ikutilah Sunnah kedua sahabatmu yang terdahulu
(Abu Bakar dan Umar). Sebab jika engkau mentaati orang yang tidak memiliki harga di sisi Allah,
apalagi rasa takut dan cinta. Utuslah seseorang menemu Ali guna meminta islahnya, karena dia
memiliki kekerabatan denganmu dan tidak layang ditentang.

Kemudian Ustman mengutus seseorang kepada Ali, tetapi Ali menolak datang. Dia berkata :Aku
telah memberitahukan kepadanya bahwa aku tidak akan kembali lagi. Sikap ini merupakan

10
permulaan krisis yang menyulut api fitnah dan memberikan peluang bagi tukang fitnah untuk
memperbanyak kayu bakarnya dan mencapai tujuan-tujuan busuk yang mereka inginkan.

C. Awal Fitnah dan Pembunuhan Ustman Bin Affan.

Ustman menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Tidak ada sesuatu yang dapat dijadikan celah
untukmendendamnya. Bahkan beliau lecih dicintai oleh orangorang Quraisy umumnya tinimbang
Umar. Karena Umar bersikap keras terhadap mereka, sedangkan Ustman bersikap lemah lembut
dan sellau menjalin hubungan dengan mereka. Tetapi masyarakat mulai berubah sikap
terhadapnya, sebagaimana telah kami sebutkan. Kebijaksanaan ini dilakukan Ustman atas
pertimbangan shilaturrahim yang merupakan salah satu perintah Allah. Namun kebijaksanaan ini
apda akhirnya menjadi sebab pembunuhannya.

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Az Zuhri, ia berkata :Aku pernah berkata kepada Said bin
Musayyab :Ceritakanlah kepadaku tentang pembunuhan Ustman? Bagaimana hal ini sampai
tejradi . Ibnul Musayyab berkata : Ustman dibunuh secara aniaya. Pembunuhnya adalah zhalim
dan pengkhianatnya adalah orang yang memerlukan ampunan. Kemudian Ibnul Musayyab
menceritakan kepada Az Zuhri tentang sebab pembunuhannya dan bagaima hal itu dilakukan.
Kami sebutkan di sini secara singkat.

Para penduduk Mesir datang mengadukan Ibnu Abi Sarh. Setelah pengaduan ini, Ustman menulis
surat kepadanya yang berisikan nasehat dan peringatan terhadapnya. Tetapi Abu Sarh tidak mau
menerima peringatan Ustman bahkan mengambil tindakan keras terhadpa orang yang
mengadukannya.

Kemudian para tokoh sahabat, seperti Ali , Thalhah dan Aisyah, mengusulkan agar Ustman
memecat Ibnu Abi Sarh dan menggantikannya dengan orang lain. Llau Ustman berkata kepada
mereka :Pilihlah orang yang dapat menggantikannya. Mereka mengusulkan Muhammad bin
Abu Bakar. Kemudian Ustman menginstruksikan hal tersebut dan emngangkat secara resmi. Surat
keputusan ini kemudian dibawah oleh sejumlah sahabat ke Mesir. Tetapi baru tiga hari perjalanan
dari madinah , tiba-tiba merka bertemu dengan seorang pemuda hitam berkendaraan onta yang
berjalan maju mundur.

Kemudian para sahabat Rasulullah itu menghentikannya seraya berkata : Kamu ini kenapa, kamu
terlihat seperti orang lari atau mencari sesuatu? Ia menjawab :Saya adalah pembantu Amirul
Mukminin yang diutus untuk menemui gurbernur Mesir? Ketika ditanya :utusan siapa kamu
ini? Dengan gagap dan ragu-ragu ia kadang-kadang menjawab :Saya pembantu Amirul
Mukminin dan kadang-kadang pula ia jawab :Saya pembantu Marwan. Kemudian mereka
mengeluarkan sebuah surat dari barang bawannya. Di hadapan dan saksikan oleh para sahabat dari
Anshar dan Muhajirin tersebut, Muhammad bin Abu Bakar membuka surat tersebut, yang ternyata
isinya :Jika Muhammad beserta si fulan dan si fulan datang kepadamu maka bunuhlah mereka
dan batalkanlah suratnya. Dan tetaplah engkau melakukan tugasmu sampai engkau menerima
keputusanku. Aku menahan orang yang akan datang kepadamu mengadukan dirimu.

Akhirnya para sahabat itu kembali ke Madinah dengan membawa surat tersebut. Kemudian mereka
mengumpulkan para tokoh sahabat dan memberitahukan ihwal surat dan kisah utusan tersebut.
Peristiwa ini membuat seluruh penduduk Madinah gempar dan benci terhadap ustman. Setelah

11
melihat ini, Ali ra segera memanggil beberapa tokoh shabat antara lain Thalhah, Zubair, Saad dan
Ammar. Bersma mereka ali dengan membawa surat, pembantu, dan onta tersebut masuk menemui
Ustman. Ali bertanya kepada Ustman :Pemuda ini apakah pembantumu? Ustman
menjawab:Ya. Ali bertanya lagi :Onta ini apakah ontamu? Ustman menjawab :Ya. Ali
bertanya lagi :Apakah kamu pernah menulis surat ini? Ustman menjawab :Tidak. Kemudian
Ustman bersumpah dengna nama Allah bahwa :Aku tidak pernah menulis surat tersebut, tidak
pernah memerintahkan penulisan surat dan tidak mengetahui ihwal surat tersebut. Ali bertanya
lagi :Stempel ini apakah stempelmu? Ustman menjawab :Ya. Ali bertanya lagi :Bagaimana
pembantumu ini bisa keluar dengan menunggang ontamu dan membawa surat yang distempel
dengen stempelmu sedangkan engkau tidak mengetahuinya? Kemudian Ustman bersumpah
dengan nama Allah :Aku tidak pernah menulis surat ini, tidak pernah memerintahkannya, dan
tidak pernah pula mengutus pembantu ini ke Mesir.

Kemudian mereka memeriksa tulisan surat tersebut dan mengetahui bahwa surat ini ditulis oleh
marwan. Lalu mereka meinta kepada Ustman agar menyerahkan Marwan kepada mereka tetepi
ustman tidak bersedia melakukannya, padahal Marwan saat itu berada di dalam rumahna.
Akhirnya orang-orang keluar dari rumah Ustman dengan perasaan marah. Mereka mengetahui
bahwa Ustman tidak berdusta dalam bersumpah, tetapi mereka marah karena dia tidak bersedia
menyerahkan Marwan kepada mereka. Maka tersiarlah berita tersebut di seantero Madinah,
sehingga sebagian masyarakat mengepung rumah Ustman dan tidak memberikan air kepadanya.
Setelah Ustman dan kelaurganya merasakan kepayahan akibat terputusnya air, ia menemui mereka
seraya berkata :Adakah seseorang yang sudi memberihatu Ali agar memberi air kepada kami?
Setelah mendengar berita ini. Ali segera mengirim tiga qirbah air, Kirimian air ini pun sampai
kepada Ustman melalui cara yang sulit sekali.

Dalam pada itu Ali mendengar deas-desus tentang adanya orang yang ingin membunuh Ustman,
lalu ia berkata :Yang kita inginkan darinya adalah Marwan, bukan pembunuhan ustman.
Kemudian Ali berkata kepada Hasan dan Husain : Pergilah dengan membawa pedang kalian
untuk menjaga pintu rumah Ustman. Jangan biarkan seorang pun masuk kepadanya. Hal ini juga
dilakukanoleh sejumlah sahabat Rasulullah saw , demi menjaga Ustman. Ketika para pengacau
menyebru pintu rumah Utsman ingin masuk dan membunuhnya , mereka dihentikan oleh Hasan
dan Husain serta sebagian sahabat.

Sejak itu mereka mengepung rumah Utsman lebih ketat dan secara sembunyisembunyi berhasil
masuk dari atap rumah. Mereka berhasil menebaskan pedang sehingga Khalifah Utsman terbunuh.
Ketika mendengar berita ini, Ali datang dengan wajah marah seraya berkata kepada dua orang
anaknya ,Bagaimana Amirul Mukminin bisa dibunuh sedangkan kalian berdiri menjada pintu?
Kemudian Ali menampar Hasan dan memukul dada Husain serta mengecam Muhammad bin
Thalhah dan Abdullah bin Zubair.

Demikianlah, pembunuh Utsman merupakan pintu dari mata rantai fitnah yang terus membentang
tanpa akhir.

12
D. Pembaiatan Ali dan Mencari Pembunuh Utsman.

Ali keluar dari Utsman dengan penuh kemarahan terhadap peristiwa yang terjadi, sementara tu
orang-orang berlarian kecil mendatangi Ali seraya berkata :Kita harus mengangkat Amir,
ulurkanlah tanganmu,kami baiat Ali menjawab : Urusan ini bukan hak kalian, tetapi hak para
pejuang Badr. Siapa yang disetujui oleh para pejuang Badr maka dialah yang berhak menjadi
Khalifah. Kemudian tidak seorangpun dari para pejuang Badr kecuali telah mendatangi Ali seraya
berkata :Kami tidak melihat adanya orang yang lebih berhak menjabat sebagai Khalifah selain
daripadamu. Ulurkanlah tanganmu kami baiat. LaLu mereka membaiatnya.

Belum selesai pengangkatan dan pembaiatan Ali sebagai Khalifah. Marwan dan anaknya telah
melarikan diri. Ali datang kepda istri Utsman menanyakan tentang para pembunuh Utsman. Istri
Utsman menjawab :Saya tidak tahu, Ada dua orang ynag masuk kepada Utsman beserta
Muhammad bin Abu Bakar. Kemudian Ali menemui Muhammad bin Abu Bakar, menanyakan
tentang apa yang dikatakan oleh istri Utsman tersebut. Muhammad menjawab :Istri Utsman tidak
berdusta. Demi Allah, tadinya auk masuk kepadanya dengan tujuan ingin membunuhnya tetapi
kemudian aku teringat pada ayahku sehingga aku membatalkannya. Aku bertaubat kepada Allah.
Demi Allah, aku tidak membunuhnya, bahkan aku tidak menyentuhnya, istri Utsman menyahut :
Dia benar, tetapi dialah yang memasukkan kedua orang tersebut.

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Kinanah, mantan budak Shafiah, dan lainnya. Mereka berkata
:Utsman dibunuh oleh seorang lelaki dari Mesir berkulit biru kecoklatan.

Ibnu Asakir juga meriwayatkan dari Abu Tsaur Al Fahmi, ia berkata : Aku pernah masuk kepada
Utsman ketika sedang dikepung lalu beliau berkata:Aku telah bersembunyi di sisi Rabb-ku
selama 10 hari. Sesungguhnya aku adalah orang yang keempat yang pertama kali Islam. Aku juga
pernah membekali pasukan yang tengah menghadapi kesulitan (Jaisyul Usrah). Kepadaku
Rasulullah saw pernah menikahkan anak perempuan beliau, kemudian ia meninggal dan
dinikahkan lagi dengan anak perempuannya yang lain. Tidaklah pernah lewat satu Jumat
semenjak aku masuk Islam kecuali pada hari ini aku memerdekakan budak. Manakala aku
memiliki sesuatau untuk memerdekakannya. Aku tidak pernah berzina di masa Jahiliyah apalagi
di masa Islam, Aku tidak pernah mencuri di masa Jahiliyah apalagi di masa Islam. Aku juga tidak
pernah menghimpun al-Quran di masa Rasululah saw.

Menurut riwayat yang shahih, Khalifah Utsman dibunuh pada pertengahan hari tasriq tahun ke 35-
Hijri.

13
III. KEBIJAKAN PADA MASA PEMERINTAHAN UTSMAN BIN AFFAN R.A.

A. Pendahuluan

Utsman bin Affan (576-656 M), salah satu shahabat Nabi Muhammad dan dikenal sebagai
khalifah Rasulullah yang ketiga (memerintah 644-656 M/23-35 H). Nama lengkap beliau adalah
Utsman bin affan Al-Amawi Al-Quarisyi, berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada tahun keenam
tahun Gajah. Kira-kira lima tahun lebih muda dari Rasullulah Saw. Nama panggilannya Abu
Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (Pemilik dua cahaya) karena ia menikah dengan dua orang
putri Nabi Muhammad Saw. yang bernama Ruqayyah dan Ummu Kultsum.

Pada masa Rasulullah masih hidup, Utsman terpilih sebagi salah satu sekretaris Rasulullah
sekaligus masuk dalam tim penulis wahyu yang turun dan pada masa kekhalifahannya al-Quran
dibukukan secara tertib. Utsman juga merupakan salah satu shahabat yang mendapatkan jaminan
Nabi Muhammad sebagai ahlul jannah. Kekerabatan Utsman dengan Muhammad Rasulullah
bertemu pada urutan silsilah Abdu Manaf. Rasulullah berasal dari Bani Hasyim sedangkan
Utsman dari kalangan Bani Ummayah. Antara Bani Hasyim dan Bani Ummayah sejak jauh
sebelum masa kenabian Muhammad, dikenal sebagai dua suku yang saling bermusuhan dan
terlibat dalam persaingan sengit dalam setiap aspek kehidupan. Maka tidak heran jika proses
masuk Islamnya Utsman bin Affan dianggap merupakan hal yang luar biasa, populis, dan sekaligus
heroik. Hal ini mengingat kebanyakan kaum Bani Ummayah, pada masa masuk Islamnya Utsman,
bersikap memusuhi Nabi dan agama Islam.

Utsman Bin Affan terpilih menjadi khalifah ketiga berdasarkan suara mayoritas dalam
musyawarah tim formatur yang anggotanya dipilih oleh Khalifah Umar bin Khaththab menjelang
wafatnya. Saat menduduki amanah sebagai khalifah beliau berusia sekitar 70 tahun. Pada masa
pemerintahan beliau, bangsa Arab berada pada posisi permulaan zaman perubahan. Hal ini
ditandai dengan perputaran dan percepatan pertumbuhan ekonomi disebabkan aliran kekayaan
negeri-negeri Islam ke tanah Arab seiring dengan semakin meluasnya wilayah yang tersentuh syiar
agama. Faktor-faktor ekonomi semakin mudah didapatkan. Sedangkan masyarakat telah
mengalami proses transformasi dari kehidupan bersahaja menuju pola hidup masyarakat
perkotaan.

Dalam manajemen pemerintahannya Utsman menempatkan beberapa anggota keluarga


dekatnya menduduki jabatan publik strategis. Hal ini memicu penilaian ahli sejarah untuk
menekankan telah terjadinya proses dan motif nepotisme dalam tindakan Utsman tersebut. Adapun
daftar keluarga Utsman dalam pemerintahan yang dimaksud sebagi alasan motif nepotisme
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Muawiyah bin Abu Sufyan yang menjabat sebagi gubernur Syam, beliau termasuk shahabat
Nabi, keluarga dekat dan satu suku dengan Utsman.
2. Pimpinan Basyrah, Abu Musa Al Asyari, diganti oleh Utsman dengan Abdullah bin Amir,
sepupu Utsman.
3. Pimpinan Kuffah, Saad bin Abi Waqqash, diganti dengan Walid Bin Uqbah, saudara tiri
Utsman. Lantas Walid ternyata kurang mampu menjalankan syariat Islam dengan baik akibat
minum-minuman keras, maka diganti oleh Said bin Ash. Said sendiri merupakan saudara
sepupu Utsman.

14
4. Pemimpin Mesir, Amr bin Ash, diganti dengan Abdullah bin Saad bin Abu Sarah, yang masih
merupakan saudara seangkat (dalam sumber lain saudara sepersusuan, atau bahkan saudara
sepupu) Utsman.
5. Marwan bin Hakam, sepupu sekaligus ipar Utsman, diangkat menjadi sekretaris Negara.
6. Khalifah dituduh sebagai koruptor dan nepotis dalam kasus pemberian danakhumus (seperlima
harta dari rampasan perang) kepada Abdullah bin Saad bin Abu Sarah, kepada Marwan bin
Hakkam, dan juga kepada Harits bin Hakam.

Beberapa penulis Muslim mencoba melakukan rasionalisasi bahwa tindakan Utsman tersebut
bukan tanpa alasan. Hal ini merupakan sebuah upaya pembelaan terhadap tindakan Utsman tidak
atau bahkan sama sekali jauh dari motif nepotisme. Sebagai contoh salah satu bentuk rasionalisasi
menyebutkan bahwa Utsman mengangkat wali-wali negeri dari pihak keluarga untuk alasan
memperkuat wilayah kekuasaannya melalui sisi personal yang telah jelas-jelas dikenal baik
karakteristiknya. Hal ini mengingat wilayah kekhilafahan pada masa Utsman bin Affan saat itu
semakin meluas. Demikian juga tanggungjawab dakwah dimasing-masing wilayah tersebut.

Dalam Manajemen, mengangkat pekerja berdasarkan kekerabatan bukan hal yang salah.
Kemungkinan pengenalan karakteristik anggota keluarga jelas lebih baik dibandingkan melalui
seleksi dari luar keluarga. Jika hal tersebut menyangkut kinerja dan harapan ketercapaian tujuan
dimasa mendatang jelas pemilihan bawahan dari pihak keluarga tidak bertentangan dengan sebuah
aturan apa pun. Artinya secara mendasar nepotisme sendiri bukan merupakan sebuah dosa. Namun
demikian kata nepotisme dewasa ini telah mengalami perubahan makna substansial menjadi
sebuah istilah yang bermuatan negatif. Bukan hanya bagi Indonesia, namun bagi sejumlah negara
pendekatan kekeluargaan tersebut telah menempati urutan teratas bagi kategorisasi dosa-dosa
politis sebuah rezim kekuasaan dewasa ini.

Oleh karena itu maka penjelasan bahwa pemilihan anggota keluarga untuk menempati struktur
kepemimpinan dalam kasus khalifah Utsman bin Affan dengan rasionalisasi atas pengenalan
karakteristik, jelas kurang relevan diterapkan pada masa ini, walaupun bukan berarti tidak benar.
Maka salah satu jalan yang harus dilakukan guna membedah isu seputar nepotisme ini adalah
melalui cross check sejarah terhadap masing-masing anggota keluarga Utsman yang terlibat dalam
kekuasaan sebagai alasan Khalifah Utsman mengangkat beberapa keluarga dekatnya dalam
struktur jabatan-jabatan publik yang strategis.

B. Kebijakan-kebijakan Khalifah Utsman bin Affan

1. Administrasi Pemerintahan

Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan di daerah, khalifah Utsman bin Affan


mempercayakannya kepada seorang gubernur untuk setiap wilayah atau propinsi. Pada masanya
wilayah kekuasaan kekhalifahan Madinah dibagi menjadi 10 (sepuluh) propinsi dengan masing-
masing gubernur/amirnya, yaitu:

1) Nafi bin al-Haris al-Khuzai, Amir wilayah Makkah;

2) Sufyan bin Abdullah al-Tsaqafi, Amir wilayah Thaif;

15
3) Yala bin Munabbih Halif Bani Naufal bin Abd. Manaf, Amir wilayah Shanaa;

4) Abdullah bin Abi Rabiah, Amir wilayah al-Janad;

5) Utsman bin Abi al-Ash al-Tsaqafi, Amir wilayah Bahrain;

6) Al-Mughirah bin Syubah al-Tsaqafi, Amir wilayah Kuffah;

7) Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asyari, Amir wilayah Basrah;

8) Muawiyah bin Abi Sufyan, Amir wilayah Damaskus;

9) Umair bin Saad, Amir wilayah Himsh; dan

10) Amr bin Ash al-Sahami, Amir wilayah Mesir.

Setiap Amir atau Gubernur adalah wakil khalifah di daerah untuk melaksanakan tugas
administrasi pemerintahan dan bertanggungjawab kepadanya. Seorang amir diangkat dan
diberhentikan oleh Khalifah. Kedudukan gubernur disamping sebagai kepala pemerintahan di
daerah juga sebagai pemimpin agama, pemimpin ekspedisi militer, menetapkan undang-undang,
dan memutuskan perkara, yang dibantu oleh katib(sekretaris), pejabat pajak, pejabat keuangan
(Baitul Mal), dan pejabat kepolisian.

Sedangkan kekuasan legislatif dipegang oleh Dewan Penasehat atau Majlis Syura, tempat
Khalifah mengadakan musyawarah atau konsultasi dengan para sahabat Nabi terkemuka. Majelis
ini memberikan saran, usul, dan nasihat kepada Khalifah tentang berbagai masalah penting yang
dihadapi Negara. Akan tetapi pengambil keputusan terakhir tetap berada di tangan Khalifah.
Artinya berbagai peraturan dan kebijaksanaan, di luar ketentuan al-Quran dan Sunnah Rasul,
dibicarakan di dalam majelis itu dan diputuskan oleh Khalifah atas persetujuan anggota Majelis.
Dengan demikian, Majelis Syura diketuai oleh Khalifah.

Jadi, jika Majelis Syura ini disebut sebagai lembaga legislatif, maka ia tidak sama dengan
lembaga legislatif yang dikenal sekarang yang memiliki ketua tersendiri. Namun bagaimanapun,
dengan adanya Majelis Syura ini mencerminkan telah adanya pendelegasian kekuasaan dari
Khalifah untuk melahirkan berbagai peraturan dan kebijaksanaan. Dari cerminan fungsi ini,
Majelis Syura masa kekhalifahan Utsman bin Affan tersebut dapat dikatakan sebagai
lembaga legislatif untuk zamannya.

Dengan demikian, Khalifah Utsman sebagaimana pendahulunya tetap melaksanakan prinsip


musyawarah dengan mengajak beberapa pihak untuk memecahkan masalah-masalah kenegaraan
yang dihadapi. Ia tidak bertindak otoriter dalam memerintah bahkan sangat lunak dalam bertindak
yang justru dikemudian hari menjadi boomerang bagi dirinya.

16
2. Perluasan Wilayah Islam

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwasanya Utsman harus bekerja lebih keras lagi
dalam mempertahankan dan melanjutkan perjuangan panji Islam sebab berbagai ancaman dan
rintangan semakin berat untuknya mengingat pada masa sebelumnya telah tersiar tanda-tanda
adanya negeri yang pernah ditaklukkan oleh Islam hendak berbalik memberontak padanya. Namun
demikian, meski di sana-sini banyak kesulitan beliau sanggup meredakan dan menumpas segala
pembangkangan mereka, bahkan pada masa ini Islam berhasil tersebar hampir ke seluruh belahan
dunia mulai dari Anatolia, dan Asia kecil, Armenia, Kaukus, Bulukhistan, Afganistan, Azarbaijan,
Kurdistan, Heart, Tus, Naisabur, Samarkand, Tashkent, Turkmenistan, Khurasan dan Thabrani
Timur hingga Timur Laut seperti Libya, Aljazair, Tunisia, Maroko dan Ethiopia. Maka Islam lebih
luas wilayahnya jika dibandingkan dengan Imperium sebelumnya yakni Romawi dan Persia karena
Islam telah menguasai hampir sebagian besar daratan Asia dan Afrika.

3. Pembentukan Armada Laut Islam Pertama

Ide atau gagasan untuk membuat sebuah armada laut Islam sebenarnya telah ada sejak masa
kekhalifahan Umar Ibn khattab namun beliau menolaknya lantaran khawatir akan membebani
kaum muslimin pada saat itu. Setelah kekhalifahan berpindah tangan pada Utsman maka gagasan
itu diangkat kembali kepermukaan dan berhasil menjadi kesepakatan bahwa kaum muslimin
memang harus ada yang mengarungi lautan meskipn sang khalifah mengajukan syarat untuk tidak
memaksa seorangpun kecuali dengan sukarela. Berkat armada laut ini wilayah Islam bertambah
luas setelah berhasil menaklukkan tentara Romawi di Cyprus dipimpin Muawiyah bin Abi Sufyan
pada tahun 27 Hijrah meski harus melewati peperangan yang melelahkan.

4. Pembangunan Sarana-sarana Kepentingan Umum

Kegiatan pembangunan berbagai sarana di wilayah-wilayah kekhalifahan Islam masa


pemerintahan Utsman bin Affan yang luas itu tumbuh pesat. Pembangunan sarana-sarana
kepentingan umum itu meliputi pembangunan daerah-daerah pemukiman, jembatan-jembatan,
jalan-jalan, mesjid-mesjid, wisma-wisma tamu, serta pembangunan kota-kota baru yang kemudian
tumbuh dengan pesat sebagai sentra perekonomian masa itu.

Jalan-jalan yang menuju ke Madinah dilengkapi dengan berbagai fasilitas bagi para
pendatang. Tempat-tempat persediaan air dibangun di Madinah, di kota-kota padang pasir, dan di
lading-ladang peternakan unta dan kuda. Pembangunan berbagai sarana kepentingan umum ini
menunjukkan bahwa Utsman bin Affan sebagai Khalifah sangat memperhatikan kemaslahatan
publik, disamping juga Masjid Nabi di Madinah yang diperluas dari bentuknya semula.

5. Kodifikasi Al-Quran

Prestasi tertinggi pada masa pemerintahan Utsman bin Affan adalah menyusun al-Quran
standar, yaitu penyeragaman bacaan dan tulisan al-Quran, seperti yang dikenal sekarang. Masa
penyusunan Al-Quran memang telah ada pada masa Khalifah Abu Bakar atas usulan Umar bin
Khaththab yang kemudian disimpan ditangan istri Nabi Hafsah binti Umar. Berdasar pada
pertimbangan bahwa banyak dari para penghafal Al-Quran yang gugur usai peperangan
Yamamah. Kini setelah Utsman memegang tonggak kepemimpinan dan bertambah luas pula
wilayah kekuasaan Islam maka banyak ditemukan perbedaan lahjah dan bacaan terhadap Al-
17
Quran. Inilah yang mendorong beliau untuk menyusun kembali Al-Quran yang ada pada Hafsah
binti Umar dan menyeragamkannya kedalam bahasa Quraisy agar tidak terjadi perselisihan antara
umat dikemudian hari. Seperti halnya kitab suci umat lain yang selalu berbeda antar sekte yang
satu dengan yang lainnya.

Khalifah Utsman kemudian membentuk suatu badan atau panitia pembukuan al-Quran yang
terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai ketua panitia dan Abdullah bin Zubair serta Abdurrahman bin
Harits sebagai anggota. Tugas yang harus dilaksanakan panitia tersebut adalah membukukan
lembaran-lembaran lepas dengan cara menyalin ulang ayat-ayat al-Quran ke dalam sebuah buku
yang disebut Mushaf yang harus berpedoman kepada bacaan mereka yang menghafalkan al-
Quran (huffadz).

Khalifah Utsman mengutus beberapa orang kepercayaannya untuk menyebarkan mushaf Al-
Quran hasil kodifikasinya yang telah diperbanyak sejumlah lima buah atas persetujuan para
sahabat ke beberapa daerah penting antara lain Makkah, Syiria, Kuffah, dan Bashrah, sementara
sebuahMushaf tetap berada di Madinah. Selanjutnya naskah salinan yang ditinggalkan di Madinah
ini disebut Mushaf al-Iman. Adapun seluruh mushaf lain yang berbeda dengan naskah Mushaf Al-
Iman dinyatakan tidak berlaku lagi oleh khalifah Utsman bin Affan.

D. Akhir Masa Kepemimpinan Utsman bin Affan

Enam tahun pertama kepemimpinan Utsman adalah masa yang dipenuhi dengan prestasi
penting dan kesejahteraan ekonomi yang tiada duanya, disamping administrasi pemerintahan yang
berjalan efektif dan perluasan wilayah yang semakin berkembang pesat mencapai wilayah-wilayah
yang jauh dari pusat kekuasaan di Madinah saat itu.

Tapi pada tahun-tahun berikutnya, pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan mulai goyah dan
terguncang, berbanding terbalik dengan sebelumnya kondisi serba sulit akibat merebaknya fitnah
dan kedengkian musuh-musuh Islam yang diarahkan padanya. Rakyat di beberapa daerah terutana
Kuffah, Basrah, dan Mesir mulai melakukan protes terhadap kebijaksanaan dan tindakan Khalifah
yang dinilai tidak adil. Isu sentral yang menjadi pemicu protes dari rakyat adalah adalah masalah
pergantian beberapa gubernur dengan orang-orang yang berasal dari sanak kerabat atau keluarga
terdekatnya dan masalah penggunaan keuangan negara yang kurang transparan.

Sesungguhnya Khalifah Utsman memiliki alasan kuat untuk mengganti para gubernur itu.
Khalifah Utsman berpegang kepada wasiat khalifah sebelumnya yaitu Umar bin Khaththab yang
berwasiat kepadanya agar ia mempertahankan para pejabat yang diangkat Umar bin Khaththab
selama satu tahun. Artinya setelah para pejabat yang diangkat Umar telah bekerja selama satu
tahun kepada Utsman, maka Utsman boleh menggantinya.

Klimaks dari krisis kepercayaan rakyat beberapa daerah terhadap kepemimpinan Utsman bin
Affan sebagai khalifah ditandai dengan timbulnya pemberontakan oleh ribuan orang dari Kuffah,
Basrah, dan Mesir yang dating ke Madinah secara bersamaan. Mereka berhasil mengepung kota
Madinah dan rumah kediaman Khalifah Utsman sehingga beliau syahid dengan amat tragis ketika
sedang membaca al-Quran pada jumat sore 18 Dzulhijjah 35 H.

18
Utsman bin Affan mengorbankan jiwanya sebagai pengorbanan bagi solidaritas Muslimin.
Sebab sebelum ia syahid, ia sempat berkata kepada kaum pemberontak: adapun perkara maut,
aku tidak takut, dan soal mati bagikut hal yang mudah. Soal bertempur, kalau aku
menginginkannya, ribuan orang akan dating mendampingiku berjuang. Tapi aku tidak mau
menjadi penyebab tertumpahnya darah, walau setetespun darah kaum Muslimin.

19

Anda mungkin juga menyukai