EKONOMI ISLAM
Oleh :
Datri Nurmansyah,S.Pd.I
FALSAFAH EKONOMI ISLAM
Oleh
Datri Nurmansyah,S.Pd.I
“Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bagianmu dari
(kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
(al-Qashash 77)
Falsafah Ekonomi Islam
1. Kegiatan ekonomi diorientasikan bagi pencapaian
kebahagiaan hidup di akhirat
2. Ekonomi diarahkan bagi tercapainya kesejahteraan,
kemajuan material dan kebahagiaan hidup manusia di
dunia
3. Kegiatan ekonomi harus dilakukan dalam pola interaksi
sesama manusia secara baik
4. Harus dihindari kegiatan ekonomi yang merusak fisik
maupun tatanan kehidupan manusia
Hidup di Dunia
Lahir Mati
Kehidupan Kehidupan
sebelum dunia Kehidupan dunia setelah Dunia
Fikrah kulliyah
Qaidah fikriyah
DICIPTAKAN ALLAH
UNTUK APA MANUSIA HIDUP?
Makna Khusus
Aktivitas hubungan dengan Allah
(Shalat, puasa, Zakat, do’a, dll)
Makna Umum
Segala aktivitas manusia
AMAL BERNILAI IBADAH
Amal Terbaik
Istilah Ekonomi:
Eko (mengatur) dan Nomos (rumah tangga) = Greek (Yunani Kuno); Maka, ekonomi
berarti kegiatan mengatur urusan harta kekayaan, baik yang berkaitan dengan: (1)
memperbanyak jumlah, dan (2) menjaga pengadaannya, maupun (3) tatacara
pendistribusiannya kepada masyarakat.
Bidang Ekonomi
Kepemilikan Negara
(State’s Ownership)
Asas dan Kaidah
Sistem Ekonomi Distribusi
(Distribution) Menjamin Kebutuhan per
Islam
Individu Warga Negara
Kebutuhan Mewah
(Luxury Needs)
Human Needs
Kebutuhan Khilafah Islam
Manusia
Pendidikan (Needs
for Education)
Keamanan (Needs
for Savety)
II- Kepemilikan :
Definisi Kepemilikan:
Izin pembuatan syariat (as-syari’) untuk memanfaatkan zat dan jasa tertentu, yang
menyebabkan pemiliknya berhak mendapatkan kegunaan (utility)-nya, serta mendapatkan
kompensasi darinya.
Bentuk Kepemilikan:
Kepemilikan Negara
Harta yang merupakan hak seluruh kaum
(State’s Ownership) Muslim, sedangkan pengelolaannya
menjadi wewenang Khalifah.
Tatacara Memiliki:
Shahih (Benar)
Batil (Salah)
Sebab Kepemilikan Islam:
Menghidupkan
Waris Tanah Mati
Musaqat
Pemberian
Ijarah
Negara
Pengembanga
Perdagangan (Tijarah)
n Harta
Sebab Kepemilikan
Pembelian Lahan
Tahjir: Memagari
Ekstensifikasi Tanah
Pertanian Ihya’ al-Mawat:
Menghidupkan Tanah Mati
Iqtha’ ad-Dawlah:
Pemberian Negara pd Petani
Pengembangan
Tanah Pertanian
Wajib Mengelola Tanah
Pertanian
Intensifikasi Tanah
Pertanian
Haram Menyewakan
Tanah Pertanian
Sebab Pengembangan
Hukum Perdagangan:
Halal
Perdagangan
Domestik
Jual-Beli
Salam Barang dg
Barang
Istishna’
Bentuk Perdagangan
ِ
ْ َصنـَ ِع يَأ ُخـ ُذ ُح ْك َم الماَ َدة الَّتِ ْي ي
:صنَ ُـع َها ْ الم
َ ُح ْك ُـم
Hukum pabrik (kilang) mengikuti hukum barang yang
diproduksinya.
Produk Halal
(Pabrik / Milik Individu
Kilang yang
halal)
Produk
Haram Milik Negara
(Pabrik /
Kilang yang
haram)
Hukum Syarikah:
Sepakat
Melakukan
Syarikah Belum
Akad Syar’i: Sepakat Sah
Ijab dan Qabul Memberikan
Modal
Sepakat
Hukum Syarikah Orang yang Boleh Sah
Melakukan
dalam Islam Melakukan Tasharruf
Syarikah dalam
Urusan Tertentu
Barang
Obyek Akad: Sesuatu
yang Bisa Diakadkan Sah
Jasa
Syarikah adalah akad antara dua orang atau lebih, yang keduanya sepakat
untuk melakukan kerjasama dalam bentuk kekayaan dengan tujuan untuk
mencari keuntungan.
Syarikah Amlak: Zat
Barang Pemburan
Syarikah
Bentuk Syarikah
Syarikah Abdan: Badan-
dalam Islam Badan(-)Harta Gila
Mudharabah: Mati
Badan(+)Harta
Mahjur
Syarikah Uqud: Syarikah Wujuh: Badan-
Pengembangan Harta Badan(+)Harta Orang Lain
Dibubark
an
Semua Kerugian Badan-Badan(+)Harta
Sepihak
Pembelian Berdua
Dikembalikan kepada
Harta dan Pemiliknya,
Sementara Keuntungan Mufawadhah: Gabungan
Milik Kedua Belah Pihak. Syarikah
Hukum Syarikah Kapitalis:
Asuransi: Kerjasama
Penjaminan Tidak Dijalankan oleh
Badan tapi Modal
Hukumnya Haram
Tasharruf yang Diharamkan:
Isyraf - Tabdzir
Taqtir (Kikir-Bakhil)
Syarikah Kapitalis
Ihtikar
Mematok Harga
IV- Kepemilikan Umum:
Haram
Fasilitas Umum: Hilangnya Fasilitas
Umum ini Menyebabkan Sengketa bagi
Masya-rakat
Fai’, Ghanimah, Anfal: Ghanimah dan Anfal adalah harta rampasan yang diperoleh
melalui peperangan. Sementara Fai’ adalah harta rampasan yang ditinggalkan musuh,
tanpa melalui peperangan.
Khumus: khumus di sini adalah seperlima dari harta rampasan perang (ghanimah).
Kharaj: Hak kaum Muslim yang ditetapkan pada tanah yang telah dijadikan rampasan
perang dari kaum Kufar, baik melalui peperangan, maupun perdamaian.
Jizyah: hak yang diberikan oleh Allah dari kalangan kaum Kufar kepada kaum Muslim
karena ketundukan mereka kepada sistem Islam.
Dharibah dan ‘Usyur (Bea Cukai): Harta yang diwajibkan oleh Allah kepada kaum Muslim
untuk dibelanjakan pada kebutuhan yang diwajibkan kepada mereka, sementara tidak ada
harta di Baitul Mal.
Harta haram: Hasil korupsi, keuntungan dari perdagangan yang diharamkan, seperti
Narkoba, dll.
Harta Kalalah:
Alfred Marshal
Pernyataan normatif.
Kemiskinan di negara-negara berkembang
tidak seharusnya semakin memburuk.
Pernyataan positive.
Kemiskinan di negara-negara berkembang
semakin buruk
Ekonomi konvensional
1. Aspek positif dan aspek normative terpisah.
2. Fakta ekonomi merupakan suatu
independen terhadap norma.
3. Tidak ada kausalitas antara norma dan
fakta.
atau realitas ekonomi merupakan suatu yg
bersifat independen, dan karena bersifat
objective dan akhirnya berlaku universal
Contoh pernyataan :
Hukum penawaran,
jika suatu barang meningkat, maka jumlah barang
yang ditawarkan meningkat.
cateris paribus adalah pernyataan positif
Hukum tersebut berlaku karena para produsen
memandang bahwa kenaikkan harga barang adalah
kenaikkan pendapatan, dan motivasi produsen adalah
mencetak pendapatan (keuntungan) setinggi tingginya
produsen mengharuskan mencari keuantungan maksimum
adalah pernyataan normative
Ekonomi Islam pada dasarnya mengedepankan
pendekatan integratif antara normative economics
dan positif economics.
Islam menempatkan nilai yang tercermin dalam
etika pada posisi yang lebih tinggi, jadi etika harus
menjadi kerangka awal dalam ilmu ekonomi (etika
lah yg harus menguasai ekonomi, bukan
sebaiknya)
Metodologi Ekonomi Islam
Fiqh Muamalah
Sejarah -Nilai Ekonomi Islam
Islam -Prinsip Ekonomi Islam
Metode Konsumsi
Deduksi
Produksi
Teori
Realitas Metode
Ekonomi
Distribusi
ekonomi Induksi
Makro Ekonomi
Karakteristik Ekonomi Islam
Kerja.
Kompensasi.
Efisiensi.
Profesionalisme.
Kecukupan.
Pemerataan kesempatan.
Kebasan.
Kerjasama
Persaingan.
Keseimbangan.
Solidaritas.
Informasi simetri
Basis kebijakan ekonomi islam
Penghapusan riba.
Pelembagaan zakat.
Pelarangan gharar.
Tujuan :
Fallah
Ekonomi Islam
Tercapai karena :
1. Kewajiban bekerja setiap individu yang mampu
2. Tanggungan ahli warisnya
3. Kewajiban Negara
4. Kewajiban seluruh kaum muslimin
PILAR SISTEM EKONOMI ISLAM
KEPEMILIKAN 3
Cara DISTRIBUSI
Jenis
Kepemilikan Kepemilikan
Individu Halal 2
Umum Haram
PENGELOLAAN
Negara
Pembelanjaan Pengembangan
Halal Halal
Haram Haram
PILAR EKONOMI ISLAM
PENGELOLAAN KEPEMILIKAN
Tercapai jika :
1. Terdapat kekayaan dalam masyarakat
2. Seluruh masyarakat menerapkan sistem Islam
DISTRIBUSI KEKAYAAN
Kesenjangan Ekonomi
Distribusi kekayaan
1. Mekanisme ekonomi : baitul mal, larangan
menimbun emas dan perak
2. Mekanisme non ekonomi : zakat, waris
LANDASAN
EKONOMI ISLAM
ان االقتصاد االسالمي جزء من نظام االسالم الشامل اذا كان
قد انفصل تماما عن الدين-بسبب ظروف نشأته- االقتصاد الوضعي
فان أهم ما يميز االقتصاد االسالمي هو ارتباطه التام بدين االسالم
عقيدة و شريعة
Sesungguhnya ekonomi Islam adalah bagian integral dari
sistem Islam yang sempurna. Apabila ekonomi
konvensional –dengan sebab situasi kelahirannya- terpisah
secara sempurna dari agama. Maka keistimewaan
terpenting ekonomi Islam adalah keterkaitannya secara
sempurna dengan Islam itu sendiri, yaitu aqidah dan
syariah. (Prof. Dr. Ahmad Muhammad ‘Assal & Prof.Dr. Fathi Ahmad
Abdul Karim, An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, Cairo, 1977, hlm.17-18)
ال يمكن فصله عنmواذا كان جزءا من االسالم الشامل فانه
بقية االنظمة االسالمية من عقيدة وعبادة و أخالق
Apabila ekonomi Islam menjadi bagian dari Islam
yang sempurna, maka tidak mungkin
memisahkannya dari sistem aturan Islam yang lain
; dari aqidah, ibadah dan akhlak (Mabahits fil Iqtishad
al-Islamiy, hlm. 54)
وبناء على هذا فانه ال ينبغي لنا ان ندرس االقتصاد االسالمي
مستقال عن عقيدة االسالم و شريعته ألن النظام االقتصادي
االسالمي جزء من الشريعة ويرتبط كذالك بالعقيدة ارتباطا
أساسيا
Halaman
14
St. Thomas (1274): mengutuk bunga (dosa) Perilaku ekonomi, mekanisme pasar, stabilitas uang dan
Emas, elastisitas prmintaan, spesialisasi, perdagangan dll
-Ibnu Taimiyah (1328)
Mekanisme & konsep harga, mekanisme pasar bebas
Abad ke 16-18 Markantilisme
Peranan pemerintah, beban pajak & uang dll
Jean Bodiin :hubungan uang, barang & monopoli -Ibnu Khaldun (1404)
Thomas Mun : manfaat dagang menjual>mengkonsumsi Pembagian keraj, uang & harga, produksi & distribusi
David Hume : hubungan uang-harga Perdagangan internasional, pertumbuhan & pemerataan
-Nasirudin Tusi (1442)
Political economy, peranan tabungan, perilaku konsumsi
Abad 17-18 Psiokrasi
Laissez faire laisszes passer
Quesney : perekonomian sistim yang analog
dg kehidupan biologis manusia
Catatan
APBN jarang sekali mengalami defisit, karena pengeluaran hanya
dilakukan apabila ada pemasukan (sistim cash bassis).
Kebijakan Moneter Khalifah Umar ibnu
Khatab
• Diiterbitkannya surat pembayaran cek yang
penggunaannya dapat diterima masyarakat.
• Menginstruksikan untuk mengimpor sejumlah barang
dagangan dari Mesir ke Madinah, karena barang yang
diimpor dalam jumlah yang besar sehingga distribusinya
menjadi terhambat, Oleh karena itu Khalifah Umar
menerbitkan saq/cek kepada yang berhak
menerimannya
Kebijakan Fiskal pada jaman khlifah Ali bin
Abuthalib
Tugas Baitul Maal diatur dan diuraikan sebagi berikut :
• Mengatur dan mengurus permasalah dan kebutuhan
masyarakat.
• memeperbaharui kota tua dan membangun yang
baru.
• mengumpulkan kharaj.
• mempersiapkan pertahanan negara.
Kebijakan pembangunan pada jaman khlifah Ali bin
Abuthalib
• Pembangunan sektor-sektor umum yang diorganisasi
masing-masing distrik.
• Penetapan secara rinci tingkat ekonomi dalam
masyarakat dan menjamin bagian masing-masing
orang (Ia mengatakan setiap individu mendapatkan
bagian pada pendapatan nasional)
• Menekankan kepada para gubernur untuk benar-benar
mendistribusikan pendapatan kepada kelompok
masyarakat sehingga tercapailah kesejahteraan dan
keadilan.
Kebijakan Moneter pada jaman khlifah
Ali bin Abuthalib
• Dinar dan Dirham merupakan satu-satunya mata
uang yang dipakai.
• Pada masa pemerintahan Imam Ali, Islam mencetak
uang sendiri, namun demikian masa pemerintahan
Imam Ali tidak terlalu lama (-/+ 4 tahun), sehingga
uang yang dicetak tersebut tidak dapat beredar luas.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penawaran
uang selama masa itu sama seperti pada masa Nabi
Muhammad.
Kesimpulan
• Tidak ada satu pun instrumen kebijakan
moneter yang digunakan pada masa awal
periode keislaman.
• Karena penggunaan uang sebagai alat tukar,
tidak ada alasan untuk melakukan perubahan
supply uang melalui kebijakan diskresioner.
KONSEP MAKRO
EKONOMI ISLAM II
(Sektor Keuangan)
Oleh :
Juniar Endrawanto
Pandangan Islam terhadap
harta & kegiatan ekonomi
• Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini,
termasuk harta benda, adalah Allah SWT (kepemilikan oleh manusia
hanya bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola
dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya).
• Status harta yang dimiliki manusia adalah :
1. Harta sebagai amanah (titipan, as a trust) dari Allah SWT.
2. Einstain berpendapat, manusia tida mampu menciptakan
energi, yang mampu manusia lakukan adalah mengubah dari satu
bentuk energi ke bentuk energi lain.
5. Harta sebagai perhiaasan hidup yang memungkinkan
manusia bisa meninkmati dengan baik dan tidak berlebihan.
6. Harta sebagai ujian keimanan. (menyangkut cara
mendapatkan dan memanfaatkan.
7. Harta sebagai bekal ibadah
Pandangan Islam terhadap
harta & kegiatan ekonomi
• Pemilikan harta dapat dilakukan antara lain melalui usaha (a’mal) atau mata
pencaharian (ma’isyah).
• Dilarang mencari harta, berusaha atau bekerja yang dapat melupakan kematian
(Q.S. At Takatsur: 1-2), melupakan Dzikurullah (Q.S. Al Munafiqun: 9),
Melupakan shalat & Zakat (Q.S. An Nur: 37), dan memusatkan kekayaan pada
sekelompok orang saja (Q.S. Al Hasyr: 7).
• Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti :
1. Kegiatan Ribawi (Q.S. Al Baqarah: 275-281).
2. Berjual beli barang yang dilarang atau haram (Q.S. Al Maidah: 90-91).
3. Mencuri/merampok/penggasaban (Q.S. Al Maidah: 38).
4. Curang dalam takaran dan timbangan (Q.S. Al Muthaffifin: 1-6).
5. Melalui cara-cara yang bathil dan merugikan (Q.S. Al Baqarah: 188).
6. Melalui cara suap menyuap (H.R Imam Ahmad).
Sektor Lembaga Keuangan
1. Secara implisit didalam Al Quran dan Hadist
tidak tercantum istilah “bank”.
2. Fungsi perbankan secara partial telah
diaplikasikan sejak zaman Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin (yaitu menerima simpanan,
menyalurkan dana dan memberikan jasa
pengiriman uang)
Sektor Lembaga Keuangan
Fungsi perbankan secara partial (satu orang melakukan satu
fungsi dari perbankan) tersebut adalah :
• Rasulullah SAW yang dikenal dengan julukan al Amin, dipercaya oleh
masyarakat Mekah untuk menerima simpanan harta, sehingga pada saat hijrah
ke Madinah, beliau meminta kepada syaidina Ali ra untuk mengembalikan
semua titipan itu kepada yang memiliki, yang dititipi tidak dapat memanfaatkan
harta titipan tersebut. (Wadiah ad Amanah).
• Sahabat Rasulullah, Zubair bin al Awwam lebih suka menerima titipan dalam
bentuk pinjaman yang memiliki hak untuk memanfaatkan (Wadiah at
Dhomanah). Karena bentuknya pinjaman maka ia wajib mengembalikan utuh.
• Penggunaan cek (media pembayaran yang pada waktu itu istilahnya “saq”) telah
dikenal luas sejalan dengan meningkatnya perdagangan antara negeri Syam dan
Yaman.
• Bahkan di zaman Umar bin Khattab ra beliau menggunakan cek untuk
membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan cek tersebut
kemudian mereka mengambil gandum di Baitul Mal.
• Pemberian modal untuk modal kerja berbasis bagi hasil, seperti Mudharabah,
Musyarakah, Muzara’ah, Musaqah telah dikenal sejak awal diantara kaum
Muhajirin dan kaum Anshar.
Sektor Lembaga Keuangan
• Ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh satu individu tumbuh dan
berkembang dizaman Bani Abbasiyah, dan lebih berkembang pesat lagi
setelah beredarnya jenis mata uang
• Pada zaman Abbasiyah, pada saat pemerintahan Muqtadir (908-932 M).
Saat itu setiap wazir mempunyai bankir sendiri, misalnya Ibnu Abi Isa
menunjuk Ali Ibn Isa ; Hamid Ibnu Wahab mnunjuk Ibrahim Ibnu
Yuhana.
• Kemajuan praktik perbankan pada zaman itu ditandai dengan
beredarnya alat pembayaran saq (cek) sangat luas sebagai media
pembayaran.
• Perbankan saat itu tidak menggunakan konsep bunga dalam
operasionalnya, namun menggunakan konsep bagi hasil disisi
penghimpunan dananya, dan jual beli, gadai, sewa dan bagi hasil disisi
pembiayaannya.