Anda di halaman 1dari 2

Sejarah munculnya Syiah

Syiah secara etimologi bahasa berarti pengikut, sekte dan golongan seseorang. Adapun
menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang berkedok dengan slogan kecintaan
kepada Ali bin Abi Thalib beserta anak cucunya bahwasanya Ali bin Abi Thalib lebih utama
dari seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum
muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau.
Awal mula munculnya Syiah Islam dimulai setelah meninggalnya nabi Muhammad SAW
pada tahun 632 hingga perang Karbala pada tahun 680. Ajaran Syiah mengikuti ajaran yang
ditetapkan oleh nabi Muhammad SAW dan dengan bimbingan dari keluarga-keluarganya
(yang juga dikenal dengan nama Ahlul Bait) atau keturunannya, dikenal juga sebagai Imam
Syiah. Keturunan nabi Muhammad SAW hanya berlanjut dari anaknya, Fatima Zahra, dan
sepupunya, Ali, yang bersama dengan cucu-cucunya membentuk Ahlul Bait. Fakta inilah
yang membuat Syiah menganggap keturunan nabi Muhammad SAW sebagai sumber yang
tepat untuk pedoman hidup dan menilai masa pemerintahan tiga khalifah Sunni hanya sebagai
kejadian sejarah, bukan sesuatu yang terkait dengan kepercayaan.
Setelah Nabi Muhammad SAW meninggal, terjadi perselisihan dalam tubuh komunitas
Muslim tentang siapa yang akan melanjutkan nabi sebagai pemimpin umat Islam. Ketika Ali
bin Abi Thalib dan keluarga dekat nabi Muhammad SAW sedang memandikan jenazahnya
untuk dikebumikan, pemimpin umat- umat Islam di Mekah dan Madinah mengadakan
pertemuan rahasia di Saqifah untuk menentukan siapa yang menjadi penerus Nabi
Muhammad SAW sebagai pemimpin Negara Muslim terlepas dari pendapat para Muhajirin
(orang-orang Muslim pertama) bahwa nabi Muhammad SAW telah menunjuk Ali sebagai
penerusnya. Akhirnya setelah mengalami beberapa penolakan dan percekcokan, Abu Bakar
dipilih sebagai khalifah pertama berkat Umar bin Khatab yang menominasikannya.
Keputusan ini dicecar oleh sahabat-sahabat pertama nabi Muhammad SAW yang bersikeras
bahwa Ali lah yang seharusnya menjadi penerus nabi mengingat nabi pernah menunjuknya.
Terpilihnya Abu Bakar sebagai penerus nabi Muhammad SAW menuai protes yang datang
dari keluarga nabi beserta mayoritas Muhajirin, dimana mereka semua lebih memilih Ali
yang menjadi penerus. Terpilihnya Abu Bakar berlanjut dengan sebuah serbuan menuju
rumah Ali yang dipimpin oleh Umar dan Khalid bin Walid.
Kejadian perebutan status penerus nabi merupakan sebuah isu yang sering menimbulkan
perdebatan. Karena hal ini jugalah umat Muslim terbagi menjadi dua cabang tergantung
dengan pandangan politik mereka terhadap isu ini yang juga menciptakan dinding teologis
antara Sunni dan Syiah. Kedua kelompok ini juga memiliki pandangan yang berbeda tentang
sikap Ali kepada AbuBakar dan kedua khalifah yang meneruskannya yaitu Umar bin Khatab
dan Usman bin Affan. Pihak Sunni cenderung menekankan bahwa Ali menerima keputusan
yang ada dan membantu para khalifah, sementara Syiah mengklaim bahwa Ali menjauhkan
diri dari mereka. Muslim Sunni juga menambahkan jika Ali memang penerus nabi
Muhammad SAW seperti yang diharapkan Allah, maka kewajiban Ali lah untuk memerangi
para khalifah, dan Muslim Syiah selalu berdalih bahwa Ali tidak maju berperang karena

kurangnya kekuatan militer dan kalaupun ia memutuskan untuk berperang, akan terjadi
perang sipil antara umat Muslim yang masih dianggap sebagai komunitas baru di dunia Arab.
Awal kemunculan Syiah tidaklah berjalan mulus, terutama dengan penolakan Ali sebagai
khalifah yang meneruskan perjuangan nabi Muhammad SAW. Baru pada masa ketika
khalifah Usman dibunuh pada tahun 657-lah umat Muslim di Madinah membujuk Ali penuh
putus asa agar ia mau menjadi khalifah keempat yang akhirnya ia setujui. Ali kemudian
membangun ibu kotanya di Kufah yang sekarang menjadi Iraq. Masa pemerintahan Ali
mengalami banyak ujian, dan banyak perang yang ditujukan untuk menjatuhkannya. Karena
hal tersebut, Ali harus berusaha mempertahankan kekuasaan yang ia miliki untuk melawan
orang-orang yang mengkhianatinya maupun mereka yang menginginkan posisinya.
Kekacauan yang ada pada masa Ali menyebabkan terjadinya Fitnah Pertama, yang menuntun
kepada terjadinya perang sipil antara kekhalifahan Islam untuk pertama kalinya. Fitnah ini
dimulai dengan beberapa gelombang protes terhadap Ali yang menjadi imam pertama karena
terbunuhnya Usman sebagai pendahulu politiknya. Meskipun beberapa orang percaya bahwa
Usman melakukan nepotisme dan menyetujui kekhalifahan Ali, orang-orang itu akhirnya
berbalik menyerangnya. Ali kemudian terbunuh pada sekitar tahun 661 ketika sedang dalam
posisi sujud, dan Muawiyah yang menjadi pesaing utama Ali mengambil alih kekhalifahan.
Kejadian penting lainnya dalam awal kemunculan Syiah adalah pengimaman Ahlul Bait.
Pengimaman Ahlul Bait ini dimulai dengan kaum Zaydis yang menyempitkan klaim politik
dari pendukung Ali bahwa yang dapat memimpin umat Muslim hanyalah keturunan laki-laki
dari pernikahan Ali dan Fatimah. Meski begitu ketika terjadi pemberontakan Abbasid, kaum
Syiah lainnya yang dikenal sebagai Imamiah (pengikut para imam) mengikuti sekolah
teologi milik Jafar al-Sadiq yang merupakan cucu dari Ali. Sejak saat ini, hampir seluruh
pengikut Syiah menjadi Imami. Para Imami ini percaya bahwa para Imam adalah penerus
politik dan spiritual dari nabi Muhammad SAW. Menurut mereka, para Imam juga tidak
hanya memerintah komunitas Muslim dengan keadilan, tapi juga mampu menjaga dan
menginterpretasi hukum Islam dan pengertian esoteriknya.

Cs
:
http://www.portalsejarah.com/mendalami-sejarah-munculnya-aliran-syiah-dalamislam.html

Anda mungkin juga menyukai