Anda di halaman 1dari 129

KONSEP DASAR

EKONOMI ISLAM

Oleh :
Juniar Endrawanto, SE
FALSAFAH EKONOMI ISLAM

Oleh
Juniar Endrawanto, SE
“Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bagianmu dari
(kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
(al-Qashash 77)
Falsafah Ekonomi Islam
1. Kegiatan ekonomi diorientasikan bagi pencapaian
kebahagiaan hidup di akhirat
2. Ekonomi diarahkan bagi tercapainya kesejahteraan,
kemajuan material dan kebahagiaan hidup manusia di
dunia
3. Kegiatan ekonomi harus dilakukan dalam pola interaksi
sesama manusia secara baik
4. Harus dihindari kegiatan ekonomi yang merusak fisik
maupun tatanan kehidupan manusia
Hidup di Dunia
Lahir Mati

Dari Mana? Ke Mana?


Untuk Apa?

Kehidupan Kehidupan
sebelum Kehidupan dunia setelah
dunia Dunia

Hubungan antar tiga simpul


AL-’UQDATU AL-KUBRA
(SIMPUL BESAR)
- Simpul semua pertanyaan
- Bila terurai maka terurai pula pertanyaan cabang

TIGA PERTANYAAN MENDASAR MANUSIA

DARI MANA MANUSIA BERASAL?


UNTUK APA MANUSIA HIDUP?
KEMANA SETELAH MATI ?
Harus dijawab
Jawaban dari simpul besar, sebagai
 Aqidah

 Fikrah kulliyah

 Qaidah fikriyah
 Al-Nadzratu fi al-hayati al- dunya
 Mempengaruhi gaya hidup
 Menentukan kualitas hidup
ADA DUA MACAM JAWABAN

JAWABAN ISLAM JAWABAN SEKULER


 Manusia diciptakan Allah  Manusia diciptakan Tuhan
 Hidup untuk beribadah  Hidup untuk mencari kepuasan
kepada-Nya jasmani
 Setelah mati akan hidup  Setelah mati, akan ada hidup
abadi di alam akherat: di yang abadi di alam lain (?), atau
sorga atau neraka pasti di sorga karena sudah
 Tergantung hidupnya di diampuni
dunia: beriman atau tidak;  Alam nanti tidak ada hubungan
bila beriman, taat atau tidak dengan sekarang (?)
(Sumber: wahyu Allah) (Sumber: pemikiran spekulatif)
MANA JAWABAN YANG BENAR?

 Yang benar adalah yang bersumber dari al-Qur’an


 Pemikiran spekulatif tidak berdasar. Nilainya bisa
benar bisa salah
 Tapi bila terdapat sumber yang pasti benar, maka
pemikiran spekulatif tentang hakekat hidup di dunia
pasti salah adanya.
MAKA……
DARI MANA
Manusia,
alam semesta dan
kehidupan berasal?

DICIPTAKAN ALLAH
UNTUK APA MANUSIA HIDUP?

 BERIBADAH KEPADA ALLAH

 Makna ibadah adalah tha’atullah wa khudlu’u lahu wa iltizamu


ma syara’a minaddini (taat kepada Allah tunduk padanya dan
berpegang teguh pada apa yang telah disyariatkan di dalam
agama Islam)

 Jadi, kehidupan dunia dengan sebelumnya terikat dengan


hubungan penciptaan, perintah dan larangan (shilatu al-khalq
dan shillatul awamir wan nawahi )

 Kehidupan dunia dengan sesudahnya terikat dengan


kebangkitan dan perhitungan (shilatul ba’tsi wan nushur dan
shillatul muhasabah)
MACAM IBADAH

Makna Khusus
Aktivitas hubungan dengan Allah
(Shalat, puasa, Zakat, do’a, dll)

Makna Umum
Segala aktivitas manusia
AMAL BERNILAI IBADAH

Amal Terbaik

Ikhlas hanya untuk Allah SWT


Benar sesuai tuntunan syariat
Islam
KE MANA SETELAH MATI

Dibangkitkan kembali (Al Mukminun:15-16)


Dihisab, atas keyakinan dan perbuatannya di dunia
Tiga prototipe manusia dan balasannya

Keyakinan Perbuatan Balasan


1. Muslim Taat Kekal di Surga

2. Muslim Ingkar Neraka lalu Surga

3. Kafir Kekal di Neraka


Dalil ….
Tipologi 1 (Al Bayyinah:7-8)
“Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal shaleh mereka itu adalah
sebaik-baik makhluq. Balasan mereka adalah surga adn yang mengalir sungai-
sungai di bawah. Mereka kekal di dalamnya selamanya”
Tipologi 2
“… Allah memerintahkan para malaikat mengentas dari neraka itu orang-
orang yang tidak pernah sekalipun melakukan perbuatan syirik. Yaitu mereka
yang berucap Laa ilaaha illallah. Orang-orang ini dapat diketahui melalui ciri
khasnya, yakni di wajahnya ada bekas sujud….. (HR. Muslim dari Abu Hurairah
RA)
Tipologi 3 (Al Bayyinah 6)
“Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka adalah
seburuk-buruk makhluq”.
KEADAAN DI AKHIRAT

TIPOLOGI 1 Bahagia

TIPOLOGI 2 Menyesal kurang banyak beramal (al-


fajr:24)

TIPOLOGI 3 Menyesal lebih baik jadi tanah


(An naba’:40)
KESIMPULAN
Shillatul khalqi Shillatul ba’tsi wa nushur

Kehidupan Kehidupan Kehidupan


Sebelum Dunia setelah
Dunia Dunia
Allah Ibadah Akherat

Shillatul awamir wa nawahi Shillatul muhasabah


Hubungan 3 fase
kehidupan
Sebelum dunia Sesudah dunia

Hubungan dengan Penciptaan Kebangkitan


kehidupan dunia Perintah dan Larangan Perhitungan
DUA GAYA HIDUP
GAYA HIDUP ISLAMY GAYA HIDUP SEKULER
 Hidup untuk beribadah  Hidup untuk mencari
kesenangan jasmani
 Landasan iman  Landasan hawa nafsu
 Tolok ukur perbuatan aturan  Tolok ukur perbuatan: manfaat
Islam (halal dan haram)
 Orientasi hidup dunia semata
 Orientasi hidup akherat dan
dunia  Hidup untuk kepentingan diri
 Untuk untuk kemuliaan diri, dan keluarga sendiri
keluarga, umat dan perjuangan
agama (dakwah)  Makna kebahagiaan:
 Makna kebahagiaan: ridha Allah tercapainya kepuasan jasmani
AKTUALISASI IBADAH TERUJUD PADA

KETERIKATAN MUSLIM PADA ATURAN ISLAM


 Dalam urusan keimanan (mantap dan murni atau tidak syirik)
 Dalam urusan ibadah mahdah (taat selalu)
 Dalam urusan akhlaq (mulia)
 Dalam urusan makanan dan minuman (halal dan thayib selalu)
 Dalam urusan pakaian (menutup aurat)
 Dalam urusan keluarga (sakinah)
 Dalam urusan pekerjaan (profesional)
 Dalam urusan masyarakat (peduli)
 Dalam urusan dakwah (aktif terlibat)
Pemikiran dan Hukum tentang
- Kepemilikan
- Pemanfaatan kepemilikan
- Distribusi kekayaan
- Politik Ekonomi
- Ekonomi privat (fiqh muamalah iqtishadiyah)
- Moneter
- Kelembagaan ekonomi Islam
- Manajemen
- Sumberdaya manusia
1. Muamalah iqtishadiyah diselenggarakan secara suka rela.
2. Dilakukan dengan akhlaq karimah.
3. Tidak boleh ada yang mendzalimi dan didzalimi.
4. Hukuman buat yang melakukan pelanggaran.
5. Dalam bermuamalah harus dilakukan dengan benar.
6. Pembelaan terhadap yang didzalimi.
8. Muamalah iqtishadiyah secara Islami dilakukan demi kebaikan bersama
7. Amar ma’ruf nahi mungkar di tengah kegiatan ekonomi masyarakat.
9. Tegaknya selalu sistem ekonomi Islam dan ketaatan para pelaku
ekonomi
mutlak diperlukan
10. Individu yang melanggar syariah dalam ekonomi pasti akan
menimbulkan
kerusakan
11. Apalagi bila sistem ekonomi Islam diabaikan pasti akan timbul
kerusakan di
dunia dan siksaan pedih di akhirat
WALLAHU’ALAM
BI AL-SHAWAB
SISTEM EKONOMI ISLAM

Oleh : Juniar Endrawanto, SE

Disampaikan:
Dalam Kuliah Ekonomi Islam
Universitas Muhammadiyah Malang 2009
I- Hakikat Ekonomi:

 Istilah Ekonomi:
Eko (mengatur) dan Nomos (rumah tangga) = Greek (Yunani Kuno); Maka,
ekonomi berarti kegiatan mengatur urusan harta kekayaan, baik yang berkaitan
dengan: (1) memperbanyak jumlah, dan (2) menjaga pengadaannya, maupun (3)
tatacara pendistribusiannya kepada masyarakat.

Bidang Ekonomi

Ilmu Ekonomi Sistem Ekonomi

Memperbanyak jumlah, dan Tatacara distribusi kekayaan di tengah


menjaga pengadaannya masyarakat

(Faktor Produksi) (Pemikiran dan Konsep Ekonomi)


• Masalah Ekonomi Islam:
Barang
Mempunyai Menjadi
Nilai Guna Alat Pemuas
Jasa (Utility)

Jumlahnya Perspektif Islam


Terbatas
(Scarcity)
Terbatas Distribusi
Kemiskinan Individu
(limited): warga negara? Barang
Primary
Kebutuhan dan Jasa
needs Muncul
Manusia Cukup
(human Tidak Cukup Masalah
need) Tak terbatas
Ekonomi
(unlimited): Peningkatan
Kemiskinan GDP dan
Scondary
negara? GNP
needs
Negara
Perspektif Kapitalisme dan
Sosialisme
• Asas Ekonomi Islam:
Kepemilikan Individu
(Private Ownership)

Kepemilikan Kepemilikan Umum


(Ownership) (Public Ownership)

Kepemilikan Negara
(State’s Ownership)
Asas dan Kaidah
Sistem Ekonomi Distribusi
(Distribution) Menjamin Kebutuhan
Islam
per Individu Warga
Negara

Pengembangan Hak
Milik
Disposisi
(Tasharruf)
Nafkah dan Infaq
• Kebijakan Ekonomi Islam:
Kebutuhan Pokok
Wajib Dipenuhi
(Primary Needs)
Kebutuhan Kebutuhan Sekunder Tidak Wajib
per Individu (Scondary Needs) tapi Dibantu

Kebutuhan Mewah
(Luxury Needs)
Human Needs
Kebutuhan Khilafah
Islam
Manusia
Pendidikan (Needs
for Education)

Kebutuhan Kesehatan (Needs


Wajib Dipenuhi
Kelompok for Health)

Keamanan (Needs
for Savety)
II- Kepemilikan :
 Definisi Kepemilikan:
Izin pembuatan syariat (as-syari’) untuk memanfaatkan zat dan jasa tertentu, yang
menyebabkan pemiliknya berhak mendapatkan kegunaan (utility)-nya, serta
mendapatkan kompensasi darinya.

 Bentuk Kepemilikan:

Kepemilikan Hukum syara’ yang berlaku untuk


Individu (Private barang dan jasa, dimana pemiliknya
Ownership) berhak memanfaatkan dan mendapat
kompensasi darinya
Kepemilikan Kepemilikan Umum Izin pembuat syariat (as-syari’)
(Ownership) (Public Ownership) kepada suatu kelompok untuk sama-
sama memanfaatkan benda.

Kepemilikan
Harta yang merupakan hak seluruh
Negara (State’s kaum Muslim, sedangkan
Ownership) pengelolaannya menjadi wewenang
Khalifah.
 Tatacara Memiliki:
Shahih (Benar)

Hajat ‘Adhuwiyah: Kaifiyah Tamalluk:


Kebutuhan Jasmani Sebab Pemilikan Islam

Hubb at-Tamalluk: Kammiyah


Keinginan untuk Tamalluk:
Manusia memiliki Sosialisme
Pembatasan
Jumlah

Gharizah al-Baqa’: Hurriyah Tamalluk:


Naluri Survival Kebebasan Hak Kapitalisme
Mlk

Batil (Salah)
 Sebab Kepemilikan Islam:

Menghidupkan
Waris Tanah Mati

Harta yang Menggali


Diperoleh tanpa Kandungan
Kompensasi Bumi
Sebab Berburu
Kepemilikan Bekerja
(Asbab at-Tamalluk) Makelar
Kebutuhan Harta
Penyambung Hidup Mudharabah

Musaqat
Pemberian
Ijarah
Negara

Cara memperoleh harta yang sebelumnya belum menjadi


hak milik, atau memperoleh harta yang belum dimiliki
sebelumnya.
III- Disposisi (Tasharruf):

Faktor Hubungan: Wasiat,


Kepemilikan Infaq Hadiah
Barang dan (Perbelanjaa
Jasa n) Faktor Nafkah: Ayah
kepada anak
Hukum Syara’
Disposisi dalam
(Tasharruf) Memanfaatkan
Barang dan Jasa
Pertanian (Zira’ah)

Pengembang
Perdagangan (Tijarah)
an Harta

Tanah Perindustrian (Shina’ah)

Harta yang Diperolah dari


Pertukaran
Yang Diperoleh dgn Mengubah
Bentuk
 Hukum Tanah Pertanian:
Sebab Kepemilikan
Pembelian Lahan

Tahjir: Memagari

Ekstensifikasi Tanah
Pertanian Ihya’ al-Mawat:
Menghidupkan Tanah Mati

Iqtha’ ad-Dawlah:
Pemberian Negara pd
Pengembangan Petani

Tanah Pertanian
Wajib Mengelola Tanah
Pertanian

Intensifikasi Tanah
Pertanian
Haram Menyewakan
Tanah Pertanian

Sebab
Pengembangan
 Hukum Perdagangan:
Halal
Perdagangan
Domestik
Jual-Beli

Salam Barang dg
Barang
Istishna’

Sharf Uang dg
Uang
Bentuk
Perdagangan
Riba Uang dg
Uang
Ghabn Fahisy Barang dg
Barang
Tadlis
Perdagangan
Luar Negeri Penimbunan
Haram
 Hukum Perindustrian:

:‫صنَـعُ َها‬ ُْ ‫صنـَعُ يَأ ُخـ ُذُ ُح ْك َُم الماَدَةُ الَّت‬


ْ َ‫ي ي‬ ْ ‫ُح ْكـ ُُم ال َم‬
Hukum pabrik (kilang) mengikuti hukum barang yang
diproduksinya.
Produk Halal
(Pabrik / Milik Individu
Kilang yang
halal)

Hukum Pabrik Hukum Produk


(Barang yang Milik Umum
dan Kilang Diproduksi)

Produk
Haram Milik Negara
(Pabrik /
Kilang yang
haram)
 Hukum Syarikah:

Sepakat
Melakukan
Syarikah Belum
Akad Syar’i: Sepakat Sah
Ijab dan Qabul Memberikan
Modal
Sepakat
Hukum Syarikah Orang yang Boleh Melakukan Sah
dalam Islam Melakukan
Tasharruf
Syarikah dalam
Urusan Tertentu
Barang
Obyek Akad:
Sesuatu yang Bisa Sah
Diakadkan
Jasa

Syarikah adalah akad antara dua orang atau lebih, yang keduanya
sepakat untuk melakukan kerjasama dalam bentuk kekayaan
dengan tujuan untuk mencari keuntungan.
Syarikah Amlak:
Zat Barang Pemburan
Syarikah

Syarikah ‘Inan: Badan-


Badan(+)Harta

Bentuk Syarikah
Syarikah Abdan:
dalam Islam Badan-Badan(-)Harta Gila

Mudharabah: Mati
Badan(+)Harta

Mahjur
Syarikah Uqud: Syarikah Wujuh:
Pengembangan Harta Badan-Badan(+)Harta
Orang Lain Dibubar
kan
Semua Kerugian Badan-Badan(+)Harta Sepihak
Dikembalikan kepada Pembelian Berdua
Harta dan Pemiliknya,
Sementara Keuntungan Mufawadhah:
Milik Kedua Belah Pihak. Gabungan Syarikah
 Hukum Syarikah Kapitalis:

Perseroan FIRMA: Bertentangan dengan


Badan-Badan Syarat Syarikah Islam
Dagang
Bertentangan dengan
Perseroan Terbatas: Fakta Akad Syar’i
Bentuk Syarikah
Kapitalis
Koperasi: Bertentangan dengan
Obyek Akad Syar’i

Asuransi:
Kerjasama Tidak Dijalankan oleh
Penjaminan Badan tapi Modal

Hukumnya Haram
 Tasharruf yang Diharamkan:

Isyraf - Tabdzir

Infaq: Taraf (Foya-foya)

Taqtir (Kikir-Bakhil)

Tasharruf yang Judi


Diharamkan
Riba

Syarikah Kapitalis

Pengembangan Ghabn Fakhisy


Harta:
Tadlis

Ihtikar

Mematok Harga
IV- Kepemilikan Umum:

Haram
Fasilitas Umum: Hilangnya Fasilitas
Umum ini Menyebabkan Sengketa
bagi Masya-rakat

Bentuk dan Ciri Bahan Tambang yang Tidak


Terbatas: Seperti Air, Minyak, Emas, Privatisasi
Harta Milik Umum
dll.

Sumber Daya Alam: Sumber yang


Sifat Pembentukannya Menghalangi
Dimiliki Secara Perorangan

Izin pembuat syariat (as-syari’) kepada suatu kelompok untuk


sama-sama memanfaatkan benda.
 Hima dan Pemeliharaan Fasum:

 Hima adalah tempat yang dipertahankan, kebalikannya Mubah (tempat


yang dibiarkan).
 Hima adalah fasilitas atau harta milik umum yang dimonopoli oleh pihak
tertentu, sehingga orang lain tidak bisa memanfaatkannya sesuai dengan
fungsi asalnya. Seperti jalan, air, udara, dll. Islam telah membatalkan
monopoli seperti ini, yang disebut hima, sehingga fasum tersebut kembali
kepada fungsi asalnya.
 Larangan Hima (proteksi) tersebut berlaku untuk dua hal: (1) tanah mati,
yang bisa dihidupkan dan dipertahankan oleh setiap individu; (2) fasilitas
umum yang sama-sama dibutuhkan oleh banyak orang, seperti air, padang
dan api. Tapi, tidak bagi negara. Negara boleh memproteksi dua hal di atas.
 Rasulullah saw. pernah memproteksi (hima) tanah Naqi’ yang memiliki
sumber air dan tanaman yang subur. Tanah tersebut diproteksi oleh Rasul
dari orang yang hendak menghidupkan dan memanfaatkannya, selain untuk
menggembala kuda-kuda perang mereka.
V- Kepemilikan Negara:
Harta yang menjadi hak seluruh kaum Muslim, sementara
pengelolaannya menjadi kewenangan khalifah, dimana dia bisa
mengkhususkan sesuatu kepada sebagian kaum Muslim
berdasarkan pandangan dan ijtihadnya.
 Fai’, Ghanimah, Anfal: Ghanimah dan Anfal adalah harta rampasan yang
diperoleh melalui peperangan. Sementara Fai’ adalah harta rampasan yang
ditinggalkan musuh, tanpa melalui peperangan.
Khumus: khumus di sini adalah seperlima dari harta rampasan perang (ghanimah).
Kharaj: Hak kaum Muslim yang ditetapkan pada tanah yang telah dijadikan
rampasan perang dari kaum Kufar, baik melalui peperangan, maupun perdamaian.
 Jizyah: hak yang diberikan oleh Allah dari kalangan kaum Kufar kepada kaum
Muslim karena ketundukan mereka kepada sistem Islam.
Dharibah dan ‘Usyur (Bea Cukai): Harta yang diwajibkan oleh Allah kepada kaum
Muslim untuk dibelanjakan pada kebutuhan yang diwajibkan kepada mereka,
sementara tidak ada harta di Baitul Mal.
Harta haram: Hasil korupsi, keuntungan dari perdagangan yang diharamkan,
seperti Narkoba, dll.
Harta Kalalah:
Harta Orang Murtad
 Baitul Mal:

Sumber Pemasukan Pos-pos Pengeluaran

 Fai’  Ashnaf Delapan: Fakir, Miskin,


Gharim, Ibn Sabil, Budak, Jihad,
Ghanimah, dan Anfal
Amil, Muallafah al-Qulub
Khumus
Kebutuhan tetap: Fakir, Miskin,
Kharaj Ibn Sabil, dan Jihad.
 Jizyah Kompensasi: gaji PNS, TNI, dll.
Dharibah dan ‘Usyur (Bea Kebutuhan Non Kompensasi:
Cukai) fasum, seperti masjid, jalan raya,
sekolah, rumah sakit, dll.
Harta haram
Kebutuhan Non Kompensasi
Harta Kalalah
Sekunder
Harta Orang Murtad
Dana Emergency: Bencana
Zakat alam, serangan musuh, dll..
 Penyusunan APBN:

Sistem Kapitalis Sistem Khilafah

APBN disusun pertahun oleh APBN tidak disusun pertahun


pemerintah disahkan oleh oleh pemerintah, dan tidak perlu
Parlemen disahkan oleh Majlis Ummah,
karena pendapat mereka tidak
RAPBN diajukan oleh
mengikat Khalifah.
pemerintah melalui Menteri
Keuangan kepada Panitia Ketentuan APBN, sumber dan
Anggaran Parlemen pos-posnya telah diatur oleh
hukum syara’, dan di sini
Setelah jadi APBN, dikeluarkan
berlaku ijtihad khalifah. Khalifah
peraturan perundang-undangan
juga tidak perlu mengeluarkan
untuk mengesahkan APBN
peraturan baru, karena
hukumnya sudah tetap..
Ekonomi Islam

Inti kehidupan manusia di dunia ini


adalah mencapai falah (kemuliaan
didunia dan di akhirat).
Difinisi Ekonomi Islam
adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia
untuk mengalokasikan dan mengelola
sumberdaya untuk mencapai falah
berdasarkan pada prinsip-prinsip & nilai-nilai
Al Quran dan Sunnah
Ekonomi Islam sebagai suatu Ilmu & Norma

Dalam mempelajari Ekonomi Islam merupakan suatu hal


yang penting dalam memahami terminologi :
1. Positive economics (membahas kenyataan yang
terjadi)
2. Normative economics (membahas apa yang
seharusnya terjadi atau apa yang seharusnya
dilakukan

Alfred Marshal
 Pernyataan normatif.
Kemiskinan di negara-negara berkembang
tidak seharusnya semakin memburuk.

 Pernyataan positive.
Kemiskinan di negara-negara berkembang
semakin buruk
Ekonomi konvensional
1. Aspek positif dan aspek normative terpisah.
2. Fakta ekonomi merupakan suatu
independen terhadap norma.
3. Tidak ada kausalitas antara norma dan
fakta.
atau realitas ekonomi merupakan suatu yg
bersifat independen, dan karena bersifat
objective dan akhirnya berlaku universal
 Contoh pernyataan :
Hukum penawaran,
jika suatu barang meningkat, maka jumlah barang
yang ditawarkan meningkat.
cateris paribus adalah pernyataan positif
Hukum tersebut berlaku karena para produsen
memandang bahwa kenaikkan harga barang adalah
kenaikkan pendapatan, dan motivasi produsen adalah
mencetak pendapatan (keuntungan) setinggi tingginya
produsen mengharuskan mencari keuantungan maksimum
adalah pernyataan normative
 Ekonomi Islam pada dasarnya mengedepankan
pendekatan integratif antara normative economics
dan positif economics.
 Islam menempatkan nilai yang tercermin dalam
etika pada posisi yang lebih tinggi, jadi etika harus
menjadi kerangka awal dalam ilmu ekonomi (etika
lah yg harus menguasai ekonomi, bukan
sebaiknya)
Metodologi Ekonomi Islam

 Konsep Rasionalitas Islam.


 Etika & Rationalitas Ekonomi Islam.
 Syariah, Fiqh dan Ekonomi Islam.
 Kerangka Metodologis Ekonomi Islam
Konsep Rasionalitas Islam

 Asumsi dalam analisis ekonomi didasarkan


pada pertimbangan rasionalitas.
 Argumentasi yg dibangun memenuhi kaidah-
kaidah logika & diterima akal serta diterima
secara universal
Konsep Rasionalitas Islam
 Kaidah umum dan universal, sesuai dengan
universalitas islam dalam konsep ekonomi
Islam adalah setiap pelaku ekonomi harus :
a. bertujuan untuk mendapatkan mashlahah.
b. tidak melakukan kemubaziran.
c. Berusaha meminimize resiko.
d. Dihadapkan pada ketidak pastian.
Etika & Rasionalitas Enomi Islam

 Aspek moral & etika dalam ekonomi konvensional


adalah batasan ilmu ekonomi (kerena perilaku etis
dipandang sebagai perilaku yg tidak rasional).
 Ekonomi Islam mempelajari perilaku ekonomi pelaku
ekonomi yg rasional islami, sehingga standar moral
perilaku ekonomi didasarkan pada ajaran islam
bukan didasarkan pada nilai-nilai yg dibangun oleh
kesepakatan sosial
Syariah, Fiqh & Ekonomi Islam

 Sikap rasional Islam mendorong pelaku ekonomi


islami untuk mencari informasi agar dapat meraih
fallah.
 Sumber informasi meliputi dua hal :
1. ayat kauniyah (fakta empiris).
2. ayat qauliyah (sumber yg berasal langsung
dari sang pencipta)
Syariah, Fiqh & Ekonomi Islam
 Syariah diartikan sebagai seperangkat
peraturan atau ketentuan Allah untuk
manusia yg disampaikan melalui rasulNya
 Untuk memahami syariah diperlukan tiga hal
mendasar :
1. keimanan.
2. moral.
3. fiqh (sumber hukum)
Syariah, Fiqh & Ekonomi Islam
 Fiqh (sumber hukum) yang diakui ahli hukum Islam yang
utama/pertama terdiri dari :
a. Al Quran.
b. Sunnah.
c. Ijma (Kesepakatan bersama para ulama)
d. Qiyas (analogi masalah terhadap hukum yg terdapat dalam
Al Quran & Sunnah)

 Sumber hukum yang kedua yg diakui ahli hukum Islam adalah :


a. Istihsan (pertimbangan kepentingan hukum)
b. Mashlahah mursalah (pertimbangan kepentingan umum)
c. Istishab (meneruskan hukum yg sudah berjalan sblm
muncul hukum baru
d. Urf (membiarkan tradisi yg tidak bertentangan dg syariat)
Kerangka Metodologi Ekonomi Islam

 Kebenaran & kebaikan.


 Metodologi ilmu alam vs Metodologi ilmu
sosial.
 Objek ekonomi Islam (bagan terlampir).
Kerangka Metodologis Ekonomi Islam

Quran & Sunah

Ushul Fiqh & Qawaid

Akidah Syariah Akhlak

Fiqh Muamalah
Sejarah -Nilai Ekonomi Islam
Islam -Prinsip Ekonomi Islam

Metode Konsumsi
Deduksi

Produksi

Teori
Realitas Metode Ekonomi Distribusi
ekonomi Induksi

Makro Ekonomi
Karakteristik Ekonomi Islam

 Tujuan ekonomi Islam.


 Moral sebagai pilar ekonomi Islam

 Nialai-nilai dasar ekonomi Islam

 Prinsip ekonomi dalam Islam

 Basis kebijakan ekonomi islam

 Paradigma ekonomi islam


Tujuan ekonomi Islam.

 Fallah (bahagia dunia – akhirat)


 Hayyah thayibah (baik & terhormat)

 Mashlahah al ibad (kesejahteraan


hakiki)
Moral sebagai pilar ekonomi Islam

 Nilai ekonomi Islam.


konsisten, jujur, adil, santun,
transparan dll.

 Prinsip ekonomi Islam.


memenuhi kaedah-kaedah fikih baik
rukun, syarat dan implementasinya
Nialai-nilai dasar ekonomi Islam
 Adl
1. persamaan kompensasi.
2. persamaan hukum.
3. moderat.
4. proporsional

 Khilafah (tanggung jawab) sebagai khalifah dimuka


bumi yg meliputi tanggung jawab :
1. berperilaku ekonomi dg cara yg benar.
2. mewujudkan mashlahah maksimum
3. perbaikan kesejahteraan setiap individu

 Takaful (penjamina masyarakat) yg meliputi jaminan :


1. pemilikan & pengelolaan sumber daya oleh individu.
2. menikmati hasil pembangunan untuk setiap individu.
3. membangun keluarga sakinah bagi setiap individu.
4. amar ma’ruf nahi munkar
Prinsip ekonomi dalam Islam

 Kerja.
 Kompensasi.
 Efisiensi.
 Profesionalisme.
 Kecukupan.
 Pemerataan kesempatan.
 Kebasan.
 Kerjasama
 Persaingan.
 Keseimbangan.
 Solidaritas.
 Informasi simetri
Basis kebijakan ekonomi islam

 Penghapusan riba.
 Pelembagaan zakat.

 Pelarangan gharar.

 Pelarangan yang haram


Paradigma ekonomi islam

 Pradigma berpikir & berperilaku (behaviour


paradigm).
adalah spirit dan pedoman masyarakat dalam berperilaku ,
yaitu nilai-nilai ekonomi Islam
 Paradigma umum (grand patern)
adalah gambaran yang mencerminkankeadaan suatu
masyarakatyg berpegang teguh pada paradigma perilaku.
Misalnya : Paradigma yg terbentuk dari kapitalisme adalah
individu meterialisme dalam berpikir & mekanisme pasar
Karakteristik ekonomi Islam

Tujuan :
Fallah

Nilai : Adl, Khilafah, Takaful

Prinsip Ekonomi Islam

Paradigma : Adil & Harmoni


ANATOMI SISTEM
EKONOMI ISLAM
PANDANGAN ISLAM TENTANG EKONOMI

Ekonomi Ekonomi Ekonomi


Kapitalis Islam Sosialis

Paradigma Paradigma Paradigma


Materialisme Syariah Dialektika

Seluruh aktivitas Seluruh aktivitas Seluruh aktivitas ekonomi


ekonomi bernilai ekonomi mengikuti dialektika
materi / bermanfaat berdasarkan masyarakat yang
boleh dilakukan syariah Islam ditetapkan negara

Liberalisme ekonomi Otoriterianisme negara


PANDANGAN ISLAM TENTANG EKONOMI

Ekonomi Islam

Ilmu Ekonomi Sistem Ekonomi Islam


Teknik/upaya mengadakan Pengaturan cara kepemilikan,
dan meningkatkan pengelolaan dan distribusi
produktivitas kekayaan

Universal, tidak terkait Terkait dengan Ideologi Islam


ideologi tertentu dan diatur oleh Syariah

Mengikat individu, masyarakat


dan negara
POLITIK EKONOMI ISLAM

Jaminan tercapainya pemenuhan kebutuhan primer


tiap individu secara menyeluruh, berikut kemungkinan
tiap orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sekunder dan tersiernya sesuai dengan kadar
kesanggupannya.
Tercapai karena :
1. Kewajiban bekerja setiap individu yang mampu
2. Tanggungan ahli warisnya
3. Kewajiban Negara
4. Kewajiban seluruh kaum muslimin
PILAR SISTEM EKONOMI ISLAM

KEPEMILIKAN 3

Cara DISTRIBUSI
Jenis
Kepemilikan Kepemilikan
Individu Halal 2
Umum Haram
PENGELOLAAN
Negara

Pembelanjaan Pengembangan
Halal Halal
Haram Haram
PILAR EKONOMI ISLAM

PENGELOLAAN KEPEMILIKAN

K. INDIVIDU K. UMUM K. NEGARA KEPEMILIKAN

INDIVIDU NEGARA PENGELOLA

Ekonomi Privat Ekonomi Negara SEKTOR

Konsumsi Produksi PENGELOLAAN

PERTANIAN PERDAGANGAN PERINDUSTRIAN BIDANG

Konsumsi Pertanahan Jual Beli (al Bai’) Industr &, HUKUM


(al Aradhi) dan Syarikah Ketenagakerjaan
PERAN NEGARA

Mewujudkan politik ekonomi Islam tentang jaminan


kebutuhan primer individu
Menyusun dan menerapkan kebijakan ekonomi
Kebijakan Pertanian
Kebijakan Industri
Kebijakan Perdagangan
Kebijakan Moneter
Pengelolaan kepemilikan umum dan negara melalui baitul
maal
Menjaga mekanisme pasar
Pengawasan dan penghukuman penjahat ekonomi
Menciptakan SDM unggul
DISTRIBUSI KEKAYAAN

Setiap Individu harus memperoleh jaminan


pemenuhan kebutuhan primer

Upaya mencapai keseimbangan ekonomi


(equilibrium)

Tercapai jika :
1. Terdapat kekayaan dalam masyarakat
2. Seluruh masyarakat menerapkan sistem Islam
DISTRIBUSI KEKAYAAN

Perbedaan kemampuan pikiran dan fisik

Kesenjangan Ekonomi

Distribusi kekayaan
1. Mekanisme ekonomi : baitul mal, larangan
menimbun emas dan perak
2. Mekanisme non ekonomi : zakat, waris
LANDASAN
EKONOMI ISLAM
 ‫ان االقتصاد االسالمي جزء من نظام االسالم الشامل اذا كان‬
‫ قد انفصل تماما عن الدين‬-‫بسبب ظروف نشأته‬- ‫االقتصاد الوضعي‬
‫فان أهم ما يميز االقتصاد االسالمي هو ارتباطه التام بدين االسالم‬
‫عقيدة و شريعة‬

 Sesungguhnya ekonomi Islam adalah bagian integral


dari sistem Islam yang sempurna. Apabila ekonomi
konvensional –dengan sebab situasi kelahirannya-
terpisah secara sempurna dari agama. Maka
keistimewaan terpenting ekonomi Islam adalah
keterkaitannya secara sempurna dengan Islam itu
sendiri, yaitu aqidah dan syariah. (Prof. Dr. Ahmad
Muhammad ‘Assal & Prof.Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim, An-Nizham
al-Iqtishadi fil Islam, Cairo, 1977, hlm.17-18)
 ‫واذا كان جزءا من االسالم الشامل فانه ال يمكن فصله عن‬
‫بقية االنظمة االسالمية من عقيدة وعبادة و أخالق‬
 Apabila ekonomi Islam menjadi bagian dari
Islam yang sempurna, maka tidak mungkin
memisahkannya dari sistem aturan Islam yang
lain ; dari aqidah, ibadah dan akhlak (Mabahits fil
Iqtishad al-Islamiy, hlm. 54)
‫وبناء على هذا فانه ال ينبغي لنا ان ندرس االقتصاد االسالمي‬
‫مستقال عن عقيدة االسالم و شريعته ألن النظام االقتصادي‬
‫االسالمي جزء من الشريعة ويرتبط كذالك بالعقيدة ارتباطا‬
‫أساسيا‬

Berdasarkan ini, maka tidak boleh kita mempelajari


ekonomi Islam secara berdiri sendiri yang terpisah dari
aqidah Islam dan syariahnya, karena sistem ekonomi
Islam bagian dari syariah Islam. Dengan demikian ia
terkait secara mendasar dengan aqidah (Prof. Dr. Ahmad
Muhammad ‘Assal & Prof.Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim, An-Nizham al-
Iqtishadi fil Islam, Cairo, 1977, hlm.17)
‫قد أتفق العلماء على أن المعامالت نفسها ضرورة بشرية‬

Halaman
14

 Ulama sepakat bahwa muamalat itu sendiri


adalah masalah kemanusiaan yang maha
penting (dharuriyah basyariyah)
Dalam konteks ini Allah
Berfirman :
 ‫صلَ َوات ُ َك تَأ ْ ُم ُر َك أَن نتْ ُر َك َمايَ ْعبُ ُد َءابَآ ُؤنَآ أ َ ْو أَن نَّ ْفعَ َل‬
َ َ ‫ْب أ‬ ُ ‫قَالُوا يَا‬
ُ ‫شعَي‬
‫نت ْال َح ِلي ُم الر ِشي ُد‬ َ َ ‫فِي أ َ ْم َوا ِلنَا َمانَشَا ُؤا ِإن َك أل‬

 Mereka berkata, “Hai Syu’aib, apakah agamamu yang


menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang
disembah oleh nenek moyang kami atau melarang
kami memperbuat apa yang kami kehendaki
tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah
orang-orang yang penyantun lagi berakal”
Masih kitab Al-Muamalah fil Islam

‫وهذه سنة مطردة في االنبياء عليهم السالم كما قال تعالى‬

Artinya : Muamalah ini adalah sunnah yang terus-menerus


dilaksanakan para Nabi AS, sebagaimana firman Allah
(hlm.16)
 ‫ان شقى الشريعة االسالمية و هما العبادات و المعامالت‬
‫يرتبطان ارتباطا عضويا و موضوعيا ببعضهما البعض‬

 Sesungguhnya dua sisi syariah Islam ialah ibadat


dan muamalat. Keduanya terkait laksana satu
tubuh dan keduanya satu tujuan, (yaitu dalam
rangka ibadah dan ketaatan kepada Sang Khalik
Allah Swt).
(Samir Abdul Hamid Ridwan, Aswaq al-Awraq al-Maliyah, IIIT, Cairo, 1996, hlm. 166)
HADITS-HADITS TENTANG EKONOMI
No Nama Kitab Hadits Jumlah Hadits Keterangan
Ekonomi
1 Shahih Bukhari 199 Al-Buyu’. Al-ijarah, Salam,dll
2 Shahih Muslim 115 Kitab al-buyu’

3 Sh. Ibn Hibban 179 Buyu’dan Al-Ijarah


4 Sh.Ibn Khuzaimah 300-an Al-buyu’
5 Sunan Abu Daud 290 Kitab al-Buyu’
6 Sunan at-Tirmizi 117 Kitab al-Buyu’
7 Sunan al-Nasa’iy 254 Kitab al-Buyu’
8 Sunan Ibnu Majah 170 Kitab at-Tijarah
9 Sunan al-Darimi 94 Kitab al-buyu;
10 Sunan Baihaqi 1145 Kitab al-buyu’dan al-ijarah
11 Muwatta’Malik 78 Buyu’,ijarah, musaqat
12 Musannaf Ibn Abi 1000-an 639 Bab
Syaibah
13 Musannaf A.Razzaq 1354 Kitab al-Buyu’
14 Mustadrak al-Hakim 245 Kitab al-buyu’
Belum termasuk Kitab Subulus Salam,
Bulughul Maram dan Nailul Authar
serta kitab hadits terbesar Musnad
Ahmad bin Hanbal
Kebangkitan Kembali Studi Ekonomi Islam

 Kesadaran dan keinginan umat Islam untuk


menghidupkan kembali ajaran muamalah maliyah yang
bersumber Alquran & Sunnah
 Terbebasnya negeri-negeri muslim dari penjajahan
 Ditemukannya sumber minyak di Timur Tengah sehingga
melahirkan negara-negara kaya (petro dolar)
 Kegagalan kapitalisme dalam menciptakan kesejahteraan
yang berkeadilan.
SEJARAH
PEMIKIRAN
EKONOMI ISLAM
Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam
• Great gap selama 500-an tahun dalam sejarah pemikiran ekonomi
pada dark age di barat (sebagaimana disinyalir oleh schumpeter).
Disisi lain dunia Islam justru mencapai kegemilangan.
• Terjadi Transformasi pemikiran ekonomi (demikian pula ilmu
pengetahuan secara umum) dari Islam ke barat pada abad
pertengahan. Banyaknya kesamaan/kemiripan antara pemikiran
sarjana muslim & barat, memunculkan beberapa dugaan :
a. terjadi dua kebetulan yg sama antara pemikiran sarjana
muslim dan barat.
b. sarjana barat dipengaruhi oleh pemikiran sarjana muslim.
c. sarjana barat melakukan plagiasi atas karya para sarjana
muslim
Komparasi Sejarah Pemikiran Ekonomi Dunia Islam & Barat
Plato, Aristoteles, Xenophon dll :
Abad 2-4 SM
Mengecam pembungaan uang
Ekonomi rumah tangga
Awal Masehi Abad ke 7 M:
Bibel :
Etika & moralitas, bisnis, riba dll Quran & Hadist
Sumber hukum tertinggi, pedoman hidup lengkap

g Abad 7-11M (fase dasar)


-Abu Yusuf (798)
r Keuangan negara, perpajakan, mekanisme harga
e Peranan negara, peranan pasar.
-Muh. Bin Hasan (750)
a Pentingnya perdagangan, pertanian, parteneship,
t Abad 10 Mudharabah, teori konsumsi .
-Abu Ubayd
Keuangan publik, kompesium ekonomi Rasulullah
g -Ibnu Maskawih
Peranan pertukaran uang, stabilitas emasb& moneter
a -Mawardi.
p Mekanisme pasar, peranan pengawas pasar, tanah

Abad 11-15 fase kedua


Abad 13 scholastik -Al Gazali (1111)
St. Thomas (1274): mengutuk bunga (dosa) Perilaku ekonomi, mekanisme pasar, stabilitas uang dan
Emas, elastisitas prmintaan, spesialisasi, perdagangan dll
-Ibnu Taimiyah (1328)
Mekanisme & konsep harga, mekanisme pasar bebas
Abad ke 16-18 Markantilisme Peranan pemerintah, beban pajak & uang dll
Jean Bodiin :hubungan uang, barang & monopoli -Ibnu Khaldun (1404)
Thomas Mun : manfaat dagang menjual>mengkonsumsi Pembagian keraj, uang & harga, produksi & distribusi
David Hume : hubungan uang-harga Perdagangan internasional, pertumbuhan & pemerataan
-Nasirudin Tusi (1442)
Political economy, peranan tabungan, perilaku konsumsi
Abad 17-18 Psiokrasi
Laissez faire laisszes passer
Quesney : perekonomian sistim yang analog
dg kehidupan biologis manusia

Abad ke 16-19 fase ketiga


Abad 18-19 Klasik Shah Waliullah 1762
Adam Smith 1776 : Tonggak ekonomi modern, Relasi ekonomi-sosial, larangan judi spekulasi, riba.
kemakmurantergantung proDuktifitas, manusia self Distribusi SDA, perpajakan, teori perilaku konsumsi.
interest, mekanisme pasar bebas, teori nilai, pembagian Muhammad Iqbal (1873-1938)
tenaga kerja dll. Kritik kapitalisme sosial, tugas negara, zakat
Robert Malthus 1798: Disekuilibrium pertumbuhan
penduduk & pangan, kontrol populasi. Abad 19
David Ricardo 1817: distribusi kekayaan, keunggulan
komparatif, analisis marjinal.
JB Say 1832 : keseimbangan demand supply.
J Stuart Mill 1873 : elastisitas permintaan
Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam
• Ekonomi Islam muncul pertama kali bersamaan dengan lahirnya ajaran
Islam (pada abad ke 7 M)karena ajaran Islam tidak hanya memberikan
panduan ritual, namun juga dalam kehidupan bermasyarakat.
• Sejarah perekonomian Islam pada dasarnya bersumber dari ide dan
praktek ekonomi yang dilakukan oleh Muhammad saw dan para
sahabatnya serta pengikutnya sepanjang zaman.
• Deversifikasi praktek ekonomi dilakukan masyarakat muslim setelah
masa nabi Muhammad saw, bisa dianggap sebagai acuan sejarah ekonomi
Islam selama tidak bertentangan dengan ajaran ekonomi Islam.
• Periodeisasi sejarah pemikiran ekonomi Islam dikategorikan menjadi :
1. Periode pertama (Masa awal Islam 450 H/1058M).
2. Periode kedua (450-850H/1058-1446M).
3. Periode ketiga (850-1350H/1446-1932M).
4. Periode kontemporer (1350H – sekarang/ 1932M – sekarang)
Sejaraha Ekonomi Islam.
(pada masa Rasulullah SAW)

• Ekonomi Islam diterapkan Rasulullah SAW setelah


hijrah dari Mekah ke Yathrib (Madinah).
• Setelah menata bidang politik dan pemerintahan
(konstitusional, tahap selanjutnya Rasulullah menata
bidang ekonomi & sosial.
Sejaraha Ekonomi Islam
(pada masa Raulullah SAW)

• Prinsip-prinsip kebijakan ekonomi Islam (pada masa Rasulullah SAW) adalah :


1. Kekuasaan tertinggi adalah Allah dan Allah adalah pemilik absolut atas
semua yang ada.
2. Manusia merupakan kalifah Allah di bumi tapi bukan pemilik yg
sebenarnya.
3. Semua yg dimiliki & didapat manusia adalah karena seizin Allah, oleh
karena itu saudara2nya yg kurang beruntung memiliki hak atas
sebagian kekayaannya.
4. Kekayaan tidak boleh ditumpuk atau ditimbun.
5. Kekayaan harus berputar
6. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuk harus dihilangkan.
7. Menghilangkan jurang perbedaan antar individu dalam perekonomian, hal
tersebut dapat menghapus konflik antar golongan.
8. Menetapkan kewajiban yg sifatnya wajib dan sukarela bagi semua
individu termasuk masyarakat miskin
Sejaraha Ekonomi Islam
(pada masa Raulullah SAW)
Sistim pencatatan penerimaan negara tersebut diawal pemerintahan
Rasulullah SAW tidak dilakukan, namun demikian bukti penerimaan
dan distribusi dilakukan dengan rapi, karena :
a. Jumlah orang Islam yg bisa membaca & menulis masih sedikit.
b. Sebagian besar bukti pembayaran dibuat sederhana baik
distribusi maupun penerimaan.
c. Sebagian dari zakat didistribusikan secara lokal.
d. Bukti penerimaan dari berbagai daerah berbeda-beda & tidak
umum digunakan.
e. Ghanimah umumnya dibagikan setelah terjadi peperangan.
Terima Kasih
Thank You
Syukria
KONSEP MAKRO EKONOMI ISLAM I
Oleh :
Juniar Endrawanto
• Islam memiliki khasanah fiqih
muamalah yang sangat kaya dan
luas, diantara khasanah tersebut
adalah prinsip Syirkah al Inan, al
Mudharabah, Bai’as Salam, bai’al
Istishna, Bai’al Murabahah, Ijarah,
hawalah, ar Rahn, al Wakalah, al
Qardh dan al Ajr wal Umulah.
• Khasanah fikih muamalah selain bersumber
dari Quran dan hadis juga bersumber dari Kitab
atau karya-karya para ulama antar lain :
1. al-Kindi, 2. al Ghazali,
3. Ibnu Rusd, 3. al-Khaawrizmi,
4. Ibnu Khaldun, 5. Ibnu Haitam,
6. Ibnu Hazm, 6. al-Farabi,
7. Jabir Ibnu Hayam, 8. Ibnu Sina,
9. Ibnu hajja. 10. Ar razi dll.
Bahkan beberapa ekonom barat yang terinspirasi karya ekonom
muslim
adalah :
• Teori Pareto Optimum diambil dari kitab Nahjul Balaqah Imam
Ali.
• Abu Yusuf (798 M) dalam kitabnya al-Kharaj yang menulis
tentang tanggung jawab ekonomi pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan rakyat.
• Adam Smith (1776) dengan bukunya The Wealt of Nation banyak
terinspirasi oleh buku al-Amwal-nya Abu Ubaid (838 M).
• Teori Leffer’s Curve yang diciptakan oleh Leffer (penasehat
ekonomi Presiden Ronald Reagan) teori ini diciptakan pada saat
krisis yang melanda Amerika diakhir masa jabatan Reagen yang
pertama dan terori ini cukup ampuh untuk menanggulangi krisis
tsb. Leffer berterus terang bahwa teorinya terinspirasi oleh buku
Ibnu Khaldun (1404 M).
Dalam buku The Wealth of Nation karya Adam Smith (1776 M)
yang terdiri dari lima jilid.
Dalam jilid ke lima bab pertama, Adam Smith
membandingkan masyarakat dengan tingkat perekonomian
yang berbeda (bangsa dengan ekonomi terbelakang dan
bangsa dengan ekonomi maju)

Contoh masyarakat terbelakang adalah masyarakat Indian di


Amerika, sedangkan contoh masyarakat ekonomi maju
adalah bangsa Arab dan Tartar.
Adam Smith menjelaskan, bangsa arab
yang dimaksud adalah yang dipimpin
oleh :

“Mohamet and his immediate


successor”
atau lebih tepatnya Rasululloh saw dan
Khulafaur Rasyidin
Tepatnya pada 774 M, Raja Offa yang
berkuasa di Inggris ketika itu mencetak koin
emas yang merupakan direct copy dari
dinar Islam berikut tulisan Arabnya.
Yang uniknya koin (uang) tersebut
mencatumkan kalimat Laa ilaaha illallah,
Muhammad Rasululloh dan juga dua buah
salib kecil, karena Raja Offa bergama Nasrani.
Kebijakan fiskal di zaman
Rasulullah saw

• Kharaj (sejenis pajak tanah),


• Zakat, kums (pajak 1/5),
• jizya (sejenis pajak atas badan orang non Muslim) dan
• penerimaam lain-lain (diantaranya Kaffarah/denda).
• Ushr (pajak)
• Ghanimah (pampasan perang)
• Amwal Fadhla (Muslim yg meninggal tanpa ahli waris).
• Nawaib (pajak bagi kaum muslim yg kaya u/ keperluan
negara yg sifatnya darurat.
Kebijakan fiskal di zaman
Rasulullah SAW

Sumber penerimaan negara


meliputi
Dari kaum muslim Dari kaum non muslim Dari masyarakat umum
1. Zakat.
2. Ushr (5-10%) 1. ghanimah.
3. Ushr (2,5%) 2. Fa
4. Zakat fitrah. 1. jizya. 3. Uang tebusan
5. Wakaf. 2. Kharaj 4. Pinjaman dari kaum
6. Amwal Fadhla 3. Ushr (5%) muslim
7. Nawaib 5. Hadiah dari pemimpin/
8. Sadaqah yag lain negara lain
9. khums
• Penerimaan zakat dan kums dihitung secara proporsional,
secara ekonomi hal ini akan menciptakan built-in stability
(hal ini akan menstabilkan harga dan menekan inflasi).
• Sistim zakat perniagaan dihitung dari hasil usaha (tax on
quasi rent) sehingga tidak mempengaruhi harga dan
jumlah penawaran. Ini berbeda dengan sistim Pajak
pertambahan nilai (Ppn) yang ada sekarang yg dihitung
atas harga barang, sehingga harga barang bertambah
mahal dampak jumlah yang ditawarkan lebih sedikit (up-
ward shift on supply curve).
• Sedangkan zakat ternak, Islam menerapkan sistim yang
progresif untuk memberi insentif peningkatan produksi.
Makin banyak ternak yang dimiliki makin kecil zakat yang
harus dibayar, ini akan mendorong skala produksi yang
lebih besar dan terciptanya efisiensi biaya.
Kebijakan fiskal di zaman
Rasulullah saw

Disisi pengeluaran, terdiri dari pengeluaran


untuk :
• dakwah,
• pendidikan dan kebudayaan,
• iptek,
• hankam,
• kesejahteraan
• social dan
• belanja pegawai
Peranan Institusi keuangan publik
• Peranan Baitul Maal (Keuangan Publik)
adalah
1. Menampung sumber penerimaan negara dan mendistribusikannya ke
berbagai sektor.
2. Pengelolaan keuangan negara langsung dibawah pengawasan
Rasulullah dengan sekretaris khusus.
3. Sebagian besar disalurkan untuk kebutuhan ekonomi, social dan
budaya.
4. Sistim distribusidan sangat fleksibel (tidak birokratis)
Kebijakan moneter sejak zaman Rasulullah
SAW
• Kebijakan dilaksanakan tanpa mungganakan instrumen bunga.
• Perekonomian jazirah Arab sebagian besar adalah sektor perdagangan
(bukan ekonomi yang berbasis sumber daya alam).
• Mitra dagang terbesar adalah Parsia dan Roma.
• Persyaratan untuk melakukan transakasi adalah alat pembayaran yang
dapat dipercaya yaitu Dinar dan Dirham.
1. kedua koin tersebut memiliki berat yang tetap dan
2. memiliki kandungan emas dan perak yang tetap,
3. nilai satu dinar sama denga sepuluh dirham.
• Secara alamiah transaksi yang beredar didaerah Mesir atau Syam
menggunakan Dinar sebagai alat tukar, sementara di kekaisaran Persia
menggunakan Dirham.
• Ekspansi yang dilakukan Islam ke wilayah Kekaisaran Persia dan Roma
menyebabkan perputaran uang semakin meningkat.
• Selama pemerintahan Nabi uang tidak dipenuhi dari keuangan negara
semata melainkan dari hasil perdagangan dengan luar negri.
Kebijakan moneter sejak zaman Rasulullah
SAW

• Karena tidak adanya pemberlakukan tariff dan bea


masuk pada barang impor, uang diimpor dalam jumlah
cukup untuk memenuhi permintaan internal.
• Pada sisi lain nilai emas dan perak pada kepingan
Dirham maupun Dinar sama dengan nilai nominal (face
velue) uanganya (sehingga dapat dipergunakan
sebagai hiasan atau ornamen).

Dapat disimpulkan bahwa awal periode Islam penawaran


uang
(Money Supply) terhadap pendapatan sangat elastis.
Kebijakan moneter sejak zaman Rasulullah
SAW

• Selain Dirham dan Dinar, alat pembayaran yang


digunakan pada awal periode Islam khususnya para
pedagang besar dan bereputasi tinggi adalah :
1. Surat wesel dagang dan
2. Surat hutang
• Meningkatnya perdagangan antara Yaman dan Syam
menciptakan kemungkinan untuk menerbitkan dan
menerima alat pembayaran lainnya yaitu surat wesel
tagih atau surat hutang diantara pedagang,
• Pada masa kekalifahan Umar Ibn Khatab, diterbitkannya
surat pembayaran yg disebut dengan Saq, yg saat ini
dikenal dg sebutan “cek” yang penggunaannya dapat
diterima masyarakat.
Antisipas kebijakan moneter zaman
Rasulullah SAW

• Pemercepatan peredaran uang.


Dengan sistim pemerintahan yang legal dan perangkat
hukum yang tegas dalam menentukan peraturan etika
dagang dan penggunaan uang, maka hal-hal yang dilarang
adalah :
1. Larangan terhadap Kanz (penimbunan uang untuk spekulasi)
cenderung mencegah dinar dan dirham kelaur dari perputaran.
2. Larangan praktek bunga mencegah tertahannya uang ditangan
pemilik modal.
Sedangkan pemercepatan peredaran uang, Rasul
mendorong masyarakat untuk mengadakan kontrak
kerjasama dan mendesak mereka untuk memberikan
pinjaman tanpa bunga sehingga lebih memeprkuat
peredaran uang.
Antisipas kebijakan moneter zaman
Rasulullah SAW
• Kebijakan fiskal terhadap nilai uang.
1. Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada
kaum Muslim dalam melakukan aktivitas produktif
dan ketenagakerjaan.
2. Rasulullah mendesak golongan Anshar dan Muhajirin
untuk melakukan perjanjian Mudharabah (bagi hasil),
Muzara’a (pembagian panen) dan Musaqat (satu pihak
menyediakan kebun, pihak lain mengatur irigasi dan j
jasa tenaga kerja).

dengan kerjasama ini meningkatkan penawaran agregat


masyarakat yang berdampak pada stabilitas nilai uang
ketingkat equilibrium yang tinggi.
Antisipas kebijakan moneter zaman
Rasulullah SAW
• Mobilisasi dan utilitas tabungan.
Pihak pemilik dana dan enterprenuer bekerjasama dengan
exente agreement share yang menghasilkan nilai tambah.
Karena kegiatan ekonomi saat itu adalah jasa, agricultural,
perdagangan, dan kerajinan, bentuk hukum yang sesui
kegiatan tersebut adalah Mudharabah, Muzara’ah, Musaqat
dan Musyarakah.
Tabungan yang dimiliki oleh masyarakat (investor)
dialokasikan untuk perdagangan dan Kerajinan, sedangkan
assets fisik seperti tanah peralatan digunakan untuk
gricultural.

Dengan bimbingan Rasulullah kaum Muhajirin dan Ansar


bekerjasama dengan share 50% :50%
Kebijakan Fiskal Khalifah Umar ibnu
Khatab

• Administrasi telah ditata dengan dengan


pencatatan double entry system,
penataan ini sejalan dengan makin
bertambahnya pemeluk Islam dan luas
wilayahnya
• Selain Baitul Maal pusat didirikan pula
Baitul Maal distrik, propinsi dan lokal
Kebijakan Fiskal Khalifah Umar ibnu
Khatab
• Disisi pengeluaran, pembangunan infrastruktur mendapat
perhatian besar.
• Memerintahkan Gubernur Mesir, Amr Ibn Ash untuk
membelanjakkan sepertiga APBN untuk :
1. Melakukan penggalian kanal dari Fustat (Kairo) ke Suez
untuk memudahkan transoprtasi dagang antara
semenanjung Arab dan Mesir.
2. Juga membangun dua kota bisnis : Kufa (untuk bisnis
dengan Romawi) dan Basra (bisnis dengan Persia).

Catatan
APBN jarang sekali mengalami defisit, karena pengeluaran hanya
dilakukan apabila ada pemasukan (sistim cash bassis).
Kebijakan Moneter Khalifah Umar ibnu
Khatab

• Diiterbitkannya surat pembayaran cek


yang penggunaannya dapat diterima
masyarakat.
• Menginstruksikan untuk mengimpor
sejumlah barang dagangan dari Mesir ke
Madinah, karena barang yang diimpor
dalam jumlah yang besar sehingga
distribusinya menjadi terhambat, Oleh
karena itu Khalifah Umar menerbitkan
saq/cek kepada yang berhak
Kebijakan Fiskal pada jaman khlifah Ali bin
Abuthalib
Tugas Baitul Maal diatur dan diuraikan sebagi
berikut :
• Mengatur dan mengurus permasalah dan
kebutuhan masyarakat.
• memeperbaharui kota tua dan membangun
yang baru.
• mengumpulkan kharaj.
• mempersiapkan pertahanan negara.
Kebijakan pembangunan pada jaman khlifah Ali bin
Abuthalib

• Pembangunan sektor-sektor umum yang


diorganisasi masing-masing distrik.
• Penetapan secara rinci tingkat ekonomi
dalam masyarakat dan menjamin bagian
masing-masing orang (Ia mengatakan
setiap individu mendapatkan bagian
pada pendapatan nasional)
• Menekankan kepada para gubernur
untuk benar-benar mendistribusikan
pendapatan kepada kelompok
masyarakat sehingga tercapailah
Kebijakan Moneter pada jaman khlifah
Ali bin Abuthalib
• Dinar dan Dirham merupakan satu-
satunya mata uang yang dipakai.
• Pada masa pemerintahan Imam Ali, Islam
mencetak uang sendiri, namun demikian
masa pemerintahan Imam Ali tidak terlalu
lama (-/+ 4 tahun), sehingga uang yang
dicetak tersebut tidak dapat beredar
luas. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa penawaran uang selama masa itu
sama seperti pada masa Nabi
Kesimpulan
• Tidak ada satu pun instrumen
kebijakan moneter yang digunakan
pada masa awal periode keislaman.
• Karena penggunaan uang sebagai
alat tukar, tidak ada alasan untuk
melakukan perubahan supply uang
melalui kebijakan diskresioner.
KONSEPMAKRO
EKONOMI ISLAMII
(Sektor Keuangan)

Oleh :
Juniar Endrawanto
Pandangan Islam terhadap
harta & kegiatan ekonomi
• Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada dimuka bumi
ini, termasuk harta benda, adalah Allah SWT (kepemilikan oleh
manusia hanya bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan
amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan
ketentuanNya).
• Status harta yang dimiliki manusia adalah :
1. Harta sebagai amanah (titipan, as a trust) dari Allah SWT.
2. Einstain berpendapat, manusia tida mampu menciptakan
energi, yang mampu manusia lakukan adalah mengubah
dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain.
5. Harta sebagai perhiaasan hidup yang memungkinkan
manusia bisa meninkmati dengan baik dan tidak berlebihan.
6. Harta sebagai ujian keimanan. (menyangkut cara
mendapatkan dan memanfaatkan.
7. Harta sebagai bekal ibadah
Pandangan Islam terhadap
harta & kegiatan ekonomi
• Pemilikan harta dapat dilakukan antara lain melalui usaha
(a’mal) atau mata pencaharian (ma’isyah).
• Dilarang mencari harta, berusaha atau bekerja yang dapat melupakan
kematian (Q.S. At Takatsur: 1-2), melupakan Dzikurullah (Q.S. Al
Munafiqun: 9), Melupakan shalat & Zakat (Q.S. An Nur: 37), dan
memusatkan kekayaan pada sekelompok orang saja (Q.S. Al Hasyr: 7).
• Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti :
1. Kegiatan Ribawi (Q.S. Al Baqarah: 275-281).
2. Berjual beli barang yang dilarang atau haram (Q.S. Al Maidah: 90-91).
3. Mencuri/merampok/penggasaban (Q.S. Al Maidah: 38).
4. Curang dalam takaran dan timbangan (Q.S. Al Muthaffifin: 1-6).
5. Melalui cara-cara yang bathil dan merugikan (Q.S. Al Baqarah: 188).
6. Melalui cara suap menyuap (H.R Imam Ahmad).
Sektor Lembaga Keuangan
1. Secara implisit didalam Al Quran dan Hadist
tidak tercantum istilah “bank”.
2. Fungsi perbankan secara partial telah
diaplikasikan sejak zaman Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin (yaitu menerima
simpanan, menyalurkan dana dan
memberikan jasa pengiriman uang)
Sektor Lembaga Keuangan
Fungsi perbankan secara partial (satu orang melakukan satu
fungsi dari perbankan) tersebut adalah :
• Rasulullah SAW yang dikenal dengan julukan al Amin, dipercaya oleh
masyarakat Mekah untuk menerima simpanan harta, sehingga pada saat hijrah
ke Madinah, beliau meminta kepada syaidina Ali ra untuk mengembalikan
semua titipan itu kepada yang memiliki, yang dititipi tidak dapat
memanfaatkan harta titipan tersebut. (Wadiah ad Amanah).
• Sahabat Rasulullah, Zubair bin al Awwam lebih suka menerima titipan dalam
bentuk pinjaman yang memiliki hak untuk memanfaatkan (Wadiah at
Dhomanah). Karena bentuknya pinjaman maka ia wajib mengembalikan utuh.
• Penggunaan cek (media pembayaran yang pada waktu itu istilahnya “saq”)
telah dikenal luas sejalan dengan meningkatnya perdagangan antara negeri
Syam dan Yaman.
• Bahkan di zaman Umar bin Khattab ra beliau menggunakan cek untuk
membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan cek tersebut
kemudian mereka mengambil gandum di Baitul Mal.
• Pemberian modal untuk modal kerja berbasis bagi hasil, seperti Mudharabah,
Musyarakah, Muzara’ah, Musaqah telah dikenal sejak awal diantara kaum
Muhajirin dan kaum Anshar.
Sektor Lembaga Keuangan
• Ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh satu individu tumbuh dan
berkembang dizaman Bani Abbasiyah, dan lebih berkembang pesat
lagi setelah beredarnya jenis mata uang
• Pada zaman Abbasiyah, pada saat pemerintahan Muqtadir (908-932 M).
Saat itu setiap wazir mempunyai bankir sendiri, misalnya Ibnu Abi Isa
menunjuk Ali Ibn Isa ; Hamid Ibnu Wahab mnunjuk Ibrahim Ibnu
Yuhana.
• Kemajuan praktik perbankan pada zaman itu ditandai dengan
beredarnya alat pembayaran saq (cek) sangat luas sebagai media
pembayaran.
• Perbankan saat itu tidak menggunakan konsep bunga dalam
operasionalnya, namun menggunakan konsep bagi hasil disisi
penghimpunan dananya, dan jual beli, gadai, sewa dan bagi hasil disisi
pembiayaannya.

Anda mungkin juga menyukai